Anda di halaman 1dari 3

Pencitraan Politik Menurut Kaidah Pancasila

10 Maret 2013 07:40:50 Diperbarui: 24 Juni 2015 17:02:27


Dibaca : 732 Komentar : 1 Nilai : 0
KITA sering mendengar istilah pencitraan, terutama istilah politik pencitraan. Tetapi
kalau kita pikir-pikir, pencitraan iitu yang bagaimana sih? Apa saja unsur-unsur pencitraan?
Apa beda pencitraan dan bukan pencitraan. Apakah yang dilakukan Dahlan Iskan dengan cara
marah-marah di dekat pintu tol merupakan pencitraan? Apakah apa yang dilakukan SBY
selama ini merupakan politik pencitraan? Kalau sudah begini, biasanya kita bingung untuk
menjawabnya. Soalnya, tiap orang bisa punya definisi dan persepsi yang berbeda. beberapa
anggapan tentang pencitraan adalah sebagai berikut: 1.Pencitraan adalah gambaran yang
dimiliki orang banyak mengenai pribadi maupun nonpribadi. 2.Penggambaran tentang suatu
tokoh atau seseorang dalam situasi dan kondisi tertentu. 3.Persepsi banyak orang tentang
ucapan, tindakan dan perilaku seseorang pemimpin. Dengan demikian bisa dibuat definisi
pencitraan sebagai sebuah gambaran atau persepsi seseorang atau banyak orang terhadap
pribadi maupun nonpribadi berkaitan dengan tampilan atau perilaku pribadi maupun
nonpribadi dalam kondisi tertentu. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
telah disahkan sebagai dasar negara adalah merupakan suatu kesatuan utuh nilai-nilai budi
pekerti atau moral. Oleh karena itu Pancasila dapat disebut sebagai moral bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia telah menegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
demikian Pancasila juga merupakan moral negara, yaitu moral yang berlaku bagi negara.
Selain itu Pancasila merupakan gagasan fundamental tentang kehidupan manusia, dimana
nilai-nilai tersebut melekat pada kodrat setiap individu. Dari sebab itu kelima nilai Pancasila
itu berlaku bagi perseorangan maupun sebagai masyarakat. Secara etimologis Pancasila
berarti lima asa kewajiban moral. Yang dimaksud dengan moral ialah keseluruhan norma dan
pengertian yang menentukan baik atau buruknya sikap dan perbuatan manusia. Yang
dimaksudkan dengan norma adalah prinsip atau kaidah yang memberikan perintah kepada
manusia untuk melakukan sesuatu atau suatu larangan bagi manusia untuk melakukan suatu
perbuatan.Dengan memahami norma-norma, manusia akan tahu apa yang harus atau wajib
dilakukannnya dan apa yang harus dihindari. Jika manusia mematuhi perintah norma disebut
baik, sebaliknya jika melanggar disebut jahat. Setiap rejim pemerintahan yang berkuasa
selalu memikirkan cara bagaimana kekuasaan itu bisa bertahan dan diterima oleh seluruh
rakyat dengan legitimasi yang kokoh. Sejak masa Lenin, bahkan jauh sebelum itu, praktik
kekuasaan cendrung mencari alat bagaimana pengakuan dan penerimaan publik bisa terus
mengalir sehingga ia bisa menjaga institusi negara dalam situasi yang stabil disamping
melemahkan segala unsur kekuatan oposisi, baik yang lahir dari basis rakyat sampai gerakan
oposisi yang bernaung di tubuh parlemen. Telah banyak studi yang memperbincangkan
mekanisme-mekanisme praktik kekuasaan yang berusaha menjalankan roda pemerintahan
secara benar, Machiavelli jauh-jauh hari pernah mendapat penerimaan luas di kalangan
politisi tentang kodrat yang melekat pada ruang politik kenegaraan. Baginya, politik riil
dalam bingkai kenegaraan itu bisa dijalankan secara maksimal meliputi segala unsur
kekuatan yang ada. Politik yang menghalakan segala cara. Maka dalam era globalisasi
teknologi sekarang ini, yang memungkinkan pengaruh perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi begitu deras masuk di setiap bidang kehidupan, rejim yang berkuasa pun tidak
luput untuk memanfaatkan ruang tersebut menjadi medium legitimasi kekuasaan dengan

mekanisme baru pada ranah politik. Machiaveill dalam bukunya THE PRINCE
mengemukakan cara mencapai tujuan politik dengan menghalalkan segala cara. Bagi
Machiavelli adalah tercapainya tujuan, bukan mempersoalkan cara mencapai tujuan itu.
Machiavelli memuji perjanjian pra perang yang tidak jujur oleh Hittler dan pembersihan yang
dirancang dengan cerdas oleh Stalin pada tahun 1930 an sebagai langkah kenegarawanan
yang ulung. Disini tidak ada keberatan moral yang membuatnya mencela tindakan tersebut.
Tindakan tersebut dalam pandangannya sepenuhnya bisa disahkan karena tujuannya adalah
mempertahankan dan mengokohkan kekuasaan politik. Mempertahankan kekuasaan dengan
segala cara dalam perspektif moral bangsa sungguh tidak sesuai dengan agama dan ideologi
bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Suksesi kekuasaan dalam negara dan dalam partai politik
telah ada aturannya. Dalam penggantian kepemimpinan nasional proses demokrasi melalui
pemilihan umum telah menjadi jalur yang secara konstitusional telah ada dasarnya.Hal ini
diatur melalui Undang-Undang Pemilu dan undang-Undang Partai Politik. Politik hukum
merumuskan arah perkembangan tertib hukum dari ius constitutum (hukum yang akan datang
) yang telah ditentukan oleh kerangka landasan hukum yang dahulu, maka politik hukum
berusaha menyusun ius constituendum. Politik hukum tidak dari politik ekonomi, politik
budaya, politik pertahanan, keamanan dan politik dari politik itu sendiri. Jadi politik hukum
mencakup politik pembentukan hukum, politik penentuan hukum dan politik penerapa serta
penegakan hukum. Politik Hukum adalah kebijaksanaan hukum (legalpolicy) yang
hendak/telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah (Indonesia) yang dalam
implementasinya melalui : Pembangunan hukum yang berintikan pembuat hukum dan
pembaharuan terhadap bahan-bahan hukum yang dianggap asing dan atau tidak sesuai
dengan kebutuhan penciptaan (ius constituemdum) hukum yang diperlukan. Pelaksanaan
ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para
anggota penegak hukum. Menurut Para Ilmuwan, Politik Hukum prinsipnya berarti
kebijaksanaan negara mengenai hukum yang ada saat ini. Adanya kesamaan makna politik
hukum dalam kedua dimensi pandangan tersebut terletak pada menegakkan perhatian
terhadap hukum yang dicita-citakan/didambakan (ius constituendum) dan hukum yang ada
pada saat ini (ius constitutum). Istilah Politik Hukum sering diganti dengan istilah seperti :
Pembangunan Hukum, Hukum dan Pembangunan, Pembaharuan Hukum, Perkembangan
Hukum, Perubahan Hukum dan lain-lain. Inti Politik Hukum dari istilah yang digunakan,
Politik Hukum mengandung arti kegiatan berdasarkan kekuasaan dalam negara berupa
Pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan dan melakukan pembagian tentang
ketentuan, tujuan dan melaksanakan tujuan hukum tertulis dan hukum yang tidak tertulis.
Norma hukum berasal dari kekuasaan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita.
Masyarakat secara resmi (negara) diberi kuasa untuk member sanksi atau menjatuhkan
hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi
untuk menjatuhkan hukuman. Sebagai seperangkat nilai dasar, Pancasila harus dijabarkan
kedalam norma agar praksis dalam kehidupan bernegara. Norma yang tepat sebagai
penjabaran atas nilai dasar Pancasila tersebut adalah norma etik dan norma hukum. Pancasila
dijabarkan sebagai norma etik karena pada dasarnya nilai-nilai dasar Pancasila adalah nilainilai moral. Jadi, Pancasila menjadi semacam etika perilaku para penyelenggara negara dan
masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai normative Pancasila itu sendiri. Pengalaman
sejarah pernah menjadikan Pancasila sebagai semacam norma etik bagi perilaku segenap
warga negara bangsa. Yaitu Ketetapan MPR No.II/MPR/1998 tentang P4 dapat dianggap
sebagai etika sosial dan etika politik bagi bangsa Indonesia atas nilai-nilai Pancasila.

Penataran P4 dan segala atributnya dianggap gagal bukan karena kesalahan nilai dan norma
dari Pancasilanya tetapi cara pendekatannya yang indoktrinatif dan monolitik.Terlebih lagi
penataran P4 terkesan bukan untuk penyelenggara negara tapi dipaksakan pada warga. Justru
para penyelenggara negaralah yang seharusnya memiliki nilai dan norma. Bernegara karena
merekalah yang menyelanggarakan negara dan menjadi contoh bagi bagi rakyatnya. Para
pejabat negara malahan banyak menyimpang dari apa yang dipidatokan kepada warga negara.
Di era sekarang ini tampaknya kebutuhan akan norma etik untuk kehidupan bernegara masih
perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Etika kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat ini bertujuan untuk : - Memberikan landasan etik moral bagi seluruh
komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan dan berbagai aspek Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sukses dalam partai politik telah pula
ditentukan dalam anggaran dasar partai politik. Etika politik oleh karenanya tidak terlepas
dari ketentuan-ketentuan hukum yang telah mengatur proses demokrasi berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku. Dalam hal ini aktivis / kader partai politik dapat memiliki
kesadaran ber etika jika mampu. Memahami konstitusi negara (UUD 45) dan konstitusi partai
politik (AD. ART) partai politik yang dianutnya. Jika aktivis partai politik bermain dengan
aturan permainan yang ada tidak akan terjadi penyimpangan, sehingga semua aktivis politik
akan
memiliki
etika
politik.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/luvithania/pencitraan-politik-menurut-kaidahpancasila_552c0a5b6ea834a52f8b4579

Anda mungkin juga menyukai