KLP 4 Trauma Medulla Spianlis
KLP 4 Trauma Medulla Spianlis
I.
Konsep Medis
A. Definisi
Trauma pada tulang belakang adalah cedera mengenai
servikalis, vertebralis, dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang
mengenai tulang belakang. Chairuddin Rasjad (1998) menegaskan
bahwa semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma
yang hebat, sehingga sejak awal pertolongan pertama dan
transportasi ke rumah sakit penderita harus diperlakukan secar hatihati. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak
pada tulang belakang, yaitu ligamen dan diskus, tulang belakang
sendiri, dan sumsum tulang belakang (spinal cord).
B. Etiologi
1. Kecelakaan di jalan raya
2. Olahraga
3. Menyelam pada air yang dangkal
4. Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis
seperti spondiolosis servikal dengan mielopati yang menghasilkan
saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap
medula spinalis dan akar, mielitis akibat proses inflamasi infeksi
maupun non-infeksi, osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur
kompresi pada vertebra, siringmielia, tumor infiltrasi maupun
kompresi, dan penyakit vaskular.
C. Anatomi dan Fisiologi
Medulla spinalis dan batang otak membentuk struktur kontinu
yang keluar dari hemisfer serebral dan bertugas sebagai
penghubung otak dan saraf perifer. Panjangnya rata-rata 45 cm dan
menipis pada jari-jari. Medulla spinalis yang memanjang dari
foramen magnum di dasar tengkorak sampai bagian atas lumbal
kedua adalah akar saraf. Akar saraf yang memanjang melebihi konus
dan menyerupai ekor kuda disebut kauda ekuina.
D. Patofisiologi
Cedera medulla spinalis kebanyakan terjadi sebagai akibat
cedera pada vertebra. Medulla spinalis yang mengalami cedera
biasanya berhubungan dengan akselerasi, deselerasi, atau kelainan
yang diakibatkan oleh berbagai tekanan yang mengenai tulang
ekstermitas bawah.
Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami
B. Penyimpangan KDM
C. Diagnosa Keperawatan
Rasional
Distensi visceral biasanya
ekstrem.
upaya pencegahan.
Deteksi dini dan itervensi segera
kecemasan pasien.
Terapi atau pengurangan terhadap
tersebut reda
hilang
Tekanan darah yang rendah
ekstrem
yang tertekan
Untuk memelihara fleksibilitas
toleransi
Lakukan gerakan pasif pada
semua daerah
Menjegah lebih dini terjadinya
jam
Ubah posisi tiap 2 jam
dekubitus
Daerah yang tekanan akan
menimbulkan hipoksia, perubahan
posisi meningkatkan sirkulasi
darah
E. Evaluasi
1. Dapat mencegah atau menanggapi awal tanda - tanda atau gejala
dari disrefleksia.
2. Mampu melaksanakan aktivitas fisik dengan kemampuannya.
3. Mampu mempertahankan keutuhan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, F. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2009. Nursing Care Plans and
Documentation : Nursing Diagnoses and Collaborative Promblems.
5th-ed. Philadhephia : Wolters Kluwer.
http://medicastore.com/penyakit/675/Cedera_Medula_Spinalis_Akibat_Ke
celakaan.html
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Sagung Seto.