PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan mola hidatidosa adalah suatu kehamilan abnormal dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik. Mola hidatidosa termasuk penyakit trofoblastik gestasional yaitu kelompok penyakit
yang berasal dari khorion janin dan kondisi ini termasuk benigna, namun bisa mengalami
transformasi menjadi koriokarsinoma. Secara makroskopis, mola hidatidosa mudah dikenali
yaitu berupa gelembung gelembung puih, tembus pandang, berisi cairan jernih dan memiliki
ukuran yang bervariasi.
Mola hidatidosa memiliki karakter seperti buah anggur serta uterus yang mengalami
distensi, pada keadaan ini, dapat terjadi secara klasik atau parsialis. Laporan kasus ini akan
membahas tentang patofisiologi, diagnosis serta tatalaksana dan prognosis dari mola hidatidosa.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Pasien
Nama
Ny. S
Umur
32 tahun
Pendidikan
SMA
Pekerjaan
IRT
Agama
Islam
Suku
Betawi
Alamat
Cipinang Muara
No.CM
01032146
Masuk RS
7 April 2016
Keluar RS
9 April 2016
16.00 WIB
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 7 April 2016 di Bangsal 8 Barat RSUD Budhi Asih.
A. Keluhan utama :
Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Cipinang Muara karena perdarahan dari jalan
lahir sejak 10 hari SMRS dan suspek mola.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien wanita datang ke Bangsal 8 barat RSUD Budhi Asih pada tanggal 7 April
2016 rencana kuret+PA karena mola. Pasien mengaku hamil 9 minggu, HPHT: 24-1-2016.
Awal mula pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 10 hari SMRS. Perdarahan
bergumpal-gumpal dan membasahi kurang lebih 1 pembalut disertai nyeri seluruh perut.
Perdarahan disertai jaringan dan keluar gelembung gelembung seperti telur ikan diakui
2
pasien. Saat perdarahan pasien datang ke puskesmas kemudian dirujuk ke poli RSUD Budhi
Asih. Riwayat panas badan dan pusing disangkal, riwayat minum obat obatan disangkal.
Riwayat minum jamu-jamuan disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit DM,
penyakit tiroid, Asma Bronchial, epilepsy disangkal dan riwayat hipertensi sebelum dan
selama kehamilan disangkal.
D. Riwayat Obstetri
Kehamil
Tempat
an ke
1
Penolong
Puskesma
s
Bidan
Tahun
2007
Cara
Persalinan
PN
BB Lahir
2600
Jenis
Kelamin
Pr
Keadaan
Usia
H/M
ater
HAMIL INI
E. Riwayat Perkawinan
Status
: 21-1-2016
Siklus haid
: 29 hari
Lama haid
: 7 hari
Banyaknya
: 2-3 pembalut/hari
Dismenorea
: (-)
Menarche usia
: 13 tahun
G. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi terakhir : pil KB tahun 2012-2015 berhenti awal 2015 karena ingin punya anak
lagi
3
H. Riwayat kebiasaan
Pasien biasa makan sehari 3 kali, namun jarang mengkonsumsi buah dan sayuran.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tensi
: 110/60 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 370C
Kepala
Leher
: Tiroid : t.a.k
Cor
Pulmo
Abdomen
: cembung, lembut
Ekstremitas
: Edem -/-,
B. STATUS OBSTETRIK.
Pemeriksaan luar
Inspeksi
: cembung
Tinggi fundus
Pemeriksaan dalam :
Vulva
Vagina
Portio
: lunak , tebal
Lab: 4/4/2016
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hb
: 12,7 gr/dl
Hematokrit
: 39 %
Leukosit
: 9000
Trombosit
: 330.000
Eritrosit
: 4,3 juta
MCV
: 90,9 fL
MCH
: 29,7 pg
MCHC
: 32,7 g/dL
RDW
: 11,6 %
FAAL HEMOSTASIS
Waktu perdarahan
: 2 menit
Waktu pembekuan
: 12 menit
METABOLISME KARBOHIDRAT
GDS
: 76 mg/dL
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV
: Non reaktif
HEPATITIS
HbsAg Kualitatif
: non reaktif
PEMERIKSAAN USG
Rencana Pengelolaan :
Pasang infus
Rencana kuretase + PA
Inform consent
Pasien kontrol ke poli seminggu kemudian post evakuasi. Dalam tiga bulan pertama
post kuret, pasien kontrol setiap 2 minggu. Dalam tiga bulan berikutnya, setiap satu
bulan. Dalam enam bulan terakhir, kontrol tiap dua bulan.
FOLLOW UP
8 April 2016
Keluhan : KU
: CM
: 110/60 mmHg
: 80 x/ menit
: 20 x/ menit
: 36,5 C
: kuretase
V. LAPORAN KURETASE
Kuretase
Tanggal kuretase
: 8 April 2016
Jam kuretase
: 9.05-9.10
Operator
Ahli Anestesi
: dr.Novi, Sp.An
Assisten I
: Zr.Yeni
Assisten Anestesi
: Zr.Frida
: Mola hidatidosa
: Mola hidatidosa
Indikasi Operasi
: Mola Hidatidosa
Jenis Tindakan
: Kuretase + PA
Jenis Anestesi
: GA
Laporan Operasi
1) penderita diletakkan dalam posisi lithotomi dalam general anestesi
2)
sekitarnya,
S
O
Nyeri post KU : CM
curet
T:100/60 mmHg
A
post kuretase a/I
P
-RL 16 tpm
mola hidatidosa
coamoxiclav
8
N: 100 x/ menit
2x625mg
R: 20 x/ menit
- as.mefenamat
S: 36,4 C
3x500mg
- ferofort 2x1
Abdomen:Datar,
-metyl
lembut, NT (-),
ergometrin
DM (-),
TFU
3x0,125mg
: tidak teraba
- cek BHCg
Perdarahan
kuantitatif
pervaginam : (-)
sedikit
BAB/BAK: - / +
9 April 2016
KU : CM
-coamoxiclav
T:100/70 mmHg
mola hidatidosa
2x625mg
N: 100 x/ menit
- as.mefenamat
R: 20 x/ menit
3x500mg
S: 36,4 C
- ferofort 2x1
-metyl
ergometrin
3x0,125mg
Kontrol post
- blpl
Hasil PA dan
kontrol ke BB 49 kg
kuretase H+7
BHCg belum
poli
hari
keluar, rencana
15 April
pasien
2016
TD 120/90
kebidanan
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam
: ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
ANALISIS KASUS
Anamnesis
-
b. Mual muntah
dan hipertiroidisme
kehamilan pertama
-
Pasien
Faktor resiko
Pemeriksaan penunjang
a. Bhcg meningkat
Kuret+PA
8 minggu post
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 MOLA HIDATIDOSA
Penyakit gestasional trofoblastik merupakan penyakit yang berhubungan dengan tumor plasenta
dan dibagi menjadi molar dan nonmolar tumor. Nonmolar dikelompokkan sebagai gestasional
trofoblastik neoplasia atau malignan.1 Klasifikasi dari kelompok penyakit ini dibagi sebagai
berikut;
Mola hidatidosa suatu kehamilan abnormal dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili
korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik dan memiliki karakter seperti buah
anggur serta distensi uterus, pada keadaan ini, dapat terjadi secara klasik atau parsialis. Secara
histologis, terdapar proliferasi yang abnormal dari vili korialis dan terdapat edema pada stroma
vili. Mola hidatidosa dibagi menjadi 2 berdasarkan derajat perubahan jaringan dan ada atau
tidaknya sel embrio, yakni klasik dan parsialis dimana masih terdapat sel embrionik.
12
Pada mola hidatidosa klasik, sel sel tidak kompatibel terhadap embriogenesis sehingga tidak
mengandung bagian bagian fetus, seleuruh vili korialis adalah abnormal dan sel epitelialnya
mengandung materi genetik yang diploid (46, XX atau XY). Pada keadaan yang parsial, kelainan
tidak terjadi keseluruhan, masih ada bagian bagian fetus, vili korion yang normal, dan
mengandung materi genetik triploid (69, XXY).
Mola hidatidosa adalah suatu keadaan yang benigna, namun bisa berubah menjadi malignan
ketika adanya invasi yang destruktif pada miometriom atau ketika serum -hCG plateau atau
meningkat meskipun mola telah dievakuasi. 80% kasus mola hidatidosa adalah benigna dan 23% kasus berubah menjadi koriokarsinoma.1
Angka kasus mola hidatidosa yang dilaporkan di beberapa negara berbeda, di Indonesia, terjadi 1
: 100 kehamilan, di Meksiko, terjadi 1 : 200 kehamilan dan di Paraguay terjadi 1 : 5000
kehamilan, di Amerika Serikat terjadi 1 : 2000 kehamilan.2 Keadaan ini dapat juga terjadi pada
kehamilan gemelli yang disebut juga twin molar pregnancy, 5 % dari kasus mola hidatidosa
merupakan kasus ini
Penyebab dari mola hidatidosa ini belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor risiko;1
Riwayat mola hidatidosa (kehamilan mola yang repetitif terjadi pada 2 dari 100
perempuan)
Perempuan dengan usia reproduktif yang ekstrim (usia wanita >35 tahun memiliki risiko
13
Dapat disimpulkan:
a.
b.
c.
Genetik
d.
e.
f.
Riwayat sosialekonomi
g.
Paritas
3.3 PATOFISIOLOGI
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti terjadinya mola hidatidosa. Ada beberapa
teori yang muncul untuk menjelaskan terjadinya kondisi ini;3
Missed Abortion janin yang terbentuk mati pada minggu ke 3 -5 kehamilan, sehingga
terjadi gangguan peredaran darah, dan cairan tertimbun dalam jaringan vili
Neoplasma abnormalitas sel trofoblas dan fungsinya sehingga terjadi resorbsi cairan
dalam jumlah belebihan kedalam vili yang berakibat munculnya gelembung
gelembung yang mengganggu peredaran darah dan terjadi kematian janin.
Dengan karyotype, pada mola hidatidosa yang klasik terdapat 46 XX atau 46 XY yang murni
berasal dari DNA paternal, ini akibat dari fertilisasi antar ovum yang kosong dan sel sperma yang
haploid yang kemudian akan menduplikasikan materi genetik yang ada.
Pada keadaan yang parsial, materi genetik yang terkandung adalah 69 XXX atau 69 XXY yang
dimana mengandung materi genetik dari maternal dan paternal. Ini terjadi karena fertilisasi antar
sel ovum yang haploid dengan sel sperma yang awalnya haploid kemudian menduplikasi. 4
Sehingga, pada kehamilan ini, masih dapat ditemukan jaringan fetus. Pada kedua macam mola
ini terdapat vili korialis yang hidropik, namun pada keadaan yang klasik, tampak vili korialis
yang tampak lebih oedematous, lebih menyeluruh atau diffuse dan memproduksi lebih banyak hCG.
15
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein dan bisa terjadi unilateral maupun bilateral,
keadaan ini bisa ditemukan dengan USG. Pada kebanyakan kasus, setelah mola dievakuasi, kista
lutein juga menyusut. Kista ini timbul karena stimulasi yang berlebihan dari -hCG yang
diproduksi jauh lebih banyak oleh sel trofoblas yang berproliferasi secara abnormal.
3.4 DIAGNOSIS
Pada permulaannya, gejala mola hidatidosa mirip seperti gejala kehamilan biasa yaitu
mual, muntah, pusing, hanya saja derajat daripada gejala mola hidatidosa lebih hebat. Ketika
umur kehamilan bertambah, ukutan uterus lebih besar dari seharusnya. Perdarahan merupakan
gejala utama dan pada umumnya, gejala perdarahan inilah yang menyebabkan pasien datang ke
pelayanan kesehatan. Perdarahan biasanya terjadi pada trimester pertama dan sifat perdarahan
bisa bervariasi (intermitten, sedikit atau banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian),
dengan alasan ini pasien dengan mola hidatidosa biasanya mengalami anemia. Karena pasien
dengan kehamilan mola mengaami perdarahan, pemeriksaan yang darah rutin seperti hemoglobin
dan hematokrit penting dilakukan.
Pada kehamilan mola yang tidak diatasi, pre-eklamsia/eklamsia bisa terjadi pada trimester kedua
tapi ini jarang ditemukan karena mola biasanya terdeteksi lebih dini. Pre-eklamsia biasanya
terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, sehingga, apabila ada kasus pre-eklamsia yang
ditemukan pada kehamilan dibawah 20 minggu, kehamilan mola harus dipertimbangkan.3
16
Sebagian pasien yang mengalami kehamilan mola juga mengalami hipertiroidisme sampai
tirotiksikosis dan kematian terjadi karena krisis tiroid. Gejala pada hipertiroid seperti; insomnia,
takikardi, palpitasi, berat badan menurun, exertional dyspnea. Krisis tiroid adalah gejala
tirotoksikosis yang bertambah berat secara tiba tiba, frekuensi jantung bisa meningkat sampai
200x/menit.
Selain gejala dan tanda yang sudah disebutkan sebelumnya, diagnosis mola hidatidosa juga dapat
ditegakkan dengan cara sebagai berikut;
Kadar serum -hCG yang meningkat pada keadaan mola hidatidosa yang tipe klasik,
17
3.5 PENATALAKSANAAN
Setelah mola hidatidosa terdeteksi, tindakan utama yang harus dilakukan adalah evakuasi
jaringan abnormal. Dengan dasar ini, prinsip dari penatalaksanaan pada keadaan mola hidatidosa
adalah; evakuasi dan follow-up secara reguler.6,7
Untuk evakuasi jaringan, bisa dilakukan dengan aspirasi vakum atau kuretase. Setelah
pengevakuasian, oksitosin diberikan secara intravena sampai 24 jam setelah evakuasi. Pada mola
hidatidosa dengan ukuran besar (>12 minggu kehamilan), harus dipersiapkan untuk tindakan
laparatomi untuk melakukan histerektomi. Pada tindakan histerektomi, usia dan keinginan pasien
untuk hamil harus dipertimbangkan.
Paska evakuasi, follow-up pasien dengan riwayat mola hidatidosa harus dilakukan dengan
cara;X
kedepan, jika tidak terdeteksi, pemantauan bisa dihentikan dan pasien boleh hamil
Apabila terjadi peningkatan atau kadar menjadi plateau menandakan adanya proliferasi
dari trofoblas dan malignansi harus dipertimbangkan.
18
3.6 PROGNOSIS
Wanita dengan riwayat kehamilan mola hidatidosa memiliki risiko terbesar untuk terulangnya
mola hidatidosa.
Five-year survival rate setelah kemoterapi, walaupun sudah bermetastasis, tercatat 85% dari
kasus koriokarsinoma.5
Pada pelayanan kesehatan seperti puskemas, waktu untuk merujuk pasien diperlukan ketika
ditemukan tanda tanda seperti; ukuran uterus yang melebihi usia kehamilan, perdarahan
pervaginam dan pasien dengan riwayat kehamilan mola.
BAB IV
19
KESIMPULAN
Mola hidatidosa suatu kehamilan abnormal dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik dan memiliki karakter
seperti buah anggur serta distensi uterus, pada keadaan ini, dapat terjadi secara klasik atau
parsialis. Walaupun molahidatidosa sudah dikenal sejak abad keenam, sampai sekarang masih
belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya. Molahidatidosa dapat terjadi pada semua
wanita dalam masa reproduksi.
Pada permulaannya, gejala mola hidatidosa mirip seperti gejala kehamilan biasa yaitu
mual, muntah, pusing, hanya saja derajat daripada gejala mola hidatidosa lebih hebat. Ketika
umur kehamilan bertambah, ukutan uterus lebih besar dari seharusnya. Perdarahan merupakan
gejala utama dan pada umumnya, gejala perdarahan inilah yang menyebabkan pasien datang ke
pelayanan kesehatan
Setelah mola hidatidosa terdeteksi, tindakan utama yang harus dilakukan adalah perbaiki
keadaan umum, atasi syok dan anemia kemudian evakuasi jaringan abnormal. Dengan dasar ini,
prinsip dari penatalaksanaan pada keadaan mola hidatidosa adalah; evakuasi dan follow-up
secara reguler
DAFTAR PUSTAKA
20
21