Anda di halaman 1dari 13

Cegah dan Atasi Diabetes dengan Serat Makanan

Diabetes : Takdir
Apakah benar mitos yang menyatakan bahwa diabetes adalah takdir? Sebagian dari Anda
mungkin telah mengetahui bahwa penyakit diabetes ada dua jenis, yaitu tipe I dan II. Diabetes
tipe I (juvenile-onset, insulin dependent) terjadi karena tubuh sama sekali tidak mampu
memproduksi insulin, sedangkan diabetes tipe II (adult-onset, non-insulin dependent) disebabkan
oleh insulin yang jumlahnya kurang atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Diabetes tipe I, dengan prevalensi 5-10% dari total penderita diabetes, umumnya diderita sejak
kanak-kanak atau remaja dan diduga disebabkan oleh faktor keturunan. Sedangkan 90% sisanya
termasuk tipe II, yang muncul saat dewasa (umumnya di usia 40 tahun ke atas). Berdasarkan
penelitian, meskipun diabetes tipe II dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, namun sebenarnya
tipe ini dapat dicegah dengan pola makan dan gaya hidup sehat. Jadi, ternyata 90-95% penyakit
diabetes bisa dicegah bukan? Mungkin sekarang Anda bertanya bagaimana caranya?
Pengaruh Pola Makan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nurses Health Study di Harvard University terhadap
65.000 wanita selama 6 tahun menunjukkan bahwa wanita yang pola makannya tinggi gula dan
rendah serat makanan, 2.5 kali beresiko lebih tinggi terhadap diabetes dibandingkan wanita yang
biasa makan banyak serat makanan dan sedikit gula.
Menurut penjelasan dokter, serat larut memang mampu mengurangi kebutuhan tubuh akan
insulin karena serat larut dapat memperlambat penyerapan karbohidrat dan mencegah kenaikan
gula darah secara tiba-tiba. Sebaliknya, asupan serat larut yang rendah dibarengi dengan

konsumsi gula yang berlebihan dapat memicu kebutuhan insulin yang tinggi, melebihi jumlah
yang mampu diproduksi pankreas.
Para peneliti di National Institute of Diabetes, Digestive and Kidney Diseases di Amerika
membandingkan komunitas suku Pima Indian yang tinggal di Meksiko dan di Arizona. Meskipun
secara genetika mereka sama, tetapi pola makan dan gaya hidupnya jauh berbeda. Suku Pima
Indian di Meksiko umumnya pekerja keras dan sehari-hari banyak mengkonsumsi makanan
rendah lemak dan tinggi serat, seperti corn tortilla dan taco. Sedangkan suku Pima Indian yang
tinggal di Arizona jarang melakukan aktivitas fisik serta mengkonsumsi makanan rendah serat
dan tinggi lemak, seperti hot dog dan french fries. Akibatnya, 50% suku Pima Indian di Arizona
yang berusia 30 sampai 64 tahun banyak menderita diabetes dan hanya 9% suku Pima Indian
Meksiko yang terkena diabetes. Penemuan ini menunjukkan bahwa untuk penyakit diabetes, pola
makan dan gaya hidup memiliki pengaruh lebih besar daripada faktor genetik.
Berapa Jumlah Serat yang Dibutuhkan?
American Diabetes Association (ADA) menyarankan agar penderita diabetes mengkonsumsi 50
gram serat makanan per hari. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dimuat di New England
Journal of Medicine 2000, yang menunjukkan bahwa konsumsi 50 gram serat per hari dapat
menurunkan kadar gula darah secara signifikan, bahkan dapat mengurangi kebutuhan akan obat
diabetes. Serat yang bermanfaat bagi penderita diabetes adalah jenis serat larut (soluble fiber).
Serat ini dapat ditemukan pada akar tanaman chicory, buah jeruk, pepaya, apel, kismis, serta
kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang tolo dan lentil.
Tips Pola Makan Tinggi Serat
Bagi penderita diabetes, disarankan mengkonsumsi 40 gram serat per hari.
Untuk pencegahan, disarankan mengkonsumsi 20-35 gram serat per hari.
Tambahkan serat secara bertahap, 3-5 gram per hari untuk mencegah kembung.
Minumlah minimal 8 gelas air per hari agar serat dapat bekerja optimal.
Gaya Hidup Sehat
Selain pola makan, gaya hidup juga menentukan resiko diabetes. Seperti pada suku Pima Indian
Meksiko di atas, yang banyak melakukan aktivitas fisik (40 jam per minggu) lebih jarang terkena
diabetes dan kegemukan daripada Pima Indian Arizona yang aktivitas fisiknya rendah (2-3 jam
per minggu).
Bisa Lebih Efektif dari Obat
Diabetes Prevention Program, sebuah studi yang dilakukan di Amerika, menemukan bahwa
perubahan gaya hidup serta pola makan dapat menurunkan resiko diabetes hingga 58%.
Sementara pengobatan dengan obat diabetes jenis metformin hanya mengurangi resiko diabetes
sebesar 31%. Studi tersebut dilakukan di 27 medical center Amerika dengan melibatkan 3.234
orang yang mengalami impaired glucose tolerance (toleransi glukosa terganggu), tahap awal dari
penyakit diabetes tipe II. Gaya hidup dan pola makan yang diterapkan dalam studi ini mencakup
olah raga selama 30 menit per hari, makanan rendah lemak, serta menjaga berat badan pada
kisaran normal

Jadi, tunggu apa lagi? Jika Anda menderita diabetes atau beresiko terkena diabetes (keturunan
penderita diabetes, kegemukan, berusia lebih dari 40 tahun, kurang olah raga), segera ubah pola
makan dan gaya hidup Anda! (cdy)
Tags: Cegah dan Atasi Diabetes dengan Serat Makanan, Diabetes, hidup sehat, hipertensi
http://www.tropicanaslim.com/cegah-dan-atasi-diabetes-dengan-serat-makanan

Bayam: Baik untuk Diabetes, Baik untuk Pencernaan

Wow, bayam dan sayuran hijau lainnya ternyata tidak hanya


baik untuk membantu melancarkan pencernaan tetapi juga untuk mencegah diabetes1!
Penelitian yang dilakukan pada lebih dari 200 ribu orang yang berusia antara 30-74 tahun
menunjukkan bahwa mereka yang banyak mengonsumsi sayuran (paling tidak 1 porsi sayuran
hijau setiap hari) memiliki risiko diabetes hingga 14% lebih rendah dibandingkan dengan
orang-orang yang jarang mengonsumsi sayuran (kurang dari porsi sayuran hijau per hari) 1. Hal
ini diduga berkaitan dengan kandungan zat aktif dalam sayuran yang dapat membantu pola hidup
sehat sehingga menurunkan risiko diabetes.
Kandungan Zat Aktif Dalam Sayuran
Peran sayuran dalam mencegah diabetes tak lepas dari kandungan antioksidan di dalamnya.
1. Antioksidan
Sayuran hijau seperti bayam tinggi akan -carotene serta vitamin C yang bertindak sebagai
antioksidan1. Antioksidan dapat menurunkan aktivitas pembentukan radikal bebas yang bisa
3

merusak kerja sel tubuh. Jika radikal bebas tersebut merusak sel pankreas atau reseptor insulin,
maka resiko diabetes meningkat.
2. Polyphenol
Sayuran hijau kaya akan polyphenol yang juga bertindak sebagai antioksidan1. Polyphenol
adalah salah satu jenis antioksidan yang biasanya terdapat di tumbuhan, seperti sayur, buah,
bunga, biji
3. Magnesium
Sayuran hijau tinggi akan magnesium. Magnesium membantu menurunkan risiko diabetes
dengan perannya dalam perbaikan sensitivitas insulin1.
4. Asam lemak tak jenuh -linolenic acid
Sayuran hijau merupakan sumber -linolenic acid (asam lemak tak jenuh) yang baik. Profil asam
lemak dalam makanan diduga dapat mempengaruhi sensitivitas insulin, dimana asam lemak tak
jenuh diketahui memiliki manfaat positif bagi tubuh1.
Jenis Sayuran
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran hijau bermanfaat dalam menurunkan
prevalensi diabetes tipe 2. Beberapa contoh sayuran berdaun hijau antara lain:
a. Kelas Brassica seperti kol, kubis, kembang kol, pak choy, caisim, dan sawi hijau.
b. Kelas Compositae seperti selada.
c. Kelas Amaranth seperti bayam.
d. Kelas Umbelliferae seperti seledri.
Ada banyak jenis sayuran hijau kan? So, tinggal pilih yang Anda suka dan cukupi porsi sayuran
harian untuk membantu mengurangi resiko diabetes Anda.
References:
1. Carter, P., et. al. 2010. Fruit and vegetable intake and incidence of type 2 diabetes
mellitus: systematic review and meta-analysis. BMJ Online First Edition.
2. Furukawa, S., et. al. 2004. Increased oxidative stress in obesity and its impact on
metabolic syndrome. J Clin. Invest .114: 1752-1761.
Tags: bayam, Diabetes, hidup sehat
http://www.tropicanaslim.com/spinach-friends-good-for-your-diabetes-as-good-as-for-yourdigestion

Beras Merah untuk Diabetes


4

Anda perlu waspada apabila terbiasa


mengonsumsi nasi putih. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sedikitnya 5 porsi nasi putih
dalam seminggu berakibat pada peningkatan resiko diabetes tipe 2. Sebaliknya, resiko diabetes
tipe 2 dapat ditekan dengan mengganti beras Anda dengan beras merah. Konsumsi nasi merah
sebanyak 2 porsi atau lebih dalam seminggu dapat menurunkan resiko diabetes tipe 2. Selain itu,
substitusi sepertiga porsi nasi putih dengan nasi merah pun dapat menurunkan resiko diabetes
tipe 2 sebesar 16%1.
Nasi merah baik untuk penderita diabetes karena memiliki indeks glikemik yang lebih rendah
dibandingkan nasi putih. Hal ini dikarenakan kandungan seratnya yang tinggi. Beras biasa
mengalami proses penggilingan yang menyebabkan hilangnya sebagian besar serat serta vitamin
dan mineral. Padahal, serat dapat memperlambat masuknya glukosa ke dalam darah. Karena
kandungan seratnya yang tinggi itulah nasi merah tidak meningkatkan gula darah secara drastis1.
Selain unggul dalam kandungan serat, nasi merah pun memiliki kandungan vitamin dan mineral
yang lebih tinggi dibandingkan nasi putih. Sebagai contoh, beras merah kaya akan vitamin B,
magnesium, dan zat besi yang diperlukan tubuh2.
Begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari beras merah. Mungkin Anda masih belum
terbiasa dengan beras merah, tetapi Anda dapat meningkatkan konsumsi beras merah Anda
secara perlahan-lahan untuk hidup sehat. Selamat mencoba.
References:
1. Arch Intern Med, 2010; 170 (11): 961-969.
2. USDA Nutrient Database, 2010
Tags: Diabetes, hidup sehat
http://www.tropicanaslim.com/beras-merah-untuk-diabetes

Menyusun Menu Ber-GI Rendah

Anda dapat menerapkan konsep GI dalam berbagai macam


menu diet, termasuk diet untuk tujuan penurunan berat badan, mempertahankan kadar gula darah
maupun diet khusus lainnya bahkan untuk tujuan meningkatkan ketahanan seorang atlit.
GI: Hanya untuk Karbohidrat
Nilai GI hanya dapat dihitung dari makanan berbasis karbohidrat. Sebab GI merupakan ukuran
kecepatan peningkatan kadar glukosa darah setelah mengkonsumsi makanan tertentu. Dan
karena hanya karbohidrat yang memiliki konstribusi terhadap peningkatan kadar glukosa darah
tubuh, maka hanya golongan karbohidrat saja lah yang umum diukur nilai GI nya.
Lalu bagaimana dengan makanan berkarbohidrat rendah, seperti makanan sumber protein ayam,
daging, ikan dan telur, atau makanan sumber lemak seperti keju, kacang-kacangan, krim dan
mentega? Tentunya makanan jenis ini dapat dipastikan memiliki nilai GI rendah, karena tidak
dapat dipecah menjadi glukosa dalam tubuh. Lalu apakah tetap boleh dikonsumsi sebanyak
banyaknya?
Konsep GI dalam Pemilihan Pangan
Mengetahui nilai GI dalam makanan berkarbohidrat akan sangat membantu dalam menyusun
menu rendah kalori dan menjaga kadar gula darah. Namun demikian bila ada klaim makanan
ber-GI rendah untuk golongan makanan selain karbohidrat, Anda perlu waspada! Sebab
walaupun memang benar makanan tersebut rendah GI (karena tidak dapat diubah menjadi
glukosa darah), namun bisa saja makanan tersebut ternyata tinggi lemak jenuh. Untuk kasus ini,
makanan tinggi lemak jenuh walaupun memiliki nilai GI rendah, tetap tidak dapat menjamin
lebih baik dari makanan sumber karbohidrat dengan nilai GI tinggi. Oleh karena itu, penting
sekali untuk turut mengikutsertakan pengetahuan ilmu gizi dalam penyusunan menu.
6

Kombinasikan Menu!
Pengetahuan gizi yang penting Anda terapkan dalam menu sehari hari adalah keseimbangan
unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat makanan. Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang dianjurkan sehari hari untuk karbohidrat, protein dan lemak adalah 65%, 10% dan
25% dari total energi. Ini artinya prinsip pertama yang harus Anda pegang dalam
mengkombinasikan menu adalah memilih variasi makanan yang tepat, sesuai komposisi di atas.
Bila di hadapan Anda tersedia makanan dengan nilai GI tinggi misalkan kentang (95), tidak
berarti Anda tidak boleh mengkonsumsinya sama sekali. Semakin tinggi nilai GI makanan Anda,
maka akan semakin tinggi pula risiko peningkatan kadar gula darah dan nafsu makan Anda.
Dengan demikian bukannya tidak boleh, namun akan sangat bijaksana bila Anda menjalankan
prinsip kombinasi menu yang kedua, yaitu menggantikan sebagian makanan yang kemungkinan
mempunyai kandungan karbohidrat dengan GI lebih tinggi dengan yang GI-nya rendah. Contoh
praktis prinsip kedua ini adalah: dengan menggantikan gula pasir (memiliki nilai GI 70) dengan
pemanis rendah kalori (dengan nilai GI rendah) pada teh atau kopi Anda.
Batasan yang dapat dikonsumsi
Secara logika, semakin banyak Anda mengkonsumsi makanan bernilai GI tinggi, maka insulin
Anda pun akan semakin berat bebannya. Hal ini benar, karena konsep GL (Glycemic Load) dapat
membuktikannya. GL digunakan untuk mengetahui efek makanan terhadap kadar gula darah,
berdasarkan nilai GI dan jumlah karbohidrat yang terdapat di dalam makanan tersebut. Atau
dirumuskan sebagai: GL = (nilai GI x g karbohidrat) / 100
Semakin rendah nilai GL akan semakin baik untuk kesehatan Anda. Ini artinya bila Anda telah
mengkonsumsi makanan dengan GI tinggi, maka konsumsilah dalam jumlah sedikit saja.
Sedangkan bila makanan yang Anda konsumsi dari golongan makanan ber-GI rendah, maka
Anda dapat mengkonsumsi lebih banyak. Contoh berikut mungkin dapat membantu:
Sebuah susu berlabel X memiliki nilai GI 40, karena sumber karbohidratnya selain berasal dari
susu bubuk sendiri, juga dari gula pasir dan bahan baku lainnya. Jumlah karbohidrat per
penyajian yang tercantum dalam nutrition fact kemasannya adalah 13.4 gram. Ini berarti nilai GL
dari susu berlabel X tersebut adalah 5.36. Sedang nilai GI dari Susu Hi Lo Tropicana slim
adalah xxx, dimana produk ini bebas gula, dan sebagian besar sumber karbohidratnya hanya
diperoleh dari susu bubuk. Dengan nilai karbohidrat per penyajian 11 gram, maka Susu Hi Lo
Tropicana Slim memiliki nilai GL hanya sebesar xxx. Ini berarti Susu Hi Lo Tropicana Slim akan
lebih baik dikonsumsi untuk membantu mempertahankan kadar gula darah dan memperlambat
proses pencernaan untuk menjaga berat badan ideal.
Nilai GI Bukan Nilai Fix
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik karbohidrat dalam makanan, seperti cara
pengolahan makanan (apakah direbus, digoreng, atau mengalami fermentasi) serta kombinasi
komponen karbohidrat dalam pangan. Akibatnya nilai GI yang diperoleh merupakan sebuah
perkiraan, yang diperoleh berdasarkan proporsi komponen karbohidratnya. Namun, demikian
memperkirakan nilai GI yang ada, atau pun mengetahui dengan pasti nilai GI yang rendah dari
label kemasan produk, akan sangat membantu penyusunan menu makanan Anda. (lis).

Tags: Diabetes, Menyusun Menu Ber-GI Rendah


http://www.tropicanaslim.com/menyusun-menu-ber-gi-rendah

Ternyata Snacking Dapat Membantu Penderita Diabetes!

Ada beberapa anggapan bahwa orang yang terkena diabetes


tidak boleh makan snack. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Malahan, penelitian
menunjukkan bahwa snacking dapat membantu memperbaiki keseimbangan gula darah dalam
tubuh1,2,3.
Penelitian menunjukkan bahwa snacking memiliki efek metabolik yang sama seperti makanan
dengan Indeks Glikemik rendah. Pasalnya, dengan membagi waktu makan menjadi porsi kecil
tetapi sering, karbohidrat seolah dicerna dan diserap secara lebih lambat dan stabil. Kenaikan
gula darah dan kebutuhan insulin pun menjadi lebih rendah Manfaatnya, toleransi glukosa
meningkat sehingga metabolisme tubuh dapat berjalan dengan lebih baik. Penelitian bahkan
menunjukkan bahwa membagi makanan menjadi beberapa porsi kecil dapat menurunkan kadar
asam lemak, kolesterol, dan trigliserida dalam tubuh1,2,3.
Orang yang hidup dengan diabetes disarankan untuk makan makanan dengan Indeks Glikemik
rendah. Seperti yang telah diketahui, makanan dengan Indeks Glikemik rendah lebih lambat
diserap dan dicerna tubuh3. Karena itu, makanan dengan Indeks Glikemik rendah tidak akan
mempengaruhi kadar gula darah secara drastis.

Penting untuk diingat bahwa Anda harus tetap menjaga asupan makanan Anda. Karena itu,
bijaklah dalam memilih! Pilihlah snack bebas gula dengan kalori terkontrol. Buah-buahan serta
cookies bebas gula dengan kalori terkontrol dapat menjadi pilihan. Tropicana Slim terdepan
dalam memaniskan Indonesia.
References
1. Jenkins DJA, Wolever TMS, Vuksan V, et al. 1989. Nibbling versus gorging: metabolic
advantages of increased meal frequency. N Engl J Med 321: 929-934.
2. Jenkins, D.J.A. 1992. Metabolic advantages of spreading the nutrient load: effets of
increased meal frequency in non-insulin-dependent diabetes. Am J Clin Nutr 55: 461467.
3. Jenkins, D.J.A. 1997. Carbohydrate tolerance and food frequency. British Journal of
Nutrition 77: S71-S81.
Tags: Diabetes
http://www.tropicanaslim.com/ternyata-snacking-dapat-membantu-penderita-diabetes

Anti Diabetes dengan Anti Oksidan

Oksigen adalah sumber kehidupan; tidak seorang pun


mampu memungkirinya. Di dalam tubuh, molekul ini digunakan dalam metabolisme tubuh dan
produksi energi. Sayangnya, proses tersebut terkadang menghasilkan produk sampingan yang
berbahaya bagi tubuh, yaitu radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu komponen yang sangat
reaktif. Karena memiliki energi ekstra, radikal bebas perlu bereaksi dengan komponen lain
dalam tubuh untuk megurangi energinya sehingga merusak sel dan mengganggu fungsinya .
Di samping oksigen yang Anda hirup, apa yang Anda makan dan bagaimana Anda menjalani
hidup juga turut menabung radikal bebas dalam tubuh. Polusi udara dari industri dan
kendaraan bermotor, asap rokok, alkohol, dan pangan berlemak dapat meningkatkan kadar
radikal bebas secara dramatis yang berujung pada oxidative stress . Kondisi oxidative stress
memicu banyak penyakit seperti atherosclerosis, penyakit Parkinsons dan Alzheimers.
Radikal Bebas dan Diabetes
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa oxidative stress juga berkontribusi pada perkembangan
diabetes dan dapat memicu komplikasi seperti penyakit jantung. Menjaga kadar gula dalam
darah saja ternyata tidak cukup untuk mencegah komplikasi. Oleh karena itu, memperbaiki
oxidative stress adalah strategi yang efektif untuk mengurangi komplikasi diabetes. Tubuh
memiliki sistem perlawanan terhadap oxidative stress dengan menghasilkan enzim-enzim
antioksidan. Dari luar tubuh, beberapa sumber antioksidan antara lain vitamin (vitamin A, C, E),
mineral (mangan, seng dan tembaga), beta-carotene, teh hijau, serta berbagai jenis buah dan
sayuran.
Sayangnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Medina et al. tahun 2007 di Brazil, penderita
diabetes justru memiliki kadar antioksidan yang lebih rendah dibandingkan orang normal.
Kondisi ini tentu saja meningkatkan risiko komplikasi. Oleh karena itu, penderita diabetes sangat
dianjurkan untuk mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup untuk mencegah
komplikasi.
10

Mungkin dengan alasan itu pula, dewasa ini orang lebih memperbanyak konsumsi buah dan
sayuran baik dalam bentuk segar, salad, jus atau sebagai sayur yang menemani pangan utama.
Boleh jadi itu juga alasan mengapa mojang Priangan umumnya awet cantik karena senang
berlalap ria , suatu image yang berdampak pada alasan mengapa seni berlalap ria menjadi
menu favorit di Nusantara saat ini.
Pilih Makanan yang Tepat
Pangan dengan kadar gula terkontrol dan kandungan antioksidan menjadi kombinasi sempurna
bagi para diabetesi. DiabetaMil mampu memenuhi kebutuhan tersebut karena selain
mengandung kromium yang membantu mengatur kadar gula darah, DiabetaMil juga dilengkapi
dengan antioksidan seperti vitamin A, C dan E. Gaya hidup yang tepat merupakan cara yang
ampuh untuk menjaga tubuh tetap sehat. Mulailah dari sekarang!
Studi epidemiologi (Hertog dkk, 1993) menunjukkan bahwa konsumsi pangan kaya akan
antioksidan flavonoid termasuk polifenol dari teh (Mukhtar dan Ahmad, 2000) berbanding
negatif dengan tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Hasil dari
beberapa pengujian secara in vitro (percobaan di luar tubuh mahkluk hidup) (Miura dkk, 1995;
Yamanaka dkk, 1997; Yokozawa dkk, 1997) menunjukkan bahwa flavonoid teh dapat
menghambat oksidasi oleh Cu2+ (radikal inisiator) terhadap LDL hasil isolasi. Studi secara in
vitro juga menunjukkan bahwa oksidasi pada LDL manusia dapat dihambat dengan keberadaan
vitamin C dan E pada level fisiologis (Jialal dkk, 1990)
Sementara itu akan halnya kanker dan tumor, banyak diantara ilmuwan spesialis setuju bahwa
penyakit ini berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan pada mutasi gen dapat terjadi
melalui mekanisme kesalahan replikasi dan kesalahan genetika yang berkisar antara 10-15%,
atau faktor dari luar yang merubah struktur DNA seperti virus, polusi, radiasi, dan senyawa
xenobiotik dari konsumsi pangan sebesar 80-85%. Radikal bebas dan reaksi oksidasi berantai
yang dihasilkan jelas berperan pada proses mutasi ini.
Hasil penelitian pada pertengahan tahun 1980 yang menunjukkan bahwa beta-karoten mampu
mengurangi resiko kanker paru-paru merupakan ide awal dari perhatian akan adanya keterkaitan
antioksidan dalam penghambatan penyakit ini.
Mekanisme aktifitas antitumor atau kanker dengan senyawa kimia dapat melalui 3 cara yaitu:
1. Menghambat bioktifikasi karsinogenesis
2. Memblok jalur pembentukan sel ganas (blocking agent) seperti antioksidan
3. Menekan dan memanipulasi hormon (Okey dkk, 1998).
Aktivitas antioksidan seperti halnya telah dilaporkan di atas, selain dapat mencegah autooksidasi
yang menghasilkan radikal bebas dan SOR, juga dapat menekan proliferasi (perbanyakan) sel
kanker. Hanya saja mengingat bermacam-macamnya jenis sel kanker, maka efektivitas dari
antioksidan uji juga beragam dan spesifik untuk kasus tertentu.
Antioksidan dan sumbernya
Berbagai definisi diberikan untuk menggambarkan siapakah gerangan si antioksidan ini.
Menurut Cuppert (1997) antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang dengan konsentrasi lebih
rendah sekalipun dibanding dengan substrat yang dapat dioksidasi, secara nyata dapat
memperlambat oksidasi substrat tersebut. Definisi umum dari antioksidan adalah suatu senyawa
11

yang dapat memperlambat proses oksidasi. Di dalam keberadaan reaksi hiperoksidasi yang
sangat kompleks dalam media biologis, keseimbangan metabolik yang tepat membutuhkan
mekanisme dari antioksidan.
Selain berperan bagi kesehatan, antioksidan juga mempunyai peran dalam menjaga mutu produk
pangan. Berbagai kerusakan pada produk pangan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi,
perubahan warna dan aroma serta berbagai kerusakan fisik lain pada produk pangan karena
oksidasi dapat dihambat dengan keberadaan antioksidan.
Antioksidan beragam jenisnya, mulai dari antioksidan dengan molekul kecil seperti asam
askorbat, tokoferol dan glutation, hingga antioksidan yang lebih kompleks seperti enzim
antioksidan seperti superoksida dismutase, glutation peroksidase, peroksidase dan katalase.
Keberadaan antioksidan di dalam tubuh pun terbagi atas kelompok yang datang dari luar tubuh
(antioksidan eksogenus) dan yang sudah ada di dalam tubuh (sistem pertahanan antioksidan
endogenus).
Berdasarkan cara kerjanya, secara luas antioksidan dibagi menjadi 5 kelompok meliputi:
antioksidan primer seperti tokoferol, penangkap oksigen seperti vitamin C, antioksidan sekunder
seperti asam tiodipropionat, antioksidan enzimat seperti glukose oksidase, superoksida
dismutase, dan pengkhelat seperti asam sitrat. Sedangkan berdasarkan sumbernya, antioksidan
dapat diperoleh dari sumber alami dan sintesis.
Antioksidan alami banyak terdapat pada berbagai buah dan sayuran. Vitamin C, Beta-karoten,
vitamin E dan komponen fenolik merupakan komponen dominan yang banyak dijumpai pada
menu kita setiap hari sekali pun. Deddy Muchtadi dan kawan-kawan (2002) melaporkan bahwa
kelompok antioksidan ini banyak terdapat pada berbagai sayuran, seperti untuk sumber vitamin
C adalah daun singkong, daun katuk, bunga kol, dll. Sedang daun pepaya, wortel, daun
singkong , bayam merupakan sayuran yang kaya akan karoten. Vitamin E banyak terdapat pada
tauge, kacang panjang, daun katuk misalnya. Untuk fenolik banyak terdapat pada terong panjang,
labu siam, selada, mentimun dan banyak lagi. Sumber-sumber yang tak mahal, murah meriah.
Hanya saja kehilangan selama pemasakan yang dapat mencapai lebih dari 50 %, serta absorpsi
dan retensi keberadaan yang cukup rendah dari antioksidan seperti vitamin E dan karoten,
membuat orang lebih memilih untuk mencari produk yang lebih praktis dan tersedia dalam
jumlah yang lebih mencukupi.
Pisau bermata dua
Dari berbagai sumber informasi yang diperoleh terlihat bahwa hasil penelitian dan pengamatan
selama ini menunjukan radikal bebas dan SOR di satu sisi serta antioksidan di sisi lain adalah
sama bagai pisau bermata dua. Masing-masing mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
Laporan akhir menunjukkan bahwa SOR ternyata juga mempunyai fungsi protektif. SOR
merupakan mediator penting dalam menangkap kuman, benda asing dari tubuh, pencahar
keracunan bahkan sebagai penjinak sel kanker. Konsumsi antiokasidan berlebihan dapat
menganggu kerja SOR.

12

Peran kontroversi dari antioksidan nampak pada hasil penelitian seperti yang dilaporkan oleh
Aruoma dkk (1992, 1993) yang menunjukkan bahwa beberapa antioksidan phenolik dapat
meningkatkan kerusakan oksidasi pada DNA, protein dan karbohidrat in vitro. Sementara itu,
Yen (1997) melaporkan bahwa polifenol teh ternyata juga mempunyai efek pro-oksidan pada
fase air walau selama ini lebih dianggap sebagai antioksidan.
Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan bahwa jumlah penambahan antioksidan yang
berlebihan akan menyebabkan dampak terbalik dari fungsi antioksidan yang diharapkan seperti
halnya pada sifat antiproliferasi sel kanker. Data lain menunjukkan variasi hasil pengamatan
secara in vivo (percobaan di dalam tubuh mahkluk hidup) dan in vitro (di luar mahkluk hidup) .
Namun demikian, masih dipercaya bahwa antioksidan memberikan pengaruh positif bagi
kesehatan tubuh. Tambahan antioksidan dari luar tubuh dalam bentuk asupan pangan setiap hari
mungkin merupakan jalan yang lebih bijaksana guna mencegah masukkan antioksidan yang
berlebihan ke dalam tubuh. Asupan dalam dosis besar sekaligus seperti halnya suplemen,
seharusnya lebih diperlukan bagi mereka yang pada kehidupan kesehariannya banyak terkena
resiko paparan radikal bebas dan SOR yang tinggi. Yang lebih untung lagi adalah kita tak
mendapatkan pengurangan tingkat kenikmatan karena ketengikan atau perubahan sensori lain
yang disebabkan oleh reaksi oksidasi ini.
Tags: anti-oksidan, Diabetes, hidup sehat, kanker, radikal bebas, tumor
http://www.tropicanaslim.com/anti-diabetes-dengan-anti-oksidan

13

Anda mungkin juga menyukai