Analisis Faktor Kapabilitas Inovasi Pada Usaha Kecil Dan Menengah Di Provinsi Jawa Barat
Analisis Faktor Kapabilitas Inovasi Pada Usaha Kecil Dan Menengah Di Provinsi Jawa Barat
ABSTRAK
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan komponen penting sebagai
pendorong perekonomian nasional. Kemampuan daya serap UMKM yang mencapai
lebih dari 95% dari tenaga kerja menempatkan UMKM sebagai sector strategis dan
berperan besar dalam sebagai motor penggerak utama ekonomi Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk kapabilitas inovasi pada UMKM di Provinsi Jawa Barat.
Data diambil dari 4 Kabupaten / Kota menggunakan metode cluster dengan
pendekatan random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan
wawancara terstruktur, dan analisis data menggunakan pendekatan analisis faktor
dengan metode Principal Componen Analysis (PCA). Berdasarkan hasil analisis
diketahui bahwa dari 13 butir pertanyaan yang digunakan, hanya 12 butir yang
terbukti memenuhi syarat validitas struktur. 12 Butir pertanyaan ini kemudian
membentuk 3 faktor yaitu Faktor 1 Keterbukaan Ide Baru , faktor 2 Sarana
Inovasi, Faktor 3 Produk dan Jasa Baru/Unik. Hasil anlisis faktor ini dapat
berguna sebagai riset awal untuk mengidentifikasi tem pertanyaan relevan pada
skala kapabilitas inovasi khususnya sector UMKM di Indonesia.
PENDAHULUAN
Perusahaan kecil dan menengah (UKM) menempati tempat yang penting dan
strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di semua
negara, baik negara maju maupun Negara yang sedang berkembang. UKM sebagai
motor penggerak ekonomi telah mengambil tempat dengan memiliki prosentasi
90% dari total perusahaan di sebagian besar negara di seluruh dunia, UKM adalah
kekuatan pendorong di belakang sejumlah besar inovasi dan memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui penciptaan lapangan kerja,
investasi dan ekspor. Kontribusi mereka terhadap pengurangan kemiskinan dan
distribusi kekayaan yang lebih luas di negara berkembang tidak dapat
kesampingkan. Namun, potensi UKM sering tidak disadari karena masalah umum
yang berkaitan dengan ukuran, isolasi, peluang pasar, standar / kualitas, rantai
pasokan, logistik dan inovasi teknologi. Untuk memperoleh margin keuntungan
kecil, pengusaha kecil di negara berkembang tidak memilih untuk melakukan
inovasi produk dan proses sebagai strategi peningkatan dan pertumbuhan mereka
dalam jangka panjang. Sebaliknya, banyak UKM menghadapi kesulitan yang timbul
dari liberalisasi perdagangan dan adanya perjanjian pasar bebas yang dapat
dijadikan peluang sekaligus tantangan. Dengan UKM yang bervariasi secara luas,
baik dalam ukuran, kemampuan, lingkungan dan struktur organisasi memerlukan
penyelesaian masalah yang spesifik dan tidak dapat digeneralisasikan.
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan sebuah sektor yang mempunyai peranan penting
dan strategis bagi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data statistik menunjukkan
jumlah unit usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) di tahun 2006 mencapai
99.77% dari total jumlah usaha yang ada di Indonesia. Bahkan ditahun 2008, jumlah
populasi UMK mencapai sekitar 52.3 juta unit, dan terus bertambah menjadi 52.769
juta unit. Di tahun 2012, secara keseluruhan, jumlah UMKM telah mencapai 55.4
juta unit usaha. Sekitar 99 persen dari jumlah unit usaha di Indonesia berskala
UMKM, dan tercatat mampu menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak sekitar 99,4
juta tenaga kerja. Sementara, usaha besar menyerap sekitar 2,8 juta pekerja (data
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2014). Jika setiap UMKM
rata-rata menyerap 3-5 tenaga kerja, maka dengan adanya penambahan sekitar 1
juta unit maka tenaga kerja yang terserap bertambah 3 - 5 juta orang tenaga kerja.
Dapat dinyatakan bahwa UMKM memiliki peran strategis dalam upaya pengentasan
pengangguran di Indonesia.
Kontribusi UMKM pada PDB (Produk Nasional Bruto) sebesar 56% dan
menampung 91,8 juta orang atau 97,3% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.
Meski secara kuantitas sangat besar dan menyerap banyak tenaga kerja, pangsa
dalam pendapatan nasional masih sekitar 56%. Angka ini kalah jauh dari Usaha
Besar yang berjumlah kecil tetapi sangat mendominasi perekonomian Indonesia.
Menurut Tulus Tambunan (2012:51), ada sejumlah masalah klasik yang
terjadi pada sector UMKM di Negara berkembang, mulai dari keterbatasan modal
kerja maupun invesitasi, kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan
bahan baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang
pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan kualitas tinggi (kualitas SDM
rendah), dan kemampuan teknologi, biaya transportasi dan energy yang tinggi,
keterbatasan komunikasi, biaya tinggi akibat administasi dan birokrasi yang
kompleks khususnya dalam proses pengurusan ijin usaha, dan ketidakpastian akibat
peraturan ddan kebijakan ekonomi yang tidak jelas atau tidak menentu arahnya.
Sebagai salah satu strategi bersaing, inovasi merupakan nama dari
permainan untuk kompetisi di abad kedua puluh satu. Meningkatnya persaingan,
turbulensi tanpa henti, perubahan, dan ketidakpastian telah memaksa organisasi
untuk menggunakan inovasi sebagai bagian integral dari strategi perusahaan
mereka. Dalam pengertian ini, bagaimana organisasi meningkatkan inovasi mereka
telah lama penelitian pertanyaan untuk akademisi dan praktisi. Meskipun penelitian
yang luas telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, akademisi perilaku
organisasi dan pemasaran umumnya, dan pembelajaran organisasi pada
khususnya, telah menunjukkan pengaruh langsung pasar dan orientasi
pembelajaran pada inovasi perusahaan (Farrell dan Oczkowski, 2002, Sinkula dan
Baker, 1999; Slater dan Narver, 1995, dalam Keskin, 2006:396)
Daya saing dan inovasi merupakan dua komponen yang saling berkaitan.
Inovasi sendiri lebih banyak dipelajari dalam konteks perusahaan besar, sering
diabaikan di perusahaan-perusahaan kecil. Inovasi adalah kunci dari peningkatan
produktivitas melalui proses pengembangan dan kreasi baru, nilai yang lebih tinggi,
produk dan layanan (Mitussis, 2010:89). Inovasi tidak hanya menghasilkan produk
yang berkualitas, namun juga menghasilkan produk produk-produk baru yang
mengikuti perubahan dan selera pasar yang terus berkembang. Rendahnya kinerja
UMKM Indonesia dari sisi ekspor dan daya saing diduga dikarenakan UMKM memiliki
berbagai keterbatasan dalam proses maupun implementasi inovasi. Hal ini
selanjutnya menyebabkan produk-produk yang dihasilkan tidak memiliki nilai jual
dan daya saing dengan produk import yang memiliki kelebihan salah satunya
adalah harga yang lebih murah.
TINJAUAN TEORI
Thompson (1965:36) mendefinisikan inovasi sebagai "generasi, penerimaan
dan pelaksanaan ide-ide baru, proses, produk atau jasa". Skema classifactory
menghasilkan dua jenis utama dari inovasi: teknis dan administratif, tetapi sebuah
eksposisi lebih jelas disarankan oleh Pennings et al. (1994) yang tidak menyetujui
kategori teknis menjadi inovasi proses dan inovasi produk. Hal ini menyatakan
bahwa perbedaan ini terbaik menangkap dikotomi dalam inovasi membangun
(Mavondo, Chimhanzi, dan Stewart, 2005:1240).
Inovasi dapat dianggap sebagai suatu proses, hasilnya, atau keduanya, dan
berbagai jenis inovasi telah dibedakan (Damanpour dan Gopalakrishnan, 1998).
Menurut para penulis ini, inovasi adalah penerapan ide atau perilaku, yang bisa
menjadi sebuah sistem, kebijakan, program, perangkat, proses, produk atau jasa
yang baru bagi organisasi (dalam Jimenez, dkk, 2008:391). Inovasi merupakan
kemampuan untuk menghasilkan keuangan sumber daya melalui kemampuan
penciptaan kekayaan dan perubahan sumber daya bisnis (Drucker, 1985, dalam
Filippetti, 2011:152).
Inovasi organisasi dapat dinyatakan sebagai cara-cara baru kerja dapat
diatur, dan dilakukan dalam sebuah organisasi untuk mendorong dan
mempromosikan keunggulan kompetitif. Kegiatan ini meliputi bagaimana
organisasi, dan individu secara spesifik, mengelola proses kerja di berbagai bidang
seperti hubungan pelanggan, kinerja karyawan, dalam proses produksi. Inti dari
inovasi organisasi adalah kebutuhan untuk meningkatkan atau mengubah suatu
produk, proses atau jasa. Inovasi berfokus pada perubahan, perbedaan, nilai
tambah, pada produk (inovasi produk) maupun inovasi pada proses seperti
Inovasi merupakan salah satu pendorong utama keberhasilan jangka
panjang suatu perusahaan di tengah pasar yang kompetitif saat ini (Baker dan
Sinkula, 2002;. Balkin et al, 2000; Darroch dan McNaugton, 2002; Lyon dan Ferrier,
2002; Utterback, 2001; Vrakking, 1990; Wolfe, 1994). Hal ini disebabkan karena
perusahaan-perusahaan dengan kapasitas untuk berinovasi akan dapat
menanggapi tantangan lingkungan lebih cepat dan lebih baik dari perusahaan yang
tidak memiliki kapabilitas untuk itu (Brown dan Eisenhard, 1995; Miles dan Snow,
1978). Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa pengaruh inovasi terhadap
kinerja telah menjadi bahan analisis klasik dalam literatur, dengan sejumlah studi
empiris memberikan bukti efek positif (misalnya Damanpour dan Evan, 1984;
Roberts, 1999; Schulz dan Jobe, 2001, dalam Jimenez et al, 2008).
Model Pengukuran Inovasi Produk
Kapabilitas inovasi diukur menggunakan skala lima item yang dikembangkan oleh
Lin (2008) meliputi kemauan mencoba ide baru, mencoba cara baru, kreatif,
memproduksi layanan baru, dan kemauan menerima risiko.
METODE PENELITIAN
Sampel penelitian adalah sebanyak 83 unit usaha kecil dan menengah yang berada
di Provinsi Jawa Barat. Metode pengambilan sampel menggunakan pendekatan
cluster random sampling pada 4 Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
Teknik Analisis
Untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan item-item pertanyaan yang
disusun digunakan analisis faktor. Analisis Faktor adalah analisis eksploratif. Banyak
seperti analisis cluster pengelompokan kasus serupa, kelompok analisis faktor
variabel yang sama dalam sebuah dimensi. Proses ini disebut juga mengidentifikasi
variabel laten. Analisis faktor adalah analisis eksploratif itu tidak membedakan
antara variabel independen dan dependen. Analisis Faktor mengurangi informasi
dalam model dengan mengurangi dimensi dari pengamatan.
Prinsip yang digunakan analisis factor adalah mengelompokkan data
berdasarkan interkorelasi antar butir. Nilai interkorelasi antar variabel dapat dilihat
dari anti-image, dimana jika tidak ada korelasi yang lebih dari 0.30 maka dapat
dianggap analisis factor tidak dapat dilakukan. Parameter pertama adalah dengan
memperhatikan nilai measure of sampling adequacy (MSA). Menurut Hair, dkk
(2006), nilai MSA berkisar antara 0 1 ketika setiap variabel diprediksi secara
sempurna tanpa error dari variabel lain. Nilai 0.80 atau lebih dianggap pantas, 0.70
atau lebih dianggap lumayan, 0.60 atau lebih dianggap sedang, 0.50 atau lebih
dianggap menyedihkan/buruk, dan di bawah 0.50 tidak dapat diterima. MSA dapat
meningkat ketika : (1) sampel meningkat; (2) rata-rata korelasi meningkat; (3)
jumlah variabel meningkat; atau jumlah factor berkurang.
Mengutarakan ide
Menyelesaikan pekerjaan dengan cara sendiri
Berbagi pengetahuan
Menerima masukan
Kreatif
Penciptaan hal baru
Cronbach Alpha = 0.882
.719
.599
.807
.685
.778
.821
ino7
ino12
ino13
.803
.799
.804
ino3
.843
Keunikan produk/jasa
Produk/jasa berbeda
Cronbach Alpha = 0.702
Kaiser-Meyer-Olkin MSA
Bartlett's Test of Sphericity (sig)
.678
.610
ino4
ino6
.811
.000
Faktor
Faktor
1
Faktor
2
Faktor
3
69.29
LAMPIRAN
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Communalities
Initial
Extraction
ino1
1.000
.723
ino2
1.000
.709
ino3
1.000
.788
ino4
1.000
.660
ino5
1.000
.885
ino6
1.000
.600
ino7
1.000
.802
ino8
1.000
.668
ino9
1.000
.671
ino10
1.000
.688
ino11
1.000
.736
ino12
1.000
.768
ino13
1.000
.717
.794
536.572
78
.000
Initial Eigenvalues
Component
Total
% of Variance
Cumulative %
5.454
41.957
41.957
1.627
12.515
54.471
1.279
9.838
64.310
1.054
8.109
72.419
.736
5.662
78.081
.664
5.108
83.189
.510
3.922
87.110
.444
3.412
90.523
.344
2.645
93.168
10
.299
2.297
95.464
11
.252
1.937
97.401
12
.207
1.589
98.990
13
.131
1.010
100.000
Component Matrixa
Component
1
ino1
.802
-.241
-.095
-.111
ino2
.745
-.173
-.238
-.260
ino3
.488
.072
-.713
.191
ino4
.541
.511
-.317
-.076
ino5
.066
.304
.164
.873
ino6
.659
.316
-.237
.099
ino7
.697
.534
.174
-.021
ino8
.655
-.469
.086
.108
ino9
.795
-.173
-.056
.071
ino10
.618
-.414
.273
.244
ino11
.749
-.393
.092
.108
ino12
.631
.236
.537
-.163
ino13
.630
.405
.330
-.214
ino1
.697
.258
.359
-.203
ino2
.566
.232
.458
-.354
ino3
.229
-.132
.846
.045
ino4
-.017
.445
.679
-.014
ino5
.015
.071
.080
.935
ino6
.238
.385
.618
.115
ino7
.157
.789
.369
.140
ino8
.809
.080
.084
-.016
ino9
.683
.267
.364
-.006
ino10
.796
.157
-.053
.165
ino11
.826
.179
.149
.002
ino12
.337
.806
-.072
.004
ino13
.185
.811
.150
-.043
.708
.528
.468
-.021
-.670
.602
.346
.261
.141
.535
-.808
.202
.170
-.269
.088
.944
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Communalities
Initial
Extraction
ino1
1.000
.703
ino2
1.000
.618
ino3
1.000
.776
ino4
1.000
.661
ino6
1.000
.590
ino7
1.000
.796
ino8
1.000
.664
ino9
1.000
.670
ino10
1.000
.640
ino11
1.000
.729
ino12
1.000
.763
ino13
1.000
.707
.811
526.970
66
.000
Initial Eigenvalues
Component
Total
% of Variance
Cumulative %
5.451
45.424
45.424
1.592
13.264
58.687
1.273
10.607
69.295
.737
6.140
75.434
.732
6.102
81.536
.512
4.266
85.802
.446
3.713
89.515
.345
2.872
92.387
.307
2.559
94.946
10
.260
2.163
97.109
11
.207
1.722
98.831
12
.140
1.169
100.000
Component Matrixa
Component
1
ino1
.803
-.222
.091
ino2
.747
-.123
.210
ino3
.487
.080
.730
ino4
.541
.537
.284
ino6
.658
.320
.231
ino7
.695
.523
-.195
ino8
.656
-.480
-.056
ino9
.795
-.178
.071
ino10
.618
-.455
-.226
ino11
.750
-.402
-.067
ino12
.630
.227
-.561
ino13
.630
.416
-.370
ino1
.719
.231
.364
ino2
.599
.194
.471
ino3
.224
-.122
.843
ino4
-.014
.449
.678
ino6
.226
.408
.610
ino7
.151
.803
.359
ino8
.807
.080
.082
ino9
.685
.266
.361
ino10
.778
.176
-.063
ino11
.821
.184
.146
ino12
.344
.799
-.076
ino13
.195
.804
.148
.713
.525
.464
-.695
.618
.369
-.093
-.585
.805
Reliability
Scale: INO1
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
%
83
100.0
.0
83
100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
.882
Reliability
Scale: INO2
N of Items
6
Valid
Excludeda
Total
%
83
100.0
.0
83
100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.819
Reliability
Scale: INO3
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
%
83
100.0
.0
83
100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
.702
N of Items
3