FENOL 1
3-Bromofenol
2-nitrofenol
(-bromofenol)
(-nitrofenol)
4-Klorofenol
(-klorofenol)
Dalam kedua kasus, jika orangtua molekul disebut sebagai fenol, maka
nomenklatur yang digunakan adalah sistem umum.Dalam tata nama IUPAC,
molekul induk disebut benzenol, dan substituent selalu nomor dengan gugus OH
diberi posisi pertama dipahami. Untuk senyawa di bawah ini, nama pertama yang
tercantum adalah nama umum dan yang kedua adalah nama IUPAC.
FENOL 2
Umumnya
radikal
fenoksi
yang
terbentuk
dari
senyawa
golongan
fenolik sederhana, mengalami pengkopelan pada posisi orto atau para terhadap
gugus hidroksi fenolat. Posisi ini lebih disukai, karena tidak terlalu sterik
sehingga memudahkan radikal lain untuk berikatan pada posisi tersebut
FENOL 3
FENOL 4
yang terdiri dari 2 unit fenil propanoid yang tergabung melalui ikatan 8-8. Ikatan khas
ini digunakan sebagai dasar penamaan lignan.
Penggabungan 2 unit fenil propanoid dapat pula terjadi melalui ikatan selain
membentuk 8-8, yang digolongkan ke dalam neolignan. Sedangkan jika 2 unit fenil
propanoid bergabung melalui atom O, senyawa yang terbentuk tergolong dalam
oxineolignan.
insektisida. Selain itu, lignan merupakan komponen kimia yang aktif dalam tumbuhan
obat tertentu. Salah satu senyawa golongan lignan, yaitu podophyllotoxin, diketahui
dapat menghambat tumor. Dalam pengobatan Cina, lignan banyak dipakai untuk
mengobati penyakit hepatitis dan melindungi organ hati.
4. Asam Ferulat
Asam ferulat adalah turunan dari golongan asam hidroksi sinamat,
yangmemiliki
kelimpahan
yang
tinggi
dalam
dinding
sel
tanaman.
Hal
ditambahkan
pada
asam
askorbat
dan
vitamin
E,
asam
perindustrian,
asam
ferulat
memiliki
kelimpahan
dan
Asam ferulat adalah senyawa fenolik yang dapat dihasilkan salah satunya ialah
dengan reaksi kondensasi vanilli dengan asam malonat.
Adapun rumus bangun asam ferulat adalah sebagai:
FENOL 7
Senyawa
fenolik
merupakan
senyawa
bahan
alam
yang
cukup
luas
penggunaannya saat ini. Khasiatnya sebagai senyawa biologik aktif memberikan suatu
peran yang besar terhadap kepentingan manusia. Sudah banyak penelitian yang diarahkan
pada pemanfaatan senyawa fenolik pada berbagai bidang, diantaranya :
Bidang Industri Makanan dan Minuman
Senyawa fenolik berperan dalam memberikan aroma yang khas pada produk
makanan dan minuman, sebagai zat pewarna makanan dan minuman, dan sebagai
antioksidan.
Bidang Industri Farmasi dan Kesehatan
Senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan , antimikroba, antikanker dan lain
- lain, contohnya obat antikanker (podofilotoksan), antimalaria (kuinina) dan obat
demam (aspirin). Selain itu, senyawa ini juga banyak digunakan sebagai insektisida
dan fungisida.
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satu atau
lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik benzena,
sehingga senyawa ini memiliki sifat yang khas, yaitu dapat teroksidasi.
Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang stabil pada proses oksidasi
menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan.
Manfaat asam fenolik yang paling penting yaitu antipenuaan yang
berhubungan dengan antioksidan yang mengurangi aktifitas dan mencegah
pertumbuhan sel abnormal. Asam fenolat berguna dalam mengendalikan peradangan,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan sirkulasi darah.
Kegunaan
FENOL 8
Kegunaan
xanthorrihizol,
isofuranogermacreene,
p-
tolyletycarbinol,
Kegunaan
Beberapa golongan polimer penting seperti lignin, melanin, dan tannin, adalah polfenol.
Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari
gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion
yang dapat dilarutkan dalam air. Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol
bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana
fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat
FENOL 9
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya
pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui
cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
5.1 Sifat Kimia:
Fenol memiliki sifat yang cenderung asam yg dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya
Dengan air, fenol akan membentuk hidrat (C6H5OH + H2O). Larutan fenol dalam air
sebagai
asam
lemah
jadi
mengion
membentuk ferrikhlorida (ungu). Karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan
Adanya gugus hidroksil dalam fenol berarti fenol adalah seperti alkohol yang dapat
FENOL 10
Fenol sederhana mempunyai titik leleh yang rendah dalam bentuk cairan maupun
dalam bentuk padatan. Selain itu fenol sederhana mempunyai titik didih yang tinggi
dikarenakan adanya ikatan hidrogen. Fenol sederhana juga dapat larut didalam air sampai
batas tertentu karena adanya ikatan hidrogen yang terdapat pada senyawa tersebut.
Senyawa fenol sederhana tidak berwarna, walaupun berwarna hal itu diakibatkan oleh
hasil dari proses oksidasi
Sifat fisik dan kimia asam fenolik menurut Madigoe (2009)
Sifat fisik asam fenolik kebanyakan berwarna, asam fenolik sederhana larut
didalam air tetapi kelarutan asam fenolik menurun dengan meningkatnya kompleksitas
molekul. Tingkat keasaman asam fenolik berada sekitar pKa 9,98. Selain itu sifat dari
asam fenolik mempunyai ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen akan menstabilkan isomer
tertentu dan biasanya mengarahkan jalannya reaksi tertentu
Efek Kesehatan Potensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Toksisitas akut
Mata korosif
Kulit sangat toksik dalam kontak dengan kulit. Korosif, menyebabkan luka bakar.
Mudah diserap melalui kulit.
Inhalasi Sangat beracun jika terhirup. Korosif, menyebabkan luka bakar.
Tertelan Sangat beracun jika tertelan. Korosif, menyebabkan luka bakar.
Efek kronis yang dikenal efek berdasarkan informasi yang diberikan
fenol dan amina aromatik, sehingga penggunaannya di dalam industri polimer menjadi
terbatas.
Salah satu cara yang sering digunakan dalam mengoksidasi senyawa fenolik, yaitu
melalui bantuan katalis enzim peroksidase. Enzim peroksidase merupakan kelompok
enzim oksidoreduktase yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi oleh hidrogen
peroksida dari sejumlah substrat yang merupakan donor hidrogen seperti fenol, anilin dan
lain sebagainya. Enzim peroksidase dalam organisme hidup dapat mengkatalisis senyawa
substratnya, sedangkan H2O2 berfungsi untuk menginisiasi biosintesis beberapa metabolit
sekunder yang diperlukan pada proses pertumbuhan. Oksidasi fenolat oleh enzim
peroksidase dengan substrat H2O2 menghasilkan reaksi kopling oksidatif, sehingga
terbentuklah polimer fenolik.
Oksidasi yang dilakukan oleh enzim peroksidase terhadap senyawa fenolik
menyebabkan terbentuknya suatu radikal fenoksi, di mana radikal ini mampu melakukan
resonansi dengan posisi orto dan para pada cincin aromatiknya dan selanjutnya akan
bergabung dengan radikal fenoksi yang lain membentuk senyawa baru polifenol. Cara ini
sering dikenal sebagai polimerisasi secara enzimatis.
6.1 Metode-metode analisis fenol :
a. Metode Analisis Fenol dengan KLT
Metode terbaik untuk pemisahan dan identifikasi senyawa fenol sederhana dengan
KLT. Senyawa tersebut umunya dideteksi setelah dihidrolisis asam atau basa dari
jaringan tumbuhan dari ekstrak alkohol.
Hidrolisis asam dilakukan dengan HCl 2 M selama setengah jam atau hidrolisis basa
dengan NaOH 2 M selama 4 jam, atau ekstraksi dengan alkohol.
Fenol yang terbentuk diekstraksi dengan eter.
Ekstraknya diuapkan sampai kering.
Residu dilarutkan dalam eter dan dikromatografi dua arah ( KLT)
b. Metode Analisis Fenol dengan KCKT
Untuk memperbaiki tingkat pemisahan dapat dilakukan dengan mengganti fasa diam,
baik jenis maupun ukuran serta mengubah komposisi dan jenis fasa gerak. Kepekaan
dapat dinaikkan dengan mengubah detektor atau melakukan pemekatan, baik dengan
ekstraksicair-cair maupunpadat-cair. Derivatisasi biasanya digabung dengan ekstraksi,
sehingga dapat memperbaiki tingkat pemisahan dan menaikkan kepekaan. Beberapa
FENOL 12
pereaksi telah digunakan untuk keperluan derivatisasi senyawa fenol pada analisis
secara KCKT.
6.2 Deteksi reaksi warna senyawa fenol
Senyawa Fenol merupakan senyawa cincin karboaromatik yang tersubtitusi
dengan satu gugus hidroksil atau lebih. Dapat diuji sebagai berikut :
1.
Uji FeCl3
Uji ini digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol yang sederhana. Uji ini dapat
dilakukan dengan cara menambahkan larutan FeCl3 1% yang sudah dilarutkan di
dalam air atau etanol kemudian diteteskan ke larutan sampel. Hasil yang positif
menimbulkan warna hijau, ungu, hitam, biru dan merah.(Harbone, 1987). Reaksi
FeCl3 jika ditambahkan etanol warna larutan tetap maka senyawa tersebut adalah
asam salisilat namun jika ditambah 3tts etanol berubah menjadi ingu, senyawa
terssebut adalah fenol.
2. Folin-Ciocalteu Reagent (FCR)
Folin-Ciocalteu Reagen (FCR) merupakan reagen yang digunakan untuk mendeteksi
fenol, tetapi di dalam FCR tidak berisikan fenol.Reagen ini bereaksi dengan fenol
membentuk kromogen yang dapat di deteksi secara spektrofotometri. FCR juga dapat
digunakan sebagai penampak noda dalam metode kromatografi lapis tipis
FENOL 13
3.
Reaksi diazo
Dengan reaksi Diazo, Fenol juga dapat memberikan warna merah, tetapi setelah diberi
Amil Alkohol maka akan menjadi jernih. Berikut merupakan mekanisme reaksi
Diazountuk Fenol sampai dapat memberikan warna merah.
4. Reaksi Marquis
Dengan
yang
reaksi
Marquis
dilakukan
dalam
FENOL 14
Pereaksi million adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein akan menghasilkan endapan
putih yang dapat berubah menjadi warna merah oleh pemanasan. Pereaksi yang
digunakan antara lain HNO3 dan Hg(NO3). Pada dasarnya reaksi ini positif untuk
fenol fenol karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang
berwarna.
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
: merah darah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
+ FeCl3
: hijau, lalu endapan violet .
Fluoresensi
: biru muda, dalam NaOH (-)
Marquis
: cokelat
Loco Millon
: merah terang
Dalam NaOH +aq. Iod : Keruh Violet
Larutan zat + NaHCO3 jenuh + KCN + Cupri Sulfat : Violet
Aq. Brom berlebih
: Endapan putih
Reaksi Molisch : Zat + sedikit alcohol + 1 cc larutan encer gula tebu, lalu
+ H2SO4 (p) ,
Dilihat lapisan bawahnya : cincin ungu .
9. + KOH 50 % berlebih, lalu + kloroform berlebih : biru .
FENOL 15
2. BETA NAPTHOL
1. + FeCl3
2.
3.
4.
5.
6.
kuning
lemah
7. Aq. Brom berlebih : Endapan putih larutan hiijau kuning
8. Reaksi Molisch : Zat + sedikit alcohol + 1 cc larutan encer gula tebu,
lalu + H2SO4 (p) , Dilihat lapisan bawahnya : Negatif
9. + KOH 50 % berlebih, lalu + kloroform berlebih : biru .
3. RESORCIN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4. REAKSI CARLETTI
Zat Resorcin + Glycerin + asam oksalat + H2SO4 (p) ----> violet
Flurosensi : hijau kuat
5. REAKSI MARQUIS
Zat Resorcin + formalin 0,2 % + H2SO4 (p) melalui dinding tabung ---->merah
violet,atas seperti susu .
FENOL 16
6. RIVANOL
bintang.
Zat + NaOH ----> merah
Zat + DAB HCl ----> merah jingga
Zat + H2SO4 encer + NaNO3 ----> merah karsen ungu
Korek api : Jingga merah
MARQUIS (+)
MAYER (+)
BOUCHARDAD (+)
Larutan dalam air garam Hcl nya bereaksi asam kuat + bikromat keluar
gas CO2 .
7. PYROGALLOL
OH
HO
HO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
FENOL 17
8. NIPAGIN
a. Rasa mula- mula terbakar, lalu anasetesis
b. T.L = 124 C 125 Ca
c. Larut dalam alcohol, eter
d. (e) : tetes-tetes minyak
e. HNO3 H2SO4 (e) : kuning (lama)
f. FeCl3 : ungu/ cokelat
g.
Disambungkan dengan NaOH lalu diasamkan ,lalu :
Aq. Brom : endapan putih
NH4OH uapkan, sisa dalam air + CuSO4 : endapan jarum-jarum biru .
h. Lakukan Sublimasi
i. Rekristalisasi dengan ACETO QIR .
9. FENOL
1:100 ;
Dalam minyak 1:2
Zat + FeCl3 ----> ungu biru + spir. berlebih ----> hilang
Zat + MILLON ----> merah ungu
Zat + Aq. Brom berlebih : endapan putih
Zat + Reaksi Indefenol ----> hijau biru stabil, Pada pemanasan jadi
merah
Zat + larutan jenuh hexamine ----> Kristal jarum
10. THYMOL
Kristal tak berwarna
FENOL 18
KHUSUS THYMOL
1. Larutan dalam air + Vanillin Hcl dingin : Merah Rosa
2. Panas : lebih tua, didiamkan endapan merah ungu .
3. -Thymol + H2SO4 panaskan, encerkan dengan air saring setelah dinetralkan
4.
5.
6.
7.
dengan CaCO3 .
Filtrat : FeCl3 : biru.
Terbentuk Ca-Thymol sulfat yang netral
-Thymol + Formalin + H2SO4 ----- Merah
-DIAZO : merah jingga tanpa panas
+ H2SO4 ----- ungu rosa---ungu hijau kuning .
+ NaOH ------ kuning muda
11. EUGENOL
1.
2.
3.
4.
5.
12. GUAIACOL
1. Bau spesifik
2. Sekali cair, tetap cairan
FENOL 19
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
T.L = 27,70 C
Sukar larut dalam air, larut dalam spiritus, gliserin dan minyak lemak .
Zat + marquis ----> merah violet
Zat + FeCl3 ----> biru ----> merah coklat.
Zat + H2SO4 + formaldhehida ----> violet
Zat + aq.brom ----> merah coklat
Zat + HNO3 ----> merah ----> jingga ----> kuning
13. KRESOL
a.
b.
c.
d.
e.
f.
14. HYDROCHINON
a.
b.
c.
d.
T.L = 172 C
larut dalam air
Fehling : mereduksi, endapan cokelat
Mereduksi larutan Ag-ammoniakal : jam hijau, lama-lama hitam
FENOL 20
15. CATECHIN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
: kuning
ROUX
: jingga cokelat .
FENOL 21
Metode ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh dengan
kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa bahan alam hasil proses
metabolit sekunder lainnya yang pada umumnya dengan kandungan yang relatif kecil,
maka metode-metode dan proses industri tersebut tidak dapat digunakan.
Berdasarkan hal di atas maka metode yang umum dalam isolasi senyawa
metabolit sekunder dapat digunakan. Metode standar laboratorium dengan kuantitas
sampel terbatas dan perlunya menentukan metode yang paling sesuai dengan maksud
tersebut.
Dari identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan
sehingga untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu yang dominan dan salah satu usaha
mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut
organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, di mana pelarut polar akan lebih
mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut
dalam pelarut non polar.
Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam
suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa
metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui
kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara kuantitatif
golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. Untuk tujuan tersebut maka
diperlukan metode persiapan sampel dan metode identifikasi pendahuluan senyawa
metabolit sekunder sebagai berikut:
Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan
seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi
menggunakan pelarut organik polar seperti metanol.
FENOL 22
FENOL 23
X. Biosintesis Fenol
Ada tiga jalur biosintesis fenol dengan rute yang berbeda dalam tubuh tanaman
tingkat tinggi, yaitu :
FENOL 24
1. Jalur asam sikimat, pola ini merupakan pola yang terpenting dari pada biosintesis
fenol(jalur yang paling banyak digunakan).
2. Jalur asam asetat-malonat, pola ini dipergunakan untuk sintesis cincin A aromatik dari
turunan flavonoid. Pola ini penting bagi mikroorganisme.
3. Jalur asam asetat-mevalonat, pola ini relatif kurang penting dalam tubuh tanaman
tingka tinggi.
Berbagai enzim berperan dalam biosintesis fenol pada jalur asam sikimat.
Keberadaan jalur asam sikimat ini tidaak hanya penting untuk menghasilkan fenol, tetapi
terutama adalah menghasilkan asam-asam amino aromatik, fenilalanin, tirosin maupun
triptofan. Jalur asam sikimat dengan phosphoenolpiruvat yang diperoleh dari proses
glikolisis, dan D erythrose-4-phosphat yang berasal dari siklus pentosa phosphat.
Keduanya bergabung membentuk suatu intermediet dengan 7 atau 8 atom C berbentuk
siklis yaitu asam 5-dehodroquinat. Kemudia nasam tersebut berkesetimbangan dengan
asam quinat. Jalur ini kemudian diteruskan melaluiasam-5-dehidrosikimat, dan asam
sikimat, untuk membentuk asam 5-phosphosikimat. Disamping itu dengan adanya unit
phosphoenolpiruvat
yang
merupakan
unit
yang
berdekatan
dengan
asam
5-
FENOL 25
DAFTAR PUSTAKA
. . . . . , Metabolit Sekunder. http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolit_sekunder. diunduh tanggal
10 April 2016.
. . . . . , Ringkasan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1844/1/ 06000441.pdf .
diunduh tanggal 10 April 2016.
. . . . . , Senyawa Fenolik. http://farms-area.blogspot.com/2008/07/senyawa-fenolik.html.
diunduh tanggal 10 April 2016.
Lenny, Sovia. Senyawa Terpenoida dan Steroida.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1860/1/06003488.pdf . diunduh tanggal
10 April 2016.
FENOL 26
Pasaribu, Subur P. Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder Dari Daun Tumbuhan Babadotan
Ageratum conyzoides L. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62092329.pdf . diunduh
tanggal 10 April 2016.
Sahel,
Ray. Senyawa
Fenolik
dan
Asam,
Manfaat
dari
Fenol
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.raysahelian.com/phenolic.html . diunduh tanggal 10 April 2016.
. . . . . . ., http://documents.tips/documents/biosintesis-fenol.html18.08. diunduh tanggal 10
April 2016.
. . . . . . ., http://www.unl.edu/cahoonlab/Phenol%20MSDS.pdf 16.48. diunduh tanggal 10
April 2016.
Harborne, JB (1987); Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis. Tumbuhan,
Terjemahan Kosasih P dan Iwang SJ., Penerbit ITB Bandung
http://dokumen.tips/documents/makalah-fenol.html 16.18 diunduh tanggal 10 April 2016.
Madigoe,E.M. 2009.
FENOL 27