Nasotrakeal Intubasi
RESUME
Seorang anak perempuan berusia 9 tahun dengan diagnosa abses
mandibula kronis menjalani operasi osteotomi, nekrotomi dan ekstraksi gigi
dengan narkose umum selama 1 jam 30 menit. Selama operasi, hemodinamik
pasien terpantau baik, tekanan darah pasien berkisar antara 120/160 mmHg dan
110/50 mmHg, nadi 120 -.110x/menit.
Obat-obatan yang digunakan antara lain, premedikasi dengan Midazolam
2 mg dan Fentanyl 50 mcg secara intravena, induksi dengan Propofol 60mg,
Relaksasi dengan Farelax 20mg, intubasi menggunakan ETT No.5 non-kinkink,
cuff (+), pack (+); maintenance dengan inhalasi O2 3 lpm, N2O 3 lpm, dan
Isoflurane 2%. Medikasi lain selama operasi yaitu Ondancetron 4mg, dan Asam
Traneksamat 250mg, fentanyl 25mcg. Jumlah cairan yang masuk sebanyak 500ml
dengan KA EN 4B. Total perdarahan selama operasi 100 ml.
Pada akhir operasi, ekstubasi ETT dan pemasangan guedel no.3 serta
suction sekret pada jalan nafas yang dilakukan di kamar operasi. Pasien dirawat di
ruang dahlia selama dua hari dengan keadaan umum baik dan tekanan darah
dalam batas normal.
Nasotrakeal Intubasi
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
: An.N
Usia
: 9 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: JL.Bakti 3 Rt 009/06 no 64
Agama
: Islam
Status
: Pelajar
No RM
: 477855
Tanggal Masuk RS
: 25 Januari 2016
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada
tanggal 25 Januari 2016 di Ruang Recovery RS Pelabuhan
a. Keluhan Utama
Benjolan di leher kanan sejak 1 tahun
b. Keluhan Tambahan(-)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak usia 9 tahun, datang dengan keluhan benjolan di leher kanan
sejak 1 tahun, benjolan dirasakan hilang timbul, nyeri (+), demam (-), nyeri
menelan (-). Riwayat batuk pilek (-), sesak napas (-). Pasien memiliki riwayat
gigi berlubang pada gigi geraham sebelah kanan bawah. Jarang memeriksakan
diri ke dokter gigi
Keadaan Pra Operatif:
Suhu
36,2C
TD
-
BB
22 kg
Hb
13,2 g/dl
Nadi
88 x/menit
Gol. Darah
-O-
TB
142 cm
Ht
40,6 %
Airway/Respiratory
Leukosit
7,78 ribu/uL
Trombosit
413 ribu/uL
Nasotrakeal Intubasi
Sirkulasi
Saraf
Gastro Intestinal
Metabolik
Hepar
Renal
Status fisik
Medikasi pra operatif :
Premedikasi
Induksi
Maintenance
2%
Relaksasi dengan
Teknik Anestesi
Pre-oksigenasi,
premedikasi,
induksi,
dilakukan
pack (+).
Kontrol respirasi, TV 240 ml, RR 14 x/menit
Supine
KA-EN 4B
-
pembedahan
Keadaan akhir
pembedahan
100%.
Penggunaan obat-obatan durante op. :
Premedikasi
Midazolam 2 mg,
Fentanyl 50 mcg
Pemberian : IV
Efek : mengantuk
Medikasi
Propofol 60 mg
Farelax 20 mg
Ondancetron 4mg
Asam Traneksamat 250mg,
Fentanyl 25mcg.
Nasotrakeal Intubasi
Jumlah Medikasi
Midazolam 2 mg,
Fentanyl 75 mcg
Propofol 60 mg
Farelax 20 mg
Ondancetron 4mg
Asam Traneksamat 250mg
Jumlah Cairan
Pre-op
: 100 ml
Durante op : 400 ml
Total
: 500 ml
TIME
14.15
14.30
14.45
Pendarahan
DC (-)
Pemantauan di RR
SATURASI
99
99
99
100 ml
Catatan
HEART RATE
80
80
76
15.00
Nasotrakeal Intubasi
100
72
TINJAUAN PUSTAKA
Intubasi nasotrakeal biasanya dilakukan pada pasien yang menjalani operasi
maksilofasial atau operasi gigi atau saat intubasi Orotracheal tidak dimungkinkan
(misalnya, pasien dengan pembukaan mulut terbatas). Nasotrakeal intubasi biasa
menjadi rute pilihan untuk intubasi lama di unit kritis perawatan, tapi terbatas
penggunaannya jika ada luka pada hidung, sinusitis, dan abses lokal .
Kendalanya, karena diperlukan tabung yang panjang dan rute hidung yang sempit
mengakibatkan pulmonary toilet yang lebih sulit dan resistensi saluran napas
lebih besar.
Indikasi
Paling umum, teknik ini digunakan di ruang operasi untuk operasi gigi dan
intraoral (misalnya, prosedur rekonstruksi mandibula atau osteotomi mandibula)
dan operasi orofaringeal.
Indikasi lainnya termasuk mengamankan jalan napas pada pasien dengan
stabilitas tulang belakang leher yang dicurigai atau penyakit degeneratif tulang
belakang leher, pasien dengan massa intraoral atau kelainan struktural, dan
pasien dengan pembukaan mulut yang terbatas (misalnya, trismus).
Kontraindikasi
kontraindikasi absolut
kontraindikasi mutlak untuk intubasi nasotrakeal adalah sebagai berikut:
diduga epiglottitis
ketidakstabilan midface
koagulopati
Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi
FK UNTAR RS Pelabuhan Jakarta
Periode 14 Desember 2015 20 Februari 2016
Nasotrakeal Intubasi
kontraindikasi relatif
kontraindikasi relatif terhadap intubasi nasotrakeal adalah sebagai berikut:
polip hidung besar
Adanya benda asing hidung
Riwayat operasi hidung
hematoma atau infeksi saluran pernapasan atas
Riwayat epistaksis sering
Anesthesia
anestesi umum: Jika tidak ada kesulitan yang dalam mengamankan jalan napas,
berdasarkan pemeriksaan fisik atau riwayat intubasi, anestesi umum dapat
diinduksi. anestesi umum secara rutin diinduksi menggunakan rapid-acting
hypnotic (misalnya, propofol, etomidate, thiopental, ketamine).
Menilai ventilasi masker sebelum blokade neuromuskular: Setelah induksi
anestesi, menilai kemampuan ventilasi pasien sebelum memberikan blocker
neuromuskuler
Nasotrakeal Intubasi
Lidocaine jelly
Magill forceps
Nasotrakeal Intubasi
Posisi
Untuk induksi anestesi umum, pasien harus dalam posisi terlentang.
Jika pasien sadar, fiberoptic intubasi (atau intubasi terjaga lainnya) dilakukan.
Kebanyakan praktisi memilih duduk (di meja ruang operasi) karena mencegah
laring jatuh posterior seperti dalam posisi terlentang.
Teknik nasal anestesi
menstabilkan patensi dari nares dengan corong hidung dengan dilumasi jelly.
Nasotrakeal Intubasi
Setelah pita suara terlihat, tabung endotrakeal dimasukan oleh dokter atau
asisten.
Nasotrakeal Intubasi
Komplikasi
Komplikasi intubasi nasotrakeal adalah sebagai berikut:
Epistaksis: ini adalah komplikasi yang paling umum, yang dihasilkan dari
abrasi dari mukosa hidung ketika tabung dilewatkan posterior. Jika
perdarahan terlihat tapi intubasi masih bisa dicapai, maka harus
diselesaikan. Sebuah pipa endotrakeal di posisi yang tepat memungkinkan
tamponade perdarahan dan melindungi jalan napas. Jika berulang kali
mencoba diperlukan, maka tabung harus ditarik sampai manset
diposisikan untuk meningkat dalam rangka untuk tamponade perdarahan
(biasanya di ruang postnasal). Pilihan lain adalah untuk menarik tabung
septum)
Aspirasi
stimulasi vagal
laringospasme
Kerusakan Pita suara
Bakteremia dari pengenalan flora hidung ke trakea
Pneumotoraks
Nasotrakeal Intubasi
MEDIKASI PRA-ANASTETIK
Tujuan medikasi pra-anestetik ialah untuk mengurangi rasa cemas
menjelang pembedahan, mempelancar induksi, mengurangi kegawatan
akibat anesthesia. Selain itu, obat-obat ini akan mengurangi hipersalivasi,
bradikardia, dan muntah yang timbul sesudah maupun selama anesthesia.
Ada 5 golongan obat yang diberikan sebagia medikasi pra-anestetik yaitu
analgesic narkotika, sedative barbiturate, benzodiazepine, antikolinergik,
dan neuroleptik.
Analgetik Narkotik
Morfin adalah analgetik narkotika pertama yang digunkan untuk
mengurangi cemas dan ketegangan pasien menghadapi pembedahan,
mengurangi nyeri, menghindari takipnea pada anesthesia dengan
trikloretilen, dan membantu agar anesthesia berlangsung baik. Kini dikenal
lebih dari 20 jenis opioid yang dapat
sedangkan
dosis
fentanil
adalah
0,05-0,1
mg
Nasotrakeal Intubasi
ANESTETIKA INHALASI
1.
Nasotrakeal Intubasi
efek
pelumpuh
otot
depolarisasi
maupun
koroner
juga
berdilatasi
dan
aliran
koroner
Nasotrakeal Intubasi
mungkin
efek
perlu
normokapnia
dikendalikan
sebab
isofluran
untuk
dapat
A.
ANASTETIK INTRAVENA
Nasotrakeal Intubasi
Keadaan pasien
Sifat anestetik umum
Jenis operasi
Peralatan serta obat yang tersedia
Agar anestesia umum berjalan sebaik mungkin, pertimbangan
utama ialah memilih anestetik yang ideal yaitu cepat melewati stadium II,
tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti hipersekresi
saluran napas atau menyebabkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin,
tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, sifat analgesic cukup kuat,
relaksasi otot cukup baik, kesadaran cepat pulih tanpa efek yang tidak
diinginkan. Kalau mungkin anestetik yang mudah di dapat dan murah.
Sayangnya tidak ada satu obat pun yang memeuhi semua sifat di atas.
Pada operasi ringan seperti ekstraksi dan insisi abses, tidak
diperlukan relaksasi otot yang sempurna, oleh sebab itu cukup dipilih
anestetik umum yang bersifat analgesic kuat misalnya N 2O dan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi
FK UNTAR RS Pelabuhan Jakarta
Periode 14 Desember 2015 20 Februari 2016
Nasotrakeal Intubasi
DISKUSI
TEORI
Intubasi nasotrakeal biasanya
KASUS
Pada pasien ini dilakukan operasi
submandibula kronis
Nasotrakeal Intubasi
tidak
Trombosit: 413.000
Masa perdarahan: 4.00
Masa pembekuan: 14.00
ditemukan
adanya
kelainan
tersebut.
pernapasan atas
Riwayat epistaksis sering
menggunakan
sebelum
memasukan
tabung
gel
lidocain
dan
0,05%
nasal
spray
0,25-1%
menggunakan
pelumas
(Neo-Synephrine).
lidocaine
larut
memungkinkan
jelly atau
dalam
untuk
air
melicinkan
Nasotrakeal Intubasi
Pemilihan
penggunaan
anestesik
Pada
operasi
operator
memilih
anestesi
opoid
penggunaan
sama.
menit),
Misalnya
remifentanil
sulfentanil
(15
(10
menit
),
lebih
sedikit
sebagai
obat
pra
medikasi.
menit).
Midazolam IV yang disuntikkan 15-60
menit prabedah memberikan amnesia
dengan masa kerja yang lebih singkat
dan lenih sedikit efek sampingnya.
dosis fentanil adalah 0,05-0,1 mg
IM/IV
N2O ,stadium induksi akan cepat
1 jam 30 menit
mendapatkn
sering
relaksasi
yang
ditambahkan
obat
pelumpuh otot.
lainnya,
isofuran
tidak
Nasotrakeal Intubasi
katekolamin.
Isofluran adalah molekul yang sangat
stabil yang mengalami metabolisme
sedikit,
akibatnya
flourida
yang
Propofol
memberikan
induksi
dan Propofol
dipakai
sebagai
induksi
Nasotrakeal Intubasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Larson CP. Obstetric Anesthesia. In :
Clinical anesthesiology 4rd ed. New York : Lange Medical Books/McGrawHill Medical Publishing Four Edition, 2006
2. Marina Shindell. Nasotracheal intubation. University of Colorado School
of
Medicine,
2015http://emedicine.medscape.com/article/1663655-
overview#a8
3. Gunawan, Sulistya, dkk, 2009, Farmakologi dan Terapi, edisi 5, Jakarta:
FK UI.
4. Nugroho AM. Anestesia pada Bedah Laparoskopik. Dalam: Soenarto RF,
Chandra
S,
editor.
Buku
Ajar
Anestesiologi.
Jakarta:
Departemen