dikembangkan selama ini yaitu metode Mohr menggunakan ion kromat, CrO42-, untuk
mengendapkan Ag2CrO4 coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk
sebuah kompleks yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN. Dan metode Fajans
menggunakan indikator adsorpsi. (Underwood.2004)
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan
senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada argentometri
memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. (Gandjar,2007)
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard,
Metode K. Fajans, dan metode Leibig.
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai
indkator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik
ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan
membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. (Gandjar,2007)
1. Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dengan suasana asam dengan larutan baku kalium dan
ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat
dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) ntrat atau besi (III) ammonium sulfat
sebagai indicator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat dalam
lingkungan asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion
besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasana basa sehingga titik akhir tidak dapat
ditunjukan. pH larutan dibawah 3, Pada titrasi terjadi perubahan warna 0,7 1 % sebelum
titik ekuaivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan mencapai titik akhir,
titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diarbsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat
bereksi dengan tiosianat. Metode volhard dapat digunakan untuk menetapkan asam klorida,
bromide, dan iondida dalam suasana asam. (Gandjar,2007)
1. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indicator arbsorbsi, yang mana pada titik ekuivalen, indicator
terarbsorbsi oleh endapan. Indicator ini tidak membeikan warna pada larutan, tetapi pada
permukaan endapan. (Gandjar,2007)
Reaksi Pengendapan
Reaksi yang menghasilkan suatu senyawa yang tidak larut dalam larutan
induknya.
Ksp
Konstanta kesetimbangan untuk kelarutan suatu garam. Untuk larutan
jenuh, harga Ksp tersebut berbanding lurus dengan hasil kali konsentrasi
ion-ion pembentuknya.
1.3
Teori Percobaan
Titrasi merupakan analisis yang memungkinkan untuk menentukan
jumlah yang pasti dari suatu larutan yang dilakukan dengan cara
mereaksikannya dengan larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui
dengan pasti.
(Underwood dan Day, 2002)
Titrasi
pengendapan
adalah
titrasi
yang
melibatkan
dengan
ion
perak
Ag+.
Titrasi
ini
biasanya
disebut
sebagai
Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada
umumnya) dengan menggunakan larutan standar Perak Nitrat (AgNO3).
(Indigomorie, 2009)
(s)
(Aq)
AgCl
(s)
+ NaNO3 (Aq)
(Indigomorie, 2009)
b.
dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama,
akibatnya
tidak
terjadi
perubahan
bersih
dalam
sistem
pada
kesetimbangan (Ratna, 2009). Jika bentuk umum suatu zat yang sedikit
larut dalam air adalah AxBy maka persamaan kesetimbangan larutan
tersebut adalah sebagai berikut :
AxBy xAy+
(aq)
+ yBx-
(aq)
yang
digunakan
pada
titrasi
(Miladi, 2010)
pengendapan
yang
tidak dapat dipakai untuk penetapan iodida dan tiosianat secara teliti.
Suasana larutan harus netral yaitu sekitar 6,5 - 10. Bila pH > 10 akan
terbentuk endapan AgOH yang terurai menjadi Ag 2O. Sedangkan dalam
larutan asam, ion kromat bereaksi dengan H+.
2.
Cara Volhard
Pada cara ini larutan garam perak dititrasi dengan larutan garam
tiosianat dalam suasana asam. Indikatornya larutan garam ferri (Fe 3+),
dimana dengan tiosianat membentuk kompleks ferri tiosianat. Cara ini
dipakai untuk penentuan kadar Cl-, Br-, I- dan tiosianat dalam suasana
asam.
3.
Cara Fajans
Pada metode ini, suspensi perak halogenida pada larutan yang
mengandung ion halida akan bermuatan negatif karena mengadsorbsi ion
halida tersebut dan kemudian akan bermuatan positif apabila kelebihan
ion perak. Indikator adsorbsi tidak memberi perubahan warna dalam
larutan, tapi perubahan warna terjadi pada permukaan endapan.
Senyawa organik berwarna yang digunakan untuk mengadsorbsi
pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur organiknya
dan warna tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri menjadi
lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir
pada endapan perak disebut sebagai indikator adsorbsi.
(Underwood, 1999)
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat melalukan titrasi pengendapan
metode mohr
siswa mampu menentukan kadar NaCl pada air laut dan menentukan kadar NaCl pada garam
a.
Dapur
b.
II.
Dasar Teori
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah
satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri
(Day & Underwood, 2001).
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan
menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion
halida(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi
dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Argentometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke
dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan
antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang
dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan
dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan
indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari reagen/analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.(Skoog et
al.,1996)
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur
dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam
dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).
Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan
tertentu.Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan
yang lebihumum mengenai pengendapan dasar larutan adalah :y Pengendapan terjadi jika Q >
Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q < Kspy Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci,
1989).Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam
tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam
tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan
hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur.Umumnya
kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil
kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Petrucci, 1989).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis, dll. (Pantang,2010)
III.
Prinsip Percobaan
Percobaan ini berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran. Adapun pentiter yang digunakan adalah
larutan baku AgNO3.
Titrasi argentometri ini dapat dilakukan dengan 3 macam metode, yaitu:
a. Cara Mohr
Dilakukan dalam suasana netral, sebagai indikatornya digunakan kalium kromat. Titik
akhir titrasi dengan cara ini adalah merah bata.
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan
volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya
didasarkan pada pengukuran volumenya.
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas :
1. Asidimetri dan alkalimetri
2. Oksidimetri
3. Argentometri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion Ag +).
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag +. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga
seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Underwood,1992).
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO 3 yaitu :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan
kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara
sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan
indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan
yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi
netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
(skogg,1965)
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral dengan larutan standar AgNO 3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi
dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0.
Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42-
2H-
Basa : 2Ag+
2OH-
2AgOH
CrO72-
H2 O
H2 O
2 AgOH
Ag2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan
alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium
karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan
kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat
menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan
titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk
sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak
katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion
klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi
membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi.
Sebagai indikator digunakan larutan kromat K 2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak
akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan
indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan
blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti
endapan AgCl.
2CrO4-
2HCrO4
Cr2O72-
2H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak
dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang
besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut. Proses argentometri termasuk dalam
titrasi yang menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri
menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk
menentukan garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat
membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag + sesuai dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :
NaCL + Ag+ AgCl + Na+
KCN + Ag+ AgCl + K+
KCN + AgCN K [Ag(CN)2 ]
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai
larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN - tercapai untuk garam
kompleks K [Ag(CN)2 ] karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini
tidak dapat dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut
menjadi ion komplek diamilum (Harizul, Rivai. 1995).
III. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
a. Statif : 1 buah
b. Klem : 1 buah
c. Corong kaca : 1 buah
d. Kaca arloji : 1 buah
e. Pengaduk kaca : 1 buah
f. Buret asam 50 ml : 1 buah
g. Pipet tetes : 1 buah
h. Neraca timbangan : 1 buah
i. Labu ukur 500 ml : 1 buah
j. Labu ukur 100 ml : 1 buah
k. Erlenmeyer 100 ml : 2 buah
l. Erlenmeyer 250 ml : 1 buah
m. Gelas beker 250 ml : 1buah
n. Gelas ukur 50 ml : 1 buah
2. Bahan yang digunakan
Cara Kerja :
Siapkan larutan NaCl 0,1000 N sebanyak 1000 mL dengan cara melarutkan 5,80 gram
NaCl p.a (telah dikeringkan dalam oven 110oC selama 1 jam) dengan aquades di
dalam labu ukur 1000 ml.
Siapkan larutan AgNO3 0,1000 N sebanyak 500 mL dengan cara melarutkan 9,00
gram AgNO3 dengan aquades di labu ukur 500 mL.
Ambil 25,00 mL NaCl dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml,
tambah 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan sampai pertama kali terbentuk
warna merah bata.
Tujuan :
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandardisasi larutan garam
dapur dengan larutan standar AgNO3 menggunakan metode Mohr (Garam dapur telah
dikeringkan didalam oven selama 1 jam dengan suhu 1100C)
Cara Kerja :
Larutkan 1,00 gram garam dapur dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL.
Ambil 25,00 mL larutan garam dapur tersebut, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250
mL, tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai terbentuk warna merah bata.
Tujuan :
Menentukan kadar ion klorida dalam air laut dengan cara menstandardisasi larutan air laut
dengan larutan standar AgNO3.
Cara Kerja :
Larutkan 5,00 mL sampel air laut dengan aquades 25 mL didalam erlenmeyer 250
mL
Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna merah
bata.
ARGENTOMETRI
Agentomentri atau Titrasi pengendapan adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat.
Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan endapan cara
ini dipakai untuk penetapan kadar ion haliuda, anion yang dapat membentuk endapan garam
perak, atau untuk penetapan kadar perak tersebut.
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara titrasi jika
reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi. Beberapa reaksi
pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti
gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan berlangsung
sempurna . hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan harus cukup kecil sehingga
pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak
boleh terjadi demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit
sekali indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang
digunakan untuk melihat titik akhir (Underwood, 1999)
Tergantung dari tujuan penetapan kadar, maka dikenal 3 macam metoda argentometri, yaitu :
metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans.
1. Metode Mohr
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 10. Dalam larutan yang lebih
basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat
dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada
dalam
kesetimbangan
dengan
dikromat
:
2H+
+
2CrO422HCrO4
Cr2O72+
H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak
dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya menimbulkan
galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut (Svehla, 1990).
Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan juga ion
sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion iodida
dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida, dengan
menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik
kesetaraan melarut kembali dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida
standar secara berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator
kromat (Svehla, 1990).
2. Metode Volhard
Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode
Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi, Ag(CNS)
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang berlebih bereaksi dengan Fe(III)
membentuk warna merah gelap (FeCNS)++. Jumlah thiosianat yang menghasilkan warna
harus sangat kecil. Jadi kesalahan pada titik akhir harus sangat kecil, dengan cara mengocok
larutan dengan kuat pada titik akhir tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat
didesorpsi. Pada metode Volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam
karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 yang ditambahkan berlebih ke
larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag tersebut kemudian di titrasi balik dengan
menggunakan Fe(III) sebagai indikator, tetapi cara ini menghasilkan suatu kesalahan karena
AgCNS
kurang
larut
dibandingkan
AgCl.
Sehingga
:
AgCl
+
CNSAgCNS
+
ClAkibatnya lebih banyak NH4CNS diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan lebih
rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi
balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga melindungi AgCl dari
reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat reaksi. Hal ini dapat
dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan
bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna
merah hilang (Khopkar, 1990)
3. Metode Fajans
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan indikator adsobsi.
Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir
ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan,
tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsobsi
indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada
permukaan (Harjadi, 1993)