PAKET
3R PROGRAM
KEGIATAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem desentralisasi pengelolaan sampah yang terintegrasi sangat diperlukan oleh
Indonesia. Pemerintah tak akan mampu mengelola sampah sendirian, dan begitu pula
warganya. Integrated Solid Waste Management System atau sistem pengelolaan sampah yang
terintegrasi merupakan pengelolaan sampah dengan pendekatan holistic, menyeluruh dari
hulu ke hilir dan melibatkan semua pihak, dari masyarakat, pemerintah dan swasta. Salah satu
wujud pelaksanaan desentralisasi pengolahan sampah adalah fasilitas TPS 3R (Tempat
pengolahan sampah berbasis 3R Reduce, Reuse and Recycle).
TPS 3R atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Material Recovery Facility (MRF),
adalah fasilitas yang dibangun dengan dana Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pekerjaan
Umum atau dapat juga langsung dibangun atas dana dari Pemerintah Daerah. Fasilitas ini
merupakan sarana pengelolaan sampah berbasis masyarakat, dimana masyarakat berperan
sebagai pintu pertama pengolahan sampah pada sumber. Di tempat ini sampah jenis sampah
rumah tangga di pilah menjadi beberapa bagian (organik dan non-organik) kemudian di olah
kembali dan/atau di jual. Sisanya, berupa residu atau sisa sampah yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi akan dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Data tahun 2014 dari Kementrian PU menunjukkan ada lebih dari 500 TPS 3R
tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, sayangnya hanya sekitar 35% yang
fungsinya berjalan dengan baik, yaitu dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat pengelolaan
sampah pada sumber yang terintegrasi dengan sistem pengelolaan sampah kota.
Kota Tangerang Selatan pada saat ini telah memiliki 45 bangunan TPS 3R (baru dan
tahap ekspansi) yang tersebar di beberapa wilayah kelurahan. Beberapa TPS 3R, seperti TPS
3R Griya Resik dan TPS 3R Asri Ramah Damai, sudah berjalan dengan baik dan menjadi
rujukan untuk kota-kota lain di Indonesia. Namun masih terdapat beberapa TPS 3R yang
fungsinya belum berjalan optimal, bahkan beberapa terbengkalai atau bahkan hanya
berfungsi sebagai tempat penampungan sampah/depo saja sehingga berpotensi menjadi
sumber pencemar di wilayahnya.
Terkait dengan kondisi diatas, Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan melalui
Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman mencoba meningkatkan fungsi pengelolaan
TPS 3R baik yang sudah terbangun dengan membuat kajian klasifikasi TPS 3R ( mengkaji
dan menganalisa kegiatan pola-pola pengelolaan TPS 3R ). Saat ini kegiatan klasifikasi TPS
3R adalah hal yang harus diprioritaskan untuk mengoptimalkan fungsi TPS 3R yang sudah
terbangun.
Penting bagi sebuah TPS 3R untuk memperlihatkan adanya perbedaan sebelum dan
sesudah dibangunnya TPS 3R. Hal yang paling signifikan adalah terpusatnya gundukan
sampah yang semula terserak di lingkungan menjadi hanya di TPS 3R. Sebagai parameter
terukur, TPS 3R harus dapat membuktikan bahwa kehadirannya dapat mengurangi jumlah
sampah yang masuk ke TPA.
Setiap TPS 3R adalah unik. Karakter TPS 3R dibentuk oleh warga dan lingkungannya
dengan segala pola yang dimiliki. Kesatuan TPS 3R, warga dan lingkungannya inilah yang
kemudian menentukan berjalan atau tidaknya TPS 3R tersebut. Klasifikasi TPS 3R
mendiagnosa ke-5 aspek penting dalam pengelolaan TPS 3R, yaitu aspek kelembagaan,
teknologi/teknis, finansial, sosial dan hukum yang ada di masyarakat. Kelima aspek tersebut
saling mendukung dan menentukan berjalannya fungsi TPS 3R yang optimal.
Untuk memenuhi hal tersebut diatas, Dinas Tatakota, Bangunan dan Permukiman
membutuhkan dokumen hasil kajian klasifikasi dan rekomendasi bagi penyusunan khusus
bidang persampahan skala lingkungan dengan tetap memperhatikan standar teknis
pengelolaan TPS 3R dan penganggaran.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Sistem pengelolaan sampah terpadu TPS 3R
berbasis pada masyarakat yang diawali dengan pendidikan lingkungan, disiplin dan itikad
bersama untuk mengatasi masalah sampah dan mengurangi jumlah sampah yang diproduksi
setiap hari serta dimulai dari tingkat rumah tangga. Setiap rumah tangga melakukan
pemilahan sampah yaitu dengan memisahkan sampah organik dan anorganik yang dapat
didaur ulang (seperti gelas, plastik, besi, kertas dan sebagainya).
Idealnya sebuah TPS 3R adalah fasilitas yang menaungi warga dalam mengelola
sampah serta mengurangi gundukan sampah yang dibawa ke TPA dengan cara memanfaatkan
material yang masih bernilai. Dalam implementasinya masih ditemukan TPS 3R di Kota
Tangerang Selatan belum memenuhi standarisasi pengelolaan dimaksud. Meskipun di
beberapa tempat sudah banyak TPS 3R yang berjalan dengan baik, dan bahkan sangat baik,
beberapa TPS 3R masih ada yang menjalankan fungsi awal yaitu sebagai Tempat
Penampungan
sampah.
Untuk
itu
intervensi
pemerintah
dalam
mengoptimalkan
pengelolaannya berdasarkan kondisi, karakter warga dan potensi yang ada sehingga
keberadaan kualitas TPS 3R dapat optimal dan mengurangi beban sampah perkotaan di Kota
Tangerang Selatan.
penyelenggaraan
b.
Mengevaluasi kondisi sistem pengelolaan sampah skala lingkungan yang sudah ada dan
yang akan dibangun.
c.
Mengkaji dan menganalisa ketepatan pengelolaan TPS 3R meliputi aspek sosial, teknis,
kelembagaan, ekonomi dan hukum dalam proses pengelolaan sampah skala lingkungan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi wilayah agar terhindar dari
penanganan dan pembangunan infrastruktur yang tidak dapat dimanfaatkan".
TPS
pencemaran lingkungan)
d.
G. LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan kajian klasifikasi pengelolaan sampah TPS 3R skala lingkungan
direncanakan mencakup 16 lokasi TPS 3R di Kota Tangerang Selatan:
No
NAMA TPS 3R
LOKASI
KET.
TPS 3R JOMBANG 17
Jombang - Ciputat
TPS 3R KETAPANG
10
11
12
TPS 3R AMARAPURA
Kademangan - Setu
13
14
15
TPS 3R BHINNEKA
Ciputat - Ciputat
16
TPS 3R PANCANAKA
Kendala yang dihadapi atau yang akan dihadapi dan usulan solusinya.
terdapatnya data dan informasi mengolah dan mengelola sampah dengan metode 3R
informasi memiliki bangunan dengan struktur yang baik, tahan cuaca dan aman
untuk pengolahan sampah;
memiliki saluran air kotor dan sumber air bersih yang layak digunakan sehari hari
dan sarana penampungan limbah hasil pengolahan;
Memiliki sistem pembatas ( barrier ) tanaman untuk mencegah polusi udara dan
estetika landsekap bangunan dengan konsep urban farming.
Laporan akhir yang sudah disetujui tim teknis. Masing-masing laporan dibuat
rangkap 5 (lima) serta diserahkan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender
setelah diterbitkan SPMK.