a)
b)
c)
d)
e)
f)
a)
b)
c)
Saluran Pendidikan
3. Pelembagaan Islam
Pada fase ini sosialisasi Islam semakin tak terbendung lagi masuk ke
pusat-pusat kekuasaan, merembes terus sampai hampir ke seluruh
wilayah Nusantara. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peranan para
penyebar dan pengajar Islam. Mereka menduduki berbagai jabatan dalam
struktur birokrasi kerajaan, dan banyak diantara mereka melakukan
perkawinan dengan penduduk pribumi. Dengan kata lain, Islam
dikukuhkan di pusat-pusat kekuasaan di Nusantara melalui jalur
perdagangan, perkawinan dengan elit birokrasi dan ekonomi, di samping
dengan sosialisasi langsung pada masyarakat bawah.
Pengaruh islamisasi yang pada awalnya hanya berpusat di Pasai telah
jauh meluas ke Aceh di Pesisir Sumatera, semenanjung Malaka, Demak,
Gresik, Banjarmasin, lombok, dsb. Ini terbukti dengan ditemukannya
bentuk-bentuk makam di semenanjung Malaka, terutama batu nisannya,
yang menyerupai bentuk-bentuk batu nisan di Aceh. Di komplek
pemakaman Sultan Suriansyah (Raden Samudra) yang terletak di Kuwin,
Banjarmasin, terdapat batu nisan yang mempunyai tipologi sama dengan
bentuk nisan Demak dan Gresik. Begitu pula di komplek pemakaman kuno
Seloparang -menurut tradisi setempat diislamkan Sunan Prapen dari Giriditemukan sebuah batu nisan yang memiliki gaya Jawa Timur.
Untuk daerah Sulawesi, walaupun beberapa tempat seperti Buton dan
Selayar berdasarkan tradisi setempat telah menerima pengaruh Islam dari
Ternate pada pertengahan abad ke-16, namun bukti yang lebih nyata
menunjukkan bahwa hal itu terjadi ketika Raja Gowa pertama yang
bernama I Mallingkaeng Daeng Njonri Karaeng Katangka masuk Islam
pada hari Jum'at Jumadil Awal 1014 H/ 22 September 1605 M, yang
disusul dua tahun kemudian rakyat Gowa dan Tallo diislamkan, seperti
terbukti dengan dilakukannya shalat Jum'at bersama di Tallo pada 19
Rajab 1068 H/ Nopember 1607 M. Kejadian ini dapat dianggap sebagai
11
Buya Hamka
terjadi pada abad ke-7 (647M), dan langsung dibawa oleh para
musafir Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Agama
Islam".
Dasar
Teori
Mekkah
:
14
Snouck Hurgronje
3.TEORI PERSIA
Persia juga disebut Iran. Hoesein Djajadiningrat mengatakan bahwa
Agama Islam datang ke Indonesia dibawa oleh kaum Syi'ah yang berasal
dari Persia (Iran). Yang dimaksud kaum Syi'ah adalah sekumpulan orang
yang menganut aliran Syi'ah. Aliran Syi'ah itu salah satu aliran yang
belum tentu kebenarannya dalam Islam. Aliran Syi'ah sendiri juga ada
bermacam-macam diantaranya aliran yang ajarannya ada yang
menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW, atau Ahli Bid'ah. Kembali
lagi ke Teori Persia, saat Dinasti Abasya, kamu Syiah kemudian melarikan
diri ke Indonesia dan mengajarkan Islam. Buktinya, peringatan 10
Muharam (sucinya orang syiah), bubur syura (Jawa), Tabut (Sumatera
Barat). Lanjut ke rangkuman berikut :
16
Husein Djajadiningrat
abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah
Umayyah. Sedangkan saat itu kepemimpinan Islam si bidang politik,
ekonomi, dan kebudayaan berada di Mekkah, Madinah, Damaskus,
dan Baghdad. Jadi, belum memungkinkan bagi Persia untuk
menduduki kepemimpinan dunia Islam saat itu.
4.TEORI CHINA
17
Sumanto Al Qurtuby
Teori
China
5.Teori Benggali.
Teori ketiga yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang
dari Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pures yang
mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah
18
orang Benggali atau keturunan mereka. Dan, Islam muncul pertama kali di
semenanjung Malaya dari arah pantai Timur, bukan dari Barat (Malaka),
pada abad ke-11, melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan
Trengganu. Ia beralasan bahwa doktrin Islam di semenanjung lebih sama
dengan Islam di Phanrang, elemen-elemen prasasti di Trengganu juga
lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan di Leran. Drewes, yang
mempertahankan teori Snouck, menyatakan bahwa teori Fatimi ini tidak
bisa diterima, terutama karena penafsirannya atas prasasti yang ada
dinilai merupakan perkiraan liar belaka. Lagi pula madzhab yang dominan
di Benggali adalah madzhab Hanafi, bukan madzhab Syafii seperti di
semenanjung dan nusantara secara keseluruhan.
3.KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA
KERAJAAN SAMUDERA PASAI
1. Letak
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Samudera Pasai sebenarnya tidak banyak.
Sumber sejarahnya antara lain adalah makan Sultan Malik as-Saleh dan
catatan Ibnu Batutah dan Cheng Ho.
19
3. Sultan
1267-1297 : Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)
1297-1326 : Sultan Malik Al Thahir (Sultan Malikul Thahir)
4. Peristiwa Penting
Pada masa kekuasaan Sultan Malik Al-Thahir (1921-1236), terjadi peristiwa
penting yaitu saat Abdullah (putra Sultan Malik as-Saleh) memisahkan diri
ke Aru dan bergelar (Sultan Malikul Mansur).
5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Samudera Pasai adalah:
KERAJAAN ACEH
20
1. Letak
Secara geografis, Kerajaan Aceh terletak strategis di Sumatera bagian
utara dekat jalur pelayaran perdagangan internasional, sekitar Selat
Malaka.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Aceh adalah Masjid Raya Aceh, Masjid Raya
Baiturrahman, catatan Lombard, dan asal-usul Aceh yang berupa cerita
turun-temurun.
3. Sultan
1511-1530 : Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah
1530-1539 : Sultan Salahuddin
1539-1571 : Sultan Alaidin Riayat Syah (Sultan Al Qahhar)
1571-1579 : Sultan Husain Alaidin Riayat Syah
1579-1580 : Sultan Zainal Abidin
1581-1587 : Sultan Alaidin Mansyur Syah
1587-1589 : Sultan Mugyat Bujang
1589-1604 : Sultan Alaidin Riayat Syah
1604-1607 : Sultan Muda Ali Riayat Syah
1607-1636 : Sultan Iskandar Muda (Dharma Wangsa Perkasa Alam Syah)
21
4. Peristiwa Penting
Salah satu peristiwa penting yang dialami Kerajaan Aceh adalah Perang
Aceh, yaitu dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan
Aceh.
5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh adalah:
a. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, tidak ada lagi sultan yang mampu
mengendalikan daerah Kerajaan
Aceh yang begitu luas.
b. Di masa Sultan Iskandar Sani, disinilah masa-masa kemunduran dan
setelah beliau wafat, kemunduran itu
lebih terasa sangat mundur.
c. Timbulnya pertikaian terus menerus di Kerajaan Aceh antara golongan
bangsawan (teuku) dengan
golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan
Aceh.
d. Daerah-daerah bawahan banyak yang melepaskan diri seperti Johor,
Pahang, Perak, Minangkabau, dan
Siak.
KERAJAAN DEMAK
1. Letak
22
Kerajaan Demak pada masa itu berada di tepi laut, berada di Kampung
Bintara, menjadi Kota Demak, Jawa Tengah.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Demak yaitu masjid yang sangat terkenal yaitu
Masjid Agung Demak. Ada juga sumber sejarah yang lain, yaitu Pintu
Bledeg, Piring Campa, Saka Tatal, Dampar Kencana, serta makam sultansultan Kerajaan Demak.
3. Sultan
1518-1521 : Pati Unus
1521-1548 : Sultan Trenggana
4. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Demak yaitu di Masjid
Agung Demak, pada tahun 1668 Sunan Amangkurat II dari Kerajaan
Mataram Islam mengucap sumpah setia terhadap perjanjian dengan
Belanda yang ditandatangani setelah Kapten Tack di Kartasura.
5. Penyebab Kemunduran
Berikut ini adalah penyebab kemunduran Kerajaan Demak:
a. Setelah Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan antara
Pangeran Seda di Lepen dan Sunan
Prawoto (putra Sultan Trenggana)
b. Raden Patah kurang menarik simpati orang-orang pedalaman dan
bekas rakyat Kerajaan Majapahit.
KERAJAAN PAJANG
23
1. Letak
Kerajaan Pajang yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja
berada di perbatasan Kelurahan Pajang, Kota Surakarta dan Desa
Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Pajang adalah salah satu peninggalan karya
sastra Islam yaitu Babad tanah Jawi.
3. Sultan
1549-1582 : Jaka Tingkir (Hadiwijaya)
1583-1586 : Arya Pangiri (Ngawantipuro)
1586-1587 : Pangeran Benawa (Prabuwijoyo)
4. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Pajang yaitu:
a. Ki Ageng Pamanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Hadiwijaya
atas jasanya mengalahkan Arya
Panangsang.
b. Ki Ageng Pamanahan membangun istana di Pasargede atau yang
sekarang disebut Kotagede.
c. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya sebagai penguasa baru di
Mataram.
d. Pasukan Kesultanan Pajang yang menyerbu Mataram porak-poranda
24
1. Letak
Kerajaan Mataram Islam asal-usulnya adalah suatu Kadipatan di bawah
Kesultanan Pajang dan berpusat di Bumi Mentaok yang diberikan pada Ki
Ageng Pamanahan sebagai hadiah jasanya. Kerajaan Mataram Islam juga
beribukota di Kota Gede, Karta, dan Pleret.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam sebenarnya terbatas, yaitu
berasal dari naskah Babad, Serat, dan tradisi lisan.
3. Sultan
25
1587-1601
1601-1613
1613-1645
1645-1677
:
:
:
:
4. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Mataram Islam, yaitu:
a. Mataram menjadi Kerajaan dengan Sutawijaya sebagai sultan.
b. Panembahan Hanyakrawati dikenal sebagai "Panembahan Seda ing
Krapyak" karena wafat saat berburu.
c. Pertentangan dan perpecahan keluarga kerajaan dimanfaatkan oleh
VOC.
5. Penyebab Kemunduran
Kemunduran Kerajaan Mataram Islam berawal kekalahan Sultan Agung
merebut Batavia dan menguasai Jawa dari Belanda.
KERAJAAN CIREBON
1. Letak
Letak Kerajaan Cirebon adalah di pantai utara Pulau Jawa.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Cirebon menurut Sulendraningrat adalah berasal
dan mendasar dari atau pada Babad Tanah Sunda dan Atja.
26
3. Sultan
1455-1479
1479-1568
1568-1570
1570-1649
1649-1677
:
:
:
:
:
Pangeran Cakrabuana
Sunan Gunung Jati
Fatahillah
Panembahan Ratu I
Panembahan Ratu II
4. Peristiwa Peenting
Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa
Barat.
5. Penyebab kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Cirebon yaitu:
a. Terjadinya kevakuman kekuasaan.
b. Terjadi perpecahan diantara putra-putra Raja Cirebon.
c. Ikut campur VOC dalam mengatur Kerajaan Cirebon.
KERAJAAN BANTEN
1. Letak
Kerajaan Banten terletak di Provinsi Banten.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah tentang Kerajaan Banten sangat sedikit dapat ditemukan
karena di abad XVI Kerajaan Banten telah menjadi pelabuhan Kerajaan
Sunda. Dan salah satu sumber sejarah Kerajaan Banten adalah catatan
27
:
:
:
:
:
:
:
Maulana Hasanuddin
Maulana Yusuf
Maulana Muhammad
Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir
Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad
Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Haji
4. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Banten yaitu:
a. Sultan Ageng Tirtayasa menolak VOC menerapkan mono poli.
b. Rakyat Kerajaan Banten membuat VOC kewalahan dengan merusak
kebun tebu milik VOC.
c. Kemenangan Sultan Haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan
Banten.
5. Penyebab Kemunduran
Terjadi perang saudara di Kerajaan Banten antara saudara Maulana Yusuf
dengan pembesar Kerajaan Banten.
KERAJAAN MAKASSAR
1. Letak
Kerajaan Gowa dan Tallo bergabung menjadi satu dengan nama Kerajaan
28
1. Letak
Kerajaan Ternate dan Tidore adalah kerajaan Islam di Maluku dan
29
:
:
:
:
Sultan
Sultan
Sultan
Sultan
Zainal Abidin
Tabariji
Hairun
Baabullah
4. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Ternate dan Tidore yaitu:
a. Portugis diizinkan mendirikan benteng di Ternate dengan alasan untuk
melindungi Ternate.
b. Di masa pemerintahan Sultan Hairun berhasil mengusir Spanyol dari
tanah Maluku.
c. Di masa pemerintahan Sultan Baabullah berhasil merebut benteng
Portugis di Ternate bahkan mengusirnya
dari tanah Maluku.
5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Ternate dan Tidore yaitu:
a. Adu domba Tidore dilakukan bangsa asing
b. VOC menguasai rempah-rempah di Maluku.
4.PERANAN PARA WALI
Awal sejarah wali songo :
Dalam sejarah masuknya Islam ke Nusantara, Wali Songo adalah perintis
dakwah Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, yang dipelopori Syeikh
Maulana Malik Ibrahim (Syis, 1984; Sunyoto, 1991; Drewes, 2002). Wali
Songo adalah pelopor dan pemimpin dakwah Islam yang berhasil
merekrut murid-murid untuk menjalankan dakwah Islam ke seluruh
Nusantara sejak abad ke-15.
30
Wali Songo terdiri dari sembilan wali; Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan
Muria, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kali Jaga.
Perkataan wali sendiri berasal dari bahasa Arab. Wala atau waliya yang
berarti qaraba yaitu dekat, yang berperan melanjutkan misi kenabian
(Nasution, 1992; Saksono, 1995. Dalam Al-Quran istilah ini dipakai
dengan pengertian kerabat, teman atau pelindung. Al-Quran
menjelaskan: Allah pelindung (waliyu) orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).
Dan orang-orang kafir, pelidung-pelindung (auliya) mereka ialah syetan,
yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya. (QS. AlBaqarah: 257)
Selanjutnya, kata songo menunjukkan angka hitungan Jawa yang berarti
sembilan, angka bilangan magis Jawa yang diambil dari kata ja yang
memiliki nilai dan wa yang bernilai enam (simuh, 1986). Namun
demikian, ada juga yang berpendapat bahwa kata songo berasal dari kata
sana yang diambil dari dari bahasa Arab, tsana (mulia) sepadan dengan
mahmud (terpuji), sehingga pengucapan yang benar adalah Wali Sana,
yang berarti wali-wali terpuji (Adnan, 1952). Pendapat ini didukung oleh
sebuah kitab yang meriwayatkan kehidupan dan hal ihwal para wali di
Jawa yang dikarang oleh Sunan Giri II (Imron arifin, 2002).
Strata sosial kultural masyarakat Jawa sebelum kehadiran Wali Songo
sangat dipengaruhi oleh kehidupan animispanteistik yang dikendalikan
oleh para pendeta, guru ajar, biksu, wiku, resi, dan empu. Mereka
dianggap mempunyai kemampuan mistis dan kharismatik (Thrupp, 1984).
Kedudukan vital mereka diambil alih para wali dengan tetap berfokus
pada kehidupan mistis religius (Stuuerheim, 1977). Era Wali Songo adalah
era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran
Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Peranan Mereka dalam mendirikan
31
32
Sunan Ampel adalah Anak Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Menurut
Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal
33
34
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23
dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng
Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak
berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan
kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat,
sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan
secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat,
Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan
sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di
Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat
36
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji,
dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran
binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah
keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung
bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin AlHusain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin
Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali Qasam bin
Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa
bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Jafar Shadiq bin Muhammad Al-Baqir
bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti
Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki
peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai
panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim
peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan
priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan
Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan.
Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang
arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus
diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6. SUNAN GIRI atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
37
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan
Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang
menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa
kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya, seorang putri raja
Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian
dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik
Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal
mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga
isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel,
tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka
dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah
perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit
adalah giri. Maka ia dijuluki Sunan Giri.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam
arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja
Majapahit
konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi
keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren
itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri
Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut
sebagai Prabu Satmata.
Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu
itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah
bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal
tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari
pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi
keagamaan, se-Tanah Jawa.
Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya,
Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi
VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.
38
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih
ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate,
hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk
Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal
dari Minangkabau.
Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam
ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia
juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan,
Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri.
Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa
namun syarat dengan ajaran Islam.
7. SUNAN KALIJAGA atau Raden Said
Ia putra Dewi Saroh adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh
Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga Nama kecilnya adalah Raden
Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng
Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga.
Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di
daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan
agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan
40
a. Seni Bangunan
1. Masjid
Dilihat dari segi arsitektuknya, masjid-masjid kuno di Indonesia
menampakan gaya arsitektur asli Indonesia dengan ciri-ciri sebagai
berikut.
Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka).
Pondasinya kuat dan agak tinggi.
Ada serambi di depan atau di samping.
Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.
Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah sebagai
berikut:
hiasan kaligrafi;
kubah;
bentuk masjid.
Adapun bangunan masjid kuno yang beratap tumpang, antara lain
sebagai berikut
1. Masjid beratap tumpang, antara lain sebagai berikut.
Masjid Agung Cirebon dibangun pada abad ke-16.
Masjid Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta dibangun pada abad ke-18.
Masjid Katangka di Sulawesi Selatan dibangun pada abad ke-17.
2. Masjid beratap tumpang tiga, antara lain sebagai berikut.
Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-16.
Masjid Baiturahman di Aceh, dibangun pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda, yakni pada abad ke-17.
Masjid Jepara
Masjid Ternate
45
3. Masjid beratap tumpang lima ialah Masjid Banten yang dibangun pada
abad ke-17.
b. Makam
Makam khususnya untuk para raja bentuknya seperti istana disamakan
dengan orangnya yang dilengkapi dengan keluarga, pembesar, dan
pengiring terdekat. Budaya asli Indonesia terlihat pada gugusan cungkup
yang dikelompokkan menurut hubungan keluarga. Pengaruh budaya Islam
terlihat pada huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam Puteri Suwari di
Leran (Gresik) dan Makam Sendang Dhuwur di atas bukit (Tuban).
d. Seni Sastra
Seni sastra Indonesia di zaman Islam banyak terpengaruh dari sastra
Persia. Di Sumatra, misalnya menghasilkan karya sastrayang berisi
pedoman-pedoman hidup, seperti cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman
dan 1001 Malam. Di samping itu juga mendapat pengaruh Hindu, seperti
Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama. Cerita Panji pada zaman Kediri
(Hindu) muncul lagi dalam bentuk Islam, seperti Hikayat Panji Semirang.
Hasil seni sastra, antara lain sebagai berikut.
Suluk, yaitu kitab yang membentangkan ajaran tasawuf. Contohnya ialah
Suluk Wujil, Suluk Sukarsa, dan Suluk Malang Sumirang. Karya sastra yang
dekat dengan suluk ialah primbon yang isinya bercorak kegaiban dan
ramalan penentuan hari baik dan buruk, pemberian makna kepada
sesuatu kejadian dan sebagainya.
Hikayat, yakni saduran cerita wayang.
46
Babad, ialah hikayat yang berisi sejarah. Misalnya Babad Tanah Jawi isinya
sejarah Pulau Jawa, Babad Giyanti tentang pembagian Mataram menjadi
Surakarta dan Yogyakarta dan sebagainya.
Kitab-kitab lain yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup, seperti Tajus
Salatin dan Bustan us Salatin.
e. Sistem Kalender
Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan kalender Islam dengan
perhitungan atas dasar peredaran bulan yang disebut tahun Hijriah. Tahun
1 Hijrah (H) bertepatan dengan tahun 622 M. Sementara itu, di
Indonesiapada saat yang sama telah menggunakan perhitungan tahun
Saka (S) yang didasarkan atas peredaran matahari. Tahun 1 Saka
bertepatan dengan tahun 78 M. Pada tahun 1633 M, Sultan Agung raja
terbesar Mataram menetapkan berlakuknya tahun Jawa (tahun Nusantara)
atas dasar perhitungan bulan ( 1 tahun =354 hari). Dengan masuknya
Islam maka muncul sistem kalender Islam dengan menggunakan namanama bulan, seperti Muharram (bulan Jawa; Sura),Shafar (bulan Jawa;
Sapar), dan sebagainya sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa; Besar)
dengan tahun Hijrah (H).
g. Sistem Pemerintahan
Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap
sebagai titisan dewa. Oleh karena itu, muncul kultus dewa raja. Apa
yang dikatakan raja adalah benar. Demikian juga pada zaman Islam, pola
tersebut masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap sebagai
penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah, segala perintahnya
harus dituruti.
47