mekanisme baru pada ranah politik. Machiaveill dalam bukunya THE PRINCE
mengemukakan cara mencapai tujuan politik dengan menghalalkan segala cara. Bagi
Machiavelli adalah tercapainya tujuan, bukan mempersoalkan cara mencapai tujuan itu.
Machiavelli memuji perjanjian pra perang yang tidak jujur oleh Hittler dan pembersihan yang
dirancang dengan cerdas oleh Stalin pada tahun 1930 an sebagai langkah kenegarawanan
yang ulung. Disini tidak ada keberatan moral yang membuatnya mencela tindakan tersebut.
Tindakan tersebut dalam pandangannya sepenuhnya bisa disahkan karena tujuannya adalah
mempertahankan dan mengokohkan kekuasaan politik. Mempertahankan kekuasaan dengan
segala cara dalam perspektif moral bangsa sungguh tidak sesuai dengan agama dan ideologi
bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Suksesi kekuasaan dalam negara dan dalam partai politik
telah ada aturannya. Dalam penggantian kepemimpinan nasional proses demokrasi melalui
pemilihan umum telah menjadi jalur yang secara konstitusional telah ada dasarnya.Hal ini
diatur melalui Undang-Undang Pemilu dan undang-Undang Partai Politik. Politik hukum
merumuskan arah perkembangan tertib hukum dari ius constitutum (hukum yang akan datang
) yang telah ditentukan oleh kerangka landasan hukum yang dahulu, maka politik hukum
berusaha menyusun ius constituendum. Politik hukum tidak dari politik ekonomi, politik
budaya, politik pertahanan, keamanan dan politik dari politik itu sendiri. Jadi politik hukum
mencakup politik pembentukan hukum, politik penentuan hukum dan politik penerapa serta
penegakan hukum. Politik Hukum adalah kebijaksanaan hukum (legalpolicy) yang
hendak/telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah (Indonesia) yang dalam
implementasinya melalui : Pembangunan hukum yang berintikan pembuat hukum dan
pembaharuan terhadap bahan-bahan hukum yang dianggap asing dan atau tidak sesuai
dengan kebutuhan penciptaan (ius constituemdum) hukum yang diperlukan. Pelaksanaan
ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para
anggota penegak hukum. Menurut Para Ilmuwan, Politik Hukum prinsipnya berarti
kebijaksanaan negara mengenai hukum yang ada saat ini. Adanya kesamaan makna politik
hukum dalam kedua dimensi pandangan tersebut terletak pada menegakkan perhatian
terhadap hukum yang dicita-citakan/didambakan (ius constituendum) dan hukum yang ada
pada saat ini (ius constitutum). Istilah Politik Hukum sering diganti dengan istilah seperti :
Pembangunan Hukum, Hukum dan Pembangunan, Pembaharuan Hukum, Perkembangan
Hukum, Perubahan Hukum dan lain-lain. Inti Politik Hukum dari istilah yang digunakan,
Politik Hukum mengandung arti kegiatan berdasarkan kekuasaan dalam negara berupa
Pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan dan melakukan pembagian tentang
ketentuan, tujuan dan melaksanakan tujuan hukum tertulis dan hukum yang tidak tertulis.
Norma hukum berasal dari kekuasaan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita.
Masyarakat secara resmi (negara) diberi kuasa untuk member sanksi atau menjatuhkan
hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi
untuk menjatuhkan hukuman. Sebagai seperangkat nilai dasar, Pancasila harus dijabarkan
kedalam norma agar praksis dalam kehidupan bernegara. Norma yang tepat sebagai
penjabaran atas nilai dasar Pancasila tersebut adalah norma etik dan norma hukum. Pancasila
dijabarkan sebagai norma etik karena pada dasarnya nilai-nilai dasar Pancasila adalah nilainilai moral. Jadi, Pancasila menjadi semacam etika perilaku para penyelenggara negara dan
masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai normative Pancasila itu sendiri. Pengalaman
sejarah pernah menjadikan Pancasila sebagai semacam norma etik bagi perilaku segenap
warga negara bangsa. Yaitu Ketetapan MPR No.II/MPR/1998 tentang P4 dapat dianggap
sebagai etika sosial dan etika politik bagi bangsa Indonesia atas nilai-nilai Pancasila.
Penataran P4 dan segala atributnya dianggap gagal bukan karena kesalahan nilai dan norma
dari Pancasilanya tetapi cara pendekatannya yang indoktrinatif dan monolitik.Terlebih lagi
penataran P4 terkesan bukan untuk penyelenggara negara tapi dipaksakan pada warga. Justru
para penyelenggara negaralah yang seharusnya memiliki nilai dan norma. Bernegara karena
merekalah yang menyelanggarakan negara dan menjadi contoh bagi bagi rakyatnya. Para
pejabat negara malahan banyak menyimpang dari apa yang dipidatokan kepada warga negara.
Di era sekarang ini tampaknya kebutuhan akan norma etik untuk kehidupan bernegara masih
perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Etika kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat ini bertujuan untuk : - Memberikan landasan etik moral bagi seluruh
komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan dan berbagai aspek Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sukses dalam partai politik telah pula
ditentukan dalam anggaran dasar partai politik. Etika politik oleh karenanya tidak terlepas
dari ketentuan-ketentuan hukum yang telah mengatur proses demokrasi berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku. Dalam hal ini aktivis / kader partai politik dapat memiliki
kesadaran ber etika jika mampu. Memahami konstitusi negara (UUD 45) dan konstitusi partai
politik (AD. ART) partai politik yang dianutnya. Jika aktivis partai politik bermain dengan
aturan permainan yang ada tidak akan terjadi penyimpangan, sehingga semua aktivis politik
akan
memiliki
etika
politik.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/luvithania/pencitraan-politik-menurut-kaidahpancasila_552c0a5b6ea834a52f8b4579