Anda di halaman 1dari 16

II.

Penghasilan dan Cara Menghitung Penghasilan


Yang dimaksud penghasilan menurut UU Pajak Penghasilan adalah tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi maupun untuk menambah kekayaan yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun (lihat rincian)
Adapun contoh cara menghitung penghasilan dapat digambarkan pada bagan sebagai
berikut :
Perusahaan Dagang
Penjualan Bruto Rp
-/- Retur .. RP
(-)
Penjualan Netto ..... Rp
Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal tahun .. Rp
Pembelian . Rp
(+)
Tersedia untuk dijual . Rp
_
Persediaan akhir tahun Rp
(-)_
Harga Pokok Penjualan . Rp
(-)_
Laba Bruto Usaha Rp
Biaya administrsi dan Umum Rp
Penghasilan Netto Usaha Rp

(-)

Penghasilan Luar Usaha Rp..


Biaya luar usaha Rp..
Penghasilan netto luar usaha .. Rp ..
Jumlah Penghasilan Neto (Komersial). Rp
==============
Dari jumlah penghasilan neto komersial tersebut, kemudian dilakukan penyesuaianpenyesuaian (adjust-ment), yang didasarkan pada aturan-aturan perpajakan untuk
memperoleh penghasilan neto fiskal, yakni penghasilan neto yang didasarkan pada
perhitungan yang diakui secara fiskal. Penyesuaian-penyesuaian tersebut disebut koreksi
fiskal. Koreksi fiskal ada dua macam, yakni koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif.
a.

Koreksi Fiskal Positif:


koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang
menghasilkan Laba Fiskal lebih besar dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih
kecil dari pada Rugi Komersial).
Contoh:
Uraian
Komersial
Fiskal
Keterangan
Pemberian sembako untuk pegawai
diakui
Tidak diakui
Harus
dikoreksi
Pemberian fasilitas rekreasi u/ pegawai
diakui
Tidak diakui
Harus
dikoreksi
Pemberian fasilitas tempat tinggal
diakui
Tidak diakui
Harus
u/pegawai
dikoreksi
Akibat dari adanya koreksi ini maka biaya yang dihitung secara fiskal menjadi lebih kecil
dari pada biaya yang dihitung secara komersial. Akibat selanjutnya laba yang dihitung
secara fiskal menjadi lebih besar dari pada laba yang dihitung secara komersial. Karena
laba yang dihitung secara fiskal menjadi lebih besar maka disebut koreksi fiskal positif.

b.

Koreksi Fiskal Negatif: koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang
menghasilkan Laba Fiskal lebih kecil dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih
besar dari pada Rugi Komersial).
Contoh:
Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi menggunakan Metode Garis Lurus untuk
jangka waktu lima tahun untuk aset senilai Rp100.000.000. Perhitungan penyusutan
Komersial-nya adalah sbb:

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

Harga perolehan
Rp100.000.000
Penyusutan tahun pertama
Rp20.000.000
20%
Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi Fiskal menggunakan Metode Sado Menurun
dengan tarif 25% dari Nilai Sisa Buku. Perhitungan penyusutan Fiskalnya adalah sbb:
Harga perolehan
Rp100.000.000
Penyusutan tahun pertama
Rp25.000.000
25%
Penyusutan tahun pertama adalah 25% dari nilai perolehan, karena pada tahun pertama
nilai bukunya sama dengan nilai perolehan.
Jika diperbandingkan antara penyusutan komersial dengan penyusutan komersial akan
tampak sebagai berikut:
Uraian
Komersial
Fiskal
Keterangan
Penyusuta
Rp20.000.00
Rp25.000.00 Harus
dikoreksi
sebesar
n
0
0 Rp5.000.000
Penyusutan fiskal pada contoh tersebut diatas lebih besar Rp5.000.000 dari pada
penyusutan komer-sial. Karena penyusutan sebagai beban secara fiskal dihitung lebih
besar maka akibatnya penghasilan secara fiskal menjadi lebih kecil. Karena laba secara
fiskal menjadi lebih kecil (atau rugi secara fiskal menjadi lebih besar), maka disebut
koreksi fiskal negatif.
Selanjutnya dari dari bagan perhitungan Laba Rugi dengan hasil akhir Jumlah
penghasilan Neto Komersial tersebut dimuka, dapat diteruskan sebagai berikut:
Penghasilan Neto Komersial . Rp.
Koreksi Positif Rp..
Koreksi Negatif . Rp..
Saldo Koreksi Rp.. + (-)
Laba/Rugi Fiskal . Rp..
Untuk memperoleh angka-angka dalam menghitung koreksi fiskal tersebut, harus
dipahami pengelua-ran-pengeluaran/beban yang diakui secara fiskal dan pengeluaranpengeluaran/beban yang didak diakui secara fiskal. Pengeluaran-pengeluaran yang
diakui/dapat dikurangkan secara fiskal diatur pada pasal 6 UU Pajak Penghasilan,
sedangkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak diakui/tidak dapat dikurangkan, diatur
pada pasal 9 UU PPh sebagai diuraikan berikut.
1. Pengeluaran Yang dapat Dikurangkan (Pasal 6 UU-PPh)
Besarnya Penghasilan Kena Pajak WP DN dan BUT ditentukan berdasarkan Penghasilan Bruto
dikurangi :
a
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya
pembelian bahan, termasuk :
1 Biaya Pembelian Bahan
2 Biaya berkenaan pekerjaan atau jasa termasuk :
Upah
Misalnya: upah borongan, upah harian dst untuk
menye-lesaikan suatu pekerjaan
Gaji
Imbalan atas pekerjaan yang berhubungan
dengan perburuhan
( lihat juga psl 9 huruf f dan j )
Honorarium
Imbalan atas pekerjaan namun tidak ada
hubungan perburuhan, misalnya: honorarium
akuntan, honorarium konsultan, imbalan jasa
audit, dan jasa-jasa ahli lainnya.
Bonus
Misalnya imbalan atas prestasi kerja
Gratifikasi
Pemberian kepada pegawai karena perusahaan
memperoleh laba yang besar.
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

10

Tunjangan dalam bentuk uang


3

4
5
6

7
8

9
b
c

Contoh: tunjangan isteri, anak, kemahalan,


tunjangan kesehatan, tunjangan transport, THR
dsb.

Bunga, Sewa dan Royalty


Bunga

Harus digunakan dalam rangka menjalankan


usaha. Bunga atas pinjaman yang tertanam
dalam deposito tidak dapat dikurangkan.
(SE-46/PJ.04/95; tgl 5-10-1995)
Sewa
Misalnya sewa gudang, sewa tempat usaha, sewa
alat-alat berat dsb.
Tidak termasuk:sewa sewa rumah untuk pegawai.
Royalty
Contoh: imbalan atas pemakaian merk dsb
Biaya perjalanan
Dalam rangka menjalankan tugas perusahaan
misalnya: tiket pesawat, biaya hotel dsb.
Biaya pengelolaan limbah
Misalnya biaya untuk mengelola limbah mercuri
untuk bidang usaha pertambangan emas, agar
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Premi assuransi
Untuk asuransi yang berkaitan dengan usaha.
contoh : asuransi kebakaran, asuransi kerugian,
asuransi kenda-raan perusahaan dsb.
Lihat psl 9 huruf d
Biaya Promosi dan Penjualan
Diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
Biaya administrasi
Contoh: alat tulis, kantor dsb
Rincian tersebut diatas merupakan contoh, karena disebutkan termasuk, berarti
ada pengurangkan lain yang diakui secara fiskal, misalnya:
Biaya
Dapat dikurangkan asal dalam rangka
representasi/intertainment,
menjalankan usaha dengan syarat dibuatkan
jamuan tamu
daftar nominatif yang dilampirkan dalam SPT PPh.
(SE-27/PJ.22/1986)
Telepon

Biaya langganan telepon biasa


sepenuhnya dapat dikurangkan;

Biaya langganan telepon seluler atau biaya


pulsa telepon seluler untuk pegawai karena
jabatannya dapat dikurangkan sebesar 50%.
(Kep-220/PJ/2002)
Biaya pemeliharaan kendaraan
Biaya pemeliharaan kendaraan, perbaikan
rutin untuk kendaraan operasional perusahaan
seluruhnya dapat dibebankan sebagai biaya,
termasuk untuk kendaraan antar jemput
karyawan;

Biaya pemeliharaan, perbaikan mobil


sedan untuk pegawai tertentu perusahaan
dapat dibebankan sebagai biaya sebesar 50%
(Kep-220/PJ/2002)
Listrik dan air untuk
perusahaan
Pajak selain PPh
Penyusutan dan Amortisasi
Iuran kepada Dana Pensiun,
yang pendiriannya disyahkan
oleh Menkeu

Contoh : PBB, PKB dan pajak-pajak daerah


Diatur lebih lanjut pada psl 11
Maksudnya untuk dana pensiun karyawannya.

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

11

d
E
f
G
h

Kerugian karena Pengalihan


Harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan
Rugi Selisih Kurs
Biaya Penelitian dan
pengembang-an yg dilakukan
di Indonesia
Bea siswa, magang, pelatihan
Piutang yang nyata tidak
dapat ditagih dengan syarat
a. Telah dibebankan sebagai
biaya dalam perhitungan
L/R Komer-sial;
b. Harus disertai Daftar
Nominatif yang diserahkan
kepada DJP.
c. Penagihannya telah
diserakan
kpd Pengadilan negeri atau
instansi pemerintah yang
mena-ngani piutang negara,
atau adanya perjanjian
tertulis ten-tang
penghapusan piutang

Sumbangan dalam rangka


penang-gulangan Bencana
Nasional sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah;

Sumbangan dalam rangka


peneli-tian dan pengembangan
yang dila-kukan di Indonesia,
sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Peme-rintah;
Biaya pembangunan
infrastruktur sosial sesuai
dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah;
Sumbangan fasilitas
pendidikan yang ketentuannya
diatue dengan Peraturan
Pemerintah.
Sumbangan dalam rangka
pembi-naan olah raga, sesuai
dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah;

Contoh : perusahan menjual sebagian alat


produksinya, dalam hal harga jual lebih rendah
dari nilai sisa buku fiskalnya.
Misalnya perusahaan telah meminjam dana dari
LN, yang pada saat mengembalikan kurs valasnya
telah mengalami kenaikan terhadap rupiah.

Syarat-syarat:

WP mempunyai penghasilan neto


fiskal/tidag rugi

Pemberian sumbangan tidak


mengakibatkan kerugian

Didukung dengan bukti yang syah

Lembaga yang menerima sumbangan


memiliki NPWP
(Permenkeu no 76/PMK-03/2011)
sda
Sda.
Ditambah syarat bahwa besarnya nilai
sumbangan maksimum 5% dari penghasilan neto
fiskal.
Sama dengan huruf i

Sama dengan huruf i

2. Pengeluanan Yang Tidak Dapat Dikurangkan (psl 9 UU PPh)

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

12

a
b
c

Uraian
Pembagian Laba
Biaya untuk kepentingan
pribadi pemegang saham
Pembentukan/pemupukan dana
cadangan
Kecuali untuk:

Cadangan piutang tak


tertagih untuk usaha bank,
Badan Usaha lain yang
usahanya menyalurkan
kredit, SGU dng hak opsi,
peru-sahaan pembiayaan
konsumen, perusahaan anjak
piutang.

Uraian, contoh dan pengaturan lebih lanjut


Contoh : dividen, SHU Koperasi
Contoh: biaya service mobil pribadi pemegang
saham
Contoh: pencadangan untuk piutang tak tertagih
misalnya dalam hal terjadi penjualan kredit

Cadangan untuk usaha


asuransi, termasuk
cadangan untuk ban-tuan
sosial yang dibentuk Jamsostek.

Cadangan penjaminan
untuk Lembaga Penjamin
Simpanan.

cadangan biaya
reklamasi untuk usaha
pertambangan;

Cadangan untuk biaya


penana-man kembali usaha
kehutanan;

Cadangan biaya
penutupan dan
pemeliharaan tempat
pembuang-an limbah
industri.
Dengan syarat-syarat yang
diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan

b. Untuk bank perkreditan rakyat, besarnya


cadangan yang dapat dikurangkan sebagai biaya
adalah:

0.5% dari kredit yang digolongkan


lancar;

3% dari kredit yang digolongkan


kurang lancar, setelah dikurangi dengan nilai
anggunan yang dikuasai;

50% dari kredit yang digolongkan


diragukan, setelah dikurangi dengan nilai
anggunan yang dikuarai;

100% dari nilai kredit yang


digolongkan macet, yang masih tercatat dalam
pembukuan, setelah dikurangi dengan nilai
anggunan yang dikuasai.
c.
Untuk SGU sebesar 2,5% dari rata-2 saldo
piutang ;
d.
Besarnya cadangan cadangan premi untuk
menutup klaim yang jatuh tempo ditentukan oleh
perhitungan aktuaria dan mendapatkan
pengesahan oleh Badan Pengawasan Modal dan
Lambaga Keuangan.
(Kep MK-80/95, jo Kep MK-68/1999, jo Kep MK204/2000, jo. Per Men-03/2006)

Premi assuransi kesehatan,


kecelakaan, jiwa, dwiguna yang
dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak.Orang Pribadi.
Kecuali dibayar oleh pemberi
kerja dan dihitung sebagai
penghasilan bagi pegawai ybs.
Penggantian sehubungan
dengan pekerjaan/jasa
dalam bentuk natura dan
kenikmatan

Bandingkan dengan asuransi pada uraian pasal 6.

a. Untuk bank umum besarnya cadangan yang


dapat dikurangkan sebagai biaya adalah:

50% dari kredit yang digolongkan


diragukan, setelah dikurangi anggunan;

100% dari kredit yang digolongkan


macet, setelah dikurangi nilai anggunan.

Bila asuransi dibayar oleh pemberi kerja maka premi


tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya.
Contoh:

Pengobatan cuma-cuma untuk untuk


pegawai, dimana perusahaan langsung membayar
kepada RS/ klinik

Pemberian beras, gula dsb.

Fasilitas perumahan;

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

13

h
i
j

3.

Kecuali :

makan/minum bagi
semua kar-yawan/pegawai;

antar jemput karyawab;

imbalan dalam bentuk


natura di daerah tertentu;

berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
Yang diatur lebih lanjut
berdasar-kan Peraturan Menteri
Keuangan.
Jumlah yang melebihi
kewajaran yang dibayar kpd
pemegang saham, dan yg
mempunyai hubungan
istimewa
Hibah, bantuan, sumbangan
dan warisan
Kecuali:

Zakat yang diterima


oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disyah-kan
oleh pemerintah atau

Sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui
di Indonesia, yang diterima
oleh Lembaga keagamaan
yang dibentuk atau
disyahkan oleh pemerintah,
Yang ketentuannya diatur
berdasar-kan Peraturan
Pemerintah.
Pajak Penghasilan
Biaya untuk kepentingan
pribadi WP dan keluarganya
Gaji yang dibayarkan kpd
anggota persekutuan, firma, CV
yang modalnya tidak terbagi
atas saham
Sanksi bunga, denda, kenaikan
serta sanksi pidana pajak

Daerah tertentu dimaksud adalah daerah terpencil


yang layak dikembangkan
Contoh: pakaian kerja yang berkaitan dengan
keselamatan kerja, seragam satpam, seragam
pabrik, pakaian proyek dsb.

Contoh: biaya bahan bakar dan servis mobil pribadi


WP.OP
Dalam hal WP berbentuk firma atau CV tidak atas
saham-saham, maka pemberian imbalan kepada
anggota persekutuan tidak boleh dikurangkan.
Contoh: sanksi bunga atas keterlambatan menyetor
PPh, sanksi denda dsb

Rincian Koreksi Fiskal dan Rekonsiliasi antara Laporan Keuangan Komersial


dengan Laporan Keuangan Fiskal
Telah disebutkan dimuka bahwa untuk tujuan menghitung Penghasilan Kena Pajak, laporan
keuangan perlu dilakukan penyesuaian/koreksi fiskal. Bagan tersebut dibawah ini
menyajikan ikhtisar koreksi fiskal tersebut, yang didasarkan pada pasal 6, pasal 9 dan pasal
11 Undang Undang Pajak Penghasilan.

Uraian

Akuntansi
Komersial

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

Koreksi
Beda
Beda
Tetap
Waktu

PPh/
Fiskal

14

I
II

III
IV
1
2
3
4

8
9

10
11
12
13
14
15

Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Metode FIFO
Metode Rata-rata
Metode LIFO
Laba Bruto Usaha ( I II )
Beban Usaha
Gaji
Tunjangan PPh 21
PPh 21 dibayar perusahaan
Tunjangan dalam bentuk uang,
misalnya : tunjangan isteri, tunjangan
anak, tunjangan kesehatan, THR dsb
asal diberikan dalam bentuk uang.
Imbalan dalam bentuk
natura/kenikmatan atau fasilitas,
misalnya:

Pengobatan cuma-cuma untuk


untuk pegawai, dimana perusahaan
langsung membayar kepada RS/
klinik

Pemberian beras, gula dsb.

Fasilitas perumahan;

Rekreasi.
Imbalan dalam bentuk
natura/kenikmatan atau fasilitas yang
merupakan pengecualian yang disebut
diatas

makan/minum bagi semua


karyawan;

antar jemput pegawai


perusahaan;

imbalan dalam bentuk natura


di daerah tertentu;

berkaitan dengan pelaksanaan


peker-jaan misalnya : seragam
pabrik, sera-gam proyek.
Bunga, dengan syarat : digunakan
dalam rangka menjalankan usaha.
Bunga atas pinjaman yang tertanam
dalam deposito tidak dapat
dikurangkan.
(SE-46/PJ.04/95; tgl 5-10-1995)
Sewa : misalnya sewa gudang, sewa
tem-pat usaha dsb.
Sewa rumah untuk ditempati pegawai
Royalty,
misalnya
imbalan
atas
pemakaian merek.
Biaya
perjalanan
dalam
rangka
menjalan-kan tugas perusahaan.
Biaya pengelolaan limbah, misalnya
biaya untuk mencegah pencemaran
lingkungan
Premi asuransi yakni asuransi yang

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

x
x
x
x

x
x
x

x
x
x
x

k
-

x
x
x

x
x

k
-

15

16

17

18
19

20

21

22
23
24

25

26

berkaitan dengan usaha wajib pajak


misalnya : asuransi kebakaran,
asuransi kerugian, asuransi kendaraan
perusahaan dsb
Premi asuransi kesehatan, asuransi
kece-lakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna yang dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi
Biaya representasi/ intertainment,
jamuan tamu.
Dapat dikurangkan asal dalam rangka
menjalankan usaha dengan syarat
dibuat-kan daftar nominatif yang
dilampirkan dalam SPT PPh. (SE27/PJ.22/1986)
Biaya langganan telepon biasa untuk
per-usahaan, sepenuhnya dapat
dikurangkan;
Biaya langganan telepon seluler atau
biaya pulsa telepon seluler untuk
pegawai karena jabatannya dapat
dikurangkan sebesar 50%. (Kep220/PJ/2002)
Biaya pemeliharaan kendaraan,
perbaikan rutin untuk kendaraan
operasional perusahaan seluruhnya
dapat dibebankan sebagai biaya,
termasuk untuk kendaraan antar
jemput karyawan;
Biaya pemeliharaan, perbaikan mobil
sedan untuk pegawai tertentu
perusahaan dapat dibebankan sebagai
biaya sebesar 50%
(Kep-220/PJ/2002)
Listrik dan air untuk kepentingan
perusa-haan
Iuran kepada Dana Pensiun, yang
pendiriannya disyahkan oleh Menkeu
Biaya penelitian dan pengembangan
yang jumlahnya wajar untuk untuk
menemukan teknologi atau sistem
baru asal dilakukan di Indonesia,
dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan
Biaya yang dikeluarkan untuk
kepentingan bea siswa, magang dan
pelatihan dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya manusia dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan
Kerugian karena piutang yang tidak
dapat ditagih (bukan bank/SGU hak
opsi)
a.
Penyisihan
b.
Metode Langsung dengan
syarat dibuat-kan daftar nominatif,
penagihannya telah dilimpahkan

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

x
x

k
-

16

27
28
29
30
31

32

33
34

35
36

37
38
39
40
V
VI
1
2

3
4
5

kepada BUPLN, Pengadilan;


c.
Telah dipublikasikan
Pembagian laba dengan nama atau
dalam bentuk apapun
Biaya untuk kepentingan pribadi
pemegang saham
Pajak pajak, termasuk : PBB, PKB, dan
pajak-pajak lainnya
Pajak Penghasilan
Sanksi administratif perpajakan,
berupa bunga, denda dan kenaikan,
serta sanksi pidana berupa denda dan
kenaikan
Jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham
dan yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan atas jasa
yang diberikan.
Sumbangan pada umumnya
Sumbangan dalam rangka
penanggulangan Bencana Nasional
sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah;
Biaya pembangunan infrastruktur
sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah;
Sumbangan dalam rangka penelitian
dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah;
Sumbangan untuk Fasilitas Pendidikan
sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah;
Sumbangan dalam rangka pembinaan
oleh raga sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah;
Penyusutan Harta (diuraikan
tersendiri)
Amortisasi (diuraikan tersendiri)
Laba Usaha ( III IV)
Penghasilan Diluar Usaha
Dividen sebagai hasil dari penyertaan
modal kepada perusahaan di Dalam
Negeri.
Dividen sbg hasil dari penyertaan
modal kepada perusahaan di DN,
dimana penyer-taannya sebesar 25%
atau lebih dari modal perusahaan
tempat investasi dilakukan.
Bunga atas deposito, tabungan
lainnya pada bank-bank di Indonesia
Keuntungan atas penjualan saham
perusa haan lain, yang dilakukan di
luar bursa efek
Keuntungan atas penjualan saham,

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

x
x

x
-

x
x

x
-

x
x

17

dan sekuritas lainnya, transaksi


derifatif, yang dilakukan di bursa efek,
dan penjualan saham pada
perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal
ventura.
6 Keuntungan pengalihan harta
x
x
perusahaan
7 Penghasilan royalty
x
x
8 Penghasilan dari persewaan atas
x
k
tanah dan atau bangunan, dikenakan
PPh Final 10%
9 Penghasilan karena pengoperan harta
berupa tanah dan atau bangunan
x
k
10 Keuntungan selisih kurs
x
x
11 Hadiah, penghargaan
x
k
12 Penerimaan hibah dari pihak yang
tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, misalnya hibah dari induk
perusahaan
VII Penghasilan Neto dari Usaha dan dari
x
k
k
x
Luar Usaha ( V + VI )
Keterangan :
x = Terdapat kesamaan dalam perlakuan atau terdapat nilai yang sama-sama
diakui walaupun jumlahnya mungkin berbeda;
- = Tidak terdapat angka atau jumlah yang perlu dicatat atau dibukukan atau
tiidak dilakukan koreksi fiskal
k = Terdapat koreksi antara Laba Rugi Komersial dengan Laba Rugi Fiskal
(Penghasilan Kena Pajak)
4.

Rangkuman Hubungan antara Perhitungan L/R Komersial dengan Perhitungan L/R


Rugi Fiskal
Sebenarnya perhitungan Laba Rugi Fiskal itu didasarkan pada perhitungan Laba Rugi
Komersial sesuai dengan standar Akuntansi Keuangan, namun terdapat penyesuaianpenyesuaian terbatas untuk hal-hal tertentu.
Kesamaan maupun perbedaan diantara
keduanya yang dapat dikelompokkan/diklasifikasi sebagai berikut:
No
Kalsifikasi
Penjelasan atau Contoh
1 Kesamaan
Pengaturan dalam Menghitung Laba Rugi Fiskal sama/mengikuti
Pengaturan
keten-tuan/ pengaturan umum dalam menghitung Laba Rugi
Komersial.
Untuk menghitung Laba Fiskal,
Dapat Dikurangkan: beban gaji, upah, biaya promosi, sewa
ruangan, biaya listrik, air, telepon, alat tulis/kantor, perjalanan
dinas, jasa-jasa yang terkait dengan usaha, pemeliharaan mobil,
pemeliharaan mesin, dsb.
Tidak Dapat Dikurangkan: pengeluaran untuk kepentingan
pribadi bagi WP perorangan, pengeluaran-pengeluran yang tidak
ada hubungannya dengan usaha WP.
2 Perbedaan
Pengaturan
a Perbedaan Prinsip
Pengaturan dalam Menghitung Laba Rugi Fiskal berbeda dengan
ketentuan/pengaturan dalam menghitung Laba Rugi Komersial.
Untuk menghitung Laba Fiskal,
Tidak dapat dikurangkan beban-beban untuk pegawai:

yang diberikan dalam bentuk natura misalnya: pemberian

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

18

sembako, bingkisan lebaran.


imbalan dalam bentuk fasilitas-fasilitas, misalnya
fasilitas: kesehatan, perumahan, pajak, yang ditanggung
perusahaan.

Sumbangan.
Catatan : terdapat pengecualian, misalnya seragam satpam/kerja,
makan untuk semua pegawai ditempat kerja, sumbangansumbangan tertentu misalnya: sumbangan dalam rangka
penanggualangan bencana nasional, sumbangan dalam rangka
pembinaan olah raga, sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan, dapat dikurangkan.
Keterbatasan pilihan Dalam hal penyusutan, Fiskal hanya mengenal metode Garis
dalam menentukan
Lurus dan Metode Saldo Menurun. Fiskal tidak mengenal
metode Pembukuan/ penyusutan lainnya misalnya: Metode Penyusutan berdasarkan
Akuntansi
jam Jasa, Metode Penyusutan berdasarkan Hasil Produksi.
Demikian juga tidak dikenal adanya nilai residu dalam hal
penyusutan fiskal.
Dalam hal penilaian persediaaan/harga pokok, Fiskal hanya
mengenal metode FIFO dan Metode Rata-rata. Fiskal tidak
mengenal metode lainnya misalnya: metode LIFO, Lower Cost or
Market dsb.
Dalam hal terdapat kerugian karena adanya piutang tak tertagih,
fiskal hanya mengenal pembebanan secara langsung dengan
syarat-syarat tertentu. Pada dasarnya Fiskal tidak mengenal
metode pencadangan untuk hal tersebut.
Diakui sebagai biaya Pengeluaran tertentu dapat diakui sebagai biaya apabila dipenuhi
dengan syarat
sya-ratnya. Misalnya biaya entertaintment dapat dikurangkan
sebagai biaya apabila disertai dengan daftar nominatif.
Tidak sepenuhnya
Penyusutan mobil sedan dan pemeliharaannya, pulsa telepon
diakui sebagai beban seluler, hanya diakui sebagai beban sebesar 50% dalam
usaha
perhitungan Laba Fiskal.
Terdapat penghasilan Penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenakan PPh Final, baik
tertentu yang
peng-hasilan maupun biayanya dipisahkan dari penghasilan
dipisahkan.
lainnya. Misalnya penghasilan dari bunga deposito, hasil dari
sewa ruko.

c
d
e

Dengan demikian sebenarnya yang harus diperhatikan adalah pada hal-hal yang berbeda saja,
sehingga tidaklah sulit untuk menghitung Laba Fiskal apabila sudah terdapat perhitungan
Laba Komersial.
Karena adanya perbedaan tersebut maka dalam menghitung Laba Fiskal setelah diketahui
adanya Laba Komersial perlu dilakukan koreksi fiskal.
Koreksi fiskal dapat merupakan Koreksi Positif atau Koreksi Negatif. Koreksi Positif adalah
koreksi fiskal atas Laba Komersial untuk mandapatkan Laba Fiskal dimana hasilnya Laba Fiskal
lebih besar dari pada Laba Komersial. Koreksi Negatif adalah koreksi fiskal atas Laba Komersiel
untuk mendapatkan Laba Fiskal dimana hasilnya Laba Fiskal lebih kecil dari pada Laba
Komersial.
Untuk keperluan koreksi fiskal tersebut dapat disusun suatu Daftar Rekonsiliasi antara Laba
Komersial dengan Laba Fiskal.
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Setelah didapat jumlah penghasilan neto, untuk mendapatkan penghasilan kena pajak bagi
wajib pajak orang pribadi, dikurangkan terlebih dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Jumlah PTKP ini ditentukan dengan jumlah tanggungan keluarga wajib pajak secara
relatif. Hal ini diatur pada pasal 7 Undang Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

19

a
b
c

Diri wajib pajak


Tambahan untuk wajib pajak
yang kawin
Tambahan untuk seorang
isteri yang penghasilannya
digabung dengan
penghasilan suami
Tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan
sepenuhya, paling banyak 3
orang

2006 s.d 2008


Rp13.200.000
Rp1.200.000

2009 sd 2012
Rp15.840.000
Rp1.320.000

Mulai th 2013
Rp24.300.000
Rp2.025.000

Rp13.200.000

Rp15.840.000

Rp24.300.000

Rp1.200.000

Rp1.320.000

Rp2.025.000

Penetapan jumlah PTKP ini dilakukan pada keadaan awal tahun, sehingga tambahan
tanggungan keluarga pada tahun berjalan, misalnya terdapat kelahiran anak, maka untuk
tahun tersebut belum mempengaruhi jumlah PTKP. PTKP baru disesuaikan pada tahun
berikutnya. Hal yang sebaliknya juga demikian, misalnya berkurangnya tanggungan keluarga
karena adanya kematian, maka PTKP baru disesuaikan pada tahun berikutnya.
Dimaksud sebagai keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah anak, cucu, ayah dan
ibu dari wajib pajak. Sedangkan dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus adalah ayah mertua dan ibu mertua. Mereka dapat menjadi bagian dari PTKP dengan
syarat menjadi tanggungan sepenuhnya bagi wajib pajak serta jumlahnya maksimum tiga
orang.
6. Kompensasi Kerugian
Sebagaimana disebutkan dimuka setelah diperoleh jumlah penghasilan neto, untuk
mendapatkan penghasilan kena pajak dikurangi terlebih dahulu dengan kerugian tahun-tahun
sebelumnya apabila ada, yang lazim disebut kompensasi kerugian. Untuk lebih memudahkan
memahaminya dibawah ini disajikan sebuah contoh sebagai berikut :
PT ABC pada tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000.
Dalam lima tahun berikutnya diperoleh laba fiskal sebagai berikut :
Tahun 2010 laba fiskal Rp200.000.000,00
Tahun 2011 rugi fiskal Rp300.000.000,00
Tahun 2012 laba fiskal Nihil
Tahun 2013 Laba fiskal Rp100.000.000,00
Tahun 2014 Laba fiskal Rp800.000.000,00
Kompensasi kerugian dihitung sebagai berikut :
2009
Rugi Fsikal
2010
Laba Fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
2011
Rugi Fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
2012
Laba Fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
2013
Laba fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
2014
Laba fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009

(Rp1.200.000.000,00)
Rp200.000.000,00
(Rp1.000.000.000,00)
(Rp300.000.000,00)
(Rp1.000.000.000,00)
Nihil
(Rp1.000.000.000,00)
Rp100.000.000,00
(Rp900.000.000,00)
Rp800.000.000,00
(Rp100.000.000,00)

Sisa rugi fiskal 2009 sebesar Rp100.000.000,00 yang masih tersisa tersebut pada akhir tahun
2014 tidak dapat dikompensasikan lagi untuk tahun 2015 dan tahun-tahun selanjutnya.
Sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 hanya dapat dikompensasikan
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

20

dengan laba fiskal untuk tahun 2015 dan 2016 saja, karena jangka waktu kompensasi dibatasi
untuk waktu lima tahun.

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

21

7. Menghitung Pajak Penghasilan/Penerapan Tarif PPh


Setelah diketahui jumlah penghasilan kena pajak, proses selanjutnya dalam menghitung pajak
penghasilan adalah menerapkan tarif pajaknya. Tarif pajak penghasilan diatur pada pasal 17
Undang Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :
Sampai dengan tahun 2008
a.
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
1
Sampai dengan Rp25.000.000,00
2
Diatas Rp25.000.000,00 sampai dengan
Rp50.000.000,00
3
Diatas Rp50.000.000,00 sampai dengan
Rp100.000.000,00
4
Diatas Rp100.000.000,00 sampai dengan
Rp200.000.000,00
5
Diatas Rp200.000.000,00
b. Untuk Wajib Pajak Badan
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
1
Sampai dengan Rp50.000.000,00
2
Diatas 50.000.000,00 sampai dengan
Rp100.000.000,00
3
Diatas Rp100.000.000,00
Mulai tahun 2009
a.
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
1
Sampai dengan Rp50.000.000
2
Diatas Rp50.000.000 sampai dengan
Rp250.000.000
3
Diatas Rp250.000.000 sampai dengan
Rp500.000.000
4
Diatas Rp500.000.000

Tarif Pajak
5%
10%
15%
25%
35%
Tarif Pajak
10%
15%
30%

Tarif Pajak
5%
15%
25%
30%

Contoh penerapan tarif untuk wajib pajak orang pribadi


Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp600.000.000
5%
Rp50.000.000
Rp2.500.000
15%
Rp200.000.000
Rp30.000.000
25%
Rp250.000.000
Rp62.500.000
30%
Rp100.000.000
Rp30.000.000
Jumlah
Rp125.000.000
Tarif tertinggi untuk wajib pajak orang pribadi dapat diturunkan menjadi paling rendah
25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
b. Untuk Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap dikenakan tarif tunggal sebesar 28%.
Contoh penerapan tarif untuk wajib pajak badan
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp1.250.000.000.
Peredaran Bruto sebesar
Rp51.000.000.000.
PPh terutang 28% x Rp1.250.000.000 = RpRp350.000.000.
Tarif tersebut menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun 2010.

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

22

c. Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang diseor diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh
tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari pada tarif biasa.
d. Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000
(lima puluh milyar rupiah) mendapatkan fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen) dari tarif biasa yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian Penghasilan Bruto sampai dengan Rp4.800.000.000 (empat milyar rupiah).
Contoh Penerapan Tarif
Peredaran Bruto
1
2
2
a
2
b

4.500.000.000
25.000.000.000
4.800.000.000

Penghasilan Kena
Pajak
562.500.000
3.125.000.000
600.000.000

Tarif

PPh Terutang

14%

78.750.000

14%

84.000.000

20.200.000.000

2.525.000.000

28%

707.000.000
791.000.000

9.

Norma Penghitungan
Pada prinsipnya wajib pajak baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan
diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan.
Berdasarkan pembukuan tersebut
penghasilan kena pajak dapat dihitung. Pada kenyataannya tidak semua wajib pajak
mampu menyelenggarakan pembukuan. Untuk itu Undang Undang Pajak memberikan
kemungkinan bahwa wajib pajak boleh tidak menye-lenggarakan pembukuan, namun
cukup menyelenggarakan pencatan saja, dengan syarat :

WP dimaksud adalah WP Orang Pribadi;

Peredaran brutonya dalam satu tahun tidak lebih dari Rp4.800.000.000.

WP memberitahukan sebelumnya kepada Kantor Pelayanan Pajak.


Pencatatan sebagai dimaksudkan dimuka terdiri dari data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran bruto dan atau penerimaan penghasilan, yang nantinya
digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang. [psl 28 (9) KUP]. Penghitungan
pajak terutang yang didasarkan pada catatan tersebut dilakukan dengan Norma
Penghitungan.
Norma penghitungan adalah pedoman untuk memghitunga besarnya penghasilan netto
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Sebagaimana disebutkan dimuka, Norma Penghitungan digunakan untuk menghitung
pajak terhadap wajib pajak yang diijinkan untuk hanya mengelenggarakan pencatatan.
Akan tetapi disamping diperuntukkan bagi wajib pajak yang diijinkan hanya
menyelenggarakan pencatan, Norma Penghitungan diterapkan juga terhadap WP yang
seharusnya menyelenggarakan pembukuan namun ternyata tidak tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pembukuan, tidak bersedia menunjukkan pembu-kuan, bukti-bukti
pembukuan pada saat dilakukan pemeriksaan pajak. Penerapan Norma Penghitungan yang
terakhir ini disertai dengan pemberian sanksi administrasi. [psl 14 (5) PPh].
Contoh Penerapan Norma Penghitungan untuk menghitung Pajak Penghasilan bagi WP
yang tidak menyelenggarakan pembukuan namun hanya menyelenggarakan pencatatan,
dan telah mendapatkan ijin dari Dirjen Pajak.
Tahun 2010
Peredaran usaha WP Orang Pribadi pedagang Teksil .. Rp4.000.000.000.
Penghasilan Netto 30%.. Rp1.200.000.000.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Kawin dengan 3 anak

Diri WP Rp.15.840.000

Tambahan karena kawin Rp 1.320.000

Tambahan 3 anak Rp 3.960.000

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

23

Jumlah....Rp 21.120.000
Penghasilan Kena Pajak Rp1.178.880.000
Pajak Penghasilan terutang:
5% x Rp 50.000.000
= Rp 2.500.000
15% x Rp200.000.000
= Rp 30.000.000
25% x Rp250.000.000
= Rp 62.500.000
30% x Rp678.880.000
= Rp203.664.000
Jumlah
Rp298.664.000 [ pasal 14 PPh jo Kep-536/PJ/2000 ]

Kedudukan Wanita Kawin dalam Perpajakan


Pada umumnya dalam hal wanita kawin, maka seluruh penghasilannya ataupun kerugiannya
diga-bungkan sebagai suatu kesatuan dan kepala keluarga dalam hal ini adalah suami, yang
dikenakan pajak untuk keseluruhan penghasilan dari keluarga tersebut. Termasuk juga
penghasilan anak yang belum dewasa maka penghasilan anak tersebut digabungkan dalam
penghasilan keluarga sebagai satu kesa-tuan. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat
beberapa kemungkinan terhadap seorang wanita yang telah kawin sebagai berikut.
a. Wanita dalam kedudukannya sebagai isteri yang kawin tidak dengan pisah harta.
Sebagaimana disebutkan dimuka, dalam hal demikian penghasilan maupun kerugian
isteri diga-bungkan dengan penghasilan dan kerugian suami. Penggabungan tersebut
dilihat pada keadaan per 1 Januari tahun kalender. Sebagai contoh misalnya wanita yang
menikah per 1 Maret 2010, maka penggabungan penghasilannya baru dimulai pada awal
tahun berikutnya, yakni tahun 2011.
b.
Wanita sebagai isteri yang hidup berpisah berdasarkan keputusan pengadilan;
Dalam hal demikian masing-masing pihak memenuhi kewajiban pajaknya sendiri-sendiri
sesuai dengan penghasilan dan tanggungan keluarga masing-masing.
c.
Wanita sebagai isteri yang menghendaki kawin dengan perjanjian pemisahan harta
yang dilakukan secara tertulis.
Dalam hal demikian pengenaan pajaknya didasarkan pada penggabungan penghasilan
neto suami isteri, dan besarnya pajak masing-masing dihitung sesuai dengan
perbandingan penghasilan neto masing-masing.
d.
Wanita sebagai isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban pajaknya
tersendiri.
Sama seperti disebutkan dalam butir c. yakni pengenaan pajaknya didasarkan pada
penggabungan penghasilan neto suami isteri, dan besarnya pajak masing-masing
dihitung sesuai dengan perban-dingan penghasilan neto masing-masing.
e.
Wanita sebagai Isteri bekerja pada satu pemberi kerja;
Dalam hal ini penghasilan isteri tidak digabung dengan penghasilan suami, dan pajaknya
dianggap telah selesai ditunaikan di tempat kerjanya, dan dikelompokkan sebagai
penghasilan yang dikenakan PPh secara final.
f.
Wanita sebagai Isteri bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja, atau isteri
mempunyai penghasilan lain selain dari satu pemberi kerja.
Dalam hal demikan penghasilan isteri digabungkan dengan penghasilan suami dan
pengenaan pajaknya hanya atas nama suami saja.
(Pasal 8 UU Pajak Penghasilan).

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM

24

Anda mungkin juga menyukai