Documents - Tips Cara Menghitung PPH
Documents - Tips Cara Menghitung PPH
(-)
b.
Koreksi Fiskal Negatif: koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang
menghasilkan Laba Fiskal lebih kecil dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih
besar dari pada Rugi Komersial).
Contoh:
Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi menggunakan Metode Garis Lurus untuk
jangka waktu lima tahun untuk aset senilai Rp100.000.000. Perhitungan penyusutan
Komersial-nya adalah sbb:
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
Harga perolehan
Rp100.000.000
Penyusutan tahun pertama
Rp20.000.000
20%
Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi Fiskal menggunakan Metode Sado Menurun
dengan tarif 25% dari Nilai Sisa Buku. Perhitungan penyusutan Fiskalnya adalah sbb:
Harga perolehan
Rp100.000.000
Penyusutan tahun pertama
Rp25.000.000
25%
Penyusutan tahun pertama adalah 25% dari nilai perolehan, karena pada tahun pertama
nilai bukunya sama dengan nilai perolehan.
Jika diperbandingkan antara penyusutan komersial dengan penyusutan komersial akan
tampak sebagai berikut:
Uraian
Komersial
Fiskal
Keterangan
Penyusuta
Rp20.000.00
Rp25.000.00 Harus
dikoreksi
sebesar
n
0
0 Rp5.000.000
Penyusutan fiskal pada contoh tersebut diatas lebih besar Rp5.000.000 dari pada
penyusutan komer-sial. Karena penyusutan sebagai beban secara fiskal dihitung lebih
besar maka akibatnya penghasilan secara fiskal menjadi lebih kecil. Karena laba secara
fiskal menjadi lebih kecil (atau rugi secara fiskal menjadi lebih besar), maka disebut
koreksi fiskal negatif.
Selanjutnya dari dari bagan perhitungan Laba Rugi dengan hasil akhir Jumlah
penghasilan Neto Komersial tersebut dimuka, dapat diteruskan sebagai berikut:
Penghasilan Neto Komersial . Rp.
Koreksi Positif Rp..
Koreksi Negatif . Rp..
Saldo Koreksi Rp.. + (-)
Laba/Rugi Fiskal . Rp..
Untuk memperoleh angka-angka dalam menghitung koreksi fiskal tersebut, harus
dipahami pengelua-ran-pengeluaran/beban yang diakui secara fiskal dan pengeluaranpengeluaran/beban yang didak diakui secara fiskal. Pengeluaran-pengeluaran yang
diakui/dapat dikurangkan secara fiskal diatur pada pasal 6 UU Pajak Penghasilan,
sedangkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak diakui/tidak dapat dikurangkan, diatur
pada pasal 9 UU PPh sebagai diuraikan berikut.
1. Pengeluaran Yang dapat Dikurangkan (Pasal 6 UU-PPh)
Besarnya Penghasilan Kena Pajak WP DN dan BUT ditentukan berdasarkan Penghasilan Bruto
dikurangi :
a
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya
pembelian bahan, termasuk :
1 Biaya Pembelian Bahan
2 Biaya berkenaan pekerjaan atau jasa termasuk :
Upah
Misalnya: upah borongan, upah harian dst untuk
menye-lesaikan suatu pekerjaan
Gaji
Imbalan atas pekerjaan yang berhubungan
dengan perburuhan
( lihat juga psl 9 huruf f dan j )
Honorarium
Imbalan atas pekerjaan namun tidak ada
hubungan perburuhan, misalnya: honorarium
akuntan, honorarium konsultan, imbalan jasa
audit, dan jasa-jasa ahli lainnya.
Bonus
Misalnya imbalan atas prestasi kerja
Gratifikasi
Pemberian kepada pegawai karena perusahaan
memperoleh laba yang besar.
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
10
4
5
6
7
8
9
b
c
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
11
d
E
f
G
h
Syarat-syarat:
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
12
a
b
c
Uraian
Pembagian Laba
Biaya untuk kepentingan
pribadi pemegang saham
Pembentukan/pemupukan dana
cadangan
Kecuali untuk:
Cadangan penjaminan
untuk Lembaga Penjamin
Simpanan.
cadangan biaya
reklamasi untuk usaha
pertambangan;
Cadangan biaya
penutupan dan
pemeliharaan tempat
pembuang-an limbah
industri.
Dengan syarat-syarat yang
diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan
Fasilitas perumahan;
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
13
h
i
j
3.
Kecuali :
makan/minum bagi
semua kar-yawan/pegawai;
berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
Yang diatur lebih lanjut
berdasar-kan Peraturan Menteri
Keuangan.
Jumlah yang melebihi
kewajaran yang dibayar kpd
pemegang saham, dan yg
mempunyai hubungan
istimewa
Hibah, bantuan, sumbangan
dan warisan
Kecuali:
Sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui
di Indonesia, yang diterima
oleh Lembaga keagamaan
yang dibentuk atau
disyahkan oleh pemerintah,
Yang ketentuannya diatur
berdasar-kan Peraturan
Pemerintah.
Pajak Penghasilan
Biaya untuk kepentingan
pribadi WP dan keluarganya
Gaji yang dibayarkan kpd
anggota persekutuan, firma, CV
yang modalnya tidak terbagi
atas saham
Sanksi bunga, denda, kenaikan
serta sanksi pidana pajak
Uraian
Akuntansi
Komersial
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
Koreksi
Beda
Beda
Tetap
Waktu
PPh/
Fiskal
14
I
II
III
IV
1
2
3
4
8
9
10
11
12
13
14
15
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Metode FIFO
Metode Rata-rata
Metode LIFO
Laba Bruto Usaha ( I II )
Beban Usaha
Gaji
Tunjangan PPh 21
PPh 21 dibayar perusahaan
Tunjangan dalam bentuk uang,
misalnya : tunjangan isteri, tunjangan
anak, tunjangan kesehatan, THR dsb
asal diberikan dalam bentuk uang.
Imbalan dalam bentuk
natura/kenikmatan atau fasilitas,
misalnya:
Fasilitas perumahan;
Rekreasi.
Imbalan dalam bentuk
natura/kenikmatan atau fasilitas yang
merupakan pengecualian yang disebut
diatas
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
k
-
x
x
x
x
x
k
-
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
x
x
k
-
16
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
V
VI
1
2
3
4
5
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
x
x
x
-
x
x
x
-
x
x
17
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
18
Sumbangan.
Catatan : terdapat pengecualian, misalnya seragam satpam/kerja,
makan untuk semua pegawai ditempat kerja, sumbangansumbangan tertentu misalnya: sumbangan dalam rangka
penanggualangan bencana nasional, sumbangan dalam rangka
pembinaan olah raga, sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan, dapat dikurangkan.
Keterbatasan pilihan Dalam hal penyusutan, Fiskal hanya mengenal metode Garis
dalam menentukan
Lurus dan Metode Saldo Menurun. Fiskal tidak mengenal
metode Pembukuan/ penyusutan lainnya misalnya: Metode Penyusutan berdasarkan
Akuntansi
jam Jasa, Metode Penyusutan berdasarkan Hasil Produksi.
Demikian juga tidak dikenal adanya nilai residu dalam hal
penyusutan fiskal.
Dalam hal penilaian persediaaan/harga pokok, Fiskal hanya
mengenal metode FIFO dan Metode Rata-rata. Fiskal tidak
mengenal metode lainnya misalnya: metode LIFO, Lower Cost or
Market dsb.
Dalam hal terdapat kerugian karena adanya piutang tak tertagih,
fiskal hanya mengenal pembebanan secara langsung dengan
syarat-syarat tertentu. Pada dasarnya Fiskal tidak mengenal
metode pencadangan untuk hal tersebut.
Diakui sebagai biaya Pengeluaran tertentu dapat diakui sebagai biaya apabila dipenuhi
dengan syarat
sya-ratnya. Misalnya biaya entertaintment dapat dikurangkan
sebagai biaya apabila disertai dengan daftar nominatif.
Tidak sepenuhnya
Penyusutan mobil sedan dan pemeliharaannya, pulsa telepon
diakui sebagai beban seluler, hanya diakui sebagai beban sebesar 50% dalam
usaha
perhitungan Laba Fiskal.
Terdapat penghasilan Penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenakan PPh Final, baik
tertentu yang
peng-hasilan maupun biayanya dipisahkan dari penghasilan
dipisahkan.
lainnya. Misalnya penghasilan dari bunga deposito, hasil dari
sewa ruko.
c
d
e
Dengan demikian sebenarnya yang harus diperhatikan adalah pada hal-hal yang berbeda saja,
sehingga tidaklah sulit untuk menghitung Laba Fiskal apabila sudah terdapat perhitungan
Laba Komersial.
Karena adanya perbedaan tersebut maka dalam menghitung Laba Fiskal setelah diketahui
adanya Laba Komersial perlu dilakukan koreksi fiskal.
Koreksi fiskal dapat merupakan Koreksi Positif atau Koreksi Negatif. Koreksi Positif adalah
koreksi fiskal atas Laba Komersial untuk mandapatkan Laba Fiskal dimana hasilnya Laba Fiskal
lebih besar dari pada Laba Komersial. Koreksi Negatif adalah koreksi fiskal atas Laba Komersiel
untuk mendapatkan Laba Fiskal dimana hasilnya Laba Fiskal lebih kecil dari pada Laba
Komersial.
Untuk keperluan koreksi fiskal tersebut dapat disusun suatu Daftar Rekonsiliasi antara Laba
Komersial dengan Laba Fiskal.
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Setelah didapat jumlah penghasilan neto, untuk mendapatkan penghasilan kena pajak bagi
wajib pajak orang pribadi, dikurangkan terlebih dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Jumlah PTKP ini ditentukan dengan jumlah tanggungan keluarga wajib pajak secara
relatif. Hal ini diatur pada pasal 7 Undang Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
19
a
b
c
2009 sd 2012
Rp15.840.000
Rp1.320.000
Mulai th 2013
Rp24.300.000
Rp2.025.000
Rp13.200.000
Rp15.840.000
Rp24.300.000
Rp1.200.000
Rp1.320.000
Rp2.025.000
Penetapan jumlah PTKP ini dilakukan pada keadaan awal tahun, sehingga tambahan
tanggungan keluarga pada tahun berjalan, misalnya terdapat kelahiran anak, maka untuk
tahun tersebut belum mempengaruhi jumlah PTKP. PTKP baru disesuaikan pada tahun
berikutnya. Hal yang sebaliknya juga demikian, misalnya berkurangnya tanggungan keluarga
karena adanya kematian, maka PTKP baru disesuaikan pada tahun berikutnya.
Dimaksud sebagai keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah anak, cucu, ayah dan
ibu dari wajib pajak. Sedangkan dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus adalah ayah mertua dan ibu mertua. Mereka dapat menjadi bagian dari PTKP dengan
syarat menjadi tanggungan sepenuhnya bagi wajib pajak serta jumlahnya maksimum tiga
orang.
6. Kompensasi Kerugian
Sebagaimana disebutkan dimuka setelah diperoleh jumlah penghasilan neto, untuk
mendapatkan penghasilan kena pajak dikurangi terlebih dahulu dengan kerugian tahun-tahun
sebelumnya apabila ada, yang lazim disebut kompensasi kerugian. Untuk lebih memudahkan
memahaminya dibawah ini disajikan sebuah contoh sebagai berikut :
PT ABC pada tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000.
Dalam lima tahun berikutnya diperoleh laba fiskal sebagai berikut :
Tahun 2010 laba fiskal Rp200.000.000,00
Tahun 2011 rugi fiskal Rp300.000.000,00
Tahun 2012 laba fiskal Nihil
Tahun 2013 Laba fiskal Rp100.000.000,00
Tahun 2014 Laba fiskal Rp800.000.000,00
Kompensasi kerugian dihitung sebagai berikut :
2009
Rugi Fsikal
2010
Laba Fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
2011
Rugi Fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
2012
Laba Fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
2013
Laba fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
2014
Laba fiskal
Sisa rugi fiskal tahun 2009
(Rp1.200.000.000,00)
Rp200.000.000,00
(Rp1.000.000.000,00)
(Rp300.000.000,00)
(Rp1.000.000.000,00)
Nihil
(Rp1.000.000.000,00)
Rp100.000.000,00
(Rp900.000.000,00)
Rp800.000.000,00
(Rp100.000.000,00)
Sisa rugi fiskal 2009 sebesar Rp100.000.000,00 yang masih tersisa tersebut pada akhir tahun
2014 tidak dapat dikompensasikan lagi untuk tahun 2015 dan tahun-tahun selanjutnya.
Sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 hanya dapat dikompensasikan
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
20
dengan laba fiskal untuk tahun 2015 dan 2016 saja, karena jangka waktu kompensasi dibatasi
untuk waktu lima tahun.
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
21
Tarif Pajak
5%
10%
15%
25%
35%
Tarif Pajak
10%
15%
30%
Tarif Pajak
5%
15%
25%
30%
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
22
c. Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang diseor diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh
tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari pada tarif biasa.
d. Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000
(lima puluh milyar rupiah) mendapatkan fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen) dari tarif biasa yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian Penghasilan Bruto sampai dengan Rp4.800.000.000 (empat milyar rupiah).
Contoh Penerapan Tarif
Peredaran Bruto
1
2
2
a
2
b
4.500.000.000
25.000.000.000
4.800.000.000
Penghasilan Kena
Pajak
562.500.000
3.125.000.000
600.000.000
Tarif
PPh Terutang
14%
78.750.000
14%
84.000.000
20.200.000.000
2.525.000.000
28%
707.000.000
791.000.000
9.
Norma Penghitungan
Pada prinsipnya wajib pajak baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan
diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan.
Berdasarkan pembukuan tersebut
penghasilan kena pajak dapat dihitung. Pada kenyataannya tidak semua wajib pajak
mampu menyelenggarakan pembukuan. Untuk itu Undang Undang Pajak memberikan
kemungkinan bahwa wajib pajak boleh tidak menye-lenggarakan pembukuan, namun
cukup menyelenggarakan pencatan saja, dengan syarat :
Diri WP Rp.15.840.000
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
23
Jumlah....Rp 21.120.000
Penghasilan Kena Pajak Rp1.178.880.000
Pajak Penghasilan terutang:
5% x Rp 50.000.000
= Rp 2.500.000
15% x Rp200.000.000
= Rp 30.000.000
25% x Rp250.000.000
= Rp 62.500.000
30% x Rp678.880.000
= Rp203.664.000
Jumlah
Rp298.664.000 [ pasal 14 PPh jo Kep-536/PJ/2000 ]
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 1:08:49 PM
24