Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi merupakan aktivitas jasa untuk meyediakan informasi yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan. Pada sektor publik pengambilan keputusan terkait dengan keputusan
ekonomi, sosial, dan politik. Pada dasarnya teknik akuntansi keuangan sektor publik tidak
bersifat mutually exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak
menolak penggunaan teknik yang lain. Isu yang muncul dan menjadi perdebatan dalam
reformasi akuntansi sektor publik di Indonesia adalah perubahan single entry menjadi double
entry bookkeeping dan perubahan teknik atau sistem akuntansi berbasis kas menjadi berbasis
accrual.
Sistem akuntansi yang dirancang dan di jalankan secara baik akan menjamin
dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit
kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang baik saja berfungsi sebagai alat
pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori akuntansi sektor publik dan teknikteknik akuntansi yang terdiri atas akuntansi anggaran (budgetary accounting), akuntansi
komitmen (commitment accounting), akuntansi dana (fund accounting), akuntansi kas (cash
accounting), dan akuntansi akrual (accrual accounting).

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Teori Keuangan Sektor Publik ?
2. Apa hambatan yang dihadapi akuntansi sektor publik untuk menghasilkan laporan
keuangan yang handal dan relevan?
3. Apakah perlunya sistem akuntansi sektor publik?
4. Apa yang dimaksud dengan standar akuntansi sektor publik?
5. Apa saja teknik akuntansi yang terdapat pada organisasi sektor publik?

1.3 Tujuan Penulisan


1

1. Mengetahui definisi teori keuangan sektor publik.


2. Mengetahui hambatan yang dihadapi akuntansi sektor publik dalam menghasilkan
laporan keuangan yang handal dan relevan.
3. Mengetahui sistem penerapan akuntansi sektor publik.
4. Mengetahui definisi, tujuan, dan manfaat dari standar akuntansi sektor publik.
5. Mengetahui teknik-teknik akuntansi yang terdapat di organisasi sektor publik.

BAB II
2

PEMBAHASAN
2.1 Teori Keuangan Sektor Publik
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama
pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Teori akuntansi sektor publik sendiri sebenarnya
masih dipertanyakan apakah memang ada teori akuntansi sektor publik. Sektor swasta yang
perkembangan akuntansinya lebih pesat saja oleh beberapa ilmuwan masih dipertanyakan
apakah sampai saat ini benar-benar memiliki teori akuntansi yang mapan. Suatu teori perlu
didukung oleh beberapa riset yang di dalamnya terdapat hipotesa-hipotesa yang diuji
kebenarannya. Teori memiliki tiga karakteristik dasar, yaitu: 1) kemampuan untuk
menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to explain), 2) kemampuan
untuk memprediksi (the ability to predict), dan 3) kemampuan mengendalikan fenomena (the
ability control given phenomena). Pada dasarnya terdapat tiga tujuan mempelajari teori
akuntansi, yaitu: 1) untuk mempelajari praktik akuntansi yang saat ini ada, 2) mempelajari
kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini dilakukan, dan 3)
memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
Suatu disiplin ilmu dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu (1) ilmu murni
atau abstrak (abstract sciences), (2) ilmu deskriptif (general descriptive sciences), (3) ilmu
derivatif (special derivaive sciences), (4) ilmu sinopsis (synoptic sciences), dan (5) ilmu
terapan (applied sciences). Ilmu asbtrak misalnya adalah matematika, ilmu logika dan meta
fisik. Disiplin ilmu yang termasuk kategori ilmu deskriptif mendasarkan pengetahuannya
melalui observasi dan pendeskripsian suatu fenomena aktual, misalnya ilmu kimia, biologi,
zoologi, minerologi,

dan etnologi. Synoptic

sciences adalah

turunan dari derivative

special sciences yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu contohnya adalah
auditing, geologi, dan geografi. Ilmu terapan adalah disiplin ilmu yang secara khusus terpisah
dari disiplin ilmu lain, tetapi bisa juga kombinasi dari berbagai prinsip yang diambil dari
disiplin ilmu yang yang lain yang disesuaikan dengan kebutuhan praktis ilmu tersebut,
contohnya ilmu akuntansi.
Jika dikaitkan dengan bangunan dari suatu ilmu (body of knowledge), akuntansi sektor
publik dikaitkan memiliki teori yang mapan apabila terpenuhi beberapa persyaratan.
Bangunan ilmu terdiri atas konsep dasar (basic concept) sebagai landasan ilmu tersebut
(philosophical foundation), postulat, teori, konsep, prinsip, standar, dan praktik aplikasi.
3

Akuntansi sektor publik sendiri merupakan salah satu cabang dari ilmu akuntansi itu sendiri.
Oleh karena itu, pengembangan teori akuntansi sektor publik sangat tergantung pada
perkembangan ilmu akuntansi.
Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan untuk memperbaiki praktik yang saat
ini dilakukan. Hal ini terkait dengan upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan sektor
publik, yaitu laporan keuangan yang mampu menyajikan informasi keuangan yang relevan
dan dapat diandalkan (reliable).
2.2 Hambatan yang dihadapi akuntansi sektor publik dalam menghasilkan laporan
keuangan yang handal dan relevan
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan,
terdapat beberapa kendala (contraints) yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah:
1. Objektivitas
Objektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang
relevan. Laporan keuangan disajikan oleh manajemen untuk melaporkan kinerja yang
telah dicapai oleh manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak eksternal
yang menjadi stakeholder organisasi.
Seringkali terjadi masalah objektivitas laporan kinerja disebabkan oleh adanya
benturan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan stakeholder.
Manajemen tidak selalu bertindak untuk kepentingan stakeholder, tapi seringkali ia
bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka dan mengamankan posisi
mereka tanpa memandang bahaya yang ditimbulkan terhadap stakeholder yang lain,
misalnya karyawan, investor, kreditor, dan masyarakat.
Masalah objektivitas juga dapat dijelaskan melalui teori kontrak (contracting
theory). Proses kontrak menghasilkan hubungan keagenan muncul ketika salah satu
pihak (prinsipal) mengontrak pihak lain (agen) untuk melakukan tindakan yang
diinginkan oleh prinsipal. Masalah keagenan (agency problem) kemudian muncul
karena adanya perilaku oportunis (opportunitiesc behaviour) dari agen, yaitu perilaku
manajemen (agen) untuk memmaksimumkan kesejahteraan sendiri yang mungkin
berlawanan dengan kepentingan prinsipal.

Manajemen memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan teknik akuntansi


yang bisa menginformasikan laporan keuangan secara lebih baik sebagai ukuran kinerja
organisasi. Manajemen menggunakan variabel artifisial misalnya dengan pemilihan
teknik akuntansi yang bisa menunjukan kinerja yang lebih baik dan menggunakan
variabel riil (transaksional) yang dilakukan dengan cara melakukan manipulasi
transaksi. Oleh karena itu, teknik akuntansi yang dilakukan manajemen harus memiliki
derajat objektivitas yang dapat diterima semua pihak yang menjadi stakeholder.
2. Konsistensi
Konsistensi mengacu pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang sama
untuk menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu
secara berturut-turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat dibandingkan
kinerjanya dari tahun ke tahun. Konsistensi penerapan metode akuntansi merupakan hal
yang sangat penting karena organisasi memiliki orientasi jangka waktu panjang (going
concern), sedangkan laporan keuangan hanya melaporakan kinerja selama satu periode.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi keterputusan proses evaluasi kinerja organisasi oleh
pihak eksternal, maka organisasi perlu konsisten dalam menerapkan metode
akuntansinya.
3. Daya Banding
Laporan keuangan sektor publik hendaknya dapat diperbandingkan antara periode
waktu dan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding berarti bahwa
laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi dengan
organisasi lain yang sejenis. Kendala daya banding terkait dengan objektivitas karena
semakin objektif suatu laporan keuangan maka akan semakin tinggi daya bandingnya
karena dengan dasar yang sama akan dapat dihasilkan laporan yang berbeda. Selain itu,
daya banding juga terkait dengan konsistensi. Adanya beberapa alternatif penggunaan
metode akuntansi juga dapat menyulitkan tercapainya daya banding.

4. Tepat Waktu

Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta untuk menghindari
tertundanya pengambilan keputusan tersebut. Kendala ketepatan waktu penyajian
laporan terkait dengan lama waktu yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
menghasilkan laporan keuangan. Semakin cepat waktu penyajian laporan keuangan,
maka akan semakin baik untuk untuk pengambilan keputusan. Permasalahannya adalah
semakin banyak kebutuhan informasi, maka semakin banyak pula waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan berbagai informasi tersebut. Laporan keuangan
mungkin disajikan tidak tepat waktu sehingga tidak relevan untuk pengambilan
keputusan meskipun disajikan lebih awal.
5. Ekonomis dalam Penyajian Laporan
Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak informasi yang
dibutuhkan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala ekonomis dalam
penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.
6. Materialitas
Suatu informasi dianggap material apabila mempengaruhi keputusan, atau jika
informasi tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda. Penentuan
materialitas memang bersifat pertimbangan subjektif (subjective judgement), tapi
pertimbangan tersebut tidak dapat dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangan
yang digunakan merupakan profesional judgement yang mendasarkan pada teknik
tertentu.

2.3 Perlunya Sistem Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi merupakan aktivitas jasa untuk menyediakan informasi yang diperlukan
dalam pengambilan keputusan, pada sektor publik, pengambilan keputusan terkait dengan
keputusan ekonomi, sosial dan politik. Pada dasarnya, akuntansi baik pada sektor swasta
maupun sektor publik, dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu prinsip, metode
dan (entitas yang dimaksud mengacu baik perusahaan swasta maupun organisasi sosial6

ekonomi lainya, seperti: pemerintah, perusahaan milik negara, organisasi nirlabna, dan
sebagainya) untuk menghasilkan dan memberikan informasi yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi yang rasional.
Ruang lingkup akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang
mencangkup pengumpulan data, penganalisaan, pengklasifikasian, pencatatan, dan pelaporan
atas transaksi keuangan pemerintah sebagai suatu entitas, serta penafsiran terhadap hasilhasilnya.
Masisi (1978) Dalam Glinn (1993) menjelaskan aturan dasar sistem akuntansi keuangan
sebagai berikut :
1.

Identifikasi kegiatan operasi yang relevan.


Hanya kejadian dan kegiatan ekonomi yang relevan saja yang akan dicatat dalam
sistem akuntansi keuangan.

2.

Pengklasifikasian kegiatan operasi secara tepat;


Penentuan waktu pengakuan untuk setiap jenis operasi (timing of recognition).
Pada prinsipnya, suatu operasi dapat dicatat/diakui pada tahap tertentu dari proses
transaksi. Misalnya, pembelian dapat diakui/dicatat ketika keputusan untuk
membeli suatu barang ditetapkan, pada waktu dilakukan pemesanan, ketika barang
diterima, ketika faktur diterima, ketika barang tersebut dugunakan untuk proses
produksi, atau ketika telah dilakukan pembayaran kas. Oleh karena itu harus
ditetapkan kapan suatu transaksi dapat diakui/dicatat.

3.

Adanya sistem pengendalian untuk menjamin rehabilitas. Sistem pengendalian ini


memiliki dua komponen, yaitu komponen formal dan substansial. Komponen
formal adalah pembukuan berpasangan (double entry bookeeping): kesalahan
akuntansi akan dapat diketahui dan dilacak ketika jumlah sisi kredit tidak sama
dengan sisi debit. Komponen substansial merupakan mekanisme konflik
kepentingan

(conflict

of

interest):

kesalahan

akuntansi

muncul

ketika

mempengaruhi muncul ketika mempengaruhi secara negatif pihak ketiga. Sebagai


contoh, jika hutang tidak dicatat dengan baik, jumlah yang dibayarkan kepada
kreditor akan berbeda dengan jumlah yang seharusnya diterima sebagaimana
tercatat dalam akun piutang yang diakui kreditor.
7

4.

Menghitung pengaruh masing-masing operasi.


Terdapat beberapa kesamaan akuntansi keuangan baik pada sektor publik maupun
sektor swasta. Sebagai contoh, pada kedua sektor tersebut direkomendasikan untuk
menggunakan sistem pembukuan berpasangan dalam mencatat akun-akun
transaksi. Kedua sektor sama-sama membutuhkan standar akuntansi keuangan
sebagai pedoman pencatatan agar terdapat perlakuan yang sama terhadap suatu
transaksi. Siklus akuntansi pada kedua sektor tidak jauh berbeda.

Akuntansi keuangan sektor publik terkait dengan tujuan dihasilkannya laporan eksternal
dan perhitungan biaya pelayanan. Oleh karena itu, akuntansi keuangan sektor poblik pada
dasarnya berbicara masalah tujuan laporan keuangan sektor publik, jenis laporan keuangan
sektor publik, sistem akuntansi, standar akuntansi keuangan sektor publik, dan
akuntansi biaya sektor publik. Akuntansi biaya sektor publik sendiri bukan murni bagian dari
akuntansi keuangan sektor publik. Akuntansi biaya sektor publik merupakan hybrid dari
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen sektor publik.

2.4 Standar Akuntansi Sektor Publik


Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna
laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang digunakan
untuk mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang telah
ditetapkan, sistem akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan sistem pengendalian
intern atas penerimaan dan pengeluaran dana publik.
Standar akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan
keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi
negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang disajikan, inkonsistensi
dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan.
Proses penetapan dan pelaksanaan standar akuntansi sektor publik merupakan masalah
yang serius bagi praktik akuntansi, profesi akuntansi, dan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Pembuatan suatu standar mungkin dapat bermanfaat bagi suatu pihak, namun
dapat juga merugikan bagi pihak lain. Pembuatan mekanisme yang terbaik dalam menetapkan
8

keseragaman standar akuntansi merupakan faktor penting agar akuntansi dapat diterima
pihak-pihak yang berkepentingan dan bermanfaat bagi pengembangan akuntansi sektor
publik itu sendiri.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara
lain:
a) Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan
posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna
informasi.
b) Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan
pengujian secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan
integrasinya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan
kewajarannya.
c) Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang tidak perlu disajikan yang
berkaitan dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang
perpajakan, regulasi, perencanaan serta serugalsi ekonomi dan peningkatan efisiensi
ekonomi serta tujuan sosial lainya.
d) Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan penetapan standar adalah
sedapat

mungkin

menghindari

terjadinya

standar

yang

overload.

Standar

yang overload terjadi ketika:


a)

Standar terlalu banyak.

b) Standar terlalu rumit.


c)

Tidak ada standar yang tegas (rigid) sehingga sulit untuk membuat pilihan dalam
penerapannya.

d) Standar mempunyai tujuan yang sifatnya umum (general-purpose standards)


sehingga gagal dalam menyajikan perbedaan kebutuhan diantara para penyaji dan
pengguna.

e)

Standar kurang spesifik sehingga gagal dalam mengidentifikasi perbedaan anatara:


a. Entitas publik dan entitas non-publik
b.

Laporan keuangan tahunan dan interim

c. Organisasi besar dan kecil


d. Laporan keuangan auditan dan non-auditan
f)

Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang berlaku kompleks, atau keduaduanya.

2.5 Teknik-Teknik Akuntansi Keuangan Sektor Publik


Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh sektor publik,
yaitu:
1. Akuntansi Anggaran
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah
yang dianggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat secara berpasangan (double entry).
Akuntansi anggaran merupakan praktik akuntansi yang banyak digunakan organisasi
sektor publik, khususnya pemerintah, yang mencatat dan menyajikan akun operasi
dalam format yang sama dan sejajar dengan anggarannya. Jumlah belanja yang
dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang sesuai kemudian apabila belanja tersebut
direalisasikan, maka akun tersebut didebit kembali. Saldo yang ada dengan demikian
menunjukan jumlan anggaran yang belum dibelanjakan. Teknik akuntansi anggaran
dapat membandingkan secara sistematik dan continue jumlah anggaran dengan realisasi
anggaran. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menekan peran anggaran dalam siklus
perencanaan, pengendalian, dan akuntabilitas.
Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran
dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi
apabila terdapat varians (selisih). Namun, akuntansi anggaran lebih menekankan pada
bentuk dari akun-akun keuangan bukan content dari akun itu sendiri.

10

Salah satu kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini sangat
kompleks. Akan lebih mudah dan lebih komprehensif apabila akun-akun yang ada
menunjukan pendapatan dan biaya aktual, dan anggaran menunjukan pendapatan dan
biaya dianggarkan.
2. Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan
mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada
saat faktur diterima dan mengakui pendapatan ketika faktur dikeluarkan. Akuntansi
komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual.
Akuntansi komitmen terkadang hanya menjadi subsistem dari sistem akuntansi utama
yang dipakai organisasi. Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi
melakukan transaksi tersebut. Hal ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika kas
telah dibayarkan atau diterima, tidak juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan
tetapi pada waktu yang lebih awal, yaitu ketika order dikeluarkan atau diterima.
Tujuan utama dari akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Agar
manajer dapat mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar anggaran
yang telah dilaksanakan atau digunakan jika dihitung berdasarkan order yang telah
dikeluarkan. Dengan menerima atas faktur yang diterima atau dibayarkan, ia dapat
dengan mudah menghabiskan anggaran (overcommit). Tentu saja manajer yang teliti
akan tahu bahwa akun-akun tidak memasukkan order yang dikeluarkan yang mana
faktur belum diterima dan oleh karena itu ia membuat catatan sendiri agar ia tidak
melakukan pemborosan anggaran (over-commit the budget).
Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima
yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan.
Meskipun akuntansi komitment dapat memperbaiki pengendalian terhadap anggaran,
namun terdapat masalah dalam akun-akun keuangan. Akun yang dicatat hanya
didukung oleh order yang dikeluarkan. Pada umumnya tidak ada kewajiban hukum
(legal liability) untuk patuh terhadap order yang terjadi dan order tersebut dapat dengan
mudah dibatalkan. Hal ini menjadikan sulit untuk mengakui biaya-biaya untuk periode
akuntansi yang bersangkutan yang mana hanya mendasarkan pada order yang
dikeluarkan.

11

3. Akuntansi Dana
Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian
sumberdana dan alokasi dana. Penggunaan dana peran anggaran sangat penting dalam
organisasi sektor publik. Dalam tahap awal perkembangan akuntansi dana, pengertian
dana (fund) dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap-tiap dana tersebut harus
ditempatkan pada laci (cash drawer) secara terpisah; beberapa tagihan harus
diambilkan dari dari satu laci dan tagihan lain dari laci yang lainnya. Namun saat ini,
dana dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk
sumber daya nonkas dan utang diperhitungkan di dalamnya.
Teori akuntansi dana pada awalnya dikembangkan oleh Vatter (1974) untuk tujuan
organisasi bisnis. Pada waktu itu ia melihat bahwa antara perusahaan pribadi dengan
perusahaan badan memiliki beberapa kelemahan. Dimana kelemahan tersebut adalah,
pertama perusahaan perorangan (milik pribadi) kurang menguntungkan dibanding
dengan perusahaan yang dimiliki publik (perseroan terbatas). Kedua, adanya kesalahan
dalam memahami makna entitas. Berdasarkan kedua kelemahan tersebut Vatter
berpendapat bahwa

reporting unit harus diperlakukan sebagai dana (fund) dan

organisasi harus dilihat sebagai satu dana atau satu rangkaian dana. Hal ini berarti jika
suatu organisasi dilihat sebagai suatu rangkaian dana (series of fund), maka laporan
keuangan organisasi tersebut merupakan penggabungan (konsolidasi) dari laporan
keuangan daba yang menjadi bagian organisasi.
Sistem akuntansi pemerintah yang dilakukan dengan menggunakan konsep dana,
memperlakukan suatu unit kerja sebagai entitas akuntansi (accounting entity) dan
entitas anngaran (budget entity) yang berdiri sendiri. Penggunaan akuntansi dana
merupakan salah satu perbedaan utama antara akuntansi pemerintahan dengan
akuntansi bisnis. Sistem akuntansi dana dibuat untuk memastikan bahwa uang publik
dibelanjakan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Dana dapat dikeluarkan apabila
terdapat otorisasi dari dewan legislatif, atau karena tuntutan peraturan perundangan.
Sistem akuntansi dana adalah metoda akuntansi yang menekankan pada pelaporan
permanfaatan dana, bukan pelaporan organisasi itu sendiri.
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu:

Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)


12

Digunakan untuk mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo
dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis
akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintahan (governmental funds).

Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)

Untuk mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifat
mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada orgnaisasi bisnis (proprietaryfunds).
4. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran
dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran
yang aktual, riil dan objektif. Namun demikian, GAAP tidak menganjurkan pencatatan
dengan dasar kas karena tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau
aktivitas tidak dapat diukur dengan baik. Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman
akan dicatat sebagai pendapatan (revenue) bukan sebagai utang. Untuk mengoreksi hal
tersebut, kebanyakan sistem akuntansi kas tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi
juga aktiva dan utang yang timbul sebelum terjadi transaksi kas. Namun demikian,
koreksi semacam ini tidak dapat mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu,
obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order pembelian yang dikeluarkan
tidak tampak dalam catatan akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo yang tercatat akan
dicatat lebih (overstated). Hal tersebut dapat menyebabkan pemborosan anggaran
(unwise expenditureatau overspending).
5. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik dari pada akuntansi kas. Teknik akuntansi
berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat
dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan
ekonomi, sosial, dan politik. Basis akrual diterapkan agak berbeda antara proprietary
fund (full accrual) dengan governmental fund (modifiet accrual)
(expense)

diukur

dalam

proprietary

fund,

karena biaya

sedangkan expenditure difokusnya

pada general fund. Expense adalah jumlah sumber daya yang dikonsumsi selama
periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang dikeluarkan atau akan
dikeluarkan selama periode akuntansi. Karena governmental fund tidak memiliki
13

catatan modal dan utang (dicatat atau dikategorikan dalam aktiva tetap dan utang
jangka panjang), expenditure yang diukur bukan expense.
Berbeda dengan governmental fund, yang menjadi kepentingan proprietary fund dan
juga organisasi bisnis adalah net income. Full accrual accounting digunakan untuk
mencatat revenue ketika diperoleh (earned) dan biaya (expense) pada saat terjadi
(incurred). Dengan kata lain, biaya dicatat ketika utang terjadi tanpa memandang kapan
pembayaran dilakukan.
Pada governmental

fund,

hendaknya

digunakan modofiet

accrual

basis.

Expenditure di-accued, tetapi revenue dicatat berdasarkan kas basis, yaitu pada saat
diterima, bukan ketika diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPH, dan fee (retrtibusi)
dihitung pada saat diterima kasnya. Salah satu penegcualian adalah property tax (PBB)
yang di-accrued karena jumlahnya dapat diestimasi secara lebih pasti.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah
untuk menentukan cost of services dan charging for services, yaitu untuk mengetahui
besarnya biasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan
harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Hal ini berbeda dengan tujuan
pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta yang digunakan untuk mengetahui
dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper macthing cost
againts revenue). Perbedaan ini disebabkan karena pada sektor swasta orientasi lebih
difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented), sedangkan dalam
sektor publik orientasi difokuskan pada optimalisasi pelayan publik (public service
oriented).
Perbedaan anatara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Basis kas : Penerimaan kas pengeluaran kas = perubahan kas
2. Basis akrual : Pendapatan (income) biaya = laba/rugi (surplus/defisit)
3. Pendapatan (income) : penerimaan kas selama satu periode akuntansi saldo
awal piutang + saldo akhir piutang
4. Biaya : kas yang dibayarkan selama satu periode saldo awal utang + saldo
akhir utang.
Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak untuk
mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban untuk membayarkan kas. Oleh
14

karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat diperoleh
(earned) atau terjadi (incurred), tanpa memandang apakah kas sudah diterima atau
dikeluarkan.
Beberapa negara telah mereformasi akuntansi sektor publik dilingkungan mereka,
terutama perubahan dari cash basis menjadi accrual basis. New Zealand merupakan
contoh negara yang sukses menerapkan sistem accrual basis yang sudah dilakukan
sejak tahun 1991. Sistem akuntansi yang diterapkan di negara ini telah mampu
memberikan kontribusi yang besar dalam menghasilkan informasi yang lebih
konprehensif dibandingkan dengan sistem cash basis dalam hal kuantitas dan
kualitasnya. Tujuan pengenalan accrual basis ini adalah untuk memfasilitasi
transparansi yang lebih besar pada organisasi pemerintah dan meningkatkan efisiensi
dan efekstivitas. Sementara itu, beberapa negara Uni Eropa lainya masih
mengendalikan pengeluarannya dengan menggunakan cash basis.
Namun, beberapa kasus menunjukan bahwa reformasi ke arah accrual basis ternyata
tidak seluruhnya menjamin keberhasilan. Kasus yang terjadi di Italia menunjukkan
bahwa pengenalan terhadap accrual basis memberikan kontribusi yang kurang
signifikan terhadap transparansi, efisiensi, dan efektivitas organisasi publik di negara
tersebut. Perubahan dari cash basis menjadi accrual basis memang tidak dapat
dilakukan secara terburu-buru. Perlu analisis yang mendalam dan kompleks terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor
sosiologi masyarakat negara tersebut (Yamamoto, 1997).
Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually exclusive.
Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak berarti menolak penggunaan
teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat menggunakan teknik akuntansi
yang berbeda-beda, bahkan dapat menggunakan kelima teknik tersebut secara bersama-sama.
Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitmen satu dengan yang lainnya karena
adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal pengakuan
pendapatan, pada dasarnya terdapat dua langkah yang mempengaruhi pencatatan, yaitu pada
saat barang dikirim dan faktur dikeluarkan, dan pada saat barang dikirim dan faktur dibayar.
Single Entry and Double Entry

15

Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dengan alasan utama
demi

kemudahan

dan

kepraktisan.

Seiring

dengan

semakin

tingginya

tuntunan

diciptakannya good governance yang berarti tuntunan adanya transparansi dan akuntabilitas
dalam pengelolaan keuangan organisasi sektor publik, perubahan dari sistem single
entry meenjadi double entry dipandang sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan. Hal
tersebut dikarenakan penggunaan single entry tidak dapat memberikan informasi yang
komprehensif dan mencerminkan kinerja sesungguhnya. Single entry memang relatif mudah
dan sederhana, akan tetapi alasan semi kemudahan dan kepraktisan menjadi tidak relevan
lagi.
Sementara itu, pengaplikasian pencatatan transaksi dengan sistem double entry ditujukan
untuk menghasilkan laporan keuangan yang auditable dan traceable. Kedua hal ini
merupakan

faktor

utama

untuk

menghasilkan

informasi

keuangan

yang

dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan sistem double entry, maka dapat dilakukan
pengukuran kinerja secara lebih cepat.

BAB III
PENUTUP
16

Kesimpulan
1. Fokus akuntansi keuangan sektor publik adalah pemberian laporan keuangan kepada
pihak eksternal organisasi.
2. Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan handal terdapat
beberapa kendala (constraint), yaitu: objektivitas, konsistensi, daya banding, tepat
waktu, ekonomis dalam penyajian laporan, dan materialitas.
3. Teknik akuntani keuangan yang dapat diadopsi oleh organisasi sektor publik untuk
memfasilitasi dihasilkannya laporan keuangan adalah akuntansi anggaran, akuntansi
komtmen, akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi dana. Kelima teknik tersebut
tidak bersifat mutually exclusive.
4. GASB merekomendasikan untuk tidak lagi menggunakan akuntansi kas dan
menggantinya dengan sistem akuntansi dana.

DAFTAR PUSTAKA

http://nefendi01.blogspot.co.id/2013/12/akuntansi-pemerintahan-teknik-akuntansi.html

17

Mardiasmo.2009.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta:Penerbit ANDI.

18

Anda mungkin juga menyukai