I.
PENDAHULUAN
pada produk udang yang ditolak oleh negara tujuan ekspor adalah Vibrio
parahaemolyticus, E. coli, dan Salmonella sp (Triwibowo et al., 2013).
Berdasarkan data dari FDA pada tahun 2013, terjadi 281 kasus penolakan
produk ekspor dari Indonesia (import refusal). Sebanyak 64,1% (180 kasus)
merupakan produk perikanan dan 35,9% (108 kasus) merupakan produk non
perikanan. Lebih kurang sebanyak 50% kasus penolakan produk perikanan di
pasar USA disebabkan oleh kontaminasi bakteri patogen seperti Salmonella sp.
dan Listeria monocytogenes. Berdasarkan data dari United Nations Industrial
Development Organization (UNIDO), dalam rentang waktu tahun 2002 2010
rata-rata penolakan ekspor produk perikanan Indonesia ke Jepang, Eropa, dan
Australia berturut-turut sebesar 38, 40, dan 59 kasus. Penyebab dari penolakan
tersebut didominasi oleh kontaminasi bakteri (IDE-JETRO, 2013).
Upaya
yang
dapat
dilakukan
dalam
menghadapi
kemungkinan
kontaminasi bakteri pada udang Vannamei terlebih dahulu perlu diketahui jenis
bakteri yang mengontaminasi. Untuk itu perlu mendeteksi dan identivikasi jenis
bakteri yang menyerang udang Vannamei. Berdasarkan latar blakang tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan prakek magang tentang identifikasi bakteri
pada udang Vannamei di PT. Centralpertiwi Bahari.
I.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktek magang ini adalah mengetahui cara mengidentifikasi
bakteri dan mengetahui bakteri apa saja yang menginveksi udang Vannamei.
Manfaat dari praktek magang ini adalah untuk menambah wawasan,
pengetahuan, ketrampilan, dan mengetahui cara-cara mengidentifikasi bakteri.
II.1.
camaron patiblanco
(Spanyol). Udang putih pasifik atau yang dikenal dengan udang vannamei
digolongkan dalam:
Kingdom : Animalia; Sub kingdom : Metazoa; Filum : Arthropoda; Sub filum :
Crustacea; Kelas : Malacostraca; Sub kelas : Eumalacostraca; Super ordo :
Eucarida; Ordo : Decapoda; Sub ordo : Dendrobranchiata; Famili : Penaeidae;
Genus : Litopenaeus; Spesies : Litopenaeus vannamei.
Fertilization chamber. Lubang pengeluaran telur terletak pada coxae kaki jalan.
Coxae ialah ruas dari kaki jalan dan kaki renang (Pusat Penyuluhan Kementrian
Kelautan Perikanan, 2011).
Ciri khas dari udang Vannamei adalah memiliki kaki yang bercapit yaitu
kaki yang paling depan hingga kaki yang ketiga dan kulit yang terbuat dari citin.
Udang jenis ini termasuk ke dalam kelas crustacea yaitu hewan yang memiliki
tubuh berua-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. Udang Vannamei
adalah salah satu hewan crustacea yang berasal dari laut (Kementrian Kelautan
dan Perikanan, 2011).
II.2. Habitat dan Penyebaran Udang Vannamei (Litopanaeus vannamei)
Udang pada umumnya hidup disemua habitat perairan, diantaranya 89 %
hidup di perairan laut, 10 % dari jenis udang yang ada hidup pada perairan tawar,
dan 1 % udang hidup pada perairan terestorial. Ada beberapa jenis dari udang
yang memiliki toleransi terhadap salinitas, sehingga udang tersebut bisa hidup di
perairan laut, payau dan tawar sesuai dengan kemampuan dari udang untuk
mentolerasi salinitas (Rusmiyati, 2010).
Menurut Kaligis (2010), bahwa pada dasarnya udang jenis ini menyukai
dasar berlumpur. Kedalaman dari garis pantai yaitu sampai sekitar 72 m. Udang
ini juga telah ditemukan di daerah mangrove yang masih alami dan belum
tersentuh. Udang jenis ini dapat beradaptasi dengan perubahan temperatur dan
tekanan yang terjadi pada alam. Udang Vannamei juga dapat beradaptasi pada
salinitas yang sangat rendah dan memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan
yang terjadi di alam.
II.3.
vannamei)
Isolasi Bakteri
Isolasi suatu bakteri ialah memisahkan bakteri tersebut dari lingkungannya
Identifikasi Bakteri
Uji O/F
Media O/F merupakan salah satu media yang digunakan untuk pengujian
10
Uji Katalase
Uji katalase
merupakan
salah
satu
pengujian
biokimia
untuk
e. Uji NaCl
Tujuan dari uji NaCl ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri
tumbuh pada media NaCl. Pembuatan media menggunakan NaCl (sesuai uji) +
11
III.1.
III.
Waktu dan Tempat
METODE PRAKTEK
12
III.2.
13
Indicatir oxidase
O/F
SIM
Nacl
Bacto tripto
TCBS Agar
dilakukan
sebagai
langkah
awal
dalam
mengidentifikasi. Hal ini dilakukan agar alat dan bahan yang akan digunakan
steril dan bebas dari organisme-organisme patogen yang masih melekat pada alatalat tersebut, sehingga kegiatan yang dilakukan tidak terhambat karena ada
kontaminasi dari organisme pathogen yang tidak berasal dari sampel yang
digunakan.
14
Alat berbahan kaca seperti tabung reaksi, botol duran dan cawan petri serta
yang berbahan logam dimasukkan langsung ke autoclave, sedangkan alat yang
terbuat dari plastik dibungkus dahulu menggunakan plastik bening, setelah itu
langsung disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 0C dan
tekanan 1 atm sampai alat otomatis mati, setelah proses autoclave selesai, setelah
semua cawan petri dan tabung reaksi kering dimasukkan ke dalam lemari
penyimpanan. Alat lain seperti gelas ukur dan erlenmeyer disimpan di rak
penyimpanan.
III.4.2.Pembuatan Larutan Pengencer dan Media
a. Larutan Pengencer
Timbang 8,5 g NaCl, larutkan dengan 1 L aquades steril sampai merata.
Tuang dalam Tes Tube 9 mL atau botol schoot 225 mL lalu ditutup. Sterilkan ke
dalam Autoclave pada suhu 121 oC selama 15 menit, setelah dingin dapat
digunakan.
b. Media TSA (Tiosulfat Soy Agar)
Timbang 40 g TSA dan tambahkan NaCl 20g, masukkan ke dalam
Erlenmeyer berisi 1 L aquades steril. Panaskan dengan Hot Plate sampai
mendidih. Sterilkan ke dalam Autoclave pada suhu 121 oC selama 15 menit.
Setelah di Autoclave angkat dan biarkan hangat. Tuang + 12 mL ke dalam petri
dish dan biarkan media membeku, masukkan ke dalam ingkubator (suhu 30 oC).
Catatan : Penggunaan terbaik 48 jam setelah dituang.
c. Media O/F
Pembuatan media menggunakan Peplone (2g) + NaCl (5g) + K 2HPO4
(0,3g) + agar (3g) + Bromthimol blue 0,2% kemudian dilarutkan di dalam tabung
erlenmeyer menggunakan akuades sebanyak 1000 ml dan ditambah Aqua solution
15ml. Panaskan media menggunakkan hot palet dan aduk stir hingga larutan
15
homogen. Tambahkan larutan indicator dan sterilisasi pada suhu 115 oC selama 20
menit. Tambah 1% larutan karbohidrat steril, setelah dingin tuang 1,5 ml ke dalam
tabung reaksi.
d. Media SIM (Sulphide-Indol-Motility)
Pembuatan media SIM mengunakan beberapa bahan diantaranya Meat
extract (3g) + Tryptone (30g) + Na2S2O3.5H2O (0,5g) + Cysteine hydrochloride
(0,2g) + NaCl (5g) + agar 5g kemudian dilarutkan ke dalam tabung Erlenmeyer
menggunakan akuades 1000 ml. Panaskan media menggunakkan hot palet selama
1-2 menit dan aduk stir hingga larutan homogen. Setelah dingin tuang ke dalam
tabung reaksi dan selanjutnya sterilisasi di Autoclave pada suhu 121 oC selama 15
menit. Setelah dingin media dapat digunakan atau disimpan pada ingkubator.
e. Media TCBSA (Tiosulphat-Citrat-BileSalt-Sucrosa Agar)
Timbang sebanyak 89 g TCBS dan tambahkan NaCl 10 g, kemudian
masukkan ke dalam Erlenmeyer berisi 1 L aquades steril (catatan : media TCBS
tidak boleh di Autoclave). Panaskan di atas Hot Plate kemudian stir/aduk, tunggu
sampai mendidih. Setelah mendidih angkat dan biarkan hangat. Setelah media
hangat, tuang + 12 mL ke dalam petridish dan biarkan media membeku, masukkan
ke dalam ingkubator (suhu 30 oC). Catatan : Penggunaan terbaik 48 jam setelah
dituang.
f. Media NaCl (0%, 1%, 3%, 6% dan 8%)
Pembuatan media menggunakan NaCl (sesuai uji) + aquades 100 mL +
bactotripton lalu dipanaskan menggunakan hot palet dan aduk sehingga homogen.
Setelah larutan agak dingin tuangkan ke dalam tabung reaksi. Masukkan dalam
autoclave selama 15 menit pada suhu 121 0C dan tekanan 1 atm. Setelah larutan
dingin kemudian dapat digunakan atau dapat disimpan di ingkubator.
III.4.3. Pengambilan Sampel
16
Sampel udang vannamei yang akan digunakan adalah udang segar yang
berukuran siap panen (DOC 75-90). Udang Vannamei yang akan diidentifikasi
sampel yang diambil iyalah pada bagian hepatopankreas dan ususnya.
Hepatopankreas dan usus diambil masing-masing sebanyak 1g dan diencerkan ke
dalam 9 ml larutan pengencer. Sedangkan untuk sampel seluruh tubuh, udang
diambil sebanyak 4-5 ekor kemudian udang dihaluskan dengan cara diblender.
Setelah halus sampel ditimbang sebanyak 20g dan di encerkan ke dalam 180 ml
larutan pengencer.
17
struktur
mikroskopis,
pengamatan bentuk sel dan formasi koloni bakteri dilakukan dengan pewarnaan
gram. Pewarnaan Gram dilakukan dengan cara membuat preparat ulas dari koloni
bakteri, pembuatan preparat ulas dilakukan dengan cara meletakkan satu tetes
akuades pada kaca objek, kemudian diambil satu koloni bakteri dengan
menggunakan jarum ose steril. Selanjutnya sediaan tersebut difiksasi dengan cara
melintaskan di atas lampu bunsen beberapa kali agar sediaan melekat dan tidak
lepas saat dicuci, kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan gram.
Preparat digenangi rata dengan larutan kristal violet selama 1-2 menit, lalu
dibersihkan dengan akuades dan selanjutnya preparat digenangi dengan larutan
iodin selama 1 menit, kemudian dibersihkan dengan akuades kembli dan ditetesi
dengan menggunakan alkohol sambil digoyang-goyang agar warna kristal hilang,
dan kemudian dibersihkan dengan akuades. Selanjutnya preparat digenangi
safranin 1 % selama 20 detik, cuci dan dikeringkan. Lalu preparat diamati di
bawah mikroskop dengan menambahkan larutan emersi untuk memperjelas warna
dan bentuk bakteri. Kemudian apabila hasil pewarnaan berwarna violet (ungu),
berarti bakteri tersebut adalah bakteri Gram positif (+), dan apabila preparat yang
diwarnai menjadi berwarna pink berarti bakteri tersebut adalah bakteri Gram
negatif (-).
18
merupakan
salah
satu
pengujian
biokimia
untuk
19
Interpretasi hasil : negatif (-) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti
akar hanya pada bekas tusukan inokulasi. Positif (+) : terlihat adanya penyebaran yang
berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan
dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki flagel
(Burrows et al., 2004).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Keadaan PT. Centralpertiwi Bahari
IV.1.1. Sejarah Singkat
Tahun 1994 sebagai kawasan eks hutan register 47 Way Terusan di
Kecamatan Menggala, Kabupaten Lampung Utara (yang kemudian pada tahun
20
21
Tahun 1994 adalah tahun monumental bagi CPB. Sebuah cita-cita besar
muncul untuk memanfaatkan lahan gambut tersebut. Dengan mengusung visi dan
misi bisnis yang besar dan tegas, menciptakan perpaduan unsur kearifan lokal dan
teknologi modern. CPB mengubah kawasan ini menjadi kawasan industrial
pertambakan yang dikenal hingga penjuru dunia. Sebuah kerja yang besar dan
tidak mudah. Gagasan besar memunculkan perusahaan industri pertambakan
udang menemui wujud nyata ketika perusahaan menerima hak resmi pelepasan
sebagai kawasan register 47 dari Menteri kehutanan untuk keperluan tambak inti
rakyat (TIR), luasnya cukup besar yakni 17400 hektar.
Namun menjelajahi bisnis ini bukanlah perkara mudah, kondisi alam
memang mendukung, terutama karena berada di dekat perariran, terlebih di tepi
sungai Way Seputih yang dekat dengan sungai Tulang Bawang yang merupakan
sungai-sungai terbesar di Provinsi Lampung walau begitu infrastruktur di daerah
tersebut masih nol. Meski sulit akses, namun para perambah memanfatkan
kawasan untuk kehidupan mereka mulai dari bercocok tanam hingga tambak
udang tradisional. Mereka lakukan hal ini secara berpindah-pindah sesuai dengan
kemampuan dan daya dukung lingkungan terhadap usaha mereka. Bagi mereka,
kawasan register 47 ini adalah lahan hidup, meski bukan milik mereka.
Berangkat dari dasar pemikiran demikian, maka operasioanal lapangan
dimulai. Pengerjaan dilakukan secara bertahap dan serentak. Disatu sisi dilakukan
land clearing dan pembuatan/pencetakan tambak. Disisi lain, dilakukan pula
proses perekrutan petambak-petambak dari para perambah. Keduanya bukanlah
pekerjaan yang mudah karena semuahnya sama-sama berangkat darai titik nol.
Selama proses land clearing dan pencetakan tambak ternyata alam tak begitu saja
22
bersahabat dengan hasrat dan niat baik perusahaa, maklumlah ini lahan gambut
dan prumpung. Sementara sejak awal lahan tersebut sudah dirancang akan
menjadi tambak modern dengan infastruktur modern dan memenuhi standar
pengelolaan. Proses pembuatan tanggul tambak memakan waktu hampir setahun.
Semnatara pembangunan infrastruktur sekitar 4 tahun. Jumlah tambak yang
tercetak sebanyak 3500 tambak. Untuk tenaga pengerjaan infrastruktur ini selain
direkrut dari lampung juga didatangkan dari Pulau Jawa lantaran jumlah tenaga
yang ada di Lampung masih jauh dari kebutuhan.
Dimulai dari kelestarian lingkungan, PT CPB merasa memiliki kewajiban
dan tanggung jawab untuk memberdayakan perambah hutan menjadi petambak
plasma dan juga melakukan rehabilitasi lahan kritis. Raboisasi pertama kali
dilakukan melakui (AMR) yang dilakukan dalam beberapa tahapan rehabilitasi
lahan kritis juga mendapat sumbangan sejuta pohon dari Menteri Kehutanan
Djamaludin Soeryohadikoesoemo saat itu, yang datang ke lokasi reboisasi dan
melakukan penanaman pohon. Lahan kritis yang menghawatirkan itu berubah
menjadi sabuk hijau (green belt) yang tampak hijau dan asri di sepanjang pantai
Timur Tulang Bawang. Sayangnya hasil reboisasi di ijarah kembalai di era
reformasi. Sehingga sabuk hijau kembali menjadi lahan kritis. Sedangkan hasil
reboisasi yang masih dapat dilihat saat ini adalah yang berada di area pertambakan
udang PT CPB.
IV.1.2. Letak Geografis
PT. Centralpertiwi Bahari merupakan salah satu per usahaan yang ada di
kecamatan Gedung Meneng kabupaten Tulang Bawang. PT. Centralpertiwi Bahari
mempunyai luas wilayah 23.900 hektar yang terdiri dari 17.000 ha hutan bakau.
23
24
antara lain berupa seminar sehari hubungan pola kemitraan inti-plasma, lomba
asah trampil, dan pembinaan penyuluhan terhadap para petambak.
Dengan penekanan terhadap kualitas dan investasi yang berkelanjutan di
bidang peneltian dan pengembangan serta bekerjasama dengan perguruan tinggi
terkemuka dan organisasi penelitian terdepan di bidang bioteknologi dan industri
pangan, perusahaan mampu mendayagunakan teknologi dan inovasi terbaik untuk
memenuhi kebutuhan Indonesia akan produk-produk perikanan yang berkualiatas.
Sebagai hasilnya, saat ini perseroan menjadi pemimpin pasar untuk produkproduk pakan udang dan bibit-bibit udang berkualitas prima. Sebagai perintis di
bidang akuakultur udang CPB terus mengaplikasikan teknologi dan pengetahuan
akuakultur yang termutakhir, yang diharapkan menempatkan PT CPB berada di
posisi terdepan industri diberbagai aspek usaha.
IV.1.4. Keadaan Sosial
Keadaan sosial Penduduk PT CPB bisa dikatakan cukup, baik itu sarana
pendidikan, kesehatan, hunian dan juga air bersih. Hal ini trlihat dari banyaknya
jumlah anak sekolah yang tidak melanjutkan pendidikan ketaraf SMU dan
kemudian malanjutkan ke perguruan tinggi (d2 dan s1) diluar wilayah PT CPB
seperti ; Kota Metro, Kota Gajah, Bandar Lampung, namun disisi lain masih ada
yang berminat melanjutkan jenjang pendidikan di luar pulau Sumatra ( sepereti
daerah jawa) yaitu penulis sendiri. Selain itu juga perawatan fasilitas keagamaan
( Islam, Kristen, Hindu, dsb).
IV.1.5. Kebijakan Sosial
Beberapa kebijakan social yang dibuat PT. Centralpertiwi Bahari
diantaranya :
25
dan
pengembangannya
guna
mendukung
kontribusi-nya
bagi
26
juga dapat diwariskan pada ahli waris. Selama plasma tersebut tetap memiliki
saldo positif di Bank.
Mengenai pola kerjasama PT. Centralpertiwi Bahari dalam bermitra
usahaadalah sebagai berikut: Pihak perusahaan menyediakan pakan udang, listrik,
hunian, kesehatan, tunjangan hidup perbulan baik itu natura maupun gajihan tiap
akhir bulanya. Dan kesepakatan plasma sendiri yaitu loyal pada perusahaan baik
itu melaksanakan budidaya berdasarkan arahan dari teknisi perusahaan, dan untuk
penjualanya plasma diwajibkan menjual hasil budidayanya ke perusahaan dan
tidak diperkenankan untuk menjual ke pihak luar manapun. Jika ada plasma yang
menjual hasil budidaya kepihak luar, maka pihak yang bersangkutan bisa
dipidanakan. Adapun kewajiban masing-masing pihak yaitu seabagai berikut:
1. Hak dan Kewajiban Perusahaan Perusahaan inti memiliki hak dan kewajiban
untuk:
a. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung serta teknologi budidaya
tambak, yang meliputi:
1) Penyediaan sarana dan prasarana fisik berupa penyedian lahan dan pembuatan
tambak, prasarana pendukung, sarana produksi beserta perlengkapan
budidaya.
2) Pelaksanaan riset dan pengembangan teknologi budidaya tambak untuk
meningkatkan produk tambak baik kualitas, kuantitas, dan efisiensi budidaya
tambak.
3) Penyedian tenaga ahli yang membantu memonitor dan memeberikan petunjuk
teknis kepada petambak pelasma.
4) Menentukan jenis budidaya, jadwal budidaya meliputi jadwal tebar, jadwal
panen dan pelaksaan panen.
5) Melaksanakan pembelian produk tambak dengan harga dasar, serta mengolah
dan memasarkanya.
27
28
Misi :
Mengentaskan kemiskinan Dalam struktur organisasi PT. Centralpertiwi
Bahari memiliki sembilan divisi yaitu: Divisi General Affairs And Community
Development, Divisi Food Prosessing Plant, Divisi Aqua Culture, Divisi
Integrated Quality Assurance, Divisi Power Plant, Divisi Contruktion And
Engineering, Divisi Electric Engineering, Divisi Farmer Service dan Divisi
Finance
IV.1.8. Struktur Perusahaan
29
30
Hasil
Bulat
Putih Keruh
Licin
Seperti Tetesan
Hasil
Hasil
Vibrio cholera
Uji Oksidase
Uji Katalase
Uji O/F
Uji Motility
Uji TCBSA
Kuning
Uji NaCl 0%
Uji NaCl 1%
31
Uji NaCl 3%
Uji NaCl 6%
Uji NaCl 8%
Vibrio paraheamolyticus
Uji Oksidase
Uji Katalase
+
+
Uji O/F
Uji Motility
Uji TCBSA
Hijau
Uji NaCl 0%
Uji NaCl 1%
Uji NaCl 3%
Uji NaCl 6%
Uji NaCl 8%
32
33
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan konsumen.
Keamanan pangan pada produk udang Vannamei di PT. Centralpertiwi Bahari
meliputi cemaran bakteri yaitu dengan cara mendeteksi bakteri Vibrio sp,
Salmonella sp dan E. coli pada media selektif.
Media
11700
14600
13200
19800
Vibrio sp
TCBS Agar
Salmonella sp
Salmonella Agar
E.coli
34
metode
pencegahan, metode ini merupakan cara paling efektif, efisien dan aman untuk
dikembangkan. Beberapa cara pencegahan diantaranya adalah :
1. Penerapan biosecurity dengan menggunakan PK atau kaporit secukupnya
ditempatkan pada awal pintu masuk tambak.
2. Pengelolaan sumber lahan tambak dengan baik dan benar seesuai Standar
Oprasi Budidaya.
3. Pemberian Pondguard pada tambak udang sebagai penekan bakteri pathogen
dan meningkatkan kekebalan tubuh pada udang.
4. Sanitasi peralatan yang dilakukan sebelum dan sesudah pemakaian peralatan.
5. Peningkatan kekebalan tubuh spesifik (vaksinasi) dan non-spesifik
(imunostimulan) udang, dan perbaikan kondisi lingkungan budidaya dengan
pemberian bakteri probiotik.
6. Pengelolaan sumber air dan pergantian air budidaya secara rutin apabila
lingkungan perairan budidaya kualitasnya menurun.
35
Gambar 8. Pondguard
Sumber : Data Primer
V.1.
36
penyakit
dapat
dilakukan
dengan
pencegahan
dan
Saran
Pengelolahan tambak udang harus lebih diperhatikan guna mencegah
pathogen,
bakteri
ini
akan
menimbulkan
penyakit
dan
37
Kualitas air yang memburuk membuat bakteri ini bersifat patogen, oleh karena itu
menjaga kualitas perairan tambak adalah salah satu proses pencegahan.
Budidaya udang Vannamei yang mengikuti Standar Oprasional Budidaya
(SOB) yang baik akan menghasilkan panen yang baik pula. Keamanan pakan
(Food Safty) dari hasil produk udang Vannamei (udang segar ataupun udang
olahan) harus lebih diperhatikan, agar produk yang dihasilkan berbaku mutu baik
dan tetap berkualitas export.
DAFTAR PUSTAKA
38
39
LAM PI R AN
40
41
42
Ingkubator
Autoclave
Hot Palet
Coloni Conter
43
Vortek
Microtube
Glass Rod
44
Pengambilan Sampel
Pewarnaan Gram
Perhitingan TVC
45