Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pada hakikatnya

upaya

manusia

dalam

memperoleh

pengetahuan tetap didasarkan pada tiga masalah pokok, yakni


apa yang ingin diketahui, bagaimana cara memperoleh ilmu
pengetahuan, dan bagaimana nilai pengetahuan itu. Kajian
ontologi berbicara tentang hakikat yang ada (objek ilmu),
epistemologi berbicara tentang bagaimana yang ada itu bisa
diperoleh (cara memperoleh ilmu), sedangkan aksiologi berkaitan
dengan

manfaat

dari

pada

ilmu

itu

sendiri

atau

kaitan

penerapan ilmu itu dengan kaidah kaidah moral.


Aksiologi memuat pikiran tentang masalah nilai-nilai.
Dilihat dari jenisnya, paling tidak terdapat dua dimensi dari
aksiologi dalam membangun filsafat ilmu ini, yaitu etika dan
estetika. Dalam penerapan ilmu, etika dan estetika merupakan
hal yang tidak bisa dipisahkan. Etika dan estetika berperan
sebagai landasan dalam penggunaan ilmu serta menuntun
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tujuan
hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.
Seperti halnya sebuah kehidupan, aturan diperlukan
untuk membatasi kesalahan khususnya dalam pemilihan kata
dan kalimat yang digunakan dalam berforum ilmiah. Dalam
forum ilmiah, pelaku dituntut untuk memiliki pembawaan etika
dan estetika yang baik. Seseorang harus memiliki kemampuan
berbicara yang baik, yaitu sesuai dengan aturan (etika)
penggunaan bahasa Indonesia serta menggunakan estetika
guna menyempurnakan diskusi dalam suatu forum ilmiah.

1.2

Rumusan Masalah
-

Apakah pengertian aksiologi?


Apa sajakah dimensi aksiologi?

Bagaimana etika dan estetika berbahasa Indonesia dalam

forum ilmiah?
Apa manfaat dari etika dan estetika berbahasa Indonesia
dalam forum ilmiah?

1.3

Tujuan
-

Mengetahui pengertian aksiologi.


Mengetahui dimensi aksiologis.
Mengetahui etika dan estetika berbahasa Indonesia dalam

forum Ilmiah.
Mengetahui manfaat

dari

etika

dan

estetika

berbahasa

Indonesia dalam forum ilmiah.

BAB II
KERANGKA TEORI

Brown dan Levinson (1978) dalam Chaer (2010) mengatakan teori


kesantunan berbahasa itu berkisar atas nosi muka (face). Muka tersebut dibagi
dua, yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif itu mengacu pada citra
diri setiap orang yang rasional yang ingin dihargai dan membiarkannya bebas dari
keharusan melakukan sesuatu. Muka positif ialah mengacu pada setiap diri
seseorang yang rasional, yang berkeinginan agar apa yang dilakukan atau
dimilikinya diakui orang lain sebagai sesuatu yang baik.

Geoffrey Leech (1983) dalam Chaer (2010) menerangkan bahwa maksim


merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah yang
mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya
terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut
sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat Pengumpulan Data
1. Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
suatu metode yang dapat memberikan gambaran suatu fenomena atau
gejala dari suatu keadaan tertentu baik yang berupa keadaan sosial, sikap,
pendapat, maupun cara yang meliputi berbagai aspek. Dengan metode

deskriptif ini juga bisa diketahui perbedaan-perbedaan dan dapat


menemukan sebab-sebab dari suatu akibat.
2. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian, pendekatan penelitian yang kami gunakan adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif mengutamakan kualitas data.
Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak digunakan analisis
statistika.
B.

Teknik Pengumpulan Data


Dalam penulisan karya ilmiah ini, untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan, kami mempergunakan metode studi pustaka.
Metode studi pustaka atau literatur ini dilakukan dengan cara mendapatkan
data atau informasi tertulis yang bersumber dari buku-buku, koran, dan
berbagai artikel di internet yang menurut kami dapat mendukung
penelitian ini.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

Pengertian Aksiologi
Kajian ontologi berbicara tentang hakikat yang ada (objek
ilmu) dan epistemologi berbicara tentang bagaimana yang ada
itu bisa diperoleh (cara memperoleh ilmu), sedangkan aksiologi
berkaitan dengan manfaat dari pada ilmu itu sendiri atau kaitan
penerapan ilmu itu dengan kaidah-kaidah moral.
Istilah aksiologi berasal dari kata axios (Yunani) yang
berarti nilai dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi, aksiologi
adalah teori tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang

dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang


apa yang dinilai (Rachman, 2008: 158).
Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan
bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang

mempelajari

tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi


mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan?

Bagaimana

kaitan

antara

cara

penggunaan

tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan


objek

yang

ditelaah

berdasarkan

pilihan-pilihan

moral?

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan


operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
profesional?
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan. Aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa
yang harus diperhatikan dalam menerapkan ilmu kedalam
praktis (Susanto, 2011:116).
Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa
aksiologi merupakan bagian dari filsafat yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya berdasarkan kaidahkaidah nilai.
4.2

Dimensi Aksiologi
Aksiologi memuat pikiran tentang masalah nilai-nilai.
Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika).
Dilihat dari jenisnya, paling tidak terdapat dua dimensi dari
aksiologi dalam membangun filsafat ilmu ini, yaitu etika dan
estetika.

4.3

Etika
Istilah etika atau ethics (bahasa Inggris) memiliki banyak
arti, secara etimologi istilah etika berasal dari bahasa Yunani
Kuno, yaitu ethos diartikan sifat, watak, kebiasaan, atau tempat
yang biasa. Sedangkan kata ethikos berarti susila, keadaban,
atau kelakuan dan perbuatan yang baik (Susanto, 2011: 164).

Kata lain yang lebih dekat maknanya dengan etika adalah kata
moral, yang dalam bahasa Latin disebut dengan istilah mores,
yang berarti kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat, atau cara hidup.
Jadi, jika dilihat dari asal-usul kata etika di atas, maka etika
dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang ada kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), etika
dirumuskan dalam tiga arti sebagai berikut. Ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.
Ki Hajar Dewantara mengartikan etika sebagai ilmu yang
mempelajari soal kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia
semuanya. Teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran,
rasa yang merupakan pertimbangan dan rasa perasaan sampai
menguasai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika
merupakan ilmu yang menjelaskan tentang suatu hal yang baik
dan buruk serta menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia.
4.4

Estetika
Semiawan (dalam Susanto, 2011:119) menjelaskan estetika
sebagai "the study of nature of beauty in the fine art",
mempelajari hakikat keindahan dalam seni. Estetika merupakan
cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan buruk.
Estetika membantu mengarahkan dalam membentuk persepsi
yang baik dari suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat dengan
mudah dipahami oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan
dengan kualitas dan pembentukan mode-mode estetis dari suatu
pengetahuan ilmiah itu.
Kata estetika berasal dari kata Aesthesis yang artinya
perasaan

atau

sensitifitas,

karena

memang

pada

awalnya

pengertian itu berhubungan dengan lidah dan perasaan. Dalam


6

pengertian teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu


yang mempelajari keindahan, kecantikan secara umum. Pengertian
ini berdasarkan bila kita memandang sesuatu secara umum,
maka obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas dan
sebagainya yang sejalur dengan kata tersebut, maka dapat
dikatakan obyek yang dipandang itu mengandung keindahan.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
estetika adalah ilmu yang membahas tentang keindahan suatu
objek yang bisa diamati oleh indra manusia. Estetika merupakan
cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
4.5

Etika dan Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah


Forum Ilmiah
Menurut KBBI forum adalah lembaga atau badan; wadah;
sidang; dan tempat pertemuan untuk bertukar pikiran secara
bebas. Sedangkan ilmiah mengandung arti keilmuan; ilmu
pengetahuan sains.
Forum ilmiah merupakan suatu kegiatan dalam dunia
ilmiah yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa ataupun pelaku
pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana
penyebaran informasi ilmiah, baik secara konseptual maupun
prosedural. Dalam forum ilmiah, presentasi ilmiah merupakan
suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Kegiatan ini berfungsi untuk
menyebarkan
intelektual

informas i
yang

ilmiah.

berkewajiban

Mahasiswa
men yebarkan

merupakan
ilmu

yang

dimilikinya.
Oleh karena itu, kemahiran untuk melakukan presentasi
ilmiah merupakan suatu kebutuhan. Forum ilmiah dikatakan
efektif apabila pesertanya secara sukarela terlibat akif dalam
ineraksi verbal ilmiah menuju tercapainya tujuan dalam waktu
yang tersedia.
Jenis-jenis forum ilmiah antara lain:
- Diskusi

Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi,


pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih
jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan
merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan.
-

Diskusi Panel
Diskusi Panel merupakan suatu diskusi yang terdiri atas
seorang pemimpin, sejumlah peserta, dan beberapa pendengar.
Dalam jenis diskusi ini tempat duduk diatur sedemikian rupa
sehingga pendengar dapat mengikuti jalannya diskusi dengan
seksama. Setelah berlangsung tanya jawab antara pemimpin dan
peserta, peserta dan pendengar, pemimpin merangkum hasil
tanya-jawab atau pembicaraan, kemudian mengajak pendengar
ikut mendiskusikan masalah tersebut sekitar separuh dari waktu
yang tersedia.

Seminar
Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara
ilmiah, walaupun topik yang dibahas adalah masalah seharihari. Dalam membahas masalah, tujuannya adalah mencari
suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu diakhiri
dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan
hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan
resolusi atau rekomendasi.

Workshop
Workshop adalah suatu acara pertemuan antara para ahli
(pakar) untuk membahas masalah praktis di mana beberapa
orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan
mencari solusinya.

Kongres

Kongres

merupakan

pertemuan

besar

para

wakil

organisasi (politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan


mengambil keputusan mengenai berbagai masalah. Kongres
lebih kepada tujuan politik. Kongres biasanya digunakan untuk
mengawasi dan mencocokkan kegiatan pemerintahan.

Konferensi
Konferensi

adalah

rapat

atau

pertemuan

untuk

berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah


yang dihadapi bersama.
4.6

Etika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah


Etika dalam berbahasa Indonesia adalah penggunaan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi
atau berinteraksi dengan orang lain.
Dalam suatu forum Ilmiah, sangat dibutuhkan sebuah
komunikasi untuk menunjang kelangsungan di dalam forum
ilmiah

tersebut.

Beberapa

etika

dalam

berkomunikasi

antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya,


yang juga dapat diterapkan dalam forum ilmiah yaitu:
-

Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien.


Menggunakan panggilan/ sebutan orang yang baik.
Berbahasa yang baik, ramah, dan sopan.
Bertingkah laku yang baik.
Bersikap jujur dan lapang dada dalam berkomunikasi.
Memperhatikan dan menghargai hak-hak perseorangan
dalam forum ilmiah.
Etika berkaitan dengan keyakinan dan prinsip mengenai

mana yang benar dan mana yang salah, serta mana yang patut
dan mana yang tidak patut. Satu nilai yang harus dipegang
dalam menjaga etika ketika berforum ilmiah adalah menjaga

sikap agar tidak merugikan orang lain. Kerugian mencakup hak


atau kesempatan, kehilangan muka, dan tersinggung perasaannya.
Hak dalam forum ilmiah meliputi hak bicara, hak
membela dan mempertahankan pendapatnya, serta hak untuk
mendapatkan pengakuan. Kehilangan muka dapat terjadi apabila
aib atau kekurangan diungkapkan secara vulgar. Sementara itu,
ap ab i l a s es e or an g t e la h m e l ak uk an s es ua t u ya n g s a ng at
be rh arga , i a m e mp un ya i ha k u nt uk mendapatkan pengakuan.
Etika dalam forum ilmiah harus dijaga agar tujuan forum
tercapai dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan oleh penyaji
dalam etika adalah kejujuran. Dalam dunia ilmiah, kejujuran
merupakan butir etis terpenting. Setiap orang wajib bersikap
sangat terbuka dalam segala hal menyangkut informasi yang
disajikan.
Adapun etika yang harus dijaga oleh peserta forum ilmiah
antara lain:
-

Setiap peserta harus jujur pada diri sendiri. Artinya, dia akan
bertanya jika memang tidak tahu, akan mencari klasifikasi
apabila masih bingung atau belum yakin, akan mengecek

apakah pemahamannya sudah benar ataukah belum.


Setiap peserta wajib menghargai pendapat atau gagasan orang
lain. Dalam hal ini mensyaratkan bahwa dia wajib menyimak

apabila ada orang yang berbicara atau bertanya.


Setiap peserta yang bertanya memiliki kewajiban untuk
menyimak jawaban dari penyaji. Akan lebih

bagus jika

penanya menunjukkan apresiasi positif terhadap jawaban yang


-

telah diberikan.
Moderator sebagai pemandu dalam forum ilmiah memiliki etika
untuk dapat bersikap adil. Artinya, semua

peserta sebisa

mungkin memperoleh kesempatan yang relatif sama dalam


-

berpartisipasi aktif selama forum berlangsung.


Selain adil, seorang moderator juga harus menaati jadwal atau
waktu yang telah ditentukan. Pertama, moderator seyogyanya
tidak terlalu banyak mengambil waktu untuk berkomentar yang

10

tidak fungsional. Kedua, moderator harus mengatur waktu


yang digunakan oleh semua pihak, baik penyaji maupun
peserta.

Oleh

keberanian
-

sebab

untuk

itu,

moderator

menginterupsi

harus

dengan

pun ya
santun

pembicaraan seseorang agar tepat waktu.


Notulis bertugas mencatat rapi semua hal yang terungkap
selama forum, baik inti uraian penyaji, pertanyaan, maupun
jawaban. Hasil catatan yang telah ditata ringkas sebaiknya
dicetak dan dibagikan minimal kepada semua orang yang
terlibat dalam forum tersebut. Hal ini memberi kesempatan
bagi pemilik gagasan/konsep untuk meluruskannya jika ada halhal yang kurang tepat.

4.7

Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah


Estetika
dalam
berbahasa
Indonesia,

misalnya

menggunakan pilihan kosa kata yang indah dan sesuai situasi


(konteks) bicara. Selain itu, estetika juga berkaitan dengan
tinggi rendahnya intonasi saat berbicara. Hal utama yang perlu
diperhatikan dalam estetika berbahasa Indonesia dalam forum
ilmiah adalah kema mpu an berko mun ikas i.
K eberhas i lan s uatu forum il mi ah ada lah jika pelaku
il miah dapa t berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga
informasi ilmiah juga dapat tersampaikan secara optimal pula.
Kemampuan berkomunikasi yang baik bisa menjadi keindahan
tersendiri dalam jalannya suatu forum ilmiah.
Beberapa teknik komunikasi yang baik dalam kehidupan
sehari-hari adalah:
-

Menggunakan kata dan kalimat yang baik dan menyesuaikan

dengan lingkungan.
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan

bicara.
Menatap mata lawan bicara agar tidak menyinggung lawan

bicara.
Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum.

11

Menggunakan gerakan tubuh/gesture yang sopan, wajar, dan

tidak dibuat-buat.
Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.
Menggunakan pakaian yang rapi, sopan, dan sesuai dengan

kondisi.
Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang

terjadi.
Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi
sesuai dengan karakteristik lawan bicara. Menggunakan volume,

nada, intonasi suara serta kecepaan bicara yang baik.


Menggunakan komunikasi nonverbal yang baik, sesuai budaya
yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat atau
semacamnya.
Dalam konteks bahasa Indonesia, contoh nilai keindahan
dapat dicontohkan dengan karya puisi. Puisi menggunakan katakata yang indah, pembawaannya lembut dan berirama. Begitu
halnya dalam berforum ilmiah akan terlihat lebih indah jika
pelaku dalam forum tersenut baik moderator, audience, maupun
penyaji menyajikan karya ilmiahnya dengan komunikasi yang
baik.
Komunikasi

yang

baik

tersebut

diantaranya

adalah

menggunakan pemilihan kata-kata yang formal dan santun,


penyusunan kalimat yang baik dan teratur, juga penyajian katakata yang lembut namun tetap tegas dan jelas. Penambahan
senyuman dalam suatu forum ilmiah seperti halnya suatu aksen
yang dapat memperindah jalannya diskusi dalam forum ilmiah
tersebut.

Manfaat

Penggunaan

Etika

dan

Estetika

Berbahasa

Indonesia dalam Forum Ilmiah. Penggunaan etika dan estetika


berbahasa Indonesia oleh mahasiswa di dalam forum ilmiah
memiliki beberapa manfaat, antara lain:
-

Mendukung keberhasilan dari suatu forum ilmiah.


12

Tidak menyinggung perasaan pihak lain.


Mendapat perhatian para partisipan.
Mendapatkan respon positif dari partisipan.
Membuat suasana forum menjadi lebih hidup.

BAB V
PENUTUP
5.1

Simpulan
Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat

nilai,

yang

umumnya

ditinjau

dari

sudut

pandang

kefilsafatan. Aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa


yang harus diperhatikan dalam menerapkan ilmu kedalam praktis.
Dilihat dari jenisnya, aksiologis terdiri atas dua dimensi
yaitu etika dan estetika. etika merupakan ilmu yang menjelaskan
tentang suatu hal yang baik dan buruk serta menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Sedangkan estetika
adalah ilmu yang membahas tentang keindahan suatu objek yang
bisa diamati oleh indra manusia. Estetika merupakan cabang
yang sangat dekat dengan filosofi seni.

13

Etika dan estetika sangat diperlukan dalam penerapan ilmu


pengetahuan. Misalnya pada forum ilmiah. Seseorang seyogyanya
mampu menerapkan etika dan estetika berbahasa Indonesia dalam
forum ilmiah. Etika berbahasa Indonesia adalah penggunaan
bahasa

Indonesia

berkomunikasi.

dengan

Etika

baik

dalam

dan

berbahasa

benar

dalam

Indonesia

dapat

ditunjukkan dengan kesantunan, kesopanan, serta tingkah laku


yang baik saat berbicara.
Estetika dalam berbahasa
dengan

keindahan

dalam

Indonesia

berbahasa

berhubungan

Indonesia.

Estetika

berbahasa Indonesia dapat ditunjukkan dengan komunikasi yang


baik, seperti intonasi saat berbicara. Penerapan etika dan
estetika

berbahasa

Indonesia

memiliki

beberapa

manfaat

manfaat diantaranya mendukung keberhasilan dari suatu forum


ilmiah, tidak menyinggung perasaan pihak lain, mendapat
perhatian para partisipan, mendapatkan respon positif dari
5.2

partisipan, dan membuat suasana forum menjadi lebih hidup.


Saran
Perlu adanya penerapan etika dan estetika dalam berbahasa
Indonesia, khususnya dalam forum ilmiah. Hal ini agar muncul respon
positif dari pelaku forum ilmiah yang dapat mendukung keberhasilan
forum ilmiah tersebut.

14

DAFTAR PUSTAKA
-

Rachman, M. 2008. Filsafat Ilmu. Semarang: Unnes Press.


- Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:

Bumi Aksara.
- Suriasumantri, J. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
- Tim Penyusun Kamus Bahasa. 2002. Kamus Besar 8ahasa Indonesia
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
- Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi
-

Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis.


Tim Penyusun Kamus Bahasa. 2002. Kamus Besar 8ahasa Indonesia

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.


http://www.scribd.com/edwienk/d/54506807-Forum-Ilmiah diakses tanggal
15 Maret 2016 pukul 22.00

15

Anda mungkin juga menyukai