Anda di halaman 1dari 14

KEGIATAN BELAJAR 1

KESETIMBANGAN KELARUTAN

Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah terbanyak
suatu senyawa yang akan larut dalam kesetimbangan pada volume pelarut dan temperatur
tertentu. Untuk suatu zat padat ionik, kebanyakan reaksi pelarutan bersifat endotermik
(menyerap panas) sehingga menurut Le Chatelier kelarutan akan naik dengan naiknya
temperatur. Sedangkan reaksi pelarutan yang bersifat eksotermik akan menunjukkan sifat yang
berlawanan. Pelarut yang sering digunakan adalah air, karena air telah terbukti banyak digunakan
dalam berbagai aplikasi.
Pada Kesetimbangan Kimia telah dijelaskan bahwa sistem kesetimbangan kimia
terbagi atas dua macam yaitu Kesetimbangan Homogen dan Kesetimbangan Heterogen. Salah
satu sistem kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan antara elektrolit yang sedikit larut
dengan larutan jenuhnya (larutan jenuh adalah larutan dimana cukup zat terlarut telah dilarutkan
untuk mencapai kesetimbangan pelarutan-pengendapan antara zat padat dan bentuk terlarutnya).
Atau dengan kata lain, kesetimbangan kelarutan yang merupakan bentuk sistem kesetimbangan
heterogen adalah sama dengan kesetimbangan ionic antara zat padat elektrolit dan larutannya.
Sebagai contoh, larutan jenuh timbal sulfat (PbSO4) merupakan elektrolit dwi-ion yang
sedikit larut, maka pada temperatur tetap kesetimbangan dapat dituliskan:
Pb2+

PbSO4(p)

SO42-(l)

Secara umum, bila suatu larutan jenuh (misalnya LA) merupakan elektrolit dari dwi-ion
menghasilkan dua ion, maka dalam larutan terjadi kesetimbangan:
LA(p)

L+(l) +

A-(l)

Tetapan kesetimbangan dapat ditulis:


(aB+) (aA-)
K =

aLA

Aktivitas zat padat (aLA) = 1 dan elektrolit larutan encer didekati dengan menggunakan
konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan satuan molar. Dengan demikian persamaan diatas
dapat dituliskan sebagai:

[L+] [A-]
= [L+] [A-]

K = Kc =
1

Harga K adalah tetap pada temperatur tetap.


Pada kesetimbangan larutan elektrolit yang sedikit larut, tetapan kesetimbangan diberi
symbol Ksp atau lebih dikenal dengan nama Tetapan Hasil Kali Kelarutan. Dengan demikian
Ksp untuk reaksi:
LA(p)

L+(l) + A-(l)

Dapat dirumuskan : Ksp = [LA+] [A-]


Harga Ksp untuk larutan yang bukan biner dapat ditentukan dengan cara yang sama,
sebagai contoh:
PbCl2(aq)

Pb2+(l) + 2Cl-(l)

Ag2SO4(p)

2 Ag+(l) + SO42-(l)

AgCl(p)

Ag+ + Cl-

Ag3O4(p)

3 Ag+ + PO42-

Ksp = [Pb2+] [Cl-]2


Ksp = [Ag+]2 [SO42-]
Ksp = [Ag+] [Cl-]
Ksp = [Ag+] [PO42-]

[Pb2+], [Cl-], [Ag+], [SO42-] dan lainnya disebut hasil kali ion. Hasil kali ion untuk setiap
larutan jenuh akan berbeda-beda bergantung pada konsentrasi larutan. Harga ini akan tetap pada
temperatur tetap. Dalam keadaan demikian, hasil kali ion adalah sama dengan Ksp. Secara
umum, harga Ksp untuk zat LxAy dalam larutan jenuh dapat dituliskan :
LxAy(p)

xLy+ + yAx-

Ksp = [Ly+]x [Ax-]y

x+y adalah jumlah ion yang ada dalam larutan untuk setiap molekul LxAy yang terlarut.
Besarnya harga Ksp untuk senyawa yang sukar larut atau sedikit larut dapat digunakan untuk
menentukan jumlah atau banyaknya senyawa tersebut yang larut. Sebaliknya, konsentrasi ionion yang ada dalam kesetimbangan larutan jenuh atau kelarutannya dapat digunakan untuk
menentukan Ksp senyawa tersebut. Harga Ksp untuk beberapa senyawa dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4.1 Tetapan Hasil Kali Kelarutan Ksp pada 25oC


Iodida

Fluorida

AgIO3

[Ag+] [IO3-] = 3,1.10-8

BaF2

[Ba2+] [F-]2 = 1,7.10-6

CuIO3

[Cu+] [IO3-] = 1,4.10-7

CaF2

[Ca2+] [F-]2 = 3,9.10-11

Pb(IO3)2

[Pb2+] [IO3-] = 2,6.10-13

MgF2

[Mg2+] [F-]2 = 6,6.10-9

PbF2

[Pb2+] [F-]2 = 3,6.10-8

SrF2

[Sr2+] [F-]2 = 2,8.10-9

Karbonat

Klorida

Ag2CO3

[Ag+]2 [CO32-] = 6,2.10-12

AgCl

[Ag+] [Cl-] = 1,6.10-10

BaCO3

[Ba2+]2 [CO32-] = 8,1.10-9

CuCl

[Cu+] [Cl-] = 1,0.10-6

CaCO3

[Ca2+]2 [CO32-] = 8,7.10-19

Hg2Cl2

[Hg22+] [Cl-]2 = 2,0.10-18

PbCO3

[Pb2+]2 [CO32-] = 3,3.10-14

MgCO3

[Mg2+]2 [CO32-] = 4,0.10-5

SrCO3

[Sr2+]2 [CO32-] = 1,6.10-9

Kromat
Ag2CrO4

[Ag+]2 [CO42-] = 1,9.10-12

BaCrO4

[Ba+]2 [CO42-] = 2,1.10-10

PbCrO4

[Pb+]2 [CO42-] = 1,8.10-14

Oksalat

Bromida

CuC2O4

[Cu2+] [C2O42-] = 2,9.10-8

AgBr

[Ag+] [Br-] = 7,7.10-13

FeC2O4

[Fe2+] [C2O42-] = 2,1.10-7

CuBr

[Cu+] [Br-] = 4,2.10-8

MgC2O4

[Mg2+] [C2O42-] = 8,6.10-5

Hg2Br2

[Hg22+] [Br-]2 = 1,3.10-21

PbC2O4

[Pb2+] [C2O42-] = 2,7.10-11

SrC2O4

[Sr2+] [C2O42-] = 5,6.10-8

Sulfat
BaSO4

Hidroksida
[Ba2+] [SO42-] = 1,1.10-10

AgOH

[Ag+] [OH-] = 1,5.10-8

CaSO4

[Ca2+] [SO42-] = 2,4.10-5

Al(OH)3

[Al3+] [OH-]2 = 3,7.10-15

PbSO4

[Pb2+] [SO42-] = 1,1.10-8

Fe(OH)3

[Fe3+] [OH-]2 = 1,1.10-36

[Ba2+] [SO42-] = 1,1.10-10

Fe(OH)2

[Fe2+] [OH-]2 = 1,6.10-14

[Ba2+] [SO42-] = 1,1.10-10

Mg(OH)2

[Mg2+] [OH-]2 = 1,2.10-11

[Pb2+] [SO42-] = 1,1.10-8

Mn(OH)2

[Mn2+] [OH-]2 = 2,0.10-13

Zn(OH)2

[Zn3+] [OH-]2 = 4,5.10-17

Sumber : Prinsip-prinsip Kimia Modern (2001)

Contoh Soal
1. Hasil kali kelarutan timbal bromida (PbBr2) adalah 8 x 10-5 (mol/l)3. Tentukan kelarutan
timbal bromida dalam 100 ml air!
Penyelesaian:
Ksp PbBr2 = 8x10-5 (mol/l)3
Misal kelarutan PbBr2 = x mol/l
PbBr2(p)
Pb2+(l) + 2Br-(l)
x
x
2x
2+
- 2
Ksp
=
[Pb ] [Br ]
-5
8 x 10
=
x (2x)2
x3
=
20x10-6
x
=
2,715x10-2 mol/l
Jadi kelarutan PbBr2 dalam 100 ml air (Mr PbBr2 = 366)
1 liter
= 100 ml x
x 2,175 mol/liter x 366 gr/mol
1000 ml
= 0,9937 gram
2. Kelarutan Pb(IO3)2 pada 25oC adalah 4 x 10-5 mol/liter. Berapa harga Ksp-nya?
Penyelesaian:
Pb2+(l)
+
-5
4 x 10 M

Pb(IO3)2(p)
4 x 10-5 M
Ksp

[Pb2+] [IO3-]2

2IO3-(l)
8 x 10-5 M

=
=

(4 x 10-5) (8 x 10-5)2
256 x 10-15 (mol/l)3

Rangkuman
Kesetimbangan heterogen dapat juga diterapkan pada larutan jenuh. Hal ini lebih dikenal dengan
istilah kesetimbangan kelarutan, sehingga untuk reaksi :
xLy+ + yAx-

LxAy(p)

Ksp = [Ly+]x [Ax-]y


Ksp disebut juga tetapan hasil kali kelarutan. Dengan mengetahui harga Ksp, maka besarnya
kelarutan zat tersebut dapat ditentukan.

Soal Test Formatif 1


1. Ksp dari kalsium fluorida adalah 3,9.10-11. Hitung konsentrasi ion kalsium dan fluorida di
dalam larutan jenuh CaF2 pada 25oC, dan tentukan CaF2 dalam gram per liter !
2. Perak kromat (Ag2CrO4) adalah zat padat berwarna merah yang terurai di dalam air
sampai tingkat 0.029 gr/l pada 25oC. Hitung nilai Ksp-nya !

Cara Penilaian
1. Diskusi dan Tanya-Jawab (50%)
2. Test Formatif (50%)

HASIL KALI KELARUTAN

Tujuan Instruksional Khusus (TIK):


Setelah mempelajari modul ini dan mengerjakan soal pelatihannya, diharapkan mahasiswa
mampu:

Menjelaskan syarat terjadinya kesetimbangan kelarutan;


Menjelaskan hubungan antara kesetimbangan kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp);
Menghitung hasil kali kelarutan dari suatu reaksi kesetimbangan heterogen;
Menjelaskan mengenai pengendapan suatu zat elektrolit dan hubungannya dengan hasil

kali kelarutan (Ksp);


Menjelaskan hubungan antara derajat keasaman (pH) dan hasil kali kelarutan.

Pokok Bahasan:
Hasil Kali Kelarutan
Sub-Pokok Bahasan:
a. Kesetimbangan Kelarutan
b. Pengendapan dan Hasil Kali Kelarutan
c. Pengaruh pH Terhadap Kelarutan
Kegiatan:
1. Mahasiswa mendapatkan kegiatan ceramah perkulihan dari pengajar.
2. Mahasiswa membaca isi materi pada modul.
3. Melakukan diskusi tanya-jawab.
4. Mahasiswa mengerjakan latihan soal.

PENGENDAPAN DAN HASIL KALI KELARUTAN


1. Pengendapan dari Larutan
Hasil kali kelarutan (Ksp) juga digunakan untuk menentukan pengendapan suatu
elektrolit atau senyawa yang berasal dari pencampuran dua senyawa yang larut. Hal ini dapat
terjadi bila harga Ksp lebih kecil dari perkalian ion-ion senyawa yang bersangkutan, sebaliknya
bila harga Ksp lebih besar dari perkalian ion-ion senyawa yang bersangkutan tidak akan terjadi
endapan.
Misalnya, 100 ml larutan Pb(NO3)2 0,002 M dicampur dengan 400 ml larutan Na 2SO4
0,004 M. Ksp PbSO4 = 1 x 10-8 mol L-2. Volume larutan setelah pencampuran adalah 500 ml,
maka konsentrasi ion Pb2+
= (100/500) x 0,002 mol/l = 0,0004 mol/l
Dan konsentrasi ion SO42= (400/500) x 0,04 mol/l = 0,032 mol/l
Sehingga [Pb2+][SO42-] = (0,0004 mol/l)( 0,032 mol/l)
= 12,8 x 10 -6 (mol/l)2
Karena harga Ksp PbSO4 < [Pb2+][SO42-], maka pencampuran 10 ml larutan Pb(NO 3)2
0,002 M dengan 400 ml larutan Na2SO4 0,04 M akan membentuk endapan PbSO4. Secara umum
dapat dikatakan bahwa bila harga Ksp < hasil kali ion-ion akan terjadi endapan dan sebaliknya
bila harga Ksp > hasil kali ion-ion tidak akan terjadi endapan.
2. Pengaruh Ion Senama
Menurut Le Chaterlier, kesetimbangan akan bergeser sedemikian rupa, sehingga
pengaruh perubahan dapat dinetralkan. Misalnya, pada sistem PbSO 4(p)

Pb2+(l) + SO42-(l),

ditambahkan ion Pb2+ yang berasal dari Pb(NO3)2. Akibatnya kesetimbangan akan bergeser ke
kiri. Pada kesetimbangan baru akan terjadi endapan PbSO4 bertambah, konsentrasi ion sulfat
yang ada dalam larutan akan berkurang dan konsentrasi ion Pb 2+ akan bertambah. Gejala seperti
ini disebut pengaruh ion senama. Secara umum dapat dikatakan bahwa kelarutan elektrolit atau
senyawa sukar larut akan berkurang bila elektrolit atau senyawa sukar larut tersebut dilarutkan

kedalam larutan yang berisi ion yang senama dibandingkan dengan bila dilarutkan kedalam air
murni.

Contoh soal:
Diketahui Ksp BaSO4 = 1 x 10-10 (mol/l)2. Hitung kelarutan barium sulfat (BaSO4) dalam
a)
b)

Air murni
Larutan 0,1 M H2SO4

Penyelesaian:
a)

Kelarutan BaSO4 dalam air murni, misal kelarutan BaSO4 adalah a, maka:
BaSO4(p)

Ba2+ + SO42-(l)

Ksp = [Ba2+] [SO42]


1 x 10-10 = a x a
a2 = 1 x 10-10 a = 10-5
b)

Kelarutan BaSO4 dalam larutan 0,1 M H2SO4


BaSO4(p)

Ba2+ + SO42-(l)

Pada kesetimbangan terdapat tambahan 0,1 mol ion sulfat yang berasal dari H2SO4
sehingga konsentrasi ion-ion dalam kesatimbangan menjadi:
[Ba2+] = a mol/l
[SO42] = mol/l
Ksp = [Ba2+] [SO42]
1 x 10-10 = a (a + 0,1)
a = 1 x 10-9 mol/l
Jadi kelarutan BaSO4 dalam larutan 0,1 M H2SO4 asam sulfat adalah 1 x 10-9 mol/l.
berdasarkan contoh soal diatas, dapat ditunjukkan bahwa dengan adanya ion senama kelarutan
senyawa sukar larut semakin berkurang.
3. Pembentukkan Ion Kompleks
Kelarutan senyawa sukar larut akan bertambah dengan penambahan pereaksi untuk membentuk
ion kompleks. Penambahan larutan pekat yang berisi ion senama yang sesuai dengan senyawa sukar
larut akan memperkecil kelarutan. Hal ini tidak akan terjadi pada pembentukkan ion kompleks.
Sebagai contoh, penambahan larutan HCl pekat kedalam larutan jenuh PbCl2.
PbCl2(p)

Pb2+(l) + 2Cl-(l)

Penambahan Cl- yang berasal dari larutan HCl akan mempengaruhi kesetimbangan, yaitu
kesetimbangan akan bergeser ke kanan, atau kearah terbentuknya ion kompleks PbCl42-, dengan
reaksi:

Pb2+(l) + 4Cl-(l)

PbCl42-(l)

Dengan demikian, konsentrasi ion Pb2+ berkurang, karena bereaksi dengan ion Clmembentuk ion kompleks PbCl42+ dan perubahan kesetimbangan dapat digambarkan dengan
persamaan reaksi:
PbCl2(p)

Pb2+(l) + 2Cl-(l)

4Cl-(l) dari HCl

PbCl42+(l)

Berdasarkan persamaan rekasi ini, pembentukkan ion kompleks akan memperbesar


kelarutan senyawa yang sukar larut.
Rangkuman
Nilai kelarutan senyawa sukar larut selain ditentukan oleh harga Ksp, juga dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya ion senama dan pembentukkan ion kompleks dengan pelarutnya. Ion senama
akan memperkecil kelarutan sedangkan pembentukkan ion kompleks akan memperbesar
kelarutan senyawa tersebut.
Harga Ksp dapat juga dipergunakan untuk menentukan terbentuk atau tidaknya endapan pada
suatu reaksi kimia. Reaksi akan membentuk endapan, bila hasil kali ion adalah lebih besar dari
harga Ksp-nya.
Soal Test Formatif 2
1. Emulsi perak klorida untuk film fotografi dibuat dengan menambahkan garam klorida
yang larut ke dalam larutan perak nitrat. Anggap 500 ml larutan CaCl 2 dengan konsentrasi
ion klorida 8 x 10-6 M ditambahkan ke 300 ml 0,004 M larutan AgNO 3. Apakah endapan
AgCl(s) akan terbentuk saat kesetimbangan tercapai?
2. Berapa gram CaF2(s) dalam larutan NaF 0,1 M? (Harga Ksp lihat pada tabel 4.1)
3. Hasil kali kelarutan nikel (II) hidroksida, Ni(OH)2, pada 25C adalah 1,6 x 10-16.
a) Hitunglah molar kelarutan per mol Ni(OH)2 dalam air murni pada 25C!
b) Hitunglah molar kelarutan per mol Ni(OH)2 dalam NaOH 0,1 !

Cara Penilaian
1. Diskusi dan Tanya-Jawab (50%)
2. Test Formatif (50%)

KEGIANTAN BELAJAR 3
PENGARUH pH TERHADAP KELARUTAN

Beberapa zat padat hanya sedikit larutan dalam air tetapi sangat larut dalam asam.
Sebagai contoh, bijh tembaga dan nikel sulfida dapat larut dengan asam kuat. Pengaruh pH
terhadap kelarutan ditunjukkan pada kerusakan bangunan pengendapan asam. Batu kapur
(CaCO3) hanya sedikit larut dalam hujan alam (dengan pH sekitar 5,6), tetapi amat larut jika air
hujan menjadi lebih asam. Reaksinya :
CaCO3(s) + H3O+(aq) Ca2+(aq) + HCO3 (aq) + H2O(1)

1. Kelarutan Hidroksia
Salah satu pengaruh langsung pH terhadap kelarutan berlangsung dengan logam
hidroksida. Konsenstrasi OH- muncul secara eksplisit dalam rumus hasil kali kelarutan
senyawa tersebut. Dengan demikian, untuk penguraian Zn(OH)2 :
Zn(OH)2(s) Zn2+ (aq) + 2OH-(aq)
Hasil kali kelarutannya adalah :
Ksp = [Zn2+] [OH-]2 = 4,5 x 10-17
Jika larutan dibuat lebih asam, konsentrasi ion hidroksida berkurang, yang menyebabkan
kenaikan konsentrasi ion Zn2+ (aq). Jadi, seng hidroksida lebih larut dalam larutan asam dari
pada dalam air murni.
Contoh soal
Bandingkan kelarutan Zn(OH)2 di dalam air murni dengan di dalam larutan yang di buffer
pada pH 6 !
Penyelesaian :
Di dalam air murni perhitungan hasil kali kelarutan adalah :
[Zn2+] = S
[OH-] = 2S
2+
- 2
Ksp = [Zn ] [OH ] =S (2S) 2
4,5 x 10-17 = 4S3

S=[Zn2+]=2,2 x 10-6 M
Sehingga kelarutan adalah 2,2 x 10-6 mol/liter atau 2,2 x 10-4 gr/liter. Dengan
[OH-] = 2S= 4,5 x 10-6
Larutan yang dihasilkan mempunyai pH 8,65
Dalam kasus kedua, diamsumsikan bahwa larutan cukup buffer sehingga pH tetap 6
setelah pelarutan seng hidroksida. Kemudian :
[OH-]=1 x 10-6 M
Ksp

[Zn2+] =

=
- 2

[OH ]

4,5 x 10-17
= 0,45 M
-8 2

(1 x 10 )

Sehingga 0.45 mol/liter atau 45 gr/liter, harus dilarutkan. Ketika konsentrasi ion setinggi
ini, bentuk sederhana dari rumus kelarutan tidak akan berlaku lagi. Jadi kesimpulannya,
Zn(OH)2 jauh lebih larut di dalam larutan buffer pada pH 6 dari pada dalam air murni.
2. Kelarutan Garam Asam
Logam hidroksida adalah garam basa kuat, ion hidroksida kelarutan garam
dimana anionnya adalah basa lemah atau basa kuat yang berbeda juga dipengaruhi oleh
pH. Sebangai contoh, larutan fluorida yang sedikit larut, seperti kalsium fluorida.
Kesetimbangan kelarutan adalah :
CaF2(s) Ca 2+(aq) + 2F-(aq)
Ksp = 3,9 x 10-11
Jika larutan dibuat lebih asam, beberapa ion fluorida bereaksi dengan ion hidronium
menjadi :
H3O+(aq) + F-(aq) HF(aq) + H2O(1)
Karena ini hanyalah kebalikan dari ionisasi asam HF, tetpan kesetimbangannya
berbanding terbalik dengan Ka untuk HF atau 1/(3,5 x 10 -4) = 2,9 x 103 . jika asam
ditambahkan, konsentrasi ion fluorida berkurang, sehingga konsentrasi ion kalsium pasti
akan naik untuk mempertahankan kesetimbangan hasil kali kelarutan CaF 2. Hasilnya,
kelarutan garam fluorida naik dalam larutan asam. Hal yang sama dapat diterapkan untuk
senyawa ion yang lain dimana anionnya adalah basa lemah atau basa kuat. Sebaliknya,
kelarutan garam seperti AgCL hanya sedikit terpengaruh oleh penurunan pH
penyebabnya adalah bahwa HCL merupakan asam kuat, sehingga CL - tidak efektif
sebagai basa. Reaksi :

CL-(aq) + H3O+(aq) HCL(aq) + H2O(1)


Berlangsung pada tinkat yang dapat diabaikan dalam larutan asam.

Rangkuman
Pengaruh pH terhadap kelarutan banyak terjadi di alam, terutama pada kelarutan
hidroksida dan garam basaa. Pada kelarutan hidroksida, pengaruh pH dapat terlihat
langsung pada konsentrasi OH- yang secara eksplisit muncul dalam hasil kali kelarutan
(Ksp). Sedangkan pada kelarutan garam basa, pengaruh pH dinyatakan dalam konsentrasi
larutan asam yang dapat terjadi dari reaksi beberapa ion negatif terhadap ion hidronium.

Soal Test Formatif 3


1. Bandingakan molar kelarutan per mol dari AgOH dalam air murni dengan
kelarutannya dalam larutan buffer pada pH 7 ! (ketika AgOH dilarutkan dalam air
murni, pH tidak bertahan pada nilai 7)
2. Untuk setiap senyawa ionik berikut, tentukan apakah kelarutan akan naik, turun atau
tetap berubah bila larutan pada pH 7 dibuat menjadi asam
Pbl2
b. AgOH
c. Ca3(PO4)2
a.
Cara penilaian
1. Diskusi danTanya-Jawab (50%)
2. Test Formatif (50%)

Anda mungkin juga menyukai