Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Hasanudin
PENDAHULUAN
Indonesia yang berupa kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di
dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsug dapat membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara, serta perjuangan
mengejar tujuan nasional. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Ketahanan
Nasional Indonesia adalah strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara
Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan dan sarana-sarana untuk mencapai
tujuan nasional bangsa Indonesia, serta memberi arahan tentang bagaimana
merancang strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik,
aman dan sejahtera.1 Dengan memahami hakekat Ketahanan Nasional, maka sudah
seharusnya bangsa Indonesia menerapkan strategi pembangunan yang berorientasi
pada aspek maritim, karena sesuai dengan kondisi geografis Indonesia sebagai
negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau besar dan kecil, dengan total luas
wilayah 8.189.000 km terdiri dari luas perairan 6.279.000 km persegi (76,7%), dan
sisanya 1.910.000 km persegi (23,3%) berbentuk daratan. 2 Di samping itu, posisi
strategis kepulauan Indonesia diantara dua benua dan dua samudra menjadikan
perairan Indonesia memiliki potensi besar sebagai jalur lalu lintas perdagangan dunia
maupun jalur perlintasan militer yang cukup sibuk, di samping potensi sumber daya
lautnya yang sangat melimpah. Jika melihat dari modal tersebut, serta unsur-unsur
1 Sirjanti, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, (Jakarta : Graha Ilmu,
2009), h. 155.
2 Sumber data Badan Informasi Geospasial berdasarkan hasil survey geografi dan
toponimi dari tahun 2007 hingga 2010 oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi
(Timnas PNR). Hasil survey tersebut telah dilaporkan ke United Nations Group of
Expert on Geograpichal Names (UNGEGN).
potensi maritim lainnya yang dimiliki bangsa Indonesia, maka pembangunan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia sesuai dengan visi pemerintah saat ini akan mungkin
sekali terwujud. Namun, ada prasyarat penting yang harus diperhatikan dalam
mendukung pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia, yaitu terjaminya
keamanan maritim. Dengan adanya rasa kepastian dan perlindungan keamanan bagi
seluruh aktivitas di bidang kemaritiman, maka berbagai upaya untuk membangun
Indonesia sebagai poros maritim dunia akan dapat lebih mudah terwujud. Di sinilah
letak urgensi perlu adanya peningkatan sistem keamanan maritim yang diyakini akan
mampu mendukung pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia, serta
dapat memperkuat ketahanan nasional.
2.Maksud dan tujuan.
a.
Maksud.
pemikiran
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan
dalam
menentukan
b.
II.
PEMBAHASAN
4.
memiliki tiga jalur masuk ALKI strategis yang menjadi jalur kapal-kapal dagang
internasional, yaitu Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makassar dan beberapa choke
points yang sangat rawan ditinjau dari segi keamanan. Wilayah Indonesia juga dibatasi
oleh Selat Malaka yang merupakan salah satu selat dan choke point terpadat di dunia.
Karena nilai strategisnya tersebut, maka konsekuensinya akan memunculkan
tantangan yang cukup besar terhadap keamanan di wilayah laut Indonesia. Ancaman
keamanan terhadap negara kepulauan dengan wilayah laut yang cukup luas dapat
berupa pelanggaran wilayah, penyelundupan, pencurian ikan (illegal fishing), bajak laut
(piracy), perompakan (sea robery),
kekerasan berupa terorisme maritim, dan lain-lain. Posisi strategis dan luasnya wilayah
laut Indonesia, serta besarnya potensi ancaman tersebut menjadi dasar bagi
pemerintah selama ini untuk melibatkan bukan hanya satu lembaga kemaritiman saja
dalam sistem pengamanannya, namun banyak lembaga / institusi yang memiliki
kewenangan di dalamnya. Kewenangan yang tersebar inilah yang kemudian menjadi
faktor kesulitan terbesar dalam mengintegrasikan lintas sektoral tersebut ke dalam
sistem satu pintu (one gate system).3
Walaupun seluruh lembaga / institusi kemaritiman Indonesia sebenarnya telah
berupaya keras untuk bersatu dalam mengamankan wilayah laut yurisdiksi nasional,
namun di tengah keterbatasan dan permasalahan yang ada, upaya tersebut belum
mampu mewujudkan wilayah laut yang aman. Indikasinya dapat dilihat dari data
rekapitulasi pelanggaran periode 01 Januari s.d 31 Mei 2015 yang dikeluarkan
Bakamla, di mana terdapat 25 kasus pencurian ikan, 54 kasus penyelundupan, 8
kasus perompakan/pembajakan, serta masih banyak pelanggaran lainnya. Sementara
itu, khusus pembajakan selama 2014, Allianz Global Corporate & Specialty
menggambarkan bahwa fokus pembajakan/perompakan kapal bergeser dari Somalia
ke spot baru, yaitu Indonesia. Dari 141 serangan pembajakan di perairan
Asia Tenggara selama tahun 2014, sebanyak 100 diantaranya terjadi di Indonesia.
Meskipun serangan yang dilakukan gerombolan orang-orang tersebut tergolong
pencurian oportunistik tingkat rendah, akan
maritim dunia
mewujudkan visi sebagai poros maritim dunia, Presiden Jokowi menuturkan ada lima
pilar utama yang diagendakan dalam pembangunan. 5 Pertama, membangun kembali
budaya maritim Indonesia. Budaya maritim tidak akan terwujud manakala lemahnya
keamanan maritim menjadi hambatan yang menyebabkan masyarakat enggan untuk
memanfaatkan potensi laut. Pilar kedua, yaitu Indonesia akan menjaga dan mengelola
sumber daya laut, dengan fokus pengembangan industri perikanan. Dalam
implementasinya hal ini jelas akan sangat dipengaruhi oleh kondisi keamanan maritim.
Pilar ketiga, adalah memprioritaskan pengembangan infrastruktur dan konektivitas
maritim, dengan membangun jalur tol laut, pelabuhan laut dalam (deep seaport),
logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim. Sasaran tersebut tidak akan
tercapai sesuai harapan apabila tidak didukung oleh adanya jaminan keamanan
maritim yang dapat menarik insvestor, mengingat baik dalam proses pembangunan
maupun kegiatan operasional infrastruktur tersebut, akan berhubungan dengan
kegiatan usaha dan investasi yang sangat dipengaruhi oleh faktor keamanan. Pilar
keempat, yakni dengan melaksanakan diplomasi maritim. Terkait dengan hal ini,
keamanan maritim
Apabila kemanan maritim lemah, maka akan menjadi hambatan dalam pelaksanaan
diplomasi maritim. Sedangkan untuk pilar kelima sudah tentu sangat berhubungan
dengan keamanan maritim karena menyangkut
pertahanan maritim. Oleh karena itu, lemahnya sistem keamanan maritim akan
berimplikasi negatif terhadap pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia,
termasuk terhadap ketahanan nasional, sehingga upaya untuk meningkatkan sistem
kemanan maritim menjadi sangat penting untuk segera direalisasikan.
hukum di laut saja, akan tetapi merupakan sebuah sistem terkait dengan keamanan
laut yang lebih konprehensif. Keamanan laut mengandung pengertian bahwa laut
aman digunakan oleh pengguna, dan bebas dari ancaman atau gangguan terhadap
aktifitas penggunaan atau pemanfaatan laut. 6 Keamanan maritim sendiri memiliki
banyak pengertian, diantaranya dapat diartikan sebagai kegiatan sipil maupun
militer untuk mengurangi resiko dan melawan kegiatan ilegal dan ancaman dalam
ruang domain maritim. Konsentrasi keamanan maritim
penggunaan atau manipulasi tidak sah terhadap elemen domain maritim pada saat
keadaan damai (Said, 2014). Istilah keamanan maritim digunakan untuk lebih
memperluas makna daripada hanya sebatas keamanan laut. Konsep keamanan
maritim bukanlah suatu konsep yang rigid / kaku, tetapi sangat fleksibel sesuai dengan
pola pikir dan domain masalah maritim yang dibahas.
maritim bagi NKRI tidak akan sama dengan pihak manapun di dunia, sehingga ada
rumusan dan batasan tersendiri yang khas sesuai kondisi nasional yang ada. Bertitik
tolak dari persepsi tersebut sangatlah jelas bahwa pembahasan keamanan maritim di
Indonesia memiliki lingkup yang cukup luas, mulai dari aspek keorganisasian sampai
dengan pengoperasian yang terhubung dalam sebuah sistem.
Dari berbagai analisa mulai dari latar belakang dan kondisi sistem keamanan
maritim Indonesia saat ini dengan berbagai permasalahannya, serta dengan
memahami perkembangan lingkungan strategis dan berbagai peluang yang ada,
maka upaya untuk meningkatkan sistem keamanan maritim memerlukan strategi
yang tepat dan efektif. Karena itu, strategi yang akan dikembangkan harus
disesuaikan dengan kondisi kekuatan dan kemampuan nasional yang ada, serta
dengan mempertimbangkan ruang dan waktu yang tepat
maupun melalui
pembagian skala prioritas. Dalam hal ini, ada rumusan beberapa strategi yang
diyakini dapat meningkatkan sistem keamanan maritim Indonesia secara efektif,
yaitu : pertama, membangun dan mengembangkan elemen sea power Indonesia
dengan titik berat pada pembangunan Armada patroli Bakamla dan pengembangan
kekuatan TNI AL. Kedua, mengintegrasikan sarana pengawasan maritim
yang
6 Laksamana Muda TNI Slamet Yulistiyono, TNI AL, 2011, Keamanan Maritim Dalam Manajemen Aspek
Operasional, disampaikan dalam acara seminar Internasional Maritime Security di Hotel Nico Jakarta
tanggal 11 Juli 2011.
selayaknya
memiliki
Armada
patroli
yang
memadai.
Untuk
meningkatkan
sistem
keamanan
maritim
yang
sejalan
dengan
visi
akan
mengancam
keamanan
maritim,
sehingga
harus
selalu
System berbasis teknologi informasi dan citra satelit yang memadai, serta
dapat dioperasikan secara terintegrasi. Jika melihat kondisi kemampuan dan
kekuatan nasional yang ada, maka pengembangan sistem pengawasan
maritim dalam waktu dekat dapat dilakukan melalui pengintegrasian sarana
teknologi
Surveillance
System
dan
sistem
jaringan
informasi,
serta
surveillance system,
untuk
menunjang
mengintegrasikan sistem
tugasnya.
Sedangkan
dalam
upaya
serta
seperangkat
peralatan
berbasis
teknologi
Informasi,
proses koordinasi
(Bakamla, TNI AL, Polair, Bea Cukai, Imigrasi, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian
Perhubungan, TNI AU, LAPAN dan BPPT) yang sesuai dengan kewenangan
yang diberikan oleh undang-undang untuk menghindari terjadinya tumpangtindih dalam pengamanan wilayah laut. Oleh karena itu perlu adanya
inventarisasi semua peraturan perundang-undangan terkait keamanan maritim,
untuk selanjutnya dilakukan evaluasi dan revisi terhadap aturan yang tumpangtindih maupun kurang jelas, sehingga dalam produk regulasi dan legislasi
selanjutnya akan menghasilkan aturan perundang-undangan yang lebih jelas,
tegas dan lebih konprehensif.
Sementara itu dalam aspek kelembagaan, Bakamla harus mulai
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai jalan ke luar dari kesulitan dalam
pelaksanaan koordinasi lintas sektoral yang memiliki kewenangan dalam sistem
keamanan maritim, serta kewenangan komando (line of command), agar dalam
pelaksanaan operasinya tidak terjadi tumpang-tindih dan berjalan lebih efektif.
Dalam hal ini, sebagai negara yang memiliki wilayah laut luas beserta potensi
sumber daya alam di dalamnya, maka kebijakan nasional di bidang keamanan
maritim seharusnya sudah dapat dikoordinasikan dan dikendalikan oleh
Bakamla yang telah diberi kewenangan penuh untuk pengamanan dan
penegakan hukum di laut yurisdiksi nasional, dan legalitas formalnya diakui oleh
hukum nasional maupun hukum internasional. Untuk itu perlu adanya dorongan
dan dukungan dari semua pihak terkait agar Bakamla dapat menjadi lembaga
yang lebih efektif untuk mewujudkan keamanan maritim nasional dan
internasional, serta mampu mensinergikan semua stakeholder terkait dalam
menjaga keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia.
III.
6.
Kesimpulan.
PENUTUP
a.
Meningkatnya
sistem
keamanan
maritim
secara
langsung
akan
7.
Saran.
a.
Juni 2015
Lampiran :
A : Alur Pikir.
B : Daftar Gambar/Grafik.
C : Daftar pustaka.
LAMPIRAN A
KETAHANAN
NASIONAL KUAT
PERMASALAHAN :
SISTEM KEAMANAN
MARITIM
SAAT INI
MINIMNYA
INFRASTRUKTUR SERTA
ALUTSISTA DAN SARANA
TEKNOLOGI
PAWASAN, PGUNAAN
SARANA PAMANAN,
MAUPUN PELAKSANAAN
OPERASI PENINDAKAN
YANG BERSIFAT
KONSEP
PENINGKATAN
INSTRUMENTAL
INPUTSIS
KAM MARITIM:
PBANGUNAN
SISTEM
INDONESIA
KEAMANAN
SBG
MENGINTEGRASIKAN SARANA
POROS
MARITIM
MARITM
PENGAWASAN
DUNIA
MENINGKAT
TERDUKUNG
MEMBANGUN SEA POWER
MENSINERGIKAN
KEMARITIMAN
LEMBAGA
ENVIRONMENTAL INPUT
LAMPIRAN B
DAFTAR GAMBAR/GRAFIK
LAMPIRAN C
DAFTAR PUSTAKA
A.
Bantarto Bandoro, 2005, Perpektif Baru Keamanan Nasional, Centre for Strategic
and Internasional Studies, Jakarta.
Makmur Keliat, 2009, Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia,
Journal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 13, Nomor 1, Juli 2009 (111-129),
ISSN 1410-4946.
Laksamana TNI Dr. Marsetio, 2014. Sea Power Indonesia, Universitas Pertahanan
Indonesia, Jakarta.
Laksamana TNI Dr. Marsetio, 2014. Paradigma Baru
Naskah Dokumen.
Website.
____.
http://mimerss.blogspot.com/2013/06/geopolitik-kawasan-asia-tenggara.html,
Safety
and
Shipping
Review
2015,
dalam
http://www.agcs.allianz.com/