Anda di halaman 1dari 10

Epistaksis dan Rinitis Viral

EPISTAKSIS

Epistaksis atau perdarahan dari bagian dalam hidung dapat primer atau sekunder,
spontan atau akibat rangsangan, dan berlokasi di sebelah posterior atau anterior.
Epistaksis anterior dapat berasal dari bagian anterior septum yang disebut daerah
Little atau Plexus Kiesselbach.
Epistaksis Posterior dapat berasal dari arteri ethmoidalis posterior atau arteri
sfenopalatina.

ETIOLOGI EPISTAKSIS
Lokal

Sistemik

Trauma: digital, fraktur

Hipertensi

Nasal spray (efek trauma local)

Penyakit vascular

Reaksi inflamasi

Blood dyscrasias

Deformitas anatomi
(contoh: septal spur/defleksi)

Hematologi
(Malignansi)

Benda asing

Alergi

Tumor intranasal

Malnutrisi

Iritan kimiawi

Alcohol

Nasal prong O2, CPAP

Obat-obatan

Surgery

Infeksi

PENATALAKSANAAN EPISTAKSIS
Penatalaksanaan Epistaksis
Observasi (terutama pada psien anak-anak)
Krim antiseptic
Barrier ointment (petroleum jelly)
Kauterisasi
Nasal packing: anterior pack, posterior nasal pack, nasopharyngeal
ballon
Pterygopalatine fossa block
Laser fotokoagulan
Obat-obatan
Ligasi arteri
Embolisasi angiograf
Rekonstruksi

TAMPON ANTERIOR
Pemasangan tampon anterior yang dibuat
dari kapas atau kassa yang diberi pelumas
vaselin atau salep antibiotic.
Tampon dimasukkan sebagai 2-4 buah,
disusun dengan teratur dan harus dapat
menekan asal perdarahan.
Tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam,
harus dikeluarkan untuk mencegah infeksi
hidung.
Selama 2 hari ini dilakukkan pemeriksaan
penunjang untuk mencari factor penyebab
epistaksis.
Bila perdarahan masih belum berhenti,
dipasang tampon baru.

TAMPON POSTERIOR

Dilakukan anestesi local, kemudian tampon


posterior (tampon Bellocq) dimasukkan ke
bagian ujung posterior hidung melalui
nasofaring, tampon ini terbuat dari kassa
padat dibentuk kubus atau bulat dengan
diameter 3cm. Pada tampon ini terikat 3 utas
benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di
sisi berlawanan.

TAMPON KATETER

Memasukkan kateter postnasal melalui


nares anterior dan setelah mencapai
nasofaring, balon kateter diisi dengan 15
mL saline untuk mengisi koana posterior.
Diharapkan balon akan menekan arteri
sfenopalatina

PENATALAKSANAAN
Exsanguinating Hemorrhage
Penatalaksanaan pada exsanguinating hemorrhage
Step 1
ABC dan anestesi umum
Step 2
Anestesi dapat menyebabkan rendahnya tekanan darah agar dapat mencari
sumber perdarahan, bila perdarahan tetap tidak terkontrol, buatlah insisi pada
leher lalu klem arteri carotid eksterna dengan klem vascular. Bila perdarahan
berlanjut klem arteri carotid interna untuk sementara dengan klem vascular
untuk menstabilkan perdarahan yang terjdai pada hidung.
Step 3

Jika terjadi perdarahan pada hidung bagian superior, gunakan local pack diikuti
dengan ligase etmoid anterior
Jika perdarahan terjadi pada hidung bagian posterior, menstabilasasikan pada
area sphenoid atau sphenopalatine. Jika terjadi pada area sphenopalatine
lakukan ligase sphenopalatine.
Jika terjadi pada sphenoid, gunakan ribbon gauze pack pada sphenoid

Step 4

Lakukan pemeriksaan radiologi yang menunjang dan angiogram.

RINITIS VIRUS
Rinitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran nafas atas
Gejala klinis rhinorrhea, hidung tersumbat dan demam. Semula, rinitis virus didahului
dengan sekret serosa disertai dengan bersin-bersin dan hidung tersumbat. Udem
mukosa nasal menyebabkan sumbatan dari sinus ostia sehingga terjadi nyeri pada
wajah atau pada tuba eustachius menyebabkan telinga terasa penuh. Obstruksi
tersebut menyebabkan gangguan drainase yang mengakibatkan sekret mengandung
organisme, sel darah putih dan deskuamasi dari sel epitel.
Virus yang berperan antara lain Rhinovirus, Respiratory syncytial virus, Parainfluenza
virus dan Influenza virus.
Tidak ada terapi spesifik untuk rinitis simpleks, selain istirahat dan diberikan obat
simtomatis, seperti analgetika, antipiretik, dan dekongestan. Gejala klinis dapat sembuh
spontan 7-10 hari. Antibiotik hanya diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri

Rinitis simplek merupakan rinitis virus yang paling sering terajdi. Penyakit ini sering
disebut juga sebagai salesma, commond cold atau flu. Infeksi biasanya terjadi melalui
droplet di udara. Etiologinya yang terpenting adalah rhinovirus.
Rhinovirus paling sering menyebabkan rinitis simpleks, diduga 80% rinitis simplek
disebabkan oleh rhinovirus.
Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas,
kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian akan timbul bersing berulang-ulang,
hidung tersumbat dan ingus encer, yang biasanya disertai dengan demam dan nyeri
kepala. Mukosa hidung tampak merah dan bengkak.

Anda mungkin juga menyukai