Kasus :
Pasien laki - laki 24 tahun datang dengan post kecelakaan lalu lintas, dan ada jejas
trauma di dada. Frekuensi nafas : 32 x / menit, pupil unisokor, JVP > 5-2 cm,
pasien sesak nafas. Tentukan manajemen resusitasi, pemeriksaan penunjang, dan
manajemen lanjutan dari pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan,
tanda tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada penderita yang terluka parah,
terapi diberikan berdasarakan prioritas. Tanda vital penderita harus dinilai secara
cepat dan efisien. Pengelolaan penderita berupa primary survey yang cepat dan
kemudian resusitasi, secondary survey dan akhirnya terapi definitif. Proses ini
merupakan ABC nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang
mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut :
A : Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal
B : Breathing, menjaga pernapasan dengan ventilasi
C : Circulation dengan kontrol perdarahan
D : Disability : Status neurologis
E : Exposure : buka baju penderita,tetapi cegah hipotermia.
A. Airway dengan kontrol servikal
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat diqsebabkan benda
asing,fraktur tulang wajah,fraktur mandibula atau maksila,fraktur laring
atau trakea. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi vertebra
servikal.dalam hal ini dapat dimulai dengan melakukan chin lift atau jaw
definitif.
Adanya
gerakan
motorik
yang
tak
bertujuan,
pemeriksaan
neurologis
tidak
sepenuhnya
dapat
mengenai
keadaan
hemodinamik
ini,yakni
tingkat
10
mekanik,ada
gangguan
ventilasi
atau
ada
gangguan
11
2.3.
Pemeriksaan penunjang pada primary survey dan resusitasi
a. Monitor
Monitoring hasil resusitasi sebaiknya didasarkanpada penemuan klinis
seperti laju nafas, nadi, tekanan nadi, tekanan darah, ABG ( Arterial Blood
Gases), suhu tubuh dan keluaran (output) urin hasil pemeriksaan di atas
harus didapat secepatnya setelah menyelesaikan survey primer.
1. laju nafas dan ABG dipakai untuk menilai airway dan breathing.
2. Penggunaan pulse oximetry untuk mengukur kadar oksigen saturasi.
b. Pemeriksaan rotgen dan pemeriksaan tambahan lainnya foto thoraks
dan kepala.
Secondary Survey
Secondary survey dilakukan setelah primary survey selesai,resusitasi dilakukan
dan ABC nya penderita dipastikan membaik. Survei sekunder adalah pemeriksaan
kepala sampai kaki (head to toe examination).
a. Anamnesis
Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis, mengenai
riwayat perlukaan.
Riwayat AMPLE
A : alergi
12
Trauma tumpul
Trauma tajam
Perlukaan karena suhu panas/dingin
Bahan berbahaya
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
2. Maksilo fasial
3. Vertebra servikalis dan leher
4. Thoraks
5. Abdomen
6. Perineum
7. Muskuloskeletal
8. neurologis
Manajemen lanjutan dari pemeriksaan penunjang
Membutuhkan dekompresi segera dan penanggulangan awal dengan cepat
verupa insersi jarum pada sela iga ke II linea midclavicula (neddle insertion)
Terapi definitif selalu dibutuhkan dengan pemasangan selang dada (chest tube)
pada sela iga ke 5 di anterior dari garis midaxilaris.
13