Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PARU


2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas klien
2.1.1.1 Umur
puncak kanker paru terjadi pada usia 55- 65 tahun dan kebanyakan klien yang
menderita kanker paru yang meninggal karena kurangnya

pengetahuan klien mengenai

kondisi kesehatannya. (Barbarah, 2013; 228)


2.1.1.2 Jenis kelamin
Kanker paru merupakan penyakit yang sering diderita pria dan wanita. Sebagian
besar kanker paru mengenai pria sekitar 65% dan pada wanita lebih sedikit ditemukan kanker
paru. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan factor merokok yang lebih banyak pada
pria. (Barbarah, 2013; 228)
2.1.1.3 Alamat
Kematian akibat kanker paru-paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan di daeraah pedesaan, selain itu daerah didekat pabrik juga
memiliki resiko yang rentan. Hal ini terkait dengan tingginya angka polusi udara misalnya
asap kendaraan bermotor di daerah perkotaan, Maupun polusi asap pabrik. (Somantri, 2012;
113)
2.1.2 Keluhan Utama
Pada dasarnya kanker paru tidak menimbulkan gejala yang khas. Penderita dapat saja
mengeluh batuk, mungkin batuk darah, sesak napas, atau nyeri dada. Semua keluhan ini dapat
saja terjadi pada penyakit paru yang lain, sehingga tidaklah merupakan karakteristik khas
untuk gejala kanker paru. (Sjamsuhidajat, 2004; 433)
Keluhan utama klien dengan karsinoma bronkogenik biasanya bervariasi seperti keluhan
batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas. (Muttaqin, 2012; 201)
2.1.3 Riwayat Penyakit
2.1.3.1 Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan penyakit kanker paru ini akan mengeluhkan batuk karena adanya iritas
pada saluran pernafasan, susah napas karena adanya cairan dalam rongga dada dan akan
mengeluhkan nyeri dada saat bernapas. Kemudian klien juga mengalami batuk berdarah,
serta peningkatan produksi sputum. (Somantri, 2012; 24)
2.1.3.2 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sebelumnya, walaupun tidak terlalu spesifik biasanya akan didapat
keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan. Terdapat juga

bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan kanker paru berisiko lebih besar mengalami
penyakit ini. (Muttaqin; 201)
Pada kondisi ini tanyakan kebiasaan merokok klien yang merupakan penyebab utama
terjadinya kanker paru. (Muttaqin,2008; 201)
Riwayat kesehatan keluarga
Anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit pernapasan lebih sering
lebih berat serta prevalansi terhadap gangguan pernapasan kronik lebih
klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan perokok

(perokok

dan

tinggi. Selain itu,


pasif)

mengalami

peningkatan karbonmonoksida darah. (Price, 2012; 844)


2.1.3.4 Riwayat Psikososiospiritual
Adanya kesimpulan penegakkan diagnosis medis karsinoma bronkogenik akan
memberikan dampak yang luar biasa terhadap keadaan status psikologis klien. Mekanisme
koping biasanya maladaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran dalam keluarga,
kemampuan ekonomi untuk pengobatan, serta prognosisi yang tidak jelas merupakan factorfactor pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga. ( Muttaqin,
2008; 201 )
Diagnosis kanker sering kali mempengaruhi seluruh keluarga dan mungkin mengarahkan
pada peningkatan stress dan ketegangan, tidak saja bagi individu dengan kanker tetapi juga
untuk seluruh anggota keluarga. Pada diagnosis kanker pasti mempunyai dampak penting
terhadap adaptasi pasien pada penyakit tersebut.
Beberapa orang takut akan dikucilkan, ditangani dengan cara yang berbeda, dan adanya
kesalaha pahaman. Sebagai akibat dari semua itu diagnosis kanker dilihat sebagai suatu krisis
hidup yang amat besar. Reaksi umum meliputi syok, takut, cemas, perasaan berduka,
kesedihan, dan menarik diri.
( Muttaqin, 2008; 201 )
2.1.3.5 Riwayat Pola Hidup
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernapasan klien. Secara umum
pertanyaan yang dapat diajukan pada klien adalah:
Merokok, merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker paru. Semua kondisi
tersebut sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal berikut ini:
Usia ketika mulai merokok secara rutin
Rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari
Usia ketika melepas kebiasaan merokok
(Somantri, 2012; 24)
2.2 Activity Daily Life
2.2.1 Nutrisi
Penderita kanker paru akan mengeluhkan sulit menelan makanan karena kanker yang
cukup besar dapat menekan jalan masuknya makanan ke dalam tubuh, sehingga
menyebabkan asupan nutrisi pada penderita kanker juga kurang sehingga penderita

mengalami perubahan berat badan, sering haus atau peningkatan masukan cairan. (Doenges,
2010; 185 )
2.2.2 Aktivitas /Istirahat
Penderita

kanker

paru

akan

mengalami

kelemahan

dan

ketidakmampuan

mempertahankan aktivitas rutin. (Doenges, 2010; 185 )


2.2.3 Hygiene personal
Penderita kanker paru tidak mampu memenuhi kebutuhan hygiene personal secara
mandiri karena keterbatasan aktivitasnya.
2.2.3

Eliminasi
Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.


(Doenges, 2010; 185 )
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1

B1 (Breath)

Inspeksi:
Secara umum biasanya klien tampak kurus, telihat batuk, dengan atau tanopa peningkatan
produksi secret. Pergerakan dada bisa asimetris apabila terjadi komplikasi efusi pleura. Nyeri
dada dapat timbul dalam berbagai bentuk tetapi biasanya dialami sebagai rasa sakit atau
tidak nyaman akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul
nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neuplastik
gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan merupakan gejalagejala lanjutan. ( Muttaqin, 2008; 201 )

Palpasi:
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun. ( Muttaqin, 2008; 201)

Perkusi:
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor. ( Muttaqin, 2008; 201 )

Auskultasi:
Didapatkan bunyi stridor lokal, whezzing unilateral didapatkan apabila karsinoma
melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda khas pada tumor bronkus.
Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat
terserangnya saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esofagus, dan paralisis
hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus . ( Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.2 B2 (Blood)
Distensi vena jugularis (obstruksi vena cava), bunyi jantung : gesekan perikardial
(menunjukkan efusi), takikardi/ disritmia. Edema di daerah muka, leher, dan lengan dapat
terjadi bila tumor menyumbat aliran darah di vena cava superior. ( Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.2

B3 (Brain)
Penderita kanker paru juga akan mengalami gangguan berupa pandangan kabur, sakit

kepala, kejang karena edema cerebral disebabkan oleh metastasis ke otak. Nyeri dada tumpul. (
Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.3

B4 (Bledder)
Penderita kanker paru akan sering mengeluhkan rasa haus karena terjadi penururnan

suplai caiaran ke dalam tubuh, dan menyebabkan penurunan produksi urine.


( Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.4 B5 (Bowel)
Untuk kanker yang cukup besar akan dapat menekan jalan masuknya makanan, sehingga
penderita dapat mengeluh sulit menelan makanan dan mengalami diare yang hilang timbul
untuk jenis kanker karsinoma kecil. ( Muttaqin, 2008; 201 )
2.3.5 B6 (Bone)
Penderita juga mengalami kelemahan otot dan nyeri sendi khususnya di bagian bahu.
( Muttaqin, 2008; 201 )
2.4 Diagnosa Keperawatan
2.4.1.1 Gangguan pertukaran gas berhubungan gangguan suplai oksigen (hipoventilasi)
ditandai dengan dispnea
2.4.1.2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas
dan peningkatan sekresi trakheobronkhial yang ditandai dengan dispnea, suara nafas

tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan pada irama dan frekuensi
pernafasan.
2.4.2

Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis

2.4.3

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen tubuh yang ditandai dengan dispnea, kelemahan umum, nyeri

2.4.4

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan
menelan yang ditandai dengan kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan dan
mengunyah

2.4.5

Ansietas yang berhubungan dengan ancaman akan kematia

2.5 Diagnosa dan Intervensi


2.5.1

Gangguan pertukaran gas berhubungan gangguan suplai oksigen (hipoventilasi) ditandai


dengan dispnea
Hasil yang diharapkan/ criteria hasil :
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

Tindakan/ intervensi
Tindakan/ intervensi

Rasional

Mandiri
1. Catat frekuensi. Kedalaman dan
kemudahan pernapasan

Pernapasan meninngkat akibat nyeri


atau sebagai mekanisme kompensasi
awal terhadap hilangnya jaringan
paru.

2. Auskultasi paru untuk gerakan


udara dan bunyi napas tak

Vasolidasi dan kurangnya gerakan

normal

udara pada sisi yang dioprasi normal

pada pasien pneumonektomi. Namun


3. Pertahankan kepatenan jalan
napas pasien dengan
memberikan posisi,
penghisapan, dan penggunaan
alat.

4. Ubah posisi dengan sering,


letakkan pasien pada posisi
duduk juga posisi terlentang

pasien lubektomi harus menunjukkan


aliran darah normal pada lobus yang
masih
ada.
Obstruksi jalan napas mempengaruhi
ventilasi menganggu pertukaran gas
(rujuk DK: bersihyan jalan napas, tak
efektif.,)

sampai posisi miring.


Memaksimalkan ekspansi paru dan
drainase secret

5. Dorong atau bantu dengan


latihan napas dalam dan napas
bibir dengan tepat.

Meningktakan ventilasi maksimal


dan oksigenasi dan menurunkan atau
mencegah aktelestatis

6. Pertahankan kepatenan sistem

Mengalirkan cairan dari rongga

drainase dada untuk lubektomi,

pleural untuk meningkatkan ekspansi

pasien reseksi segmen.

segmen paru yang masih ada.


Drainase berdarah harus menurun
dalam jumlah dan berubah sampai
komposisi serosa sesuai dengan
kemajuan penyembuhan.

7. Catat perubahan jumahan/


tipe drainase selang dada

Peningkatan tiba-tiba pada jumlah


drainase berdarah atau kembali
terjadi pendarahan diduga terjadi
perdarahan toraks/hemotoraks:

penghentian tiba-tiba diduga terjadi


hambatan pada selang, memerlukan
evalasi dan intervensi lanjut.

Peningktan konsumsi kebutuhan


oksigen dan stres pembedahan dapat
mengakibatkan peningkatan dispne,
8. Observasi respon pasien terhadap
aktivitas. Dorong periode

perubahan tanda vital karena


aktivitas. Mobilitas dini.

istirahat/ batasi aktivitas sesuai


toleransi pasien.

2.5.2

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas
dan peningkatan sekresi trakheobronkhial yang ditandai dengan dispnea, suara nafas
tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan pada irama dan frekuensi
pernafasan.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan potensi jalan nafas, dengan cairan secret
mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan
tak bising.

Tindakan/ intervensi :
Tindakan/ intervensi

Rasional

Mandiri
1. Auskultasi dada untuk karakter Pernapasan
bunyi nafas dan adanya secret

bising

menunjukkan

tertahannya secret dan obstruksi jalan


nafas

2. Bantu pasien untuk nafas dalam


efektif dan batuk dengan posisi Posisi duduk memungkinkan ekspansi
duduk tinggi dan menekan daerah paru
insisi.

maksimal

menguatkan

dan

upaya

penekanan

batuk

untuk

memobilisasi dan membung secret .


3. Observasi

jumah

dan

karakter

sputum atau secret serta selidiki


perubahan sesuai indikasi

Peningkatan

jumlah

secret

tak

berwarna (atau bercak darah) / berair


awalnya normal dan harus menurun
sesuai

kemajuan

penyembuhan.

Adanya sputum yang kental, berdarah


atau purulen diduga terjadi karena
adanya perdarahan local atau infeksi
4. Penghisapan bila battuk lemah atau yang memerlukan pengobatan.
ronki

tidak

penghisapan

bersih

endotrakel

Hindari
dan Penghisapan rutin meningkatkan risiko

nasotrakeal yang dalam pada pasien hipoksemia dan kerusakan mukosa.


pasien

pneumonektomi

bila Penghisapan

mungkin.

umum

trakeal

dalam

secara

pada

pasien

kontraindikasi

pneumonektomi

untuk menurunkan

risiko ruptur jahitan bronkial. Bila


panghisapan tidak dihindari, harus
5. Dorong masukkan cairan per oral

dilakukan dengan hati- hati hanya


untuk merangsang batuk efektif.

Hidrasi

adekuat

untuk

mempertahankan secret hilang atau


peningkatan pengeluaran.

Kolaborasi:
1. Berikan
spirometer

dan
dan

bantu
bantu

dengan Memperbaiki
drainase ventilasi

postural/ perfusi sesuai indikasi

ekspansi
dan

paru

atau

memudahkan

pembuangan secret. Drainase postural


dapat

dikontraindikasikan

pada

beberapa pasien dan pada setiap


kejadian

harus

dilakukan

untuk

mencegah gangguan pernapasan dan


ketidaknyamanan.
2. Berikan caian tambahan melalui IV Memberikan
sesuai indikasi

membantu
pengenceran

hidrasi

maksimal

penyilangan

atau

secret

untuk

meningktakan pengeluaran. Gangguan


masukan oral memerlukan tambahan
melalui IV unutk mempertahankan
hidrasi.

3. Berikan bronkodilator,ekspektoran Menghilangkan spasme bronkus untuk


dan atau analgesic sesuai indikasi

memperbaiki

alairan

udara.

Ekspektoran meningkatkan produksi


mukosa

untuk

menurunkan

mengencerkan
viskositas

memudahkan

dan

secret,

pembuangan.

Penghilangan ketidaknyamanan dada


meningkatkan kerjasama pada latihan
pernapasan,

dan

meningktkan

keefektifan terapi pernapasan.

2.5.3

Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis

Hasil yang diharapkan: Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Tindakan dan intervensi :


Tindakan/ intervensi
Mandiri
1.
Tanyakan pasien tentang
nyeri.

Tentukan

karakteristik

nyeri,

misalnya terus menerus,


sakit,

menusuk,

terbakar. Buat

atau
rentang

Rasional
Membantu dalam evaluasi gejala
nyeri

karena kanker, yang dapat

menyebabkan syaraf dan jaringan


tulang. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji
tingkat nyeri.

intensitas para skala 0-10


2. Kaji pernyataan verbal dan
non verbal nyeri pasien

Ketidak sesuaian antara petunjuk


verbal / non verbal dapat memberikan
petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/
keefektifan intervensi .

3. Catat kemungkinan penyebab


nyeri

Insisi

posterolateral

lebih

tidak

nyaman untuk pasien daripada insisi


anterolateral
dapat

adanya

meningkatkan

selang

dada

lebih

besar

ketidak nyamanan. Selain itu takut,


distress

dan

kehilangan

sesuai

diagnose kanker dapat mengganggu


kemampuan mengatasinya
4. Berikan

tindakan

kenyamanan, misalnya sering


mengubah
sokongan

posisi,
bantal

penggunaan
relaksasi.

dan
dorong
tekhnik

Dan

aktivitas

hiburan yang tepat


5. Jadwalkan periode istirahat,
berikan lingkungan tenang

Meningkatkan

relaksasi

pengalihan

perhatian

menghilangkan

ketidak

dan
dapat

nyamanan

dan meningkatkan efek terapeutik


analgesic.

Penurunan kelemahan dan hemat


energy
6. Bantu

aktivitas

meningkatkan

kemampuan

perawatan koping

diri
Mencegah kelemahan yang tak perlu.
Mendorong dan membantu aktivitas
fisik

mungkin

beberapa
Kolaborasi:
1. Berikan

waktu

diperlukan

untuk

sbelum

pasien

mampu untuk melakukan aktivitas


analgesik

rutin

karena nyeri

sesuai indikasi.
Mempertahankan kadar obat lebih
konstan menghindari puncak periode
nyeri

2.5.4 Nyeri yang berhubungan dengan kanker metastasis


Hasil yang diharapkan: Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Tindakan dan intervensi :
Tindakan/ intervensi
Mandiri

Rasional

1. Tanyakan pasien tentang Membantu dalam evaluasi gejala


nyeri.

Tentukan nyeri

karakteristik

karena kanker, yang dapat

nyeri, menyebabkan syaraf dan jaringan

misalnya terus menerus, tulang. Penggunaan skala rentang


sakit,

menusuk,

terbakar. Buat

atau membantu pasien dalam mengkaji


rentang tingkat nyeri.

intensitas para skala 0-10


2. Kaji pernyataan verbal Ketidak sesuaian antara petunjuk
dan non verbal nyeri verbal / non verbal dapat memberikan
pasien

petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/


keefektifan intervensi .

3. Catat

kemungkinan Insisi

penyebab nyeri

posterolateral

lebih

tidak

nyaman untuk pasien daripada insisi


anterolateral
dapat

adanya

meningkatkan

selang

dada

lebih

besar

ketidak nyamanan. Selain itu takut,


distress

dan

kehilangan

sesuai

diagnose kanker dapat mengganggu


kemampuan mengatasinya
4. Berikan

tindakan Meningkatkan

kenyamanan,

misalnya pengalihan

perhatian

sering mengubah posisi, menghilangkan


dan

sokongan

dorong

relaksasi
ketidak

dan
dapat

nyamanan

bantal dan meningkatkan efek terapeutik

penggunaan analgesic.

tekhnik relaksasi.

Dan

aktivitas

yang

hiburan

tepat
5. Jadwalkan
istirahat,

periode
berikan

Penurunan kelemahan dan hemat


energy

lingkungan tenang

meningkatkan

kemampuan

koping
6. Bantu aktivitas perawatan
Mencegah kelemahan yang tak perlu.

diri

Mendorong dan membantu aktivitas


fisik

mungkin

beberapa

waktu

diperlukan

untuk

sbelum

pasien

mampu untuk melakukan aktivitas


Kolaborasi:
2. Berikan

karena nyeri
analgesik

sesuai indikasi.

rutin
Mempertahankan kadar obat lebih
konstan menghindari puncak periode
nyeri

2.5.6 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen tubuh yang ditandai dengan dispnea, kelemahan umum, nyeri
Hasil yang diharapkan : Melaporkan peningkatan intoleransi aktivitas, serta menunjukkan
penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya pernafasan dan tekanan darah masih dalam
rentang normal.

Tindakan dan intervensi :


Tindakan/ intervensi
Mandiri:
1. Observasi
untuk

Rasional

kemampuan

melakukan

pasien Mempengaruhi pilihan intervesi/

tugas

atau bantuan

aktivitas normal, catat laporn


kelelahan, keletihan dan kesulitan
menyelesaikan tugas
2. Observasi tekanan darah, nadi, Manifestasi kardio pulmonal dari
pernapasan, selama dan sesudah upaya jantung dan paru untuk
aktivitas

membawa jumlah oksigen adekuat


ke jaringan.

3. Berikan

lingkungan

tenang. Meningkatkan

istirahat

untuk

Pertahankan tirah baring bila menurunkan kebutuhan oksigen


diindikasikan

tubuh dan menurunkan peregangan


paru .

4. Ubah

posisi

pasien

dengan Hipoksia

perlahan dan pantau terhadap menyebabkan


pusing

cerebra
pusing

peningkatkan resiko cedera

dapat
dan

2.5.7

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan
menelan yang ditandai dengan kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan dan
mengunyah.
Hasil yang diharapkan: Memperlihatkan status gizi yang adekuat

Tindakan/ intervensi
Tindakan/ intervensi

Rasional

Mandiri
1. Identifikasi

factor

yang Pilihan

intervensi

tergantung

pada

menimbulkan mual atau muntah penyebab masalah.


misalnya sputum banyak, dispnea
berat, dan nyeri.
2. Berikan wadah tertutup untuk Menghiangakan tanda bahaya dan rasa
sputum

dan

mungkin.

buang
Berikan/

sesering bau dari lingkungan pasien dapat


bantu menurunkan mual.

kebersihan mulut setelah muntah,


drainase postural dan sebelum
makan
3. Auskultasi bunyi usus. Observasi Bunyi usus mungkin menurun atau tak
dari palpasi distensi abnormal.

ada

bila

proses

infeksi

berat/

memanjang. Distensi abdomen terjadi


sebagai akibat menelan udara atau
menunujukkan pengaruh toksin
4. Berikan makan porsi kecil dan
sering, makanan yang menarik
untuk pasien.

Tindakan

ini

dapat

masukan

meskipun

meningkatkan
nafsu

makan

kronis

dapat

5. Evaluasi status nutrisi umum, ukur lambat untuk kembali.


berat badan dasar.
Adanya

kondisi

menimbulkan

malnutrisi,

randahan

tahan terhadap infeksi, dan lambatnya


respon terhadap terapi.

2.5.8 Ansietas yang berhubungan dengan ancaman akan kematian


Hasil yang diharapkan : Pengendalian diri terhadap ansietas

Tindakan/ intervensi
Tindakan/ Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Akui
pasien

rasa

takut/
dan

masalah Dukungan

memampukan

pasien

mulai

dorong membuka/ menerima kenyataan kanker dan

mengekspresikan perasaannya

pengobatannya. Pasien mungkin perlu waktu


untuk

mengidentifikasi

perasaan

dan

meskipun lebih banyak waktu untuk mulai


mengekspresikannya.

2. Berikan

kesempatan

untuk Membuat

kepercayaan

dan

menurunkan

bertanya dan jawab dengan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap


jujur. Yakinkan bahwa pasien informasi
dan

member

perawatan

mempunyai pemahaman yang


sama
3. Terima penyangkalan pasien
Bila penyangkalan extreme atau ansietas

tetapi jangan dikuatkan

mempengaruhi

kemajuan

penyembuhan,

mengadapi issue pasien perlu dijelaskan dan


membuka cara penyelesaiannya
4. Catat komentar/ perilaku yang
menunjukkan menerima dan/ Takut/
atau

menggunakan

ansietas

strategi menerima

efektif menerima situasi

menurun,

atau

secara

pasien
positif

mulai
dengan

kenyataan. Indicator persiapan pasien untuk


menerima

tanggung

jawab

untuk

berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk


mualai hidup lagi
5. Libatkan pasien/ orang terdekat
dalam perencanaan perawatan. Dapat
Berikan

waktu

menyiapkan

memperbaiki

beberapa

untuk perasaan control/ kemandirian pada pasien


peristiwa/ yang merasa tak berdaya dalam menerima

pengobatan
6. Berikan

membantu

kenyamanan

diagnosa dan pengobatan.


fisik

pasien
Ini sulit untuk menerima dengan issue emosi
bila pengalaman extreme/ ketidak nyamanan
fisik menetap.

Anda mungkin juga menyukai