PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era globaliasi saat ini, keahlian dan keterampilan manusia sangat cepat
berkembangnya terutama pada bidang pengembangan sains dan teknologi. Aplikasi dari
penggunaan sains dan teknologi yang modern dapat diterapkan dalam berbagai bidang salah
satunya bidang hidrologi. Banyak dampak positif yang manfaatnya dapat kita peroleh dari
perkembangan sains dan teknologi di berbagai bidang tersebut. Saat ini, displin ilmu yang
sangat diberikan perhatian khusus oleh dunia internasional adalah radiokimia dan kimia inti.
Dua bidang ilmu tersebut merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari sifat
keradioaktifan unsur.
Penggunaan unsur radioaktif pada beberapa aplikasi lain seperti dalam bidang hidrologi
sangat diperkenankan oleh dunia internasional karena kegunaannya berdampak positif bagi
makhluk hidup,khususnya dalam pengukuran debit air sungai. Pemanfaatan radioisotop
semakin luas dalam berbagai bidang. Secara garis besar, penggunaan radioisotop buatan
dibagi menjadi 2 golongan utama, yaitu : sebagai perunut (tracer) dan sumber radiasi.
Penggunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada pengertian bahwa isotop radioaktif
mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil yaitu, menambahan bahan radioisotop
tersebut ke dalam suatu sistem (baik sistem fisika, kimia, maupun biologi). Jadi suatu isotop
radiaktif melangsungkan reaksi kimia yang sama seperti isotop stabilnya. Sedangkan
penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan bahwa radiasi
yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun makhluk hidup. Radiasi
dapat digunakan untuk memberi efek fisis, efek kimia, maupun efek biologi.. Karena
radioisotop tersebut mempunyai sifat kimia yang sama dengan sistem tersebut maka
radioisotop yang telah ditambahkan dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga
perubahan senyawa pada sistem dapat dipantau.
Dengan menggunakan perunut radioisotop, berbagai masalah dalam bidang hidrologi
akan dapat dipecahkan dengan cara langsung yang jauh lebih cepat dari cara konvensional
yaitu dengan menggunakan alat ukur (current meter). Karena dalam keadaan sungai banjir
pengukuran tetap dapat dilaksanakan.Sedangkan teknik yang menggunakan cara konvensional
yaitu dengan menggunakan teknik current meter yaitu teknik yang digunakan untuk
mengukur aliran pada air rendah. Alat ini merupakan alat pengukur kecepatan yang paling
banyak digunakan karena memberikan ketelitian yang cukup tinggi, namun dalam
pelaksananaannya sangat sulit untuk dilakukan. Kecepatan aliran yang diukur adalah
kecepatan aliran titik dalam satu penampang aliran tertentu. Prinsip yang digunakan adalah
adanya kaitan antara kecepatan aliran dengan kecepatan putar baling-baling currentmeter
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang mendasari penulisan ini adalah untuk mengetahui perbandingan
metode antara perunutan radioisotop dan current meter dalam menghitung debit air
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah mengetahui teknik/metode yang lebih
sederhana dalam menentukan debit air.
D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan ini
BAB II
PENGKAJIAN
A. Radioisotop sebagai Perunut
Salah satu kegunaan radioisotop yaitu sebagai perunut, karena perpindahannya dapat diikuti
berdasarkan sinar radiasi yang dipancarkan. Sebagai perunut, radoisotop ditambahkan ke dalam
suatu sistem untuk mempelajari sistem itu, baik sistem fisika, kimia maupun sistem biologi. Oleh
karena radioisotop mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop stabilnya, maka radioisotop
dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perpindahan perubahan senyawa itu
dapat dipantau.
Dasar metode perunut radioisotop adalah pengenceran perunut. Perunut radioisotop dalam
jumlah yang tidak membahayakan dilepaskan pada bagian hulu sungai, kemudian dipantau
kosentrasinya di bagian hilir. Perubahan kosentrasi yang diakibatkan oleh aliran (debit) sungai
dapat diketahui dari perubahan intensitas pancaran radioisotop yang diukur langsung di dalam
aliran air sungai itu. Salah satu radioisotop yang digunakan adalah isotop Na-24. Digunakannya
isotop Na-24 sebagai isotop perunut karena isotop tersebut dapat memenuhi syarat sabagai tracer,
yaitu :
a. Tidak berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup di sekelilingnya.
b. Jumlah radioisotop yang dilepaskan ke lingkungan dapat diperhitungkan sehingga tidak
terjadi pelepasan zat radioaktif yang berlebihan ke lingkungan.
c. Radioisotop yang digunakan harus larut dalam air.
d. Radioisotop tidak akan diserap oleh tanah, tanaman maupun organisme hidup lainnya
B.current meter
Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan berupa alat pengukur arus (current meter). Pengukuran debit dengan menggunakan
current meter (alat ukur arus) dilakukan dengan cara merawas, dari jembatan, dengan
menggunakan perahu, dengan menggunakan winch cable way, menggunakan cable car, metode
pelampung, menggunakan metode ACDP, dan menggunakan metode bangunan hidraulik.
Alat ini terdapat dua macam yaitu, current meter dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak.
Bagian-bagian alat ini terdiri dari :
a. Baling-baling sebagai sensor terhadap kecepatan, terbuat dari streamline styling
yang dilengkapi dengan propeler, generator, sirip pengarah dan kabel-kabel.
b. Contact box, merupakan bagian pengubah putaran menjadi signal elektrik yang
berupa suara atau gerakan jarum pada kotak monitor berskala, kadang juga dalam
bentuk digital,
c. Head phone yang digunakan untuk mengetahui jumlah putaran baling-baling (dengan
suara klik), kadang bagian ini diganti dengan monitor box yang memiliki jendela
penunjuk kecepatan aliran secara langsung
Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung dan posisi kabel penduga tidak
tegak lurus terhadap muka air, maka kedalaman air harus dikoreksi dengan besarnya sudut
penyimpangan
Pengukuran debit dengan menggunakan current meter dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya:
a. Merawas
Pengukuran dengan merawas dilakukan apabila kedalaman air tidak lebih dari 1,2 m dan
kecepatan air lebih kecil dari 1 m/detik, apabila kedalaman dan kecepatan arus air lebih dari
kriteria tersebut maka pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu
pengukuran yang lain.
Tahapan pengukuran dengan menggunakan current meter adalah sebagai berikut:
1) Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu:
o (satu) set alat ukur arus atau current meter lengkap
o (dua) buah alat penduga kedalaman (stang/stick) panjang masing-masing 1 m
o Kartu Pengukuran
o Alat Tulis
o Alat pengambilan sample air
o Botol tempat sample air
o Peralatan penunjang lainnya seperti topi, sepatu lapangan dll.
2) Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan posisi tegak lurus dengan
arah arus air dan tidak melendut
3) Tentukan titik pengukuran dengan jarak antar vertikal 1/20 dari lebar sungai dan jarak
minimum = 0.50 m
4) Berikan tanda pada masing-masing titik
5) Baca ketinggian muka air pada pelskal
6) Tulis semua informasi / keterangan yang ada pada kartu pengukuran seperti nama sungai
dan tempat, tanggal pengukuran, nama petugas dll.
7) Catat jumlah putaran baling baling selama interval waktu yang telah ditentukan (40 70
detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih lama (misal 70 detik), apabila
arus air cepat waktu yang digunakan lebih pendek (misal 40 detik)
8) Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan menggunakan rumus
baling-baling tergantung dari alat bantu yang digunakan (tongkat penduga dan berat
bandul)
9) Hitung kecepatan (v) rata-rata pada setiap vertikal dengan rumus :
Apabila pengukuran dilakukan pada 1 titik (0.5 atau 0.6 d)
contoh (vertikal 2) maka v rata rata = v pada titik tersebut
Apabilapengukuran dilakukan pada 2 titik (0.2 dan 0.8 d)
contoh (vertikal 3) maka v rata rata = (v02+ v08 ) / 2
Apabilapengukuran dilakukan pada 3 titik (0.2 0.8 d dan 0.6 d)
contoh (vertikal 4) maka v rata rata = [{(v02 + v06 ) / 2} + (v05 atau v06 )] / 2
10) Hitung luas sub / bagian penampang melintang
11). Hitung debit pada setiap sub / bagian penampang melintang
12). Ulangi kegiatan pada butir 10 sampai dengan butir 12 untuk seluruh sub bagian
penampang
13) Hitung debit total (Q total)
Debit total dihitung dengan cara menjumlahkan debit dari seluruh debit pada sub/ bagian
penampang Q (total) = q1 + q2 + q3 + + qn
14) Hitung luas seluruh penampang melintang (A)
Luas seluruh penampang melintang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh luas
pada sub/bagian penampang dengan : A = a1 + a2 + a3 + + an
b. Perahu
Pengukuran debit menggunakan perahu adalah petugas pengukur menggunakan sarana
perahu sebagai alat bantu pengukuran. Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 1 orang
petugas memegang dan menggeser perahu, 1 orang petugasmengoperasikan peralatan dan 1
orang petugas mencatat data pengukuran.
c. Sisi jembatan
Pengukuran debit dari sisi jembatan adalah pengukuran dilakukan dari sisi jembatan
bagian hilir aliran dan sebaiknya jembatan yang digunakan tidak terdapat pilar. Peralatan
yang digunakan adalah bridge crane, sounding reel, tagline, dan 1 set current meter
ditambah pemberat yang beratnya tergantung dari kecepatan aliran. Petugas pengukur
minimal terdiri dari 3 orang, 2 orang petugas mengoperasikan bridge crane dan peralatan
pengukur dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran.
Pengukuran dari sisi jembatan dilakukan apabila pada lokasi pos terdapat fasilitas
jembatan, dengan kondisi kedalaman air lebih dari 2 m dan kecepatan airnya cukup deras
sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran dengan menggunakan perahu.
Peralatan Pengukuran
1. alat pengukur jarak
2. alat pelampung
3. alat pengukur waktu (stop watch)
4. alat penyipat ruang (theodolith)
Tahapan Pengukuran
a. Persiapan
1. Pilih lokasi pengukuran
2. Siapkan pelampung
3. Siapkan peralatan untuk mengukur jarak antara dua penampang
4. Siapkan peralatan untuk menentukan posisi lintasan pelampung
5. Siapkan peralatan untuk memberi aba-aba
6. Siapkan alat pencatat waktu
7. Siapkan alat tulis
b. Pelaksanaan Pengukuran
1. Lakukan pembacaaan tinggi muka air pada pos duga air di awal pengukuran
2. Letakan alat penyipat ruang di tengah-tengah antara penampang hulu & hilir
3. Ukur jarak antara penampang hulu dan penampang hilir
4. Lepaskan pelampung kira-kira 10 meter di hulu penampang hulu
5. Ukur sudut azimuth posisi pelampung pada saat pelampung melalui
penampang hulu dan penampang hilir. Pada saat itu juga catat waktunya
6. Ulangi pekerjaan (d) dan (e) sampai pelampung terakhir
7. Catat tinggi muka air pada akhir pengukuran
c. Perhitungan Debit
1. Gambar penampang basah di hulu dan hilir
2. Gambar lintasan pelampung
3. Hitung panjang tiap lintasan pelampung
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. IAEA, Stable Isotope Hydrology; Na -24 in Water Cycle, Technical Report series
no. 210, IAEA, Vienna, (1981).
2. BEDMAR, A. P. and ARAGUAS, L., Detection and Prevention of Leaks from Dams,
A.A. Balkema Publishers, Lisse, (2002).
3. ERIKSSON, E., Stable Isotopes and Tritium in Precipitation, Guide book on
Nuclear Techniques in Hydrology, Technical Report series no. 91, IAEA, Vienna,
1934(1983).
4. DAGSTAN, Studi Asal-Usul Air Rembesan/Bocoran Waduk Jatiluhur, Wlingi, dan
Ngancar dengan Teknik Isotop Alam, Laporan akhir, DAGSTAN, Jakarta, (1999).
5. DAVIS, S. N., THOMPSON, G. M., BENTLEY, H. W., STILES, G., Groundwater
Tracers A hort Review, Ground Water, v. 18, no. 1, 14 23 (1980).
6. DROST, W. AND MOSER, H., Leakage from Lakes and Reservoirs, Guide book
on Nuclear Techniques in Hydrology, Technical Report series no. 91, IAEA,
Vienna, 177-186 (1983).
7. GHOSH, P. AND BRAND, W. A., Stable Isotopes Ratio Mass Spectrometri in Global
Climate Change Research, International Journal of Mass Spectrometry, v. 228, 1
33 (2003).
8. GLEICK, P. H., Climate Change, Hydrologi, and Water Resources, Reviews of
Geophysics, v. 27, no.3, 329-344 (1989).
9. SIDAURUK, P., Pengaruh ProsesPenguapan terhadap Perbandingan Kelimpahan
Relatif Deuterium dan Oksigen-18 Dalam Air, Skripsi Sarjana, Fakultas MIPAUNAS, Jakarta, (1987).
20. Kodoatie, R.J., dan Sugiyanto, 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Penerbit Pustaka Relajar (Anggota IKAPI).
Cetakan Pertama.
21. Manan. 1977. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
22. Manan. 1978. Kaidah dan Pengertian Dasar Manajemen Daerah Aliran Sungai. Proceeding
Pertemuan Diskusi Pengelolaan DAS, Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.
23. Martha, J., dan Edidarma, W., 1983. Mengenal Dasar-dasar Hidrologi. Penerbit Nova.
24. Sosrodarsono, S., dan Takeda, 1987. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
25. Soerjono, 1978. Modus Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Lembaga Penelitian Hutan
Bogor, Bogor.
26. Soeranggadjiwa, M.H., M.R. Achlil, A. Mangundikoro, dan Djumrah, 1978. Aspek Institusi
dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Proceeding Pertemuan Diskusi Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai, Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.
27. Susanto H dan Suroso. 2006. Pengaruh Perubahan Tata Guna LahanTerhadap Debit Banjir
Daerah Aliran Sungai Banjaran. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 3 No. 2
28. Subarkah, I. 1978. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Penerbit Idea Dharma,
Bandung.
29. Paembonan, S.1982. Analisis Sistem Biofisik DAS Sadan di Sulawesi Selatan. Disertasi
Program Doktor Institut Pertanian Bogor.
30. Farida dan Meine van Noordwijk, 2004. Analisis Debit Sungai Akibat Alih Guna Lahan dan
Aplikasi Model Genriver pada DAS Way Besal, Sumberjaya. Jurnal ilmiah World
Agroforestry Centre ICRAFSE Asia. Agrivita Vol. 26 No. 1, ISSN :0126-0537.