Anda di halaman 1dari 16

PERANCANGAN SISTEM SCADA PADA GARDU INDUK

1. Pengertian SCADA
SCADA adalah singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition. Tujuannya adalah agar
seorang operator, disebut dengan dispatcher, dapat melakukan dan memanfaatkan hal-hal berikut:
a. Telemetering (TM) Dispatcher memanfaatkan TM untuk kebutuhan pemantauan meter, baik
daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam kV, dan arus dalam Ampere.
Dengan demikian dispatcher dapat memantau meter dari keseluruhan jaringan hanya dengan
duduk di tempatnya, tentu saja dengan bantuan peralatan pendukung lainnya seperti telepon.
b.Telesinyal (TS) Dispatcher dapat memanfaatkan TS untuk mendapatkan indikasi dari semua
alarm dan kondisi peralatan tertentu yang bisa dibuka (open) dan ditutup (close)
c.Telekontrol (TC) Dispatcher dapat melakukan kontrol secara remote, hanya dengan menekan
satu tombol, untuk membuka atau menutup peralatan sistem tenaga listrik
Untuk kepentingan dimaksud di atas, seorang dispatcher akan dibantu dengan suatu sistem
SCADA yang terintegrasi yang berada di dalam ruangan khusus, dan disebut dengan Control
Center. Ruangan tersebut bergabung dengan ruangan khusus untuk menempatkan komputerkomputer disebut dengan Master Station.
SCADA yang dioperasikan di control center mencakup berbagai aplikasi yaitu sebagai berikut:
-Akuisisi data
-Supervisory control
-Pemantauan data, pemrosesan event (kejadian) dan alarm
-Kalkulasi data
-Tagging (penandaan)
-Perekaman data - Pelaporan
Infrastruktur pendukung serta peralatan penunjang lainnya, yaitu telekomunikasi, Remote
Terminal Unit (RTU), transducer, dan lain sebagainya harus tersedia. Telekomunikasi digunakan
sebagai jalan komunikasi data maupun suara antara control center dengan site (lokasi). RTU
digunakan sebagai unit terminal untuk mengendalikan, mengakuisisi data, dan mensupervisi sebuah
Gardu Induk, dan selanjutnya mengirimkan data tersebut ke control center dimaksud.

2. SCADA Pada Gardu Induk


Pada standard perancangan SCADA Gardu Induk Perusahan Listrik Negara(PLN) menggunakan
standard dibawah ini.

Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik terutama


pengendalian operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote
Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region Control Center), dan jaringan telekomunikasi
data antara RTU dan Master Station. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit
yang hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan tinggi
melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian
diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan
melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah
yang dikirim dari RCC.

Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan data dengan cepat setiap saat
(real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat dengan cepat memberikan peringatan pada
Dispatcher bila terjadi gangguan pada sistem, sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat
diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa kondisi ON / OFF peralatan transmisi daya,
kondisi sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di komponen
transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda, bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid
maka operator akan dapat megetahui dengan mudah.
Fungsi kendali pengawasan mengacu pada operasi peralatan dari jarak jauh, seperti switching
circuit breaker, pengiriman sinyal balik untuk menunjukkan atau mengindikasikan kalau operasi yang
diinginkan telah berjalan efektif. Sebagai contoh pengawasan dilakukan dengan menggunakan
indikasi lampu, jika lampu hijau menyala menunjukkan peralatan yang terbuka (open), sedang lampu
merah menunjukkan bahwa peralatan tertutup (close), atau dapat menampilkan kondisi tidak valid
yaitu kondisi yang tidak diketahui apakah open atau close. Saat RTU melakukan operasi kendali
seperti membuka circuit breaker, perubahan dari lampu merah menjadi hijau pada pusat kendali
menunjukkan bahwa operasi berjalan dengan sukses.
Operasi pengawasan disini memakai metode pemindaian (scanning) secara berurutan dari
RTU-RTU yang terdapat pada Gardu Induk-Gardu Induk. Sistem ini mampu mengontrol beberapa
RTU dengan banyak peralatan pada tiap RTU hanya dengan satu Master Station. Lebih lanjut, sistem
ini juga mampu mengirim dari jarak jauh data-data hasil pengukuran oleh RTU ke Master Station,
seperti data analog frekuensi, tegangan, daya dan besaran-besaran lain yang dibutuhkan untuk
keseluruhan / kekomplitan operasi pengawasan .
Keuntungan sistem SCADA lainnya ialah kemampuan dalam membatasi jumlah data yang
ditransfer antar Master Station dan RTU. Hal ini dilakukan melalui prosedur yang dikenal sebagai
exception reporting dimana hanya data tertentu yang dikirim pada saat data tersebut mengalami
perubahan yang melebihi batas setting, misalnya nilai frekuensi hanya dapat dianggap berubah
apabila terjadi perubahan sebesar 0,05 Herzt. Jadi apabila terjadi perubahan yang nilainya sangat
kecil maka akan dianggap tidak terjadi perubahan frekuensi. Hal ini adalah untuk mengantisipasi sifat
histerisis sistem sehingga nilai frekuensi yang sebenarnya dapat dibaca dengan jelas.
Master Station secara berurutan memindai (scanning) RTU-RTU dengan mengirimkan pesan
pendek pada tiap RTU untuk mengetahui jika RTU mempunyai informasi yang perlu dilaporkan. Jika
RTU mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU akan mengirim pesan balik pada Master
Station, dan data akan diterima dan dimasukkan ke dalam memori komputer. Jika diperlukan, pesan
akan dicetak pada mesin printer di Master Station dan ditampilkan pada layar monitor.
Siklus pindai membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik (maksimal 10 detik). Siklus pindai
yaitu pemindaian seluruh remote terminal dalam sistem. Ketika Master Station memberikan perintah
kepada sebuah RTU, maka semua RTU akan menerima perintah itu, akan tetapi hanya RTU yang

alamatnya sesuai dengan perintah itulah yang akan menjalankannya. Sistem ini dinamakan dengan
sistem polling. Pada pelaksanaannya terdapat waktu tunda untuk mencegah kesalahan yang
berkaitan dengan umur data analog. Selain dengan sistem pemindaian, pertukaran data juga dapat
terjadi secara incidental ( segera setelah aksi manuver terjadi ) misalnya terjadi penutupan switch
circuit breaker oleh operator gardu induk, maka RTU secara otomatis akan segera mengirimkan
status CB di gardu induk tersebut ke Master Station. Dispatcher akan segera mengetahui bahwa CB
telah tertutup.
Ketika operasi dilakukan dari Master Station, pertama yang dilakukan adalah memastikan
peralatan yang dipilih adalah tepat, kemudian diikuti dengan pemilihan operasi yang akan dilakukan.
Operator pada Master Station melakukan tindakan tersebut berdasar pada prosedur yang disebut
metode select before execute (SBXC), seperti di bawah ini:
1.) Dispatcher di Master Station memilih RTU.
2.) Dispatcher memilih peralatan yang akan dioperasikan.
3.) Dispatcher mengirim perintah.
4.) Remote Terminal Unit mengetahui peralatan yang hendak dioperasikan.
5.) Remote Terminal Unit melakukan operasi dan mengirim sinyal balik pada Master Station
ditunjukkan dengan perubahan warna pada layar VDU dan cetakan pesan pada printer
logging.
3. Konfigurasi Akuisisi Data dengan RTU dan Control Center
Agar dapat berkomunikasi dengan RTU, di control center dibutuhkan suatu perangkat interface.
Perangkat interface ini dahulu disebut dengan nama Front End, namun pada perkembangannya
disebut dengan nama Sub Sistem Komunikasi. Sub sistem komunikasi data harus dapat melakukan
polling ke RTU dan control center lain. Polling dapat dianalogikan seperti pengabsenan, sehingga sub
sistem komunikasi akan melakukan pengabsenan secara teratur sesuai waktu yang ditentukan
terhadap RTU. Sub sistem komunikasi data dapat mendukung beberapa konfigurasi point to point,
loop, multipoint, partyline menggunakan rute utama dan rute alternatif.
Apabila terjadi gangguan pada komunikasi utama, maka perangkat lunak dari subsistem komunikasi
secara otomatis memindahkan ke link komunikasi alternatif (back up). Sub sistem komunikasi secara
periodik melakukan polling ke RTU pada link back up yang diberi tugas sebagai link komunikasi
pengganti.
Sub sistem komunikasi dapat mendukung konfigurasi komunikasi sebagai berikut :

a. Konfigurasi titik ke titik (point to point)

Konfigurasi ini menghubungkan dua terminal telekontrol dan merupakan tipe yang paling
sederhana.
b. Konfigurasi banyak titik ke satu titik (multipoint to point)

Control center dihubungkan ke terminal luar dengan satu terminal hubung setiap terminal luar.
Pada setiap saat, semua terminal luar diijinkan mengirimkan data ke pusat pengatur, dan control
center dapat mengirimkan pesan ke satu atau lebih terminal-terminal luar secara bersamaan.
c. Konfigurasi banyak titik-bintang (multipoint star)

Control center dihubungkan ke lebih dari satu terminal luar dengan satu terminal hubung yang
sama. Pada setiap saat, hanya satu terminal luar yang diijinkan mengirimkan data ke control
center. Peralatan telekontrol pusat dapat mengirimkan data ke satu atau lebih terminal - terminal
luar yang dipilih atau secara bersamaan.

d.Configurasi banyak titik-saluran bersamaan (partyline)

Control center dihubungkan ke lebih dari satu terminal luar oleh suatu jalur yang sama. Batasanbatasan yang terjadi pada saat pertukaran antara pusat dan terminal-terminalluar sama dengan
pada konfi-gurasi banyak titik-bintang.
e. Konfigurasi banyak titik-cincin (loop)

Jalur komunikasi antara semua terminal membentuk suatu cincin. Ini merupakan suatu metode
yang lebih disukai untuk memperbaiki kehandalan dari jalur komunikasi. Jika jalur terpotong pada
beberapa lokasi, komunikasi yang utuh masih dapat dipertahankan, karena setiap terminal dapat
dijangkau dari dua sisi cincin.
f. Konfigurasi Gabungan

Konfigurasi-konfigurasi

yang

disebutkan

di

atas

dapat dikombinasikan menjadi

bermacam variasi dari konfigurasi- konfigurasi gabungan. Variasi yang paling penting adalah
konfigurasi jaringan jala (mesh) dimana diperlukan komunikasi antara beberapa pasangan
terminal-terminal.

4. Supervisory Control
a. Permintaan Kontrol oleh Dispatcher
Dispatcher dapat melakukan permintaan (request) untuk melakukan kontrol terhadap suatu Gardu
Induk. Sistem SCADA akan memberikan definisi urutan permintaan kontrol tersebut.
Ada dua jenis urutan yang diberikan oleh SCADA:
1.Urutan yang didefinisikan sebelum permintaan kontrol (seperti pada konfigurasi database), urutan
yang biasa digunakan untuk manuver operasi, pelepasan tegangan di penyulang, pemindahan
transformator atau busbar.
2. Daftar untuk permintaan kontrol secara manual diajukan secara langsung oleh dispatcher.
b. Pengolahan Data
Setiap besaran analog di database ditampilkan dalam besaran desimal. Nilai yang masih kasar
dikonversikan ke besaran teknik dengan satu atau dua cara :
Translasi linier, konversi nilai yang dipakai menggunakan formula : Y = ax + b, yang artinya
Y = hasil besaran teknik
a = koefisien skala
x = nilai yang diukur oleh RTU
b = konstanta M
odel database diperlukan untuk memasukkan besaran maksimum dan minimum RTU (yakni : x) dan
besaran teknik (yakni : y) yang merupakan fungsi x. Kemiringan (yakni : a) dan konstanta (yakni: b)
merupakan hasil perhitungan perangkat lunak.
Translasi non linier, konversi ditampilkan dalam bentuk kurva. Konversi non- linier dilakukan
dengan teknik konversi linier. Pemodelan database disederhanakan dengan memasukan nilai titik-titik
ke dalam kurva. Kemiringan dan konstanta akan dihitung oleh perangkat lunak.
Tanda dari besaran desimal dapat di-inverse untuk melengkapi proses konversi. Translasi satuan
teknik dan tanda inversi untuk besaran yang akan didefinisikan dalam database satu per satu.
c.Pemantauan Telesinyal
Setiap kejadian yang dicatat oleh SCADA disebut sebagai event. Sedangkan semua indikasi
yang menunjukkan adanya perubahan status di SCADA disebut sebagai alarm. Semua status dan
alarm pada telesinyal harus diproses untuk mendeteksi setiap perubahan status lebih lanjut untuk
event yang terjadi secara spontan atau setelah permintaan remote kontrol dikirim dari control center.
d.Sequence of Event (SOE)
Untuk mencatat secara lengkap semua kejadian di control center, diperlukan fasilitas urutan
kejadian. Fasilitas ini akan membantu mengumpulkan dan merekam sinyal SOE dari RTU eksisting

dan RTU yang baru. Sistem SCADA akan mengolah data masukan SOE yang diterima dari RTU dan
ditampilkan pada VDU di dispatcher. Hal ini sudah mencakup konversi waktu dan tanggal dari RTU ke
waktu/tanggal SCADA dan menyimpan data SOE di dalam alat perekam, database, sesuai dengan
urutan kronologis.
e.Pengolahan Alarm dan Event
Proses pada sistem tenaga dan telekontrol yang menyebabkan terjadinya event atau alarm
adalah sebagai berikut:
-Perubahan status telesinyal single (TSS) dan telesinyal double (TSD).
-Telemeter yang melebihi batas pengukuran
-Kegagalan remote kontrol.
-Gangguan sistem pengolahan data di control center (subsistem komunikasi data, server,
dan workstation)
-Gangguan RTU dan link telekomunikasi.
-Gangguan Peripheral / Human Machine Interface.
-Gangguan dari Master Komputer.
-Gangguan sistem proteksi.
-Gangguan meter transaksi energi.
5. Kalkulasi Data
Perangkat lunak SCADA digunakan untuk menghitung besaran analog dari hasil pengukuran
maupun status dan alarm dari telesinyal. Kalkulasi ini dapat dilakukan dengan beberapa operasi
berikut:
Operasi boolean : AND,OR, NOT.
Operasi matematis : +,-,/,>,<,Sin, Cos, Tan,Ln, Log, Exp,Min, Max, rata-rata,Besaran absolut
6. Tagging (penandaan)
Tagging sangat bermanfaat untuk dispatcher di control center. Tagging digunakan untuk
menghindari dioperasikannya peralatan, juga untuk memberi peringatan pada kondisi yang diberi
tanda khusus tersebut.
7. Post Mortem Review
Fungsi post mortem review adalah melakukan rekonstruksi bagian dari sistem yang dipantau
setiap saat yang akan digunakan untuk menganalisa setelah kejadian. Untuk melakukan hal ini,
sistem control center mencatat secara terus menerus dan otomatis bagian yang telah didefinisikan
(semua kejadian) dari data yang diperoleh. Post mortem review mencakup dua fungsi yaitu

pencatatan dan pemeriksaan.


Dalam banyak kasus, database SCADA yang telah direkonstruksi dapat digunakan sebagai
sumber data untuk:
-Mengeksport data ke aplikasi yang berorientasi jaringan.
-Inisialisasi simulator untuk pelatihan dispatcher. Dalam kasus ini, data yang
direkonstruksi digunakan sebagai start (titik awal) untuk membangun skenario sebuah
pelatihan yang baru.
8. Pelaporan
Tool untuk pembuat laporan menggunakan Relational Data Base Management System
(RDBMS). Tool ini digunakan untuk mencetak laporan secara otomatis dan periodik setiap setengah
jam, satu jam, harian, mingguan, dan bulanan. Pencetakan juga dapat dilakukan sesuai dengan
permintaan dispatcher pengguna.
Fungsi kalkulasi diberikan oleh tool pembuat laporan yang berkaitan dengan kemampuan
RDBMS yang dapat dikembangkan sampai maksimum. Hal ini termasuk untuk mendefinisikan yang
berhubungan dengan kalkulasi ( minimum, maksimum, rata-rata, standard deviasi, integrasi, kurva
durasi, dan lain-lain). Data pelaporan yang dihasilkan mempunyai kemampuan dapat dibaca.
Pengguna diberikan kemampuan untuk melihat dan mengubah data laporan.
9.Komponen Dasar SCADA
1. Komponen-komponen pusat pengendalian, Control Centre, berupa computer-komputer;
2. Komponen-komponen perangkat interface dengan rangkaian proses di gardu induk
maupun di gardu distribusi seperti RTU, perangkat komunikasi, perangkat pekerjaan
adaptasi dan perangkat-perangkat pencatu daya;
3. Perangkat meter-meter dan terminal pelanggan untuk otomatsasi.
4. Sarana telekomunikasi yang diperlukan untuk memungkinkan dua atau lebih terminal dapat
saling berkomunikasi.
a. Control Centre
Control centre merupakan bagian dari system pengendalian yang akan dibangun setelah
gardu-gardu yang akan disupervisi disiapkan dan semua kebutuhan infrastruktur seperti sarana
telekomunikasi dan bangunan-bangunan gardu induk dan lain-lain telah tersedia.
Pengembangan perangkat-perangkat RTU untuk keperluan gardu induk, gardu hubung dan
gardu distribusi secara bertahap mengikuti perkembangan jaringan dengan tetap memperhatika
keperluan dan urgensi dari setiap titik remote control. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan instalasi
dari perencanaan system SCADA dapat dilaksanakan secara setahap demi setahap tanpa perlu

melaksanakannya secara keseluruhan pada waktu yang sama terutama bila dipertimbangkan
pelaksanaan otomatisasi pada bagian-bagian jaringan tertentu belum mendesak.
b.Perangkat-perangkat RTU
Pada setiap pengimplementasian RTU untuk gardu induk maka semua jaringan out going dan
incoming 20 kV serta semua jaringan transmisi 150 kV dan pembangkit-pembangkitnya harus dapat
dipantau dan di-remote control baik status perlatan-peralatannya maupun besaran-besaran listriknya.
Sedangkan pada gardu hubung semua pemutus-pemutus daya LBS harus dapat dimonitor dan diremote control.
c. Perangkat-perangkat Meter Pelanggan Beserta Perangkat Interface
Perlu dilakukan pengembangan dan penggantian meter yang dilengkapi dengan perangkat
elektronik untuk memungkinkan dilaksanakannya komunikasi elektronis pelanggan dengan remote
centre, pembacaan meter, remote control, dan lain sebagainya.
Penerapan otomatisasi pelanggan tersebut akan dilaksanakan dengan terlebih dahulu pada
jaringan spindle 20 kV yang banyak pelanggan-pelanggan besarnya dengan menggunakan sarana
telekomunikasi distribution line carrier. Hal ini mengingat konfigurasi distribution line carrier yang
tersambung pada suatu spindle akan dapat melayani semua pelanggan yang tersambung ke spindle
tersebut dengan komunikasi broadcasting
d.Sarana Penunjang
Sarana penunjang seperti media komunikasi, catu-catu daya dan bangunan-bangunan
merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari suatu system pengendalian tenaga
listrik. Dengan studi yang konprehensif dan terpadu dapat dilakukan pengembangannya secara efektif
dan setahap demi setahap mengikuti tahapan-tahapan pengintegrasian setiap gardu-gardu baru ke
dalam system pusat pengendalian.
e.Penjadwalan Pengembangan
Pada umumnya penjadwalan pengembangan SCADA mencakup beberapa langkah-langkah,
yaitu :
a. Feasibility study;
b. Proses alokasi dana;
c. Penunjukan konsultan;
d. Survey lapangan;
e. Pembuatan tender dokumen;
f.

Tender proses;

g. Penandatanganan kontrak;
h. Implementasi;
i.

Test uji coba.

f.Keuntungan-keuntungan Penerapan Sistem SCADA/EMS


Secara umum keuntungan-keuntungan yang dapat kita peroleh dengan menerapkan system
SCADA/EMS pada kelistrikan, yaitu:
a. Dengan menggunakan system SCADA/EMS pada system kelsitrikan dapat diperoleh dengan
system pengoperasian dengan organisasi yang lebih ramping dan sederhana. Pada
prinsipnya, dengan adanya system SCADA/EMS system gardu induk tanpa orang seharusnya
dapat dilakukan, dimana hal ini dapat mengurangi biaya-biaya yang cukup signifikan sebagai
bahan pertimbangan dalam penerapan system SCADA.
b. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pengoperasian system kelistrikan dengan
menggunakan system SCAD/EMS adalah system pengoperasian yang lebih ekonomis.
Dengan menggunakan system SCADA/EMS system pengoperasian kelistrikan dapat
menghemat keseluruhan biaya operasi, misalya dengan load forecast dan unit-unit komitmen
yang lebih baik, optimasi rugi-rugi transmisi maupun pembangkit dan lain sebagainya yang
secara keseluruhan akan mengoptimumkan sumber daya secara ekonomis.
Peningkatan

keandalan

system.

Factor-faktor

pertimbangan

pengimplementasian

SCADA/EMS bukan hanya terdiri atas pertimbangan ekonomis semata-mata melainkan juga factor
sekuriti dan keandalan. Sejauh ini diakui masih sulit menjelaskan keuntungan-keuntungan diatas
secara kuantitatif dalam arti nilai ekonomis yang akan diperoleh bila system dilengkapi dengan
SCADA/EMS. Biasanya bila terjadi gangguan serius yang menyebabkan pemadaman total (black out),
baru akan terfikirkan betapa pentingnya sarana dan fasilitas yang dapat digunakan untuk membantu
mengoperasikan dan menganalisa keandalan system. Dari berbagai pendapat disepakati keandalan
system akan bisa dinaikkan mulai 20% hingga 50% bila system kelistrikan dioperasikan dengan
system SCADA/EMS. Angka tersebut diharapkan akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan
fungsi-fungsi perangkat lunak aplikasi yang terus berkembang.

10. Contoh Kerja Sistem Scada Gardu Induk

Contoh sebuah kota dengan Sistem kelistrikan diback-up oleh SCADA yang dikontrol pada gambar
bangunan yang berwarna biru.

Lima Gardu Induk untuk mensuplai listrik pada sebuah kota.

Gangguan antara Gardu Induk 1 dan Gardu Induk 2 membuat Circuit Breaker Trip.

Sistem scada membaca titik gangguan yang terjadi dengan mendapatkan sinyal dari setiap
percabangan gardu induk,

Operator mendapatkan informasi titik gangguan

Operator secara otomatis mengamankan titik gangguan, dan mencari alternatif lain untuk penyaluran
beban.

Operator menghubungi pihak maintenance untuk perbaikan pada titik gangguan.

Setelah perbaikan selesai operator mengembalikan sistem dengan kondisi semula.

Sistem kembali pada kondisi normal.

Anda mungkin juga menyukai