Anda di halaman 1dari 15

ASKEP TUMOR PARU (KARSINOMA BRONKOGENIK)

1. Definisi
Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
nafas.
Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru secara
progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia
serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena memang
karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit paru).
2. Etiopatogenesis
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik
masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari
bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan
kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras
serta status immunologis. Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah
rokok.
Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210
dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat menurunkan resiko
terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding
dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos, yang
dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul kemudian industri
bahan-bahan radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4 kali populasi
pada umumnya. Paparan industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20
tahun.
Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma
brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi metaplasi - karsinoma insitukarsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.
Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh keturunan yang
terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa
karsinoma bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong
bahwa faktor yang terlibat dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH).
Status immonologis penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan
adanya korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap
pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya tidak memberikan
tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.
Klasifikasi berdasarkan histopatologi dengan menggunakan mikroskop cahaya
biasa (WHO, 1977).
1. Karsinoma epidermois (Karsinoma Sel Skuamos).
2. Adeno Karsinoma
3. Small cell undiferentiated carcinoma (oat cell)

4. Large cell undeferentiated carcinoma.


3. Patofisiologi
Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen)
Trauma oleh arus udara ( Tar Rokok,paparan industri)
Bahan karsinogenik mengendap
Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus
Deskuamasi

Produksi Mukus Me

Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa bronchus

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Hyperplasi, metaplasi.
Cell Kanker
Manifestasi Klinis

Intrapulmoner

Intratorasik Ekstrapulmoner

Ektratorasik Non Metastatik Ekstratorasik Metastatik

Kanker lumen branchus


Proksimal

Distal

Sumbatan parsial
atau total

Bronkiektasis/Aktelektasis

Sesak nafas
(Wheezing)

Gangguan Pertukaran gas

Pola Nafas tidak efektif

Intratorasik Ekstrapulmoner
Mediastinum

N. Frenikus

N.Recurrens

S. Simpatis VC. Superior

Trachea

Paralises
Diafragma

Paralises
Ch.vocalis

Sindrom
Horner

Sesak,
Disfagia
Atelektasis

Dispnoe

Gg. Kom.
Verbal.

Gg. Fungsi
Penglihatan

Sindrom VC
VC. Superior

Oesopagus

Oedema muka gg. Per


Nutrisi
& lengan
tukarn.gas krg.;kebut.

Jantung
Gg.disf.
efusi Pkd.
Penurunan
Curah Jtng

Gg. Pola nafas

Ektratorasik Non Metastatik

Neuromuskuler
Neuropatia Ca.
romboflebitis

Endokrin Metabolik

Jaringan ikat & Tulang

Vaskuler&Hematologi

Primitive Neural Crest

hypertropi Pulmonary

Migratory

Pe Growth Hormon
Jari Tabuh

Gg. Body Image

Ekstratorasik Metastatik
Sirkulasi Arterial
Hampir semua organ, t/u Otak, hati dan tulang
Ansietas Ancaman Kematian
4. Radiologis
a.Massa Radiopaque di paru
b.Obstruksi jalan nafas dengan akibat atelektasis
c.Pneumonia
d.Pembesaran Kelenjar Hilar
e.Kavitasi
f.Tumor Pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary sulcus,
pada apek lobus superior.
g.Kelainan pada pleura
h.Kelainan tulang
5. Bronkografi
Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah obstruksi
stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap jempol.
6 Sitologi
Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan, dengan bantuan
aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl. Dihangatkan sampai
kurang lebih 45-50 C.)atau melalui bilasan/sikatan aspirasi bronkial.Tatalaksana
pada Lung Cancer Detection Program di New York adalah sbb. Saliva dan post
nasal discharge dikeluarkan dahulu, lalu penderita disuruh batuk dalam , dahak
yang dihasilkan segera difiksasi, kesemuanya ini dilakukan pada 3 hari berturutturut, sebaiknya pada pagi hari.
7. Endoskopi
Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta bilasan bronkial,
kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan bronkoskopi ( serat optik )
adalah :
a. Mengetahui perubahan pada bronkus akibat kanker paru.
b. Mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis.
c. Memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk
memperkirakan jenis keganasan.
d. Menilai keberhasilan terapi.
e. Menentukan operbilitas kanker paru.
8. Biopsi
Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus transbronkial
ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa jaringan kelenjar regional
jaringan pleura ataupun jaringan paru.
9. Imunologi
Adanya korelasi yang negatif antara kanker dan reaksi imnunologi telah umum
diketahui. Gangguan imunulogik terutama tampak pada Cell mediated immunity
yang dapat ditunjukan melalui delayed hypersensitivity reaction yang jelak,
toleransi terhadap skin graft, jumlah circulatory T cell yang renadh, serta
transformasi limfosit invitro yang rendah. Pada saat ini pemeriksaan imunulogik

lebih banyak berperan sebagai faktor prognosis daripada faktor diagnostik.


Kesimpulan korelasi uji kulit dan tanggapan terhadap sitostatika :
a. Kurang dari 1,0 cm. : prognosa jelek, penyakit luas.
b. Kurang dari 2,5 m. ; prognosa lebih baik, penyakit terbatas, tanggap terhadap
khemoterapi baik
11, Klasifikasi Pentahapan Klinik ( clinical Staging )
Berdasarkan TNM.
T= Tumor : N. : Nodul, yaitu kelenjar limfe M. : Metastase
1. T : T-0 : Tidak tampak tumor primer
T-1 : Diameter tumor kurang dari 3 cm. Tanpa invasi ke Bronkus
T-2 : Diameter tumor lebih dari 3 cm. Dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis , namun berjarak lebih dari 2 Cm. Dari Karina, serta belum
adaefusi pleura.
T-3 : Tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar ( dinding toraks ,
diafragma atau mediatinum )atau sudah berada dekat karina disertai efusi
pleura.
N : N-0 : Tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional.
N-1 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral.
N-2 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfemediastinum atau kontralateral
N-3 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal.
M. M-0 : Tidak terdapat metastase jauh.
M-1 : Sudah terdapat metastae jauh ke organ-organ lain.
Berdasarkan TNM. Disusun pentahapan klinik sbb.
a. Karsinoma insitu : T-0, N-0, M-0 , namun sitologi sputum positif untuk sel ganas.
c. Tahap I. T-1, N-0, M-0, atau T-2, N-0, M-0
d. Tahap II. T-2, N-1,,M-0.
e. Tahap III: bila sudah terdapat T-3, N-2, atau M-1.
12. Pengkajian :
a. Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan
rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
b. Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan perikordial
( menujukan efusi ) tachicardia?disritmia, jari tabuh.
c. Integritas Ego. : Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat,
gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d. Eliminasi ; Diare yang hilang timbul ( ketidakseimbngan hormonal,)Peningkatan
frekuesnsi/jumlah urine ( Ketidakseimbngan Hormonal ).
e. Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan
Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, Edema wajah,
periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .
f. Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder
terhadap peningkatan hormon pertumbuhan.Nyeri abdomen hilang/timbul
g. Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan
produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak,
paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja,
peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi ( ganguan
aliran udara ). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal( area yang
mengalami lesi ) Hemoptisis.
h. Keamanan : Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
i. Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker paru,
TBC. Kegagalan untuk membaik.

13. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan umum yang muncul adalah :


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus
/viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri, kelemahan,kelelahan.
b. Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
c. Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan
aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
d. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian
utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi
berlebihan,/perdarahan aktif.
e. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit
kronis.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat, peningkatan
metabolisme, proses keganasan.
g. Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.
Diagnosa
Bersihan
Jalan nafas
tidak efektif
b/d
peninjkatan
jumlah/visko
sitas sekret,
keterbatasan
gerakan
dada/nyeri,
kelemahan/k
elelahan.

14. Perencanaan Keperawatan


Tujuan-Kriteria
Intervensi
Bersihan jalan
1. Auskultasi bunyi
nafas efektif.
dada, untuk karakter
Kriteria ;
bunyi nafas dan
a. Menunjukan
adanya sekret.
potensi jalan
nafas.
b. Cairan
2. Bantu untuk nafas
sekret
dalam efektif
mudah
anjurkan batuk
dikeluarkan/
dengan posisi
dibatukan.
duduk.
c. Bunyi nafas 3. Observasi jumlah
jelas.
dan karakter
d. Whezing(-)/
sputum/aspirasi
berkurang
sekret.
4. Lakukan
penghisapan dengan
menggunakan
suction. Bila klien
tidak dapat batuk.
5. Dorong masukan
cairan/oral
sedikitnya 2500
CC/hari dalam
toleransi jantung.
6. Kolaborasi :
Berikan/bantu
dengan IPBB ,
spirometri, meniup
botol
7. Gunakan oksigen
humidifikasi/nebuli
zer ultrasonik .
Berikan cairan
tambahan melalui
IV sesuai indikasi.
8. Berikan
bronkodilator,
ekspektoran, atau

Rasional
Pernafasan bising,
ronki, mengi
menunjukan
tertahannya
sekret/obstruksi jalan
nafas
Posisi duduk
memungkinkan
ekspansi paru maksinal,
upaya batuk untuk
membuang sekret..
Perubahan sekret
menunjukan
progresifitas penyakit.
Penghisapan dapat
merangsang batuk
efektif.
Hidrasio adekuat untuk
mempertahankan sekret
hilang/peningkatan
pengeluaran.
Memudahkan
pembuangan sekret.

Memberikan hidrasi
maksimal/pengenceran
sekret untuk
meningkatkan
pengeluaran
Menghilangkan spasme
bronkus untuk
memperbaiki aliran

analgetik sesuai
indikasi.
Kerusakan
pertukaran
gas b/d gg.
Aliran udata
ke alveoli,
perubahan
membran
alveolar
kapiler
( atelektasis,
oedema paru,
efusi, sekresi
berlebihan,
perdarahan
aktif )

Pertukaran gas
efektif.
Kriteria :
GDA dalam
batas normal,.
Mebubjukan
ventilasi adekuat
Menunjukan
oksigenasi
adekuat.
Menunjukan
perbaikan
distress
pernafasan.

Catat frekluensi dan


kedalaman pernafasan ,
penggunaan otot bantu
dan nafas bibir.
Auskultasi paru untuk
penurunan bunyi nafas
dan adanya bunyi
tambahan krekels.

udara. Ekspektoiran
meningkatkan produksi
mu.kus untuk
mengencerkan sekret.
Takhi[pnoe dan dispnoe
menyertai obstruksi
paru.
Area yang tak
terventilasi dapat
diidentifikasikan
dengan tak adanya
bunyi nafas.
Menunjukan
hipoksemia sistemik.

Observasi ferfusi
daerah akral dan
sianosis ( daun telinga,
bibir, lidah dan
membran lidah )
Lakukan tindakan untuk Jalan nafas
memperbaiki jalan
lengket/kolaps
nafas.
menurunkan jumlah
alveoli yang berfungsi
Secara negatif
mempengaruhi
pertukaran gas.
Tinggikan
Meningkatkan ekspansi
kepala/tempat tidur
dada maksimal,
sesuai dengan
membuat mudah
kebutuhan.
bernafas meningkatkan
kenyamanan.
Awasi tanda vital
Tahkikardi/takhipnoe,
dan perubahan pada
TD. Terjadi seirng
dengan perubahan
asidosis.
Kaji tingkat kesadaran
Hipoksemia sistemik
dapat ditunjukan
pertamakali oleh gelisah
dan rangsang disertai
penurunan kesadaran.
Hipoksemia
Kaji toleransi aktivitas. menurunkan
kemampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktivitas tanpa dispnoea
berat, takikardia dan
disritmia.
Kolaborasi:
Awasi seri GDA.

Hipoksemia ada pada


berbagai
derajattergantung pada
jumlah obstruksi jalan
nafas.
Memaksimalkan
Berikan oksigen dengan sediaan oksigen untuk
metoda yang tepat.
pertukaran gas .

Pola nafas
tidak efektif
b/d obstruksi
trakeobronki
al oleh
bekuan
darah, sekret
banyak
,peradarahan
aktif,
penurunan
ekspansi
paru, proses
inflamsi.

Pola nafas
efektif.
Kriteria :
Frekuensi nafas
dalam rentang
normal
Suara paru jelas
dan bersih.
Berpartisipasi
dalam aktivitas.

Kaji frekuensi ,
kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada.,
catat upaya pernafasan (
penggunaan otot bantu
pernafasan )
Auskultasi bunyi nafas,
dan catat adanya bunyi
nafas.
Observasi pola batuk
dan karakter sekret
Dorong dalam nafas
dalam.dan latihan
batuk.
Kolaborasi:
Berikan oksigen
tambahan.
Berikan humidifikasi
tambahan.

Bantu fisioterapi dada.

Siapkan/bantu
bronkoskopi

Nyeri b/d.
invasi kanker
ke pleura,
atau dinding
dada.

Nyeri hilang/
berkurang
Kriteria
:Klien nampak
rileks.
Kliuen dapat
tidur.
Berpartisi dalam
aktivitas.

Tanyakan pasien
tentang nyeri, Tentukan
karaktersitik nyeri
Kaji pernyataan verbal
dan non verbal nyeri
pasien.
Evaluasi keefektifan
pemberian obat
Berikan tindakan
kenyamanan, ubah
posisi, pijatan
punggung dll.
Berikan lingkungan
tenang.
Kolaborasi: Berikan
analgesik rutin s/d
indikasi..

Kedalamam pernafasan
bervariasi tergantung
derajat gagal nafas.,
ekspansi pada terbatas
terjadi pada atelektasis.
Perubahan bunyi nafas
menunjukan obstruksi
sekunder.
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
kering/iritatif
Meningktkan
banyaknya sputum.
Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja
nafas.
Memberikan
kelembaban pada
membran mukosa dan
membantu pengenceran
sekret.
Memudahkan upaya
pernafasan dalam.
Meningktkan drainase
sekret.
Kadang=kadang
berguna untuk
membuang bekuan
darah, sekret serta
membersihkan jalan
nafas.
Membantu dalam
evaluasi gejala nyeri
kanker yang dapat
melibatkan visera, saraf
atau jaringan tulang
Ketidaksesuaian antara
verbal dan non verbal
menunjukan.derajat
nyeri
Memberikan obat
berdasarkan aturan.
Meningkatkan relaksasi
dan pengalihan
perhatian..
Penurunan stress,
menghemat energi
Mempertahankan kadar
obat, menghindari
puncak periode nyeri..

Ansietas b/d
ancaman
kematian,
proses
keganasan,

Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh b/d
intake
kurang,
peningkatan
metabolisme,
proses
keganasan.

Ansietas hilang/
berkurang
Kriteria
Klien tampak
rileks
Klien dapat
beristirahat.
Dapat
bekerjasama
dalam terapi.:

Nutrisi
terpenuhi.
Kriteria :
Menunjukan
perubahan
beratbadan.
Menunjukan
perubahan pola
makan.
Hb. Albumin
dalam rentang
normal.

Evaluasi tingkat
pemahaman
pasien/orang terdekat
tentang diagnosa.
Akui rasa takut,
masalah pasien, dan
dorong
mengekspresikan
perasaan.
Kolaborasi :
Libatkan pasien/orang
terdekat dalam
perencanaan
keperawatan
Catat ststus nutrisi
pasien pada
penerimaan, catat turgor
kulit, berat badan dan
derajat kekurangan
berat badan
Pastikan pola diet
pasien yang
disukai/tidak disukai

Pemahaman persepsi
melibatkan susunan
tekanan perawatan
individu dan
memberikan informasi.
Memberi waktu untuk
mengidentifikasi
perasaan.

Dapat memperbaiki
perasaan kontrol.

Berguna dalam
mengidentifikasi derajat
kurang nutrisi dan
menentukan pilihan
intervensi.

Pertimbangan keinginan
individu dapat
memperbaiki masukan
diet.
Awasi
Mengukur kefektifan
pemasukan/pengeluaran nutrisi dan dukungan
dan berat badan secara
cairan.
periodik
Selidiki mual, muntah,
Mencari pemecahan
anoreksia dan catat
masalah, untuk
kemungkinan
meningkatkan
hubungannya dengan
pemasukan nutrien.
obat
Berikan periode
Membantu menghemat
istirahat sering.
energi., khususnya bila
kebutuhan metabolik
meningkat
Berikan perawatan
Menurunkan perasaan
mulut, sebelum dan
tak enak, bekas sputum,
sesudah tindakan
obatmerangsang pusat
pernafasan.
muntah..
Berikan Diet TKTP.
Memaksimalkan
masukan nutrisi..
Kolaborasi :
Rujuk ke ahli diet
Awasi pemeriksaan lab. Nilai rendah
( BUN, protein serum,
menunjukan malnutrisi
albumin Hb.)
Bila perlu berikan
Meningkatkan masukan
nutrisi parenteral. .
nutrisi adekuat.

Daftar Kepustakaan
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI., Jakarta.
Syaifuddin, 1992 Anatomi Fisiologi, untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Doenges M. 1999, Rencana Asuhan keperawatan, Penerbit Buku kedokteran EGC.
Jakarta.
Lynda Juall Carpenito 1999, Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan., Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn Ir.
Ruang
: Paru Laki.
Diagnosa
Pola nafas
tidak efektif
b/d
penyempitan
trakhea
( proses
metastase )

Tujuan--Kriteria
Pola nafas
efektif.
Kriteria :
Frekuensi nafas
dalam rentang
normal 1216X/menity
Suara paru jelas
dan bersih.
Berpartisipasi
dalam aktivitas
Retraksi otototot bantu
pernafasan
berkuranmg/hila
ng. .

Gangguan
Kebutuhan tidur
pola tidur b/d terpenuhi
Sesak nafas
Kriteria :
Klien
mengatakan
dapat tidur.
Klien terlihat
tidur nyenyak
.

Resiko
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh b/d
intake
kurang,

Nutrisi kurang
tidak terjadi
Kriteria :
Menunjukan
perubahan berat
badan.
Menunjukan

Intervensi
Kaji frekuensi ,
kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada.,
catat upaya pernafasan (
penggunaan otot bantu
pernafasan )
Auskultasi bunyi nafas,
dan catat adanya bunyi
nafas.
Observasi pola batuk
dan karakter sekret
Berikan posisi duduk
dan berikan periode
istirahat saat merubah
posisi.
Dorong dalam nafas
dalam.dan latihan
batuk.
Kolaborasi:
Berikan oksigen
3l/menit.
Berikan obat
Xefotaksim injectie 1 gr
IV
Dexa 3X1 ampul
Furosemid 1 ampul
Siapkan klien untuk
tindakan radioterapi ke
Berikan kesempatan
untuk beristirahat,
Atur periode/jadwal
kegiatan perawatan
Katakan pada pasien
bahwa saat tertentu
waktu untuk tidur
Berikan susu hangat
agak kental 15 menit
sebel;um saat-saat klien
tidur
.
Catat ststus nutrisi
pasien pada
penerimaan, catat turgor
kulit, berat badan dan
derajat kekurangan
berat badan
Pastikan pola diet

Rasional
Kedalamam pernafasan
bervariasi tergantung
derajat gagal nafas.,
ekspansi pada terbatas
terjadi pada atelektasis.
Perubahan bunyi nafas
menunjukan obstruksi
sekunder.
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
kering/iritatif
Meningktkan banyaknya
sputum.
Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja nafas.
Memberikan atibiotika
dan steroid untuk
mengatasi infeksi
Mengurangi tekanan
sidroma vena kava
superior
Mengatasi /mengobati
kanker paru.
Aktivitas yang
terprogram tanpa
stimulasi yang
berlebihan dapat
meningkatkan waktu
tidur.
Penguatan bahwa pasien
perlu tidur dan
mempertahankan
kestabilan lingkungan
Dengan memberikan
tinggi protein
memudahkan klien
untuk tidur.
Berguna dalam
mengidentifikasi derajat
kurang nutrisi dan
menentukan pilihan
intervensi.
Pertimbangan keinginan

peningkatan
metabolisme,
proses
keganasan &
efek
radioterapi.

Resiko
terjadi
gangguan
integritas
kulit pada
daerah
sternum b/d
efek
radioterapi

perubahan pola
makan.
Hb. Albumin
dalam rentang
normal.

Gangguan
integritas kulit
tidak terjadi.
Kriteria :
Jaringan kulit
tetap utuh

pasien yang
disukai/tidak disukai
Berikan porsi kecil tapi
sering.
Awasi
pemasukan/pengeluaran
dan berat badan secara
periodik
Selidiki mual, muntah,
anoreksia dan catat
kemungkinan
hubungannya dengan
obat
Berikan periode
istirahat sering.
Berikan sari buah/juice
buah
Berikan perawatan
mulut, sebelum dan
sesudah tindakan
pernafasan.
Berikan Diet TKTP.
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan lab.
( BUN, protein serum,
albumin Hb.)
Bila perlu berikan
nutrisi parenteral. .
Kaji kulit dengan sering
thd. Efek samping
terapi radiasi.
Mandikan dengan air
hangat dan sabun
ringan
Anjurkan klien untuk
tidak menggaruk atau
menepuk kulit yang
kering.
Anjurkan klien untuk
menghindari
penggunaan krim, salep
dan bedak.
Jangan menghilangkan
tanda area radiasi
Berikan tepung kanji
pada area sesuai dengan
kebutuhan 2X/hari
setelah radiasi selesai.

individu dapat
memperbaiki masukan
diet.
Mengukur kefektifan
nutrisi dan dukungan
cairan.
Mencari pemecahan
masalah, untuk
meningkatkan
pemasukan nutrien.
Membantu menghemat
energi., khususnya bila
kebutuhan metabolik
meningkat
Menurunkan perasaan
tak enak, bekas sputum,
obatmerangsang pusat
muntah..
Memaksimalkan
masukan nutrisi..
Nilai rendah
menunjukan malnutrisi
Meningkatkan masukan
nutrisi adekuat.
Efek kemerahan dan
deskuamasi dapat
terjadi pada tindakan
radioterapi.
Mempertahankan
kebersihan tanpa
mengiritasi kulit.
Membantu mencegah
friksi/trauma kulit.
Meningktakn
iritasi/reaksi secara
nyata
Sebagai identifikasi
tanda area radiasi.
Membantu mengontrol
kelembaban.

Tindakan Keperawatan
Nama Klien : Tn. Ir.
Ruang
: Paru Laki
Hari, tanggal, DX. Keperawatan dan Tindakan Keperawatan
jam
Senin,
1. Mengkaji keadaan klien
11-02-2002
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda
1030
vital
3. Mempertahankan kepatenan IV line,
dengan tetesan 14 tetes/menit
4. Memberikan /memperbaiki posisi pasien
dengan posisi duduk
5. Mengatur posisi bantal agar leher tidak
tertekuk.
DX. no. 2
11.30
Memberi kesempatan kepada pasien untuk
tidur
12.30
Dx. No. 3
1.Membantu pasien memenuhi kebutuhan
makan, klien disuapi istrinya.
2.Memberikan motivasi untuk menghabiskan
diet yang disediakan( klien hanya sanggup
porsi )
3.Mengklarifikasi apakah kurangnya nafsu
makan karena efek radiasi.Menganjurkan agar
makan buah segar ( pisang, jeruk atau apel )
4, Menganjurkan agar makan dalam jumlah
porsi kecil, dan sering.
Dx. No. 4
13.30
1.Melakukan pengkajian kulit, area radiasi.
2. Menganjurkan kepada keluarga saat melap
gunakan air hangat dan sabun halus.
3. Beritahu klien agar tidak menggaruk kulit
daerah radiasi.
Anjurkan klien jangan menghilangkan tanda
area radiasi.
Selasa,
12-02-2002
DX. No. 1
14.00
1. Merapikan tempat tidur klien, sekaligus
membetulkan posisi klien, duduk dengan
sandaran bantal.
2. Mengisi tabung humidifier dengan aqua.
3. Melakukan pengecekan oksigen, apakah
sampai pada hidung klien.
16.00
4. Observasi vital sign ( RR. TD, Nadi dan
suhu )
5. Menyuntikan obat xefotaksim injeksi IV 1
gr. Dan Dexa 1 ampul.
DX. No. 2.
16.30
1. Memberikan kesempatan kepada pasien
untuk tidur, anjurkan minum susu hangat.
20.00
2. Memberi dorongan agar klien berusaha
untuk tidur, walaupun dalam posisi duduk,
menganjurkan agar klien selalu berdoa,
DX. No. 3

Nama Perawat
Rini Hendari

Rini Hendari

17.30

15.00

Rabu,
13-02-2002
07.30

09.00

12.00

08.30

Kamis,
14-02-2002
08.00

09.00

09.30
10.00

10.30

1.Menganjurkan untuk berkumur-kumur


terlebih dahulu sebelum makan.
2.Membantu klien memenuhi kebutuhan
makan dengan menyuapi klien
DX. No. 4
1. .Membantu menyiapkan personal hygiene
lap air hangat.
2 Menganjurkan jangan menggunakan talk
pada area radiasi.anjurkan gunakan tepung
kanji..( 2X/hari )
Rini Hendari
DX. No. 1.
1. Mengganti alat tenun , sekaligus
merapikan posisi duduk.
2. Mengisi tabung humdifier dengan air aqua
, sekaligus mengecek kelancaran oksigen.
3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
( TD, Nadi, RR, suhu )
4. Memberikan injeksi Furosemid `ampul IV.
Dx. No. 2
1. Menganjurkan kepada klien untuk
beristirahat ( pulang dari radiasi yang ke
4)
DX. No. 3
1.Menimbang brrat badan klien( 40 KG.)
2.Membantu klien memenuhi kebutuhan
makan .
3.Menganjurkan klien untuk minum air putih
yang cukup.
1. Merapikan tempat tidur klien, sekaligus
mengatur posisi tidur ( duduk dengan
sandaran bantal )Mengecek oksigen dan
humidifier.
2. Melakukan observasi vital sign, TD 80/60
mmHg. Nadi kecil, cepat, 120X/menit,
suhu 36.C., RR, cepat 40X/menitdaerah
akral dingin ( tangan dan kaki ).lansung
lapor dokter yang merawat ( dr. Heti. )
3. Dicoba pasang infus tidak bisa, keadaan
pasien semakin payah, TD. 80/50
mmHg.,terlihat klien semakin sianotik.
4. Melakukan observasi vital sign intensif,
terlihat nafas pasien tidak teratur ( satusatu ), TD. 70 /palpasi.nadi tak teraba,
sangat halus.
5. Keadaan umum terus memburuk, lapor
dokter .
6. Menganjurkan kepada keluarga ( istri )
untuk berdoa, dan membimbing doa pada
ke dua telinga klien, akhirnya penderita
meninggal tepat pada jam
11.05.disaksikan kelurga, perawat dan
dokter.
Evaluasi

Nama Klien : Tn. Ir.


Ruang
: Paru Laki
Hari,
Diagnosa Keperaatan dan Evaluasi
tanggal, jam
Kamis
14=02-2002 DX. No. 1
08.00
S. Mengatakan sesaknya makin bertambah,
klien menulis surat agar istrinya
menghubungi anaknya.
O.: RR. 40X/menit,TD. 80/60 mmHg., nadi
120X.menit, klien sianotik, akral dingin.
A. Gangguan Pola nafas, masih merupakan
prioritas.
P. Intervensi diintensifkan, lapor dokter yang
merawat.
DX. No. 2.
S. :Klien mengatakan sejak hari selasa
malam, mulai bisa tidur.namun kalau siang
tidak bisa.
O. Pagi dan siang klien tidur sebentar ( 30
menit )
A. Perubahan pola tidur, masih harus
diperhatikan.
P. Intervensi dilanjutkan.
DX. No. 3
S. Klien mengatakan mau makan,
O. Klien disuapi perawat makannya habis.
A. Resiko gangguan nutrisi, sevbbagian
berhasil, tapi berat badan 40 Kg. TB.
165Cm.
P. Intervensi dilanjutkan.
DX. No. 4.
S. Klien mengatakan kalau diberi tepung
kanji daerah dadanya dingin
O. Gangguan integritas kulit tidak terjadi
A.Perhatikan terusd resiko kerusakan
integritas kulit.
P.; Intervensi dilanjutkan sampai program,
radiasi, selesai.

Nama Perawat
Rini Hendari

Anda mungkin juga menyukai