Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tidak selalu
disebabkan oleh trauma berat; kadang-kadang trauma ringan saja dapat
menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu. Juga trauma
ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur. Fraktur patologik adalah
fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses
paotologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista
tulang, osteomielitis,dan sebagainya.2
Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus,
misalnya fraktur fibula pada pelari jarak jauh, frkatur tibia pada penari balet,dan
sebagainya.1 Tulang mulai tumbuh pada awal perkembangan janin dan secara
kontinyu terjadi perubahan komposisi dan struktur selama masa kehidupan.
Fraktur tulang sering disebabkan cedera, seperti kecelekaan kendaraan, olah raga,
jatuh dari ketinggian dan kecelekaan kerja. Patah tulang dapat terjadi jika tenaga
yang mengenai tulang lebih besar dari pada kekuatan tulang. 2
Dalam proses pembacaan foto rontgen tulang harus sering dilakukan,
mengamati batas kortikal dan keselarasan tulang dan mencari pola fraktur yang
khas. Oleh karena itu, kebiasaan mencari adanya kelainan lebih baik daripada
hanya melihat X- Ray. Sebagian pemeriksaan radiografi dari ekstremitas normal.
Kelainan jaringan lunak adalah tanda-tanda langsung yang berharga dari cedera
yang dapat menetukan diagnosis ketika cedera tulang tidak jelas.
Vertebra (Tulang belakang) dimulai dari cranium sampai pada apex
coccigeus, membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari
skeleton. Fungsi vertebra melindungi medulla spinalis dan serabut saraf,
menyokong badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tulang


Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis
sebagai daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan
menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu
pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.1
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya
periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblast (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan
pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka
(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak.2 Osteoblas
2.1.1 Sel-sel Tulang 2
Osteoblast
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks
tulang, oleh karena itu banyak ditemukan pada tulang yang
sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek,
dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks
Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak
mengandung

ribonukleoprotein

yang

menandakan

aktif

mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel
tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak
terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya
lisosom. Osteoblast yang mensintesis dan menjadi perantara
mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan
pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid
atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolantonjolan pendek.
Osteosit
Merupakan komponen

sel

Utama

dalam

jaringan

tulang.Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang

gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang.


Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh
osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari
pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks
Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas
sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari
osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap
junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya
pertukaran ion-ion diantara osteosit yang berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai
kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya
tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang.
Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang

dengan cara membantu pemberiannutrisipadatulang.


Osteoclast
Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan
homeostasis darah jangka panjang dan merupakan sel fagosit
yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan
bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama
osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosi
tmakrofag.
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar
antara 20 m- 100m dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel
ini ditemukan untuk pertama kali oleh K llicker dalam tahun
1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel
osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya
dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu
lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H).
Keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya
microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut
(ruffled border).
Gambaran ini dapat dilihat dengan mikroskop electron.
Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik

yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim


proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan
matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a),
osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari
permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang
terlihat pada gambar (b). Resorpsi osteoklatik berperan pada
proses remodeling tulang. Pada proses persiapan dekalsifikasi,
osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari
permukaan tulang. Resorpsi osteoklatik berperan pada proses
remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau

perubahan tekanan mekanikal pada tulang.


Sel osteoprogenitor
Merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan
osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada
permukaan dalam jaringan tulang. Tulang membentuk formasi
endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal
menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan.
Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis
kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang
kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan
jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat
tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain : Tulang
memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi
tulang. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi
sel-sel tulang. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.2

Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis


merupakan bagian paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan
bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan
diskus epifisialis, Sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang yang
di bentuk dari pusat osifikasi primer. 1

Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum,


yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam
proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang
mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah
yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang
yang patah.1
Kerangka manusia mengandung 206 tulang. Semua tulang-tulang ini
dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok berdasarkan bentuk. Berikut
adalah definisi dan beberapa contoh dari lima klasifikasi tulang.2
- Tulang panjang (long bone)
Terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung
yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat
metafisis. Diantara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan
yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis dan lempeng pertumbuhan.
Epifisi terbentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Tulang
ekstremitas yang memiliki panjang lebih besar dari lebar misalnya,
-

tulang paha, femur, humerus.


Tulang pendek (short bone)
Bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous(spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat, misalnya carpals
Tulang pergelangan tangan, pergelangan kaki dan kaki yang cuboidal

dalam bentuk (misalnya, carpals dan tarsals)


Tulang pipih (flat bone) tersusun atas dua lempengan tulang kompak
dan tulang spons, didalamnya terdapat sumsum tulang. Berfungsi sebagai
pelindung. Misalnya tulang rusuk (costa), tulang belikat (scapula), tulang

dada (sternum), dan tulang tengkorak.


Tulang sesamoid tulang kecil, terletak disekitar tulang yang berdekatan
dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasiala

(misalnya, metatarsophalangeal bersama ibu jari, patella).


Tulang tidak teratur (irregular bone) seperti namanya, tulang-tulang ini
memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak termasuk dalam tulang pipa,
tulang pipih dan tulang pendek. Tulang ini terdapat di bagian wajah
(bagian mandibula) dan vertebra1

Gambar 1. Gambaran normal long bone4

2.2 Fisiologi Tulang


Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
a. Mendukng jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hema topoiesis).
e. Menyimpan garam, mialnya kalsium dan fosfor.
2.3 Etiologi
Kebanyakan fracture terjadi karena tulang tidak mampu menahan tekanan
membengkok, memutar dan tarikan.Trauma yang terjadi dapat bersifat:
- Trauma langsung Tekanan yang langsung mengenai tulang dan
menyebabkan fraktur, biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut
-

mengalami kerusakan.
Trauma tidak langsung Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma
berasal dari daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh
dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada

keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.2


Trauma akibat tarikan otot

Kekerasan akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat


berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.2
2.4 Klafisikasi Tulang2
2.4.1 Fraktur
Jenis fraktur antara lain:3
- Fraktur disebabkan trauma yang berat
Bergantung pada berbagai factor, misalnya besar/kuatnya
trauma, trauma langsung/tidak langsung, umur penderita dan lokasi
fraktur. Bila trauma terjadi pada daerah persendian, mungkin dapat
-

terjadi fraktur dan dislokasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.


Fraktur spontan/patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang
yang sudah mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang
primer atau sekunder, myeloma multiple, kista tulang, osteomyelitis.

Trauma ringan saja sudah dapat menyebabkan fraktur.


Fraktur stress/fatigue disebabkan oleh trauma ringan tetapi terusmenerus, misalnya fraktur march pada metatarsal, fraktur tibia pada
penari balet, fraktur fibula pada pelari jarak jauh.2

Secara klinis fraktur dibagi menjadi:2


- Fraktur tertutup (close/simplefracture)
Fraktur dengan tidak ada hubungannya fragmen tulang dengan
dunia luar.1 Trauma yang disebabkan stress berulang misalnya pada
atlit

lari,

fraktur

patologis

(melemahnyakekuatantulang)

padaosteoporosis.2
Fraktur terbuka (open/compoundfracture)
Trauma yang menyebabkan kerusakan pada kulit, sehingga ada

kontak fragmen tulang dengan dunia luar.2


Fraktur dengan komplikasi.
Fraktur dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed uniyon,
non-union, dan infeksitulang (osteomilitis)

Beberapa tipe fraktur pada tulang panjang (long bone):3


-

Fraktur transversal, fraktur dimana garis patah tegak lurus terhadap


sumbu panjang tulang dan yang menghasilkan dua fragmen fraktur.
Fraktur ini akibat tekanan membengkok2.

Fraktur spiral atau oblik3, fraktur dimana garis fraktur pada sudut
miring terhadap sumbu panjang tulang fraktur spiral merupakan
bentuk parah dari fraktur oblik di mana bidang fraktur berputar
sepanjang sumbu panjang tulang. Patah tulang ini terjadi akibat

gaya rotasi.4
Fraktur longitudinal, fraktur dimana garis patah berjalan hampir
sejajar dengan sumbu panjang tulang. Fraktur longitudinal yang

dapat dianggap sebagai fraktur miring panjang.4


Fraktur kominutif3, fraktur yang menghasilkan lebih dari dua

fragmen fraktur.3
Fraktur Impact - fraktur dimana ujung tulang didorong ke wilayah
metaphyseal bersebelahan tanpa perpindahan. Jenis fraktur terjadi

sekunder aksial atau gaya tekan.4


Depressed Fraktur merupakan bentuk dari fraktur impact yang
melibatkan permukaan artikular dari tulang dan hasil dalam

ketidaksesuain sendi.4
Fraktur avulsi - fraktur di mana tendon ditarik menjauh dari tulang,
membawa fragmen tulang dengan itu.4

Gambar 2. Gambaran tipe fraktur pada Long bone.4


Fraktur juga dijelaskan dalam hal keselarasan. Berikut adalah definisi dari
berbagai jenis keselarasan yang dihasilkan dari pola fraktur yang baru saja
dijelaskan.
-

Varus vs Valgus, varus dan valgus deformitas keduanya angulasi,


yang dijelaskan sesuai arah apeks atau arah di mana fragmen distal
siku. Dalam varus deformitas, ada apex angulasi jauh dari garis

tengah dan struktur distal bergerak medial (yaitu, bowleggedness).


Dalam valgus deformitas, ada angulasi apex menuju garis tengah
-

dan struktur distal bergerak secara lateral (yaitu, knock-lutut).


Internal vs Rotasi Eksternal - rotasi digambarkan sesuai dengan arah

gerakan dari fragmen distal.


Bayonet Aposisi - tumpang tindih fragmen fraktur.
Distraction - pemisahan longitudinal fragmen fraktur.
Medial vs Lateral - terjadi ketika korteks tidak sejajar. Perpindahan
dijelaskan sesuai dengan arah gerakan fragmen distal relatif

terhadap fragmen proksimal.


Fraktur greenstick pada anak-anak
Fraktur epifisis dengan separasi2
Fraktur kompresi (pada vertebra)2
Fraktur impresi (pada tengkorak)

Gambar 3. Kesesuaian fraktur4


Klasifikasi radilogis fracture berdasarkan lokalisasi:4

Fraktur diafisial
Frakturmetafisial
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi

Gambar 4. Fraktur berdasarkan lokalisasi; a. frakutr Diafisis, b . frakutur


Metafisis, c. fraktur dan dislokasi, d. fraktur intra-artikule
38

F.X. McGuigan

Fig. 2.3 Salter classication of epiphyseal plate fractures. Type I: separation of epiphysis. Type
II: fracture-separation of epiphysis. Type III: fracture of part of epiphysis. Type IV: (a) fracture
of epiphysis and epiphyseal plate; (b) bony union causing premature closure of plate. Type V: (c)
crushing of epiphyseal plate; (d) premature closure of plate on one side with resultant angular
deformity. (From Gartland J. Fundamentals of Orthopaedics, 3rd ed. Philadelphia, PA: Saunders;
1987. Reprinted with permission)

FractureModeof Loading
The biomechanics that create a fracture offer a great deal of information as to the
mechanism of injury and the extent of that injury. For that reason, biomechanical
analyses have been performed to elucidate the specic modes of loading that create
certain fracture patterns such as the following:
1.
2.
3.
4.
5.

Bending loading produces a transverse fracture


Torsional loading produces a spiral fracture
Axial loading produces a compression or impacted fracture
Tensile loading produces an avulsion fracture
Combined loading such as bending and axial loading, which together produce an
oblique fracture.

Taken together with the degree of fracture displacement and comminution, the
fracture pattern suggests the direction and amount of force applied during the injury.
From the degree of injury an extrapolation can be made that predicts the amount of
soft tissue damage associated with the fracture.

Gambar 5. Fraktur pada epifisis3

Trauma Skelet Regional


1. fraktur dan Dislokasi pada pergelangan tangan dan tangan.
Pergelangan tangan dan tangan merupakan dua situs anatomi yang
berbeda dan kecurigaan klinis sebaiknya langsung yang pemeriksaan
sesuai. Salah satu pemeriksaan bukan pengganti yang memadai untuk
yang lain. Jika ujian klinis tidak dapat menjelaskan di mana situs yang
tepat dari cedera adalah, kedua daerah harus dievaluasi.
Fraktur metakarpal dan falang terjadi 20 kali lebih sering daripada
patah tulang dan dislokasi tulang karpal.
Evaluasi sikut tidak diperlukan untuk pasien dengan dugaan cedera
lengan distal jika ujian fisik yang memadai tidak mengungkapkan
gejala pada siku.2

Gambar 6. Wrist Joint normal4

Fraktur radius bagian distal


- Fraktur Colles

Fraktur radius bagian distal (1 inci) dengan angulasi ke


posterior, dislokasi ke posterior dan deviase fragmen distal ke
radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur processus
stiloid ulna. Fraktur radius distal dengan angulasi apex volar dan
dorsal perpindahan fragmen fraktur. Terjadi ketika salah satu falls
pada saat tangan terulur dengan pergelangan tangan ekstensi dan
lengan pronasi. 50% berhubungan dengan fraktur styloid ulnaris.
Kelompok yang paling umum dengan fraktur ini adalah perempuan
lanjut usia.4

Gambar 7. Fraktur Colles4

Fraktur Smith
Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi fragmen
distal ke voler.

Fraktur Tulang Navikulare Manus3


Sifat umum tulang-tulang yang terdiri atas tulang spongiosa yang
banyak dengan korteks yang tipis, yaitu sukar melihat garis fraktur dan
pembentukan reaksi periosteal yang minim atau tidak ada.

Fraktur tulang navikulare sering sukar dilihat bila masih baru


karena garis fraktur yang sangat tipis dan biasanya akan lebih mudah
dilihat setelah beberapa hari, hal ini karena trabekula yang letaknya
dekat garis fraktur diabsorpsi sehingga jarak antara kedua fragmen
tulang lebih lebar.
Fraktur melalui pinggang (Waist) tulang navikulare dapat
menimbulkan gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal dan
menimbulkan nekrosis avaskuler.

Fraktur Metakarpal

Gambar 8. Metacarpal normal

Sering terjadi, fraktur pada distal metacarpal V seringkali terjadi setelah


meninju.2 Fraktur metakarpal dan falang terjadi 20 kali lebih sering
daripada patah tulang dan dislokasi tulang karpal.3

Gambar 9. Fraktur Metacarpal.

Fraktur

Bennett
Fraktur

dislokasi

pada

basis
metacarpal

I.

bila

diduga ada

fraktur

atau dislokasi pada tulang tangan harus dibuat foto PA, lateral, dan
oblik. Bila meragukan dapat dibuat foto tangan yang normal untuk
dibuat

perbandingan.3 Subluksasi punggung adalah dislokasi yang

paling umum.4

Gambar. 10. Fraktur Bennet4

Dislokasi Tulang Karpalia


Jarang terjadi tapi seringkali tidak terdiagnosis, sehingga penting
untuk membuat foto kedua tangan dan membandingkannya dengan sisi
yang normal. Dislokasi dapat terjadi pada seluruh karpus dapat
mengalami dislokasi ke voler atau ke posterior, satu atau lebih tulang
karpalia barisan proksimal tetap pada tempatnya, biasanya tulang
lunatum, sedangkan tulang-tulang karpus lainnya mengalami dislokasi,
disebut dislokasi perilunar (peri-lunar dislocation) dan tulang lunatum
dislokasi ke voler.3
-

Dislokasi lunatum
Dislokasi lunatum dan dislokasi perilunate yang paling sering hasil
dari jatuh pada tangan keluar-peregangan atau pukulan telapak yang
menghasilkan dorsofleksi parah dan deviasi ulnar. Lunatum (bulan
sabit) yang biasanya terkilir, berputar medial. Hal ini paling terlihat
pada tampilan lateral, dengan garis radius-bulan sabit-berbentuk
kepala khas tulang maju distal. 4

Gambar 11. Dislokasi Lunatum

2. Fraktur dan dislokasi pada siku dan lengan bawah


Fraktur Dislokasi Siku
Fraktur pada salah satu/lebih tulang disekitar sendi siku dengan
dislokasi sendi siku yang disebabkan kerana trauma berat.
Fraktur suprakondiler humerus
Terutama pada anak-anak, biasanya ada angulasi dan dislokasi fragmen
distal ke posterior.

Gambar 12. Fraktur suprakondiler humerus4


Fraktur epikondilus medialis atau lateralis humeri
Biasanya pada anak-anak
Fraktur interkondilus (T-fracture) humerus
Biasanya pada orang dewasa,
merupakan kombinasi fraktur
suprakondiler dan fraktur vertical antara kedua kondilus.
2

Skeletal Trauma

57

Fraktur kaput radii


Ada beberapa tipe, pada anak-anak lebih sering pada kolum radii
sedangkan pada orang dewasa lebih sering fraktur kaput radii.

Fraktur Olekranon
Gambar
Fraktur Olekranon4
Fraktur radius dan Ulna

Fig. 2.14 Olecranon fracture

13.

Gambar 14. Radius dan Ulna Normal4

Fraktur Monteggia merupakan fraktur ulna bagian proksimal


dengan dislokasi kaput radii dan fraktur galleazi merupakan fraktur
radius bagian distal dengan dislokasi ulna bagian distal.3 Monteggia
Fracture merupakan fraktur ulna yang disertai kaput radial dislokasi.
Mungkin akibat dari pukulan langsung ke ulna posterior atau jatuh
disertai

dengan pronasi

paksa lengan

bawah. Paling

umum,

pemeriksaan fisik mengungkapkan perpindahan kaput radius ke dalam


fossa antecubital dengan nyeri siku dan nyeri. Salah satu cara untuk
mengingat perbedaan antara Galeazzi dan Monteggia patah tulang
adalah Grum mnemonic: Galeazzi Radius, Ulna Monteggia.4

Gambar 15. A. Fraktur Galeazi ; B.fraktur Monteggia4


3. Fraktur dan dislokasi pada bahu dan lengan atas.3
Fraktur Klavikula
Merupakan salah satu fraktur yang paling sering terjadi pada anakanak dan dewasa muda. Juga dijumpai pada neonates waktu
persalinan. Terkadang kedudukan fragmen-fragmen buruk (angulasi,
overriding) dan reposisi yang baik penting supaya tidak menimbulkan
deformitas. Lokasi sering terjadi di 2/4 medial, sedangkan medial
dan lateral jarang.
Dislokasi Sendi Akromio-klavikularis
Sela sendi tampak melebar, lebih baik bila dibuat foto kedua sendi
dengan kedua tangan mengangkat beban.
Dislokasi Sendi Bahu
Dislokasi anterior (subkorakoid) terlihat kaput humeri keluar dari
fossa glenoidalis dan berada di bawah prosesus korakoid.
Dislokasi posterior (subakromial) jarang terjadi, sulit dilihat pada
foto AP. Tampak kaput humeri berbentuk bulat dan permukaan kaput
tidak sejajar lagi dengan fossa glenoidalis. Ini biasnya disebabkan

karena spasme otot yang kuat seperti pada epilepsy. Pada trauma bahu
sebaiknya dibuat foto aksial di samping foto AP.

Gambar 16. Atas,

Dislokasi Anterior Sendi bahu dan bawah, dislokasi

posterior4

Fraktur kolum humeri


Biasanya fraktur pada collum chirurgicum, untuk menentukan
kedudukan dibuat foto AP dan foto lateral melalui thoraks. Secara
teknis foto lateral kurang baik tapi dapat memberi cukup informasi
mengenai kedudukan fragmen-fragmen.3
4. Fraktur pelvis3

Fraktur pelvis stabil dan tidak stabil. Pelvis merupakan suatu


struktur berbentuk cincin atau bila cincin terputus hanya pada satu
tempat saja disebut fraktur stabil, tapi bila cincin terputus pada 2 atau
lebih tempat dimana salah satu berada di atas sendi panggul (misalnya
tulang ilium, sendi sakro-iliaka, sacrum) disebut fraktur tidak stabil.
Penyebab fraktur pelvis biasanya karena kecelakaan lalu lintas atau
pada pekerja industri. Jika ada kelainan pada jaringan lunak seringkali
lebih parah/serius dari pada fraktur itu sendiri.
Dapat timbul komplikasi pada fraktur pelvis berupa perdarahan
dapat massif, rupture buli-buli dan uretra, dan kadang rupture rectum
atau vagina (jarang). Untuk melihat ada tidaknya fraktur pada sacrum
sebaiknya dilakukan lavemen sebelum dibuat foto kadang sukar dilihat
terutama bila banyak udara dan tinja dalam usus.
5. Fraktur Dan Dislokasi Pada Sendi Panggul Dan Femur5
Seringkali akibat kecelakaan lalu lintas
Dislokasi sendi panggul :5
1. Dislokasi posterior : paling sering
2. Dislokasi anterior : jarang, akibat abduksi berlebihan
3. Dislokasi sentral : dengan fraktur asetabulum

Gambar.17: Dislokasi sendi panggul3


Fraktur dislokasi sendi panggul :3

Fraktur asetabulum dibagi dalam 4 tipe, yaitu :


1. Fraktur rima posterior
2. Fraktur pars ilio-iskial
3. Fraktur transversal
4. Fraktur pars ilio-pubik
Katup femoris cenderung mengalami subluksasi atau dislokasi pada
masing-masing tipe ini .

Gambar.18 A: Fraktur asetabulum kiri tanpa dislokasi kaput femur dan


Gambar.18 B : fraktur asetabulum kiri dengan dislokasi kaput femur
posterior3

ke

Fraktur kollum femoris :


Terutama pada orang-orang tua dan yang tulangnya porotik. Fraktur
collum femoris terbagi atas intrakapsuler (rusaknya suplai darah ke head
femur) dan ekstrakapsuler ( intak nya suplai darah). Pada wanita biasanya
dibawah usa 60 tahun dan pada laki-laki lebih sering mengalami frakutur
ekstrakapsuler, misalnya karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian, terpeleset
di kamar mandi saat panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi 5.
Pembagian ini berdasarkan letak anatominya, intrakapsuler dibagi dalam
subcapital, transcervical dan basicervical. Fraktur ekstrakapsuler tergantung
dari

fraktur

pertrochanteric. 1

Pada

fraktur

intrakapsuler,

sering

mengakibatkan nekrosis avaskular kaput femur karena terputusnya aliran


darah ke kaput femur. Pembentukan kallus pada fraktur kollum femur
biasanya sedikit.3

Gambar.19: Fraktur kolum


femoris kanan. Setelah reposisi
terbuka kedudukan baik.2

Gambar.20: kasus sam dengan gbr


.VI.1.20 setelah 6 bulan. Tampak tandatanda nekrosis avaskuler kaput femoris
kanan.2

Anamnesis biasanya menunjukkan adanya riwayat jatuh dari ketinggian


disertai nyeri panggul terutama daerah inguinal depan. Tungkai pasien dalam
posisi rotasi lateral dan anggota gerak bawah tampak pendek. Pada foto
polos penting dinilai pergeseran melalui bentuk bayangan yang tulang yang
abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris
dan ujung collum femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi
atau tak bergeser (stadium I dan stadium II berdasarkan Garden) dapat
membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering
mengalami non-union dan nekrosis avaskular.6
Pengobatan fraktur collum femur dapat berupa konservatif dengan
indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir
selalu dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua
karena perlu reduksi yang akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang
cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi. Jenis operasi yang dapat
dilakukan, yaitu pemasangan pin, pemasangan plate dan screw, dan
artroplasti yang dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa:
eksisi artroplasti, herniartroplasti, dan artroplasti total. 3

Komplikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu: 3

Komplikasi yang bersifat umum: trombosis vena, emboli paru, pneumonia,

decubitus
Nekrosis avaskuler kaput femurKomplikasi ini biasanya terjadi pada 30%
pasien fraktur collum femur dengan pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa
pergeseran. Apabila lokasilisasi

fraktur

lebih ke

proksimal

maka

kemungkinan untuk terjadi nekrosis avaskuler menjadi lebih besar.


NonunionLebih dari 1/3 pasien fraktur collum femur tidak dapat mengalami

union terutama pada fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih sering pada
fraktur dengan lokasi yang lebih ke proksimal. Ini disebabkan karena
vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak akurat, fiksasi yang tidak
adekuat, dan lokasi fraktur adalah intraartikuler. Metode pengobatan
tergantung pada penyebab terjadinya nonunion dan umur penderita.

Osteoartritis sekunder dapat terjadi karena kolaps kaput femur atau


nekrosis avaskuler
Anggota gerak memendek
Malunion
Malrotasi berupa rotasi eksterna

Fraktur interokanterika

Gambar 21: Fraktur interokanterika3

5. Fraktur Dan Dislokasi Pada Lutut Dan Tungkai Bawah.3


Fraktur patella :3
-

Fraktur kominutiva : disebabkan trauma langsung


Fraktur transversal : biasanya disebabkan kontraksi otot kwadriseps

femoris
Fraktur vertikel : kadang-kadang hanya dapat dilihat pada foto
aksial
Ga

mbar 24. Fraktur patella : a. Fraktur kominutif, b. Fraktur transversal, dan c.


Fraktur vertikal.3

Fraktur suprakondiler femur :3


Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal
kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Fraktur
terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai kekuatan aksial dan
putaran. Kalsifikasi fraktur suprakondiler femur terbagi atas: tidak
bergeser, impkasi, bergeser, dan komunitif.2 Bila fraktur kominutiva,
garis fraktur dapat menuju sendi didaerah.

Ga
mbar 25. A: Fraktur tidak bergeser, b. Fraktur impaksi, c,d. Fraktur
bergeser, dan e. Fraktur komunitif3

Gambar 26: Fraktur suprakondiler femur3

Gambaran klinis pada pasien ditemukan riwayat trauma yang


disertai pembengkakan dan deformitas pada daerah suprakondiler.
Krepitasi mungkin ditemukan. Pengobatan dapat dilakukan secara
konservatif, berupa: traksi berimbang dengan mempergunakan bidai
Thomas dan penahan lutut Pearson, C ast-bracing, dan spika panggul.
Terapi operatif dapat dilakuan pada fraktur terbuka atau adanya
pergeseran fraktur yang tidak dapat direduksi secara konservatif.
Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-plate dan scre w
denganmacam-macamtipeyangtersedia.
Komplikasi dini yang dapat terjadi berupa: penetrasi fragmen
fraktur ke kulit yang menyebabkan fraktur menjadi terbuka, trauma

pembuluh darah besar, dan trauma saraf. Komplikasi lanjut dapat


berupa mal union dan kekakuan sendi lutut.

Fraktur tibia proksimal :3


-

Fraktur kondilus medial atau lateral tibia


Fraktur avulsi dari eminensia interkondiloidea, biasanya dengar ruptur
ligamen krusiatum anterior

Gambar 27: Fraktur kondilus medial tibia3


6. Fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki.3
Banyak fraktur pada sendi pergelangan kaki disertai subluksasi atau

dislokasi dan dikenal sebagai fraktur pott (Potts fracture).


Klasifikasi menurut Lauge-Hansen
Tipe adduksi
Tipe adduksi dan rotasi eksternal
Tipe abduksi
Tipe abduksi dan rotasi eksternal
Tipe kompresi vertikal
Paling sering tipe abduksi dengan rotasi eksternal. Biasanya
beratnya kelainan sendi dinyatakan derajat I,II, dan III, sesuai fraktur

maleolus, termasuk bagian posterior tibia yang dianggap sebagai


maleolus posterior. Jadi pada derajat I hanya terdapat fraktur pada satu
maleolus, derajat II fraktur pada kedua maleolus dan seterusnya.3

Gambar 28. a. Derajat I, b. Derajat II, c. Derajat III. 3

7. Trauma pada tulang belakang.2


Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada trauma tulang
belakang meliputi:
-

Pemeriksaan konvensional
Tomografi konvensional
CT Scan atau CT mielo
MRI

Tergantung dari induksinya. Pemeriksaan konvesional masih


merupakan pemeriksaan utama dan pemeriksaan pertama yang
dilakukan. CT Scan dan MRI dilakukan untuk pemeriksaan
konvensional evaluasi yang lebih detil atau melihat kelainan yang
tidak dapat dilihat pada pemeriksaan konvensional misalnya melihat
fraktur dengan CT Scan atau untuk melihat kelainan medula spinalis
dengan MRI.3

Trauma vertebra Cervikal3


Pemeriksanaan radiologik bergantung pada keadaan pasien. Pada
pasien dengan trauma berat (tidak sadar, fraktur multipel, dan
sebagainya) pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati dan semua
foto dibuat dengan pasien berbaring terlentang. Foto yang penting
adalah foto lateral dengan pasien berbaring dan sinar horizontal.
Biasanya segmen bawah tulang leher (CVI-VII) tertutup bahu.
Untuk mengatasi hal tersebut bahu direndahkan dengan cara memarik
kedua lengan penderita ke bawah. Proyeksi oblik dapat menambah
informasi tentang keadaan pedikel, foramina interbertebra dan sendi
apofiseal. Bila keaadan pasien lebih baik sebaiknya dibuat:
- Foto AP, termasuk dengan mulut terbuka untuk melihat C1 dan C2
- Foto lateral
- Foto oblik kanan dan kiri
Klafikasi trauma vertebra cervikal :
A. Klafikasi berdasarkan mekanisme trauma:
a. Hiperfleksi
b. Fleksi-rotasi
c. Hiperekstensi
d. Ektensi-rotasi
e. Kompresi vertikal
B. Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan :
a. Stabil
b. Tidak stabil
Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap
utuhnya komponen ligamento-skeletal saat terjadi trauma,
sehingga memungkinkan tidak terjadi pergeseran satu segmen
tulang leher terhadap lainnya.3
a. Trauma hiperfleksi :
1. Subluksasi anterior : terjadi robekan pada sebagian di posterior tulang
leher, ligamen longitudinal anterior. Menyebabkan hilangnya lordosis
cervikal normal, anterior displacement dari corpus vertebra, jarak
melebar antara prosesus sponosus. Termasuk lesi stabil. Tanda penting
pada subluksasi anterior adanya angulasi ke posterior lokal pada
-

tempat kerusakan ligamen. Tanda-tanda lainnya :2


Jarak yang melebar antara prosesus spinosus
Subluksasi sendi apofiseal

Gambar 29: subluksasi anterior C4-5 tampak kifosis ringan lokal dan
dislokasi ringan vertebra C4 ke anterior.3

2. Bilateral interfacetal dislocation: terjadi robekan ligamen longitudinal


anterior dan kumpulan ligamen di posterior tulang leher. Lesi tidak
stabil. Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Dislokasi total sendi
apofiseal.3

Gambar 30: Bilateral interfaceal distocaltion C5-6. Proyeksi lateral dan


oblik. Tampak dislokasi kedua sendi apofisial dan dislokasi vertebra C5 ke
anterior lebih dari setengah lebar vertebra. Lesi tidak stabil. 5

3. Flexion tear drop fracture dislocation: tenaga fleksi murni ditambah


komponen kompresi menyebabkan robekan pada ligamentum
longitudinal anterior dan kumpulan ligamen posteroir disertai fraktur
avulsi bagian anterior-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil
tampak tulang servikal dalam fleksi. Tampak tulang servikal dalam
-

fleksi:
Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian anterior inferior

korpus vertebra
Pembengkakan jaringan lunak pravertebral.2

Gambar.31: Flexion teardrop fracture44. Wedge fracture: vertebra terjepit sehingga terjadi fraktur
anterosuperior dari corpus vertebra menyebabkan corpus berbentuk baji. Ligamen longitudinal
anterior dan kumpulan ligamentum posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil .3

4. Wedge

fracture:

vertebra

terjepit

sehingga

terjadi

fraktur

anterosuperior dari corpus vertebra menyebabkan corpus berbentuk


baji. Ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamentum
posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.2

Gambar 32. fraktur Wedge5


5. Clay shovelers fracture: fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi
ligamen posterior tulang leher mengakibatkan terjadinya fraktur oblik
pada prosesus spinosus, biasanya pada C VI-VII atau Th.2

Gambar 33. Clay shovelers fracture5


b. Trauma fleksi-rotasi
Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun
terjadi kerusakan pada ligamen posterior termasuk kapsul sendi
apofiseal bersangkutan. Tampak dislokasi anterior korpus vertebra.
Vertebra yang bersangkutan dan vertebra proksimalnya dalam posisi
oblik sedangkan vertebra distalnya tetap pada posisi lateral.3

Gambar 34. Unilateral inferfacetal dislocation5


c. Trauma hiperekstensi
1. Dislokasi hiperekstensi
Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina dan prosesus
spinosus. Fraktur avulsi korpus vertebra bagian posterior-inferior. Lesi
tidak stabil karena terdpat kerusakan pada elemen posterior tulang
leher dan ligamen yang bersangkutan.3
2. Hangmans fracture

Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior CII terhadap CIII.2

Gambar 35: Fraktur Hangmans.4


d. Trauma ekstensi-rotasi
Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi.2
e. Fraktur kompresi vertikal
Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui
kepala, kondilus oksipitalis, ke tulang leher.2
1. Bursting fracture dari atlas
2. Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah

Gambar 36. Fraktur kompresi vertikal.4

Tulang belakang thorakolumbal


Pemeriksaan radiologi rutin untuk trauma tulang belakang thorakal
dan lumbal adalah proyeksi AP dan lateral. Bila trauma berat, maka foto
dibuat dengan pasien tidur terlentang dan foto lateral di buat dengan sinar
horizontal.2
Fraktur vertebra thorakal bagian atas dan tengah jarang terjadi, kecuali
bila trauma berat atau ada osteoporosis. Karena kanalis spinal di daerah ini

sempit, maka sering disertai kelainan neurologik. Mekanisme trauma


biasanya bersifat kompresi atau trauma langsung.2
Pada daerah thorakolumbal dan lumbal, mekanisme trauma dapat
bersifat fleksi, ektensi, rotasi atau kompresi vertikal. Trauma fleksi
merupakan yang paling sering dan menimbulkan fraktur kompresi.
Trauma rotasi sering terjadi pada vertebra thorakolumbal dan dapat
menimbulkan fraktur dislokasi disebabkan karena kerusakan elemen
posterior vertebra.2
Jenis-jenis fraktur thorakolumbal seperti berikut:5
a. Fraktur kompresi (wedge fracture)
Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang
tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalah
faktur tersering mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini
disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan posisi
terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala. Vertebra dengan
frakur kompesi akan menjadi lebih pendek ukurannya daripada
ukuran vertebra sebenarnya.4

Gambar 37: Fraktur wedge.5


b. Fraktur remuk (burst fracture)
Fraktur terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara
langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi
masuk ke kanalis spinalis. Tipe burst fracture sering terjadi pada
thoraco lumbar junction dan terjadi paralysis pada kaki dan
gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst fracture
ditegakkan dengan X-Ray dan CT Scan untuk mengetahui letak
fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan

fraktur kompresi, burst fracture atau fraktur dislokasi. Biasanya


dengan MRI fraktur akan lebih jelas mengevaluasi trauma
jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya perdarahan.5

Gambar 38: Burst Fraktur.4


c. Fraktur dislokasi
Terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya
karena kompresi, rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami
kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera ini sangat
berbahaya. Terapi tergantung apakah ada atau tidaknya korda atau
akar syaraf yang rusak. Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian
kolumna vertebralis dengan kombinasi mekanisme kecelakaan
yang terjadi yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi dan proses
pengelupasan. Pengelupasan komponen akan terjadi dari posterior
ke anterior dengan kerusakan parah pada ligamentum posterior,
fraktur lamina, penekanan sendi facet dan akhirnya kompresi
korpus vertebra anterior. Namun dapat juga terjadi dari bagian
anterior ke posterior. kolumna vertebralis. Pada mekanisme rotasi
akan terjadi fraktur pada prosesus transversus dan bagian bawah
costa. Fraktur akan melewati lamina dan seringnya akan
menyebabkan dural tears dan keluarnya serabut saraf.6

Gambar 39. Fraktur dislokasi.4


8. Trauma Tengkorak
Fraktur pada tengkorak dapat berupa:
a. Fraktur impresi
Fraktur impresi biasanya disertai kerusakan jaringan otak dan
pada foto terlihat sebagai garis atau 2 garis sejajar

dengan

densitas tinggi pada tulang tengkorak. Penting membuat foto


tangensial untuk konfirmasi dan untuk menentukan dalamnya
impresi.6

Gambar 40: Fraktur impresi.4

b. Fraktur linier

Fraktur linear harus dibedakan dan sutura dan pembuluh darah.


Pada foto, fraktur ini terlihat sebagai garis radiolusen, paling
sering di daerah parietal. Garis fraktur biasanya lebih radiolusen
daripada pembuluh darah dan arahnya tidak teratur.6

Gambar 41: fraktur linier pada tulang parietal.2


c. Fraktur diastasis
Fraktur diastasis lebih sering pada anak-anak dan terlihat sebagai
pelebaran sutura.2

Gambar 42: Fraktur impresi dan linier pada tulang parietal, frontal
dan temporal.2
2.5 Pemeriksaan radiologi
Indikasi pemeriksaan radiologi jika di dapatkan atau dicuriagai
adanya fraktur, fissure, corpus alineum, dislokasi, dan kelainan
patologi.2 Jika diduga secara klinis adanya fraktur harus dibuat 2 foto

tulang yang bersangkutan, dibuat foto antero-posterior (AP), lateral


dan axial bila ada fraktur pada femur proksimal atau humerus
proksimal. Jika didapat keadaan pasien tidak mungkin dilakukan
kedua posisi tersebut, maka dibuat 2 proyeksi yang tegak lurus satu
sama lain dan dua sendi yaitu sendi bagian atas dan bawah dari
anggota gerak fraktur.
Yang harus diperhatikan pada pemeriksaan rontgen melihat gambar
normal tulang dan sendi, melihat konfigurasi fragmen dan pergerakan,
mengkonfirmasi

atau

melihat

ada

tidaknya

fraktur

intra/ekstraartikuler, lokasi fraktur, tipe fraktur dan kedudukan


fragmen, struktur tulang biasa/patologik, jika dekat persendian lihat
adanya tidaknya dislokasi dan fraktur epifisis dan pelebaran sela sendi
karena efusi ada atau tidak, melihat kelainan patologis lain tulang,
melihat benda asing (logam, peluru), menentukan terapi, menentukan
frakturlamaataubaru.
2.6 Komplikasi Fraktur3
a. Osteomilitis terutama pada fraktur terbuka
b. Nekrosis avascular
Hilang/terputusnya supply darah pada suatu bagian tulang sehingga
menyebabkan kematian pada tulang. Sesuai dengan anatomi vascular,
nekrosis avascular pascatrauma sering terjadi pada kaput femoris yaitu
pada fraktur kolum femoris, pada navikulare manus, dan talus.
c. Non union
Disebabkan karena imobilisasi yang tidak sempurna, bila ada interposisi
jaringan diantara fregmen-fregmen tulang.
d. Delayed-union
Sering terjadi pada orang tua karena aktivitas osteoblast menurun,
distraksi fragmen-fragmen tulang karena reposisi kurang baik, misalnya
traksi terlalu kuat atau fiksasi internal kurang baik, defisiensi vitamin C
dan D, fraktur patologik, dan adanya infeksi.
e. Mal-union
Disebabkan oleh reposisi fraktur fraktur yang kurang baik, timbul
deformitas tulang.
f. Atrofi sudeck

Komplikasi yang jarang terjadi pada fraktur ekstremitas, yaitu adanya


difuse osteoporosis yang berat pada tulang distal dan fraktur disertai
pembengkakan jaringan lunak dan rasa nyeri.

BAB III
KESIMPULAN
1. Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus,
misalnya fraktur fibula pada pelari jarak jauh, frkatur tibia pada
penari balet.

2. Fraktur tulang sering disebabkan cedera, seperti kecelekaan


kendaraan, olah raga, jatuh dari ketinggian dan kecelekaan kerja.
Patah tulang dapat terjadi jika tenaga yang mengenai tulang lebih
besar dari pada kekuatan tulang.
3. Pemeriksaan radiologi pada vertebra sangat penting untuk
mendiagnosis trauma ataupun kelainan lain pada vertebra.
Pemeriksaan konvensional masih merupakan pemeriksaan utama
dan pemeriksaan pertama yang harus dilakukan. Kecurigaan yang
tinggi akan adanya cedera pada vertebra pada pasien trauma
sangat penting sampai kita mengetahui secara tepat bagaimana
mekanisme cedera pasien tersebut.
4. Setiap pasien dengan cedera tumpul diatas klavikula, cedera
kepala atau menurunnya kesadaran harus dicurigai adanya cedera
cervical sebelum curiga lainnya. Dan setiap pasien yang jatuh dari
ketinggian atau dengan mekanisme kecelakaan harus dicurigai ada
cedera thoracolumbal.
5. Selain itu dicurigai adanya cedera tulang belakang jika pasien
datang dengan nyeri pada leher, tulang belakang dan gejala
neurologis pada tungkai. Sifat dan tingkat lesi tulang dapat
diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat lesi
saraf dengan CT atau MRI.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone.

2007.

http://documents.tips/documents/115058521-referat-

fraktur-tulang-panjangpdf.html
2. Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley.Edisike7.Jakarta, 1995.Widya Medika;

3. Radiologi Diagnostik,Sjahriar rasad, dkk, Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia, Jakarta,2005.
4. Rector and Visitors

of

the

University

of

Virginia

2013.

http://www.meded.virginia.edu/courses/rad/ext/0intro/01anatomy.html
5. Derilandry Isham Aprildhy. Department Radiology Fk Uki. Pemeriksaan
Radiologi TraumaVertebra. DiunduhPada08Juni2016
6. Shiel WC, Davis C. Caudae quina syndrome.

Diunduh

http://www.medicinenet.com/cauda_equina/article.htm,08 Juni 2016


7. 2002.Spinal Cord Injury.eMedicine Journal

dari:

Anda mungkin juga menyukai