HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. Tinjauan Pustaka
a. Teori-teori yang digunakan
b. Teori-teori yang digunakan
c. Teori-teori yang digunakan
d. Dst.
2. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
2. Populasi dan Sampel
3. Jenis dan Sumber Data
4. Metode Pengumpulan Data
5. Teknik Pengolahan Data
6. Variabel Penelitian
7. Metode Analisis Data (Pilih sesuai masalah dan topik penelitian)
a. Analisis Korelasi
b. Analisis Regresi Sederhana
c. Analisis Regresi Berganda
8. Uji Hipotesis (Uji-t atau Uji-Z)
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Objek Penelitian
2. Analisis Data
3. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Keterbatasan dan Saran
3. Implikasi/Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
KETENTUAN PENULISAN :
1. Ukuran huruf (font) yang digunakan Times New Roman 12 dengan ukuran spasi 1,5
spasi.
2. Kertas yang digunakan A4.
3. Margin kiri 2 inci dan selainnya (atas, bawah, dan kanan) 1 inci.
4. Nomor halaman ditulis di tepi bawah kanan tiap halaman.
5. Jilid biasa (lakban) dengan cover depan berwarna putih transparan dan cover belakang
berwarna.
KRITERIA PENILAIAN :
1.
Orisinalitas
: 50%
Karya tulis harus merupakan buatan sendiri dan bukan merupakan hasil karya orang
lain. Obyek penelitian pun harus berbeda antar teman seangkatan walaupun
datanya bisa berasal dari sumber yang sama. Mahasiswa yang melakukan plagiat
akan langsung dikenakan DO.
2.
Sinkronisasi
: 10%
Karya tulis yang disusun harus sesuai antara tema yang dipilih, judul karya tulis,
data dan fakta, hasil analisis, dan kesimpulan yang dibuat.
3.
Ketelitian dan kerapihan
:
5%
Dalam penyusunan karya tulis sedapat mungkin diminimalisir adanya kesalahan
ketik serta memperhatikan juga keteraturan tata letak paragraf, tabel atau grafik
dalam penulisan.
4.
Analisa
: 30%
Hasil analisa yang disajikan hendaknya sesuai dengan data yang telah dikumpulkan
dan mendukung kesimpulan serta saran yang dibuat.
5.
Kelengkapan
:
5%
Segala unsur yang terkait dalam penyusunan karya tulis harus diikutsertakan, baik
sesuai urutan sistematika penulisan ataupun data-data dan contoh kuesioner yang
digunakan oleh mahasiswa.
CONTOH :
JUDUL :
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BALAI DIKLAT KEUANGAN
MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak tahun 1990-an muncul paradigma baru dalam manajemen pemerintah yang
sering disebut dengan istilah New Public Management (NPM). Paradigma tersebut muncul
akibat adanya kritikan keras yang ditujukan kepada organisasi pemerintah yang sering
tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas. New Public
Management berfokus pada manajemen pemerintah yang berorientasi pada kinerja, bukan
berorientasi pada kebijakan. Konsep New Public Management ini dipandang sebagai suatu
konsep baru yang ingin menghilangkan bentuk pelayanan publik yang tidak efisien. Konsep
ini menurut Christoper Hood dalam Askar Taliang (2012:42) dinyatakan bahwa ; New Public
Management mengubah cara-cara dan model bisnis privat dan perkembangan pasar.
Konsep New Public Management pada awalnya lahir di negara-negara maju di Eropa dan
Amerika. Namun, negara-negara berkembang juga sudah mulai menggunakan konsep ini,
begitu juga dengan Indonesia.
Sebagai negara yang juga turut ingin berbenah, Indonesia berusaha menerapkan
paradigma NPM tersebut, meski ada sikap pesimis dari berbagai
pihak mengenai
kesanggupan penerapannya. Di Indonesia sendiri, pelaksanaan manajemen kinerja pada
organisasi pemerintah sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1999 dengan dikeluarkannya
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Penerapan New Public Management di Indonesia dapat dilihat dari penerapan beberapa
karakteristiknya di dalam proses bisnis organisasi pemerintahan.
Manajemen kinerja dapat didefinisikan sebagai upaya untuk
meningkatkan
kemampuan dan mendorong pegawai melalui berbagai cara agar bekerja dengan penuh
semangat, efektif, efisien dan produktif, sesuai dengan proses kerja yang benar agar
mencapai hasil kerja yang optimal.
Dengan melihat betapa pentingnya manajemen kinerja tersebut maka organisasi
publik sebagai penyelenggara pemerintah harus menaruh perhatian yang lebih serius
terhadap peran sumber daya manusianya (pegawai) sebagai salah satu pilar utama untuk
mewujudkan good governance. Usaha tersebut dapat diciptakan dari peran sumber daya
manusia (aparatur pemerintah) yang efektif, efisien, bersih, dan profesional serta produktif.
Untuk itulah, perlu merumuskan secara rinci dan terpadu usaha-usaha yang harus dilakukan
untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi dengan mengetahui faktor-faktor
yang secara signifikan yang berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja pegawai di
lingkungannya.
Aparatur pemerintah dalam organisasi publik merupakan salah satu sumber daya
yang ada dalam suatu organisasi di samping sumber daya yang lain, misalnya modal,
material, dan mesin. Kelebihan pada peran aparatur pemerintah sebagai sumber daya
manusia adalah mampu mengelola sumber daya lainnya. Sebagai salah satu unsur produksi,
manusia berkedudukan sama dengan unsur lainnya, seperti teknologi dan biaya. Namun,
manusia memiliki ciri unik. Dia memiliki kepribadian yang aktif, banyak menggunakan
intuisi, dinamis, bahkan sensitif dan sekaligus sebagai pengelola dan atau pengguna dua
unsur produksi tadi, yaitu teknologi dan biaya untuk menghasilkan output tertentu.
Oleh karena itu, manusia ditempatkan sebagai unsur yang sangat khusus oleh setiap
organisasi, karena manusia baru akan terdorong untuk bekerja dan meningkatkan
produktivitasnya jika beragam kebutuhannya mulai dari kebutuhan fisik (seperti : makan,
papan, pakaian), kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, sampai dengan kebutuhan
aktualisasi diri dapat terpenuhi dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada
diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya nanti membentuk tujuantujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan inilah
yang dipandang sebagai pendorong atau penggerak bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu, termasuk melakukan pekerjaan.
Bagi sebagian pegawai, harapan untuk mendapatkan uang adalah satu-satunya
alasan untuk bekerja, namun yang lain berpendapat bahwa uang hanyalah salah satu dari
banyak kebutuhan yang terpenuhi melalui kerja. Seseorang yang bekerja akan merasa lebih
dihargai oleh masyarakat di sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja. Mereka akan
merasa lebih dihargai lagi apabila menerima berbagai fasilitas dan simbol-simbol status
lainnya dari organisasi di mana mereka bekerja. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa
kesediaan pegawai untuk mencurahkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, tenaga,
dan waktunya, sebenarnya mengharapkan adanya imbalan dari pihak organisasi yang
dapat memuaskan kebutuhannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja pegawai pemerintah yaitu faktor yang berkaitan dengan motivasi
kerja internal pegawai. Hasil penelitian tersebut selanjutnya penulis susun dalam skripsi
yang berjudul : Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Balai Diklat
Keuangan Makassar.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dirumuskan
masalah penelitian : apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai Balai
Diklat Keuangan Makassar.
3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
pegawai Balai Diklat Keuangan Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep New Public Management
Kelemahan dan ketertinggalan pemerintah dari sektor swasta memicu munculnya
reformasi pengelolaan pemerintah dengan meninggalkan administrasi tradisional dan
beralih ke New Public Management (NPM), yang memberi perhatian lebih besar terhadap
pencapaian kinerja dan akuntabilitas, dengan mengadopsi teknik pengelolaan sektor swasta
ke dalam sektor publik. Konsep New Public Management adalah salah satu reformasi
manajemen pemerintah untuk menjawab anggapan yang menyatakan bahwa organisasi
pemerintah tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas, miskin inovasi dan
kreatifitas, dan berbagai kritikan lainnya.
Jonathan Boston dalam Askar Taliang (2012:44) menyatakan bahwa; pusat perhatian
dan doktrin New Public Management itu pada intinya lebih menekankan pada proses
pengolahan (management) ketimbang perumusan kebijakan ; perubahan dan penggunaan
kontrol masukan (input controls) ke penggunaan ukuran-ukuran yang bisa dihitung terhadap
output dan kinerja target.
Menurut Christoper Hood dari London School of Economics dalam Askar Taliang
(2012:42) bahwa ; New Public Management mengubah cara-cara dan model birokrasi publik
yang tradisional ke arah cara-cara dan model bisnis privat dan perkembangan pasar.
Sehingga New Public Management beranggapan bahwa praktik manajemen sektor swasta
lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen sektor publik. Oleh karena itu untuk
memperbaiki kinerja pemerintah perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen
yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme
pasar, kompetisi tender, dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik.
Dalam perkembangannya, New Public Management ini telah mengalami berbagai
perubahan orientasi menurut Ferlie, Ashbuerner, Filzgerald dan Pettgrew dalam Keban
(2004 : 25), yaitu :
1. Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja.
5
6
(1) Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang
merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktorfaktor bawaan, misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan. Sementara
itu, faktor-faktor yang diperoleh, misalnya pengetahuan, keterampilan, etos kerja,
pengalaman kerja, dan motivasi kerja.
(2) Faktor-faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya,
pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan tersebut sangat
memengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Sebaliknya, jika sistem kompensasi dan
iklim kerja organisasi buruk, kinerja karyawan akan menurun. Faktor internal organisasi
lainnya misalnya strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan, serta sistem manajemen dan kompensasi. Oleh karena itu,
manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan internal organisasi yang kondusif
sehingga dapat mendukung dan meningkatkan produktivitas karyawan.
(3) Faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor lingkungan eksternal
organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan eksternal
organisasi yang memengaruhi kinerja karyawan.
Menurut Mangkunegara (2001 : 67-68) faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
seorang anggota organisasi adalah :
1. Faktor kemampuan, secara umum kemampuan ini terbagi menjadi 2 yaitu kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill).
2. Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja.
Motivasi seharusnya terbentuk dari awal (by plan), bukan karena keterpaksaan atau
kebetulan (by accident).
Berdasarkan penjelasan di atas maka kinerja dapat diartikan sebagai sebuah produk
atau hasil dari proses manajemen organisasi yang memiliki beberapa indikator dan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu
unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam
lembaga pemerintahan maupun swasta
3. Motivasi Kerja
Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang bertindak atau berperilaku
tertentu. Motivasi membuat seseorang memulai, melaksanakan dan mempertahankan
kegiatan tertentu. Memahami motivasi merupakan tugas penting manajer, karena manajer
bertindak melalui orang lain. Pemahaman mengenai motivasi bukan hal yang mudah.
Merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan tidak nampak dari luar (Mamduh
Hanafi, 2003 : 306).
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di
perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri
karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap
mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat
motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal (Mangkunegara, 2005 : 61).
Dalam organisasi, motivasi merupakan salah satu bagian dalam proses pengarahan
(directing). Greenberg dan Baron dalam Anies S.M. Basalamah (2004 : 119) mendefiniskan
motivasi sebagai seperangkat proses yang mendorong, mengarahkan dan menjaga perilaku
manusia ke arah pencapaian beberapa tujuan.
Robbin dalam Anies S.M. Basalamah (2004 : 119) mendefiniskan motivasi sebagai
proses yang menimbulkan intensitas seseorang, mengarahkan dan menjaga agar orang
tersebut tetap berupaya mencapai suatu tujuan.
Sementara itu menurut George dan Jones dalam Anies S.M. Basalamah (2004 : 119)
mendefiniskan motivasi bukan sebagai suatu proses tetapi merupakan sebuah kondisi,
yaitu faktor faktor psikologis yang ada dalam diri seseorang yang menentukan arah bagi
perilaku bersangkutan, serta tingkatan konsistensi yang bersangkutan dalam menghadapi
tantangan.
Terdapat pula beberapa teori motivasi yang dapat memberikan penjelasan mengenai
motivasi kerja para anggota organisasi. Ada tiga teori motivasi kerja yaitu (Mamduh Hanafi,
2003 : 310) :
a. Teori Motivasi Maslow
Ada lima hirarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan fisik seperti rasa lapar, haus,
perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan keamanan, yaitu kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan
dari bahaya, ancaman, perampasan, atau pemecatan.
3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan akan
menjalin hubungan dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki serta
diterima dalam suatu kelompok, rasa kecurangan, persahabatan, dan kasih
sayang.
4. Kebutuhan pengakuan, yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan,
kehormatan diri, reputasi dan prestasi.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan pemenuhan diri, untuk
mempergunakan potensi diri, untuk mengembangkan diri semaksimal
mungkin, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok dengan dirinya.
b. Teori Motivasi Dua Faktor
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh kelompok yang dipimpin Clayton
P. Alderfer, mereka mengambil kesimpulan bahwa ada dua kelompok faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja seseorang dalam perusahaan atau institusi yaitu
pemuas kerja (job satisfiers) yang berkaitan dengan isi pekerjaan yang disebut
motivators (meliputi prestasi kerja, pengakuan penghargaan, pekerjaan itu
sendiri, tanggungjawab, promosi); dan penyebab ketidakpuasan kerja (job
dissatisfiers) yang berkaitan dengan kondisi pekerjaan yang disebut faktor-faktor
higienis, yang meliputi kebijakan dan administrasi pekerjaan, pengawasan teknis,
gaji, hubungan antar pribadi dengan rekan dan atasan, dan kondisi kerja.
c. Teori Motivasi David Mc Clelland
Menerut teori ini, ada tiga kebutuhan penting yang mendorong orang untuk
berbuat atau bertindak, yaitu :
1. Kebutuhan prestasi, tercemin pada keinginan seseorang mengambil tugas yang
dia dapat bertanggung jawab secara pribadi, keinginan untuk mencapai tujuan
dengan memperhitungkan resikonya, dan berusaha melakukan sesuatu secara
kreatif dan inovatif.
2. Kebutuhan afiliasi, tercemin pada keinginan seseorang untuk menjalin hubungan
dengan orang lain, bersahabat, dimana dia lebih mementingkan aspek hubungan
pada pekerjaan, senang bergaul, berusaha mendapatkan persetujuan dari orang
lain.
3. Kebutuhan kekuasaan, tercemin pada keinginan seseorang untuk mempunyai
pengaruh atas orang lain, dia berusaha menguasai orang lain, mengarahkan dan
mengatur dengan cara membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu
menjaga reputasinya agar dia tetap bisa berpengaruh.
Adapun model-model pengukuran motivasi kerja juga telah banyak dikembangkan, di
antaranya oleh McClelland dalam Mangkunegara (2005 : 68) mengemukakan 6 (enam)
karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu : (1) Memiliki tingkat
tanggung jawab pribadi yang tinggi, (2) Berani mengambil dan memikul resiko, (3) Memiliki
tujuan realistik, (4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasikan tujuan, (5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan
yang dilakukan, dan (6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Balai Diklat Keuangan Makassar, Kompleks
Perkantoran Gedung Keuangan Negara Jl. Urip Sumoharjo km. 4 Makassar. Penelitian
dilakukan selama dua bulan yaitu sejak bulan Oktober hingga Nopember 2012.
B. Populasi dan Sampel
Populasi diartikan sebagai jumlah keseluruhan anggota yang diteliti, sedangkan
sampel merupakan bagian yang diambil dari populasi (Dalam Istijanto Oei, 2010:115).
Populasi dalam penelitian adalah adalah para pegawai Balai Diklat Keuangan
Makassar. Populasi berjumlah 31 orang. Rincian populasi berdasarkan subbagian/seksi dan
golongan pegawai Balai Diklat Keuangan Makassar dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1
Populasi Penelitian
No.
Subbag/Seksi
1.
Kepala
2.
Umum
3.
Penyelenggaraan
4.
Evaluasi dan Informasi
5.
Widyaiswara
Jumlah
Jumlah
1
12
8
7
3
31
Adapun sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik saturation
sampling (sampel jenuh). Teknik ini dipakai jika semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil atau penelitian ingin membuat
18 sangat kecil (Sugiyono, 2008). Berdasarkan hal
generalisasi dengan kesalahan yang
tersebut, maka jumlah sampel penelitian ditetapkan sebanyak 31 orang.
1.
2.
10
11
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Profil Singkat Balai Diklat Keuangan Makassar
Balai Diklat Keuangan Makassar, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
66/PMK.01/2009 tanggal 1 April 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan, merupakan unit pelaksana teknis Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan
pendidikan, pelatihan, dan penataran keuangan negara dengan wilayah kerja meliputi
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Papua, Papua Barat.
Dalam melaksanakan
menyelenggarakan fungsi :
1.
Penyusunan program
keuangan negara;
tugas
dimaksud,
penyelenggaraan
Balai
Diklat
pendidikan,
Keuangan
pelatihan,
2.
3.
4.
dan
Makassar
penataran
5.
6.
Struktur organisasi Balai Diklat Keuangan Makassar sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 66/PMK.01/2009 tanggal 01 April 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan adalah sebagai berikut :
1. Kepala Balai Diklat Keuangan Makassar
2. Kepala Sub Bagian Umum
3. Kepala Seksi Penyelenggaraan
4. Kepala Seksi Evaluasi dan Informasi
5. Koordinator Kegiatan Urusan Tata Usaha dan Keuangan
6. Koordinator Kegiatan Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga
7. Koordinator Kegiatan Urusan Penyelenggaraan I
8. Koordinator Kegiatan Urusan Penyelenggaraan II
9. Koordinator Kegiatan Urusan Evaluasi
10. Koordinator Kegiatan Urusan Informasi
11. Kelompok Widyaiswara
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
Setelah melakukan analisis regresi linier sederhana melalui program SPSS For
Windows diperoleh hasil sebagaimana pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2
12
Model
(Constant
)
Motivasi
1.088
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : data primer (diolah)
.237
.650
t
-.074
Sig.
.942
4.600
.000
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, diperoleh koefisien regresi yaitu nilai konstanta () =
-0,393 dan b = 1,088 sehingga model persamaan regresi adalah sebagai berikut :
Y = -0,393 + 1,088X
Dari persamaan di atas, dapat dinyatakan bahwa :
1. Jika faktor motivasi kerja sama dengan 0 maka kinerja pegawai akan mengalami
penurunan sebesar 0,393 satuan, dengan asumsi bahwa faktor lainnya di luar model
selain motivasi kerja seperti kepemimpinan, lingkungan, gaji dan tunjangan,
kepuasan kerja dan lainnya dianggap tetap.
2. Jika faktor motivasi kerja meningkat sebesar 1 satuan maka kinerja pegawai akan
mengalami peningkatan sebesar 1,088 satuan, dengan asusmsi bahwa faktor lainnya
di luar model selain motivasi kerja seperti kepemimpinan, lingkungan, gaji dan
tunjangan, kepuasan kerja dan lainnya dianggap tetap.
Selain nilai koefisien dan persamaan regresi di atas, dalam analisis melalui program
SPSS For Windows juga diperoleh nilai R sebagai nilai korelasi/hubungan antarvariabel
dan nilai R Square sebagai nilai koefisien determinasi sebagaimana Tabel 3 berikut :
Tabel 3
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Model Summary
Mod
el
.650a
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
.422
.402
3.424
13
a. Korelasi positif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati +1 atau sama dengan
1.
b. Korelasi negatif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati -1 atau sama dengan
-1.
c. Tidak ada korelasi, apabila hasil perhitungan korelasi sama dengan 0.
3. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini maka dilakukan uji t untuk
mengetahui apakah variabel bebas yaitu motivasi kerja bepengaruh positif terhadap
variabel terikat yaitu kinerja pegawai.
Setelah dilakukan uji hipotesis melalui program SPSS For Windows diperoleh hasil
sebagaimana Tabel 4 berikut :
Tabel 4
Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Model
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-.393
5.338
(Constant
)
Motivasi
1.088
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : data primer (diolah)
.237
.650
t
-.074
Sig.
.942
4.600
.000
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas, diperoleh nilai t hitung sebesar 4,600. Nilai ini lebih
besar dari nilai t tabel yaitu sebesar 1,7033, dengan menggunakan tingkat kepercayaan
95% atau alpha 0.05 dan degree of freedom (df)=n-2. Selain itu juga diperoleh nilai
sig/significant sebesar 0.000. Nilai ini lebih kecil dari 0,05.
Dari penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa : variabel motivasi kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja pegawai. Sehingga hipotesis
penelitian ini diterima .
4. Pembahasan
Setelah melakukan berbagai pengujian dan analisis data penelitian diperoleh hasil
yang menyatakan bahwa variabel motivasi kerja berpengaruh postif dan signifikan terhadap
variabel kinerja pegawai serta terdapat hubungan/korelasi yang kuat di antara kedua
variabel tersebut, sesuai persamaan : Y = -0,393 + 1,088X, nilai hubungan/korelasi (R) =
0,650 , dan nilai significant = 0,000.
Selain itu, penggunaan instrumen penelitian juga dinyatakan valid dan reliable
sehingga dapat digunakan dan model analisis yang digunakan juga dapat menjelaskan atau
memprediksi variabel kinerja (R Square) hingga 42,2% dari variabel motivasi kerja. Itu
berarti, analisis yang digunakan dapat dinyatakan sebagai model prediksi yang relative
cukup baik.
Penjelasan secara rinci mengenai pengaruh variabel motivasi kerja terhadap kinerja
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Motivasi Kerja
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara
sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi dalam diri seseorang. Dalam
14
15
Para pegawai Balai Diklat Makassar saat ini, berdasarkan hasil analisis di atas, telah
bekerja dan berbuat dengan pendekatan motivasi Human Resource Management. Hal ini
dapat menyatakan bahwa mereka bekerja tidaklah semata-mata karena motivasi gaji dan
tunjangan yang akan diperoleh. Hal ini benar, peneliti sebagai bagian dari objek penelitian
ini juga merasakan bahwa kebijakan remunerasi (tunjangan tambahan di luar gaji) bagi para
pegawai yang dimulai sejak beberapa tahun lalu, ternyata tidak signifikan menjadi motivasi
utama dalam bekerja. Capaian kinerja untuk beberapa indikatornya dalam Indikator Kinerja
Utama (IKU) secara umum dapat direalisasaikan memenuhi target dari tahun ke tahun,
meskipun kebijakan remunerasi relatif mengalami peningkatan.
Saat ini jajaran Kementerian Keuangan telah merumuskan seperangkat nilai moral
yang luhur sebagai pijakan dan rambu bagi para pegawainya. Nilai-nilai tersebut disebut
sebagai Values Kementerian Keuangan. Nilai-nilai tersebut meliputi integritas,
profesionalisme, sinergi, pelayanan dan kesempurnaan. Sesungguhnya kelima nilai moral ini
adalah nilai moral yang dapat menjadi motivasi tersendiri bagi para pegawai dalam bekerja,
khususnya pada Balai Diklat Keuangan Makassar. Sejalan dengan nilai-nilai tersebut,
motivasi para pegawai Balai Diklat Keuangan Makassar seharusnya mampu menjadi bagian
dalam membumikan nilai-nilai tersebut dalam setiap diri pegawai dalam jajaran
Kementerian Keuangan sebagaimana tujuannya dirumuskan.
Maka kewajiban bagi unsur pimpinan saat ini dalam setiap level manajemen
organisasi dalam rangka peningkatan kinerja para pegawainya adalah menjaga, memelihara
dan berupaya menjadikan nilai-nilai motivasi internal yang telah dimiliki dapat teraktualisasi
secara optimal. Upaya yang dapat dilakukan di antaranya dengan system reward and
punishment yang baik, keteladanan dalam kepemimpinan dan aplikasi nilai, komunikasi
efektif dan interaksi horizontal yang intens dan lainnya.
2. Kinerja Pegawai
Kinerja adalah prestasi yang diperoleh seseorang dalam melaksanakan tugas. Kinerja
dalah bagaimana seseorang dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepadanya. Keberhasilan organisasi tergantung pada kinerja para pelaku
organisasi secara individu. Kinerja jenjang individu yang baik, secara simultan
menghasilkan kinerja organisasi yang baik pula (Edy Sutrisno, 2010 : 190).
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja pegawai dengan
mengacu kepada teori yang disebutkan oleh Mathis dan Jackson adalah sebagai berikut :
a. menghasilkan banyak output pekerjaan (kuantitas)
b. menghasilkan output pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan (kualitas)
c. membuat rencana dan jadwal agar pekerjaan dapat berjalan dengan baik
d. masuk dan pulang kantor sesuai dengan jadwal yang ditentukan
e. memiliki tingkat kehadiran yang baik
f. menjalin kerja sama yang baik dengan pimpinan dan rekan sejawat
Dari hasil analisis terlihat bahwa secara umum kondisi objek penelitian, dalam hal ini
para pegawai Balai Diklat Keuangan Makassar telah memiliki kinerja yang relatif baik.
Setiap pegawai telah merasa bahwa dirinya telah berusaha menghasilkan banyak output
pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitas, telah membuat rencana dan jadwal agar
pekerjaan dapat berjalan dengan baik, memiliki tingkat kehadiran yang baik, dan menjalin
kerja sama yang baik dengan pimpinan dan rekan sejawat. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa manajemen kinerja dalam objek penelitian telah sejalan dengan Konsep
New Public Manajemen yang menitikberatkan pada proses pencapaian kinerja organisasi.
Hasil penelitian hanyalah sebuah pendekatan dari satu sisi saja yaitu pengukuran
dari opini para responden yang telah mengalami dan melakukan beberapa poin indikator
yang diukur. Penelitian ini tidak dapat dijadikan sebagai ukuran yang mutlak karena perlu
diukur lebih dalam lagi secara empirik misalnya dari sisi stake holder atau pengguna
layanan kinerja para pegawai.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa variabel
motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Balai Diklat
Keuangan Makassar. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif
(1,088) dan siginifikansi/sig di bawah 0.05 (0.000), berdasarkan persamaan regresi : Y =
-0,393 + 1,088X. Selain itu, diperoleh pula nilai uji t sebesar 4,600 (lebih besar dari t tabel =
1,6991) dan nilai R Square sebesar 0,422 atau 42,2%.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Dalam rangka peningkatan kinerja pegawai Balai Diklat Keuangan Makassar, disarankan
kepada unsur pimpinan untuk terus berupaya menjaga, memelihara dan menjadikan
nilai-nilai motivasi internal yang telah dimiliki oleh para pegawai agar dapat
teraktualisasi secara optimal dengan tidak mengenyampingkan unsur-unsur motivasi
eksternal, misalnya dengan melakukan pola mutasi dan penmpatan pegawai sesuai
dengan kompetensi masing masing.
2. Dalam rangka penelitian lanjutan, diharapkan peneliti yang lainnya dapat meneliti
variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai seperti kepemimpinan,
kompensasi, budaya kerja, pelatihan, kepribadian, pendidikan, stress kerja, komitmen
organisasi, perencanaan karier, dan pemberdayaan karyawan.
3. Sebagai perbandingan dan penyempurna terhadap hasil pengukuran motivasi kerja dan
kinerja dalam penelitian ini, diharapkan peneliti lainnya dapat melakukan pengukuran
17
dari sisi eksternal pegawai yaitu berupa opini dan penilaian dari para stakeholder atau
pengguna layanan kinerja pegawai pada Balai Diklat Keuangan Makassar.
3. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam hasil penelitian ini kemungkinan masih terdapat
kesalahan atau penyimpangan dari yang sebenarnya. Hal ini mungkin karena adanya
keterbatasan waktu dan tenaga peneliti sehingga penelitian ini hanya menitikberatkan pada
salah satu variabel yang mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu motivasi kerja. Padahal,
masih terdapat banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi kinerja pegawai seperti
kepemimpinan, stress kerja, kepuasan kerja, kompensasi, budaya organisasi, kepribadian,
kedisiplinan, diklat dan lainnya.
Selain itu, terdapat pula keterbatasan dengan kemungkinan adanya responden yang
memberikan jawaban tanpa membaca dengan baik dan memahami isi kuesioner yang
diberikan sehingga hasilnya pun kemungkinan tidak sesuai yang diharapkan. Terbukti pula
bahwa salah satu responden tidak bersedia mengisi dan memberikan opini terhadap
pernyataan dalam kolom isian kuesioner sehingga mempengaruhi hasil analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Basalamah, Anies. 2004. Perilaku Organisasi. Penerbit Buku Pilihan, Depok
Hanafi, Mamduh. 2003. Manajemen. Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Irianto, Agus. 2009. Statistik, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Prenada Media Group,
Jakarta.
Kadir, Abdul. 2005. Pengaruh Keadilan Organisasi dan Budaya Organisasi terhadap
Kepuasan Gaji, Komitmen Organisasi dan Kinerja, Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Surabaya.
Keban, Yeremias. T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,
Teori, dan Isu. Gava Media, Yogyakarta
Kriyantono. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Prenada Media Group, Jakarta.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Satker Balai Diklat
Keuangan Makassar Triwulan III Tahun Anggaran 2012
18
19