DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NADA ELIZA NURLATIFAH (I1031151030)
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA TAHUN 2015
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIAN STROKE NON HEMORAGIK......................6
BAB III..............................................................................................................31
PENUTUP........................................................................................................... 31
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 31
REFERENSI.....................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk
yang hidup di dalam lingkungan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Indonesia. Sebagai suatu negara
agraris yang sedang berkembang menuju negara industri, Indonesia memiliki kecenderungan
baru dalam pola penyakit dimasyarakat yang memberikan andil besar terhadap pola vertilitas,
gaya hidup, sosial ekonomi yang memacu, terjadinya penyakit tidak menular. Salah satu
penyakit yang tidak menular adalah Stroke. Stroke merupakan penyakit neurologik yang
banyak dijumpai di negara-negara industri selain penyakit kardiovaskular dan kanker.
Disamping itu, stroke dapat menyebabkan cacat tubuh sehingga terjadi penurunan
produktifitas kerja atau sumber daya manusia yang pada akhirnya jadi beban sosial baik bagi
keluarganya maupun masyarakat dan negara (Projodisastro, 2009).
Stroke sangat mengerikan, serangan telak pada otak merampas kebahagiaan dan bahkan
mengubah kehidupan pasien dan keluarganya. Kemampuan berfikir, beraktivitas, berbicara,
dan kebahagiaan lenyap ketika stroke telah menimpa seseorang. Kecacatan akibat stroke juga
menambah beban materi dan mental bagi keluarga. Fakta inilah yang membuat sebagian
orang miris menghadapi stroke. Beberapa dasawarsa yang lalu, stroke identik sebagai
penyakit kaum manula, namun kini banyak kaum muda yang mendapat serangan stroke.
Tidak heran jika stroke semakin sering menjadi bahan perbincangan dikalangan masyarakat.
Stroke merupakan penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker (Lingga, 2013).
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi sistem saraf
pusat fokal atau global yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, mekanisme vaskular yang
menyebabkan stroke dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Stroke Iskemik (Trombolitik,
Embolitik) dan Stroke Hemoragik (Intraserebral, Subraknoid) (Ginsberg, 2008).
Pada tahun 2006 yang sakit mencapai 328 orang yang meninggal 94 orang. Pada tahun
2007 yang sakit mencapai 487 dan yang meninggal mencapai 169 orang. Tahun 2008 malah
lebih meningkat lagi mencapai 554 dan yang meninggal 190 orang. Pada 2009 yang sakit
mencapai 498 dan yang meninggal mencapai 184 orang. Untuk tahun 2010 mencapai 48
orang dan yang meninggal mencapai 14 orang (Pontianak Post, 2010)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Singkawang, pada tahun 2010 tercatat hanya
54 orang penderita pasca stroke yang mengunjungi semua puskesmas yang ada di Kota
Singkawang padahal pemerintah Kota Singkawang mencanangkan program kunjungan untuk
PTM (Penyakit Tidak Menular). Menanggapi hal tersebut perlunya kerja sama antara perawat
dan pasien atau keluarga dalam mewujudkan program kunjungan untuk PTM di Kota
Singkawang sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualiatas.
Data RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang dapat diperoleh hasil dari rekam medis pada
tahun 2014 untuk pasien stroke hemoragik rawat inap tercatat 57 orang, rawat jalan 161
orang, sedangkan pada pasien stroke non hemoragik rawat inap tercatat 88 orang, dan rawat
jalan 492 orang.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Fase Post Akut Sroke Non Hemoragik, Asuhan Keperawatan adalah suatu
tindakan kegiatan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah
yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
ilmu keperawatan (Nursalam, 2011). Dan penulis menggunakan lima tahap proses
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan (intervensi), implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995). Pengkajian pada pasien stroke non hemoragik dapat
menggunakan dua sumber (primer dan sekunder).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito,
2000). Diagnosa utama pada pasien stroke non hemoragik yaitu kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan keterlibatan neurovaskuler.
Intervensi adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994). Sedangkan intervensi pada pasien stroke non hemoragik dapat
melakukan ROM aktif dan ROM pasif.
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994 dalam Potter &
Perry, 1997). Sehingga impplementasi pada pasien stroke non hemoragik yaitu catatan
perkembangan pasien dari kegiatan yang sudah direncanakan.
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar dan tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang
tampil (Craven dan Hirnle, 2000). Evaluasi dari pasien stroke non hemoragik, penulis
mengharapkan agar kebutuhannya terhadap pergerakan dapat terpenuhi.
Dan dari uraian data di atas dapat diangkat judul Studi Kasus Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang pada tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka muncul pertanyaan peneliti sebagai berikut
:
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di Bangsal Penyakit
Dalam RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang pada tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr.Abdul
Azis Singkawang pada tahun 2015.
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi hasil pengkajian keperawatan pada pasien stroke non hemoragik di
bangsal penyakit dalam RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang.
2. Mengidentifikasi hasil diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien stroke non
hemoragik di bangsal penyakit dalam RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang.
3. Mengidentifikasi hasil intervensi keperawatan yang efektif untuk meningkatkan
adaptasi pasien stroke non hemoragik di bangsal penyakit dalam RSUD Dr.Abdul
Azis Singkawang.
4. Mengidentifikasi hasil implementasi keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIAN STROKE NON
HEMORAGIK
Nama
NIM
:I1031151030
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn.S
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 60 tahun
Suku
: Melayu
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjan
: Pensiunan Guru
Alamat
Kabupaten Sambas
No. CM
: 092176
Ruangan
Diagnosa medic
Tanggal Pengkajian
: Ny. A
Jenis Klemain
: Perempuan
Usia
: 55 tahun
Suku
: Melayu
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
Alamat
: Istri Tn. S
tahun pasien mengalami penyakit tekanan darah tinggi, pasien sering mengontrol
kesehatannya di praktik dokter swasta dan sering mengonsumsi obat yang
diberikan oleh dokter tersebut. Pasien juga mempunyai kebiasaan merokok 10
tahun dan suka mengonsumsi kopi.
b. Riwayat Alergi
penyakit
Tn.
mengatakan
ia
mulai
merasakan anggota gerak bagian kanan kaku sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, sebelumnya ia mengeluh bicara sedikit pelo, kemudian pasien
dibawa oleh keluarga ke RSUD Abdul Ajiz Singkawang dan mendapatkan
8
penanganan awal dan pemeriksaan, pasien didiagnosa Stroke.
Saat di IGD
RSUD Abdul Ajiz pukul 19.45 wib tanggal 15 januari 2015, pasien mendapat
penanganan dengan terapi : Infus Nacl 0,9% 20 Tpm, TD : 170/100, Nadi :
104x/m, RR : 32x/m, Temp : 37,8C. Pasien dianjurkan untuk rawat inap,
kemudian pasien dipindahkan ke ruang penyakit dalam kamar W1-1 untuk
dilakukan perawatan lanjut
9
2) Pola eliminasi: sebelum masuk rumah sakit BAB lancar dan BAK pun lancar, setelah
masuk rumah sakit BAB belum ada, dan BAK lancar.
3) Pola aktivitas : sebelum masuk rumah sakit aktivitas pasien dapat dilakukan dengan
sendiri, setelah masuk rumah sakit aktivitas pasien dibantu oleh orang sekitar atau
keluarga.
Tabel 1 Pola aktivitas dan latihan Tn. S di RSUD Abdul Ajiz Singkawang
No.
1.
Makan/ Minum
2.
Toileting
3.
Berpakaian
4.
5.
Berpindah
6.
Ambulasi/ ROM
keadaan sadar penuh, cara komunikasi pasien baik, selama sakit pasien
mengatakan masih sadar penuh, masih bisa menginterpretasikan lingkungan tetapi
dalam hal mengutarakan secara verbal ia mengalami hambatan.
5) Pola tidur dan istirahat
: pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
pasien dapat tidur cukup dan nyenyak kurang lebih 7-8 jam/hari, setelah masuk
rumah sakit pasien mengatakan sulit tidur, pasien hanya tidur 4-5 jam/hari.
6) Pola konsep diri
: pasien mengatakan menerima dengan keadaan saat
ini, terdapat banyak perubahan terhadap gerakan, bicara dan wajah, tetapi pasien
tetap bersyukur dan menerima dengan ikhlas.
7) Pola hubungan dan peran : pasien menjadi bapak dari 3 orang anak dan menjadi
kakek dari 4 cucu.
G. PEMERIKSAAN FISIK
1)
2)
3)
4)
10
5) Mata
konjungtiva
tidak
anemis,
sklera
tidak
ikterik,
bentuk
paru
simetris
antara
kanan
dan
kiri,
pengembangan paru kanan dan kiri sama, vocal fremitus kanan dan kiri sama, saat
diperkusi bunyi paru sonor, dan saat diauskultasi suara nafas vesikuler.
10) Jantung
: saat diinspeksi ictus cordis tampak, teraba saat
dipalpasi bunyi pekak saat diperkusi, dan bunyi jantung I dan bunyi jantung II murni,
tidak ada suara tambahan.
11) Abdomen
16x/menit, diperkusi bunyi perut timpani, saat palpasi tidak ada nyeri tekan pada
perut.
12) Genitalia
Hasil pengkajian ekstremitas
1) Ekstermitas atas
kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral hangat,
terpasang infus Nacl 0,9% 20 Tpm di tangan kiri.
2) Ekstermitas bawah
: kekuatan otot kanan 3, otot kiri 5, capilary refile
kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral hangat.
Hasil pengkajian saraf kranial
saraf kranial
1) Nervus Cranial VII (Fasialis) : ketidaksemetrisan bibir atau perot ke kanan
2) Nervus Cranial XI (Aksesorius) : tidak mampu mengangkat bahu, hasil pemeriksaan
fungsi saraf sensori terdapat nyeri superfisial, terjadi penurunan rangsangan pada
anggota gerak kanan.
I.
MEDIKASI/ PENGOBATAN
1) Pada tanggal 19 januari 2015 pasien diberikan terapi : Infus Nacl 0,9% 20 Tpm
(memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan), Sohobion 2x2ml (untuk pencegahan
11
dan penyembuhan kekurangan vitamin B1, B6, B12, Citicoline 2x250mg (untuk
memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke iskemik) Ranitidin 2x50mg
(untuk lambung), Vit.C, Injeksi Manitol (penurunan TIK), Laxadin Syr (anti
konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan jantung koroner),
Bisoprolol (mengurangi frekuensi detak jantung dan menurunkan tekanan darah).
2) pada tanggal 20 Januari 2015 pasien diberikan terapi :Infus Nacl 0,9% 20 Tpm
(memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan), Sohobion 2x2ml (untuk pencegahan
dan penyembuhan kekurangan vitamin B1, B6, B12, Citicoline 2x250mg (untuk
memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke iskemik) Ranitidin 2x50mg
(untuk lambung), Vit.C, Injeksi Manitol (penurunan TIK), Laxadin Syr (anti
konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan jantung koroner),
Bisoprolol (mengurangi frekuensi detak jantung dan menurunkan tekanan darah).
3) pada tanggal 21 Januari 2015 pasien di berikan terapi : Infus Nacl 0,9% 20 Tpm
(memenuhi
kebutuhan
nutrisi
dan
cairan),
Citicoline
2x250mg
(untuk
Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
12
1
Ds : gangguan mobilitas
Do : anggota gerak bagian kanan pasien
fisik berhubungan
tidak bisa digerakkan, kekuatan otot
dengan kerusakan
ekstermitas atas kanan 2, kekuatan otot
neuromuskuler.
ekstermitas atas kiri 5, kekuatan otot
bawah
kiri
5,
tingkat
resiko tinggi
terhadap cidera
berhubungan
dengan immobilitas,
kelemahan motorik,
penurunan tingkat
kesadaran.
komunikasi verbal
berhubungan
dengan kerusakan
sirkulasi serebral,
kerusakan
neuromuskular,
kehilangan tonus/
kontrol otot fasia,
kelemahan/
kelelahan umum
kerusakan komunikasi
verbal
13
4
alvi (konstipasi)
sekarang.
Do : perut pasien tampak kembung.
berhubungan
dengan imobilisasi
dan asupan cairan
yang tidak adekuat
14
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1
Tujuan
Intervensi
Rasional
berhubungan dengan
kerusakan
neuromuskuler
fisik teratasi
Kriteria Hasil: kebutuhan
pemilihan intervensi.
pasien terhadap
pergerakan dapat dipenuhi,
rasional: mengidentifikasi
dsb
kesadaran membaik,
mempertahankan posisi
mempertahankan integritas
kulit.
15
latihan
quadrisep
(gluteal
meremas
bola
karet,
membantu mencegah
kontraktur menurunkan
terjadinya hiperkalsiuria dan
osteoporosis.
16
cidera berhubungan
dengan immobilitas,
kelemahan motorik,
penurunan tingkat
kesadaran
cidera.
rasional: penggunaan
17
kerusakan komunikasi
verbal berhubungan
dengan kerusakan
sirkulasi serebral,
berkomunikasi dengan
kerusakan
neuromuskular,
rasional : membantu
kehilangan tonus/
mengemukakan
komunikasi.
kebutuhannya, dengan
kelemahan/ kelelahan
respon.
Anjurkan pengunjung atau keluarga pasien terdekat
umum
mengidentifikasi
pemahaman tentang
pasien
pasien
masalah komunikasi,
pasien akan mengenal
meningkatkan penciptaan
kebutuhan dapat
komunikasi efektif
diekspresikan.
rasional: mempercepat
penyembuhan pasien.
18
(konstipasi)
berhubungan dengan
adekuat
lebih 18 gelas/hari
19
Implementasi keperawatan
Tanggal
19 Januari
2015
Wakt
u
08.00
Implementasi
Hasil
08.15
08.25
08.30
09.30
11.00
11.15
12.00
12.30
pasien
mengikuti perintah perawat
08.45
09.00
09.10
09.15
20
20 Januari
2015
12.45
12.50
12.55
13.00
13.10
08.00
08.15
08.25
08.30
08.45
09.00
09.10
09.15
09.30
11.00
21
pasien berespon, bicaralah tanpa tekanan
terhadap sebuah respon
11.15
12.45
12.50
12.00
12.30
12.55
21 Januari
2015
13.00
13.10
08.00
08.15
mengkaji
fungsional,
08.25
kemampuan
mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh pasien masih belum bisa untuk turun
dari tempat tidur secara mandiri.
pasien dan bantu bila perlu,
22
memantau kewaspadaan pasien seperti teralis
08.30
08.45
09.00
09.10
meninggikan tangan dan kepala,
pasien mengikuti perintah perawat.
membantu pasien melakukan latihan rentang
09.15
09.30
mengajak
pasien
berkomunikasi
dengan
pasien memberikan umpan balik.
pasien
untuk
membantu
yang lemah,
menganjurkan
pasien
untuk
resiko
dengan
menggunakan
12.30
cidera
menghindari
alat
pasien mengikuti perintah perawat
bantu,
23
menganjurkan untuk mengonsumsi buah dan
pasien memakan buah/sayur.
sayur kaya serat,
12.45
menganjurkan klien untuk banyak minum air
pasien mencoba minum air putih
kurang lebih 18 gelas/hari.
pengunjung
atau
keluarga
keadaan lantai),
berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk
13.10
melibatkan
keluarga
dalam
tiap
aktivitas
dalam
pemberian
perawatan.
Catatan Perkembangan
Tanggal
No
Diagnosa
SOAP
Paraf
24
19 januari
2015
19 Januari
2015
25
19 Januari
2015
senin 19
januari 2015
20 januari
2015
26
20 januari
2015
20 januari
2015
27
20 januari
2015
21 Januari
2015
21 Januari
2015
28
duduk/berjalan.
21 Januari
2015
21 januari
2015
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Stroke Non Hemoragik
di ruang bangsal penyakit dalam RSUD Abdul Azis dari tanggal 19 januari 2015 sampai 21
Januari 2015 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, sehingga penulis dapat
menarik kesimpulan:
1. Partisipan Pertama Tn.S
a. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, ditemukan tanda dan gejala sesuai dengan tinjauan teori
yaitu menurut teoritis biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, riwayat Hipertensi, riwayat
pengonsumsi rokok. Hal ini dibuktikan pada tinjauan kasus pasien mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan, berbicara pelo saat masuk ke rumah sakit,
riwayat 4 tahun yang lalu pasien pernah masuk rumah sakit dengan menderita
hipertensi, dan pengonsumsi rokok.
b. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap perumusan diagnosa keperawatan terdapat enam diagnosa keperawatan
pada tinjauan teoritis, sedangkan dalam asuhan keperawatan penulis menegakkan
empat diagnosa yang sesuai dengan tinjauan teori dan sesuai dengan tinjauan kasus.
c. Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan mengacu pada masalah pasien dan pada tahap ini
dicantumkan batas waktu tujuan yang akan dicapai. Tidak semua perencanaan yang
penulis buat pada asuhan keperawatan sama pada landasan teori, hal ini disebabkan
penulis menyesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi oleh
pasien yang disusun secara prioritas.
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada kasus untuk rencana tindakan dapat dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan tanpa mengalami hambatan yang berarti karena
ditunjang oleh referensi yang penulis rasa cukup tersedia selain keluarga yang sangat
30
kooperatif, serta kerjasama dengan petugas dan tim kesehatan lain yang sangat
mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada tujuan,
pada tahap ini evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Dari empat diagnosa yang diangkat, teratasi seluruhnya.
REFERENSI
Sari, R. (2015). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON
HEMORAGIK DI BANGSAL PENYAKIT DALAM . Singkawang.
Pada bab ini penulis menyajikan hasil laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan
Pada Tn. S dan Ny. L pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Abdul
Ajis Singkawang yang telah dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Januari 2015. Asuhan
Keperawatan ini meliputi identitas, diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah
keperawatan pada pasien, intervensi, implementasi yang sudah dilaksanakan dan evaluasi.
Pengkajian mulai dilakukan pada tanggal 19 Januari 2015 sampai dengan tanggal 21
Januari 2015.
A. Data Partisipan atau Pasien Pertama
1. Data Demografi Pasien Stroke Non Hemoragik
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 19 januari 2015 pukul 08.00, pada
kasus ini diperoleh dengan cara autonamnese dan allonamnese, mengadakan
pengamatan atau observasi secara langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan
medis dan catatan perawat. Pengkajian tersebut didapat hasil pasien pertama bernama
Tn. S, berjenis kelamin laki-laki, berusia 60 tahun, pasien berasal dari suku melayu,
beragama Islam dengan status perkawinan telah menikah, dengan pekerjaan sekarang
yaitu pensiunan guru, alamat pasien Dusun Baron RT/RW 003/002 Kelurahan Bentunai
Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas, nomor CM 092176, dirawat di ruang penyakit
dalam kamar W1-1 RSUD Abdul Ajiz Singkawang. Sejak pasien dirawat dokter
mendiagnosa bahwa Tn. S menderita penyakit Stroke Non Hemoragik. Penanggung
jawab pasien yaitu isteri pasien yang bernama Ny. A, Berusia 55 tahun. Isteri berasal
dari suku melayu, beragama islam. Pendidikan terakhir isteri SMP dengan pekerjaan
sekarang yaitu Ibu Rumah Tangga. Alamat isteri Dusun Baron RT/RW 003/002
Kelurahan Bentunai Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas.
2.
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah anggota gerak bagian kanan
tidak dapat digerakkan. Riwayat penyakit Tn. S mengatakan ia mulai merasakan
anggota gerak bagian kanan kaku sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
sebelumnya ia mengeluh bicara sedikit pelo, kemudian pasien dibawa oleh
keluarga ke RSUD Abdul Ajiz Singkawang dan mendapatkan penanganan awal
dan pemeriksaan, pasien didiagnosa Stroke.
Saat di IGD RSUD Abdul Ajiz pukul 19.45 wib tanggal 15 januari 2015,
pasien mendapat penanganan dengan terapi : Infus Nacl 0,9% 20 Tpm, TD :
170/100, Nadi : 104x/m, RR : 32x/m, Temp : 37,8C. Pasien dianjurkan untuk
rawat inap, kemudian pasien dipindahkan ke ruang penyakit dalam kamar W1-1
untuk dilakukan perawatan lanjut.
Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan pernah sudah hampir 4 tahun
pasien mengalami penyakit tekanan darah tinggi, pasien sering mengontrol
kesehatannya di praktik dokter swasta dan sering mengonsumsi obat yang
diberikan oleh dokter tersebut. Pasien juga mempunyai kebiasaan merokok 10
tahun dan suka mengonsumsi kopi.
Pasien mengatakan tidak ada dalam keluarganya yang pernah menderita
penyakit yang sama seperti Stroke, hanya saja ada salah satu saudara pasien
dan bapak kandung pasien menderita tekanan darah tinggi.
Genogram
1.
Makan/ Minum
2.
Toileting
3.
Berpakaian
4.
5.
Berpindah
6.
Ambulasi/ ROM
koroner),
Bisoprolol
(mengurangi
frekuensi
detak
jantung
dan
TIK), Laxadin Syr (anti konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan
jantung
koroner),
Bisoprolol
(mengurangi
frekuensi
detak
jantung
dan
koroner),
Bisoprolol
(mengurangi
frekuensi
detak
jantung
dan
dengan
immobilitas,
kelemahan
motorik,
penurunan
tingkat
c. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan masalah keperawatan dengan diagnosa yang pertama, maka
penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kerusakan mobilitas
fisik teratasi dengan Kriteria Hasil: kebutuhan pasien terhadap pergerakan dapat
dipenuhi, mobilisasi dapat dilakukan, kesadaran membaik, mempertahankan posisi
dan fungsi optimal, mempertahankan integritas kulit.
Intervensi atau rencana tindakan yang dilakukan yaitu kaji kemampuan
secara
fungsional/
luasnya
kerusakan
awal
secara
teratur,
rasional:
fisioterapi secara aktif, latihan dan ambulasi pasien, rasional : untuk memenuhi
kebutuhan mobilitas, koordinasi dan kekuatan pada ekstermitas.
Berdasarkan masalah keperawatan dengan diagnosa yang kedua, maka
penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cidera fisik tidak terjadi
dengan Kriteria hasil: Tidak terjadi cidera/ bebas dari cidera.
Intervensi atau rencana yang dilakukan yaitu kaji apa yang tidak dapat
dilakukan oleh pasien dan bantu bila perlu, rasional: pasien dalam keadaan cemas
dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri pasien.
Pantau kewaspadaan pasien seperti teralis tempat tidur/terpasang dan beri
bantalan di posisi tubuh, rasional: agar pasien terhindar dari jatuh atau cidera.
Anjurkan pasien untuk menghindari resiko cidera dengan menggunakan alat bantu,
rasional: penggunaan alat/gerak aktif meningkatkan massa tonus dan kekuatan otot
serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan. Ciptakan lingkungan yang aman
(pantau keadaan lantai), rasional: agar pasien dapat berhati-hati jika ingin turun dari
tempat tidur. Kolaborasi bersama keluarga pasien untuk melibatkan keluarga dalam
tiap aktivitas pasien selama perawatan, rasional: dukungan keluarga sangat penting
bagi pemulihan baik psikis dan fisik.
Berdasarkan masalah keperawatan dengan diagnosa yang ketiga, maka
penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat
berkomunikasi
dengan
tepat
sesuai
dengan
keadaannya
dan
dapat
Kolaborasi
bersama
dokter
dalm
pemberian
obat,
rasional:
Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari senin 19 Januari 2015 pukul:
08.00 WIB yaitu mengkaji TTV pasien, respon: TD: 150/90 mmHg N: 85x/m Temp:
36,8C RR: 24x/m. Pukul: 08.15 mengkaji kemampuan pasien secara fungsional,
respon: tangan dan kaki sebelah kanan sangat kaku dan lemah untuk digerakkan.
Pukul: 08.25 mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dan bantu bila
perlu, respon: pasien masih belum bisa untuk turun dari tempat tidur secara
mandiri. Pukul 08.30 memantau kewaspadaan pasien seperti teralis tempat
tidur/terpasang dan beri bantalan di posisi tubuh, respon: teralis tempat tidur sudah
terpasang, dan bantal disekitar tubuh pasien sudah diberikan. Pukul: 08.45
mengkaji tipe atau derajat disfungsi, respon: pasien memahami percakapan sekitar
hanya saja tidak pasien berbica sedikit pelo. Pukul: 09.00 mengkaji pola eliminasi
BAB, respon: pasien belum pernah BAB dari awal masuk rumah sakit hingga
sekarang. Pukul: 09.10 mengubah posisi pasien minimal setiap 2 jam/hari
(terlentang, miring) dsb, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 09.15
meninggikan tangan dan kepala, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul:
09.30 membantu pasien melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstermitas, respon: pasien mengikuti ajaran perawat. Pukul: 11.00
mengajak pasien berkomunikasi dengan bicara nada normal dan hindari
percakapan yang cepat, berikan senggang waktu untuk pasien berespon, bicaralah
tanpa tekanan terhadap sebuah respon, respon: pasien memberikan umpan balik.
Pukul 11.15 kolaborasi bersama dokter dalam pemberian obat Citicoline 2x250mg,
Ranitidin, Vit.C, Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros, Bisoprolol, respon: pasien
tidak alergi terhadap obat yang diberikan. Pukul: 12.00 menganjurkan pasien untuk
membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstermitas yang tidak
sakit untuk menyokong yang lemah, respon: pasien perlahan-lahan mencoba
menggunakan tangan yang tidak sakit menyokong yang lemah. Pukul: 12.30
menganjurkan pasien untuk menghindari resiko cidera dengan menggunakan alat
bantu, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul 12.45. menganjurkan
untuk mengonsumsi buah dan sayur kaya serat, respon: pasien memakan
buah/sayur. Pukul 12.50 menganjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang
lebih 18 gelas/hari, respon: pasien mencoba minum air putih kurang lebih 18
gelas/hari. Pukul 12.55 menganjurkan pengunjung atau keluarga pasien terdekat
mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien, respon: keluarga
pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 13.00 menciptakan lingkungan yang
aman (pantau keadaan lantai), respon: lantai disekitar tempat tidur pasien kering.
Pukul 13.10 berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk melibatkan keluarga
dalam tiap aktivitas pasien selama perawatan, respon: keluarga pasien sangat
membantu perawat dalam pemberian perawatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari selasa 20 Januari 2015
pukul: 08.00 WIB yaitu mengkaji TTV pasien, respon: TD: 150/90 mmHg N: 85x/m
Temp: 36,8C RR: 24x/m. Pukul: 08.15 mengkaji kemampuan pasien secara
fungsional, respon: tangan dan kaki sebelah kanan sangat kaku dan lemah untuk
digerakkan. Pukul: 08.25 mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dan
bantu bila perlu, respon: pasien masih belum bisa untuk turun dari tempat tidur
secara mandiri. Pukul 08.30 memantau kewaspadaan pasien seperti teralis tempat
tidur/terpasang dan beri bantalan di posisi tubuh, respon: teralis tempat tidur sudah
terpasang, dan bantal disekitar tubuh pasien sudah diberikan. Pukul: 08.45
mengkaji tipe atau derajat disfungsi, respon: pasien memahami percakapan sekitar
hanya saja tidak pasien berbica sedikit pelo. Pukul: 09.00 mengkaji pola eliminasi
BAB, respon: pasien belum pernah BAB dari awal masuk rumah sakit hingga
sekarang. Pukul: 09.10 mengubah posisi pasien minimal setiap 2 jam/hari
(terlentang, miring) dsb, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 09.15
meninggikan tangan dan kepala, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul:
09.30 membantu pasien melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstermitas, respon: pasien mengikuti ajaran perawat. Pukul: 11.00
mengajak pasien berkomunikasi dengan bicara nada normal dan hindari
percakapan yang cepat, berikan senggang waktu untuk pasien berespon, bicaralah
tanpa tekanan terhadap sebuah respon, respon: pasien memberikan umpan balik.
Pukul 11.15 kolaborasi bersama dokter dalam pemberian obat Citicoline 2x250mg,
Ranitidin, Vit.C, Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros, Bisoprolol, respon: pasien
tidak alergi terhadap obat yang diberikan. Pukul: 12.00 menganjurkan pasien untuk
membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstermitas yang tidak
sakit untuk menyokong yang lemah, respon: pasien perlahan-lahan mencoba
menggunakan tangan yang tidak sakit menyokong yang lemah. Pukul: 12.30
Pukul: 11.00 mengajak pasien berkomunikasi dengan bicara nada normal dan
hindari percakapan yang cepat, berikan senggang waktu untuk pasien berespon,
bicaralah tanpa tekanan terhadap sebuah respon, respon: pasien memberikan
umpan balik. Pukul 11.15 kolaborasi bersama dokter dalam pemberian obat
Citicoline 2x250mg, Ranitidin, Vit.C, Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros,
Bisoprolol, respon: pasien tidak alergi terhadap obat yang diberikan. Pukul: 12.00
menganjurkan
pasien
untuk
membantu
pergerakan
dan
latihan
dengan
menggunakan ekstermitas yang tidak sakit untuk menyokong yang lemah, respon:
pasien perlahan-lahan mencoba menggunakan tangan yang tidak sakit menyokong
yang lemah. Pukul: 12.30 menganjurkan pasien untuk menghindari resiko cidera
dengan menggunakan alat bantu, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul
12.45. menganjurkan untuk mengonsumsi buah dan sayur kaya serat, respon:
pasien memakan buah/sayur. Pukul 12.50 menganjurkan klien untuk banyak minum
air putih, kurang lebih 18 gelas/hari, respon: pasien mencoba minum air putih
kurang lebih 18 gelas/hari. Pukul 12.55 menganjurkan pengunjung atau keluarga
pasien terdekat mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien,
respon: keluarga pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 13.00 menciptakan
lingkungan yang aman (pantau keadaan lantai), respon: lantai disekitar tempat tidur
pasien kering. Pukul 13.10 berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk
melibatkan keluarga dalam tiap aktivitas pasien selama perawatan, respon:
keluarga pasien sangat membantu perawat dalam pemberian perawatan.
e.
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam hasil evaluasi dari
tindakan yang dilakukan dengan metode SOAP. Subjektif (S) adalah hal-hal yang di
temukan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Objektif (O) adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Analisis (A) adalah analisis dari hasil yang telah di
capai dengan mengacu pada tujuan yang terkai dengan diagnosis, Perencanaan (P)
adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga pada tahap
evaluasi (Ekasari, 2007)
Pada hari senin 19 januari 2015 jam 08.00 dengan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Subjektif:
pasien mengatakan anggota gerak seblah kanan masih kaku dan lemah untuk
digerakkan. Obyektif: pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang lain saat
bergerak atau pun ke WC. Analisis: masalah belum teratasi. Planning: intervensi
dilanjutkan dengan tindakan mengajarkan pasien ROM (Range Of Motion) aktif dan
pasif.
Pada hari senin 19 Januari 2015 jam 09.00 dengan diagnosa resiko tinggi terhadap
cidera berhubungan dengan immobilitas, kelemahan motorik, penurunan tingkat
kesadaran. Subyektif: pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat tidur
tanpa bantuan keluarga/orang lain. Obyektif: pasien tampak lemah untuk bergerak.
Analisis: masalah belum teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan dengan menjaga
keamanan pasien agar terhindar dari cidera fisik.
Pada hari senin 19 Januari 2015 jam 11.00 dengan diagnosa kerusakan komunikasi
verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskular,
kehilangan tonus/ kontrol otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum. Subyektif: keluarga
pasien mengatakan pasien kurang jelas dalam berbicara. Data Obyektif: GCS E: 4, V:5,
M:6. Analisis: masalah belum teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan dengan
berkolaborasi bersama keluarga untuk selalu memberikan umpan balik saat pasien
berbicara.
Pada hari senin 19 januari 2015 jam 12.00 diagnosa keperawatan gangguan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak
adekuat. Data Subjektif: pasien mengatakan dari awal masuk rumah sakit pasien belum
BAB hingga sekarang. Data Obyektif: perut pasien tampak kembung. Analisis: masalah
belum teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan dengan memberikan penkes dan
pemberian obat untuk melancarkan BAB pasien.
Pada hari selasa 20 januari 2015 jam 08.00 dengan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Subjektif:
pasien mengatakan anggota gerak sebelah kanan masih kaku dan lemah untuk
digerakkan. Obyektif: pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang lain saat
bergerak atau pun ke WC. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning:
intervensi dilanjutkan dengan masih memberikan tindakan mengajarkan pasien ROM
(Range Of Motion) aktif dan pasif.
Pada hari selasa 20 januari 2015 jam 09.00 dengan diagnosa resiko tinggi terhadap
cidera berhubungan dengan immobilitas, kelemahan motorik, penurunan tingkat
kesadaran. Subyektif: pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat tidur
tanpa bantuan keluarga/orang lain. Obyektif: pasien masih tampak lemah untuk
bergerak. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning: intervensi dilanjutkan
dengan menjaga keamanan pasien agar terhindar dari cidera fisik dan membantu
pasien untuk perlahan2 mencoba untuk bergerak seperti menjuntaikan kaki dtempat
tidur.
Pada hari selasa 20 januari 2015 jam 11.00 dengan diagnosa kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan
neuromuskular, kehilangan tonus/ kontrol otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum.
Subyektif: keluarga pasien masih mengatakan pasien kurang jelas dalam berbicara.
Data Obyektif: GCS E: 4, V:5, M:6. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning:
intervensi dilanjutkan dengan berkolaborasi bersama keluarga untuk selalu memberikan
umpan balik saat pasien berbicara.
Pada hari selasa 20 januari 2015 jam 12.00 diagnosa keperawatan gangguan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak
adekuat. Data Subjektif: pasien mengatakan dari awal masuk rumah sakit pasien belum
BAB hingga sekarang. Data Obyektif: perut pasien tampak kembung. Analisis: masalah
belum teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan dengan memberikan penkes dan
pemberian obat untuk melancarkan BAB pasien.
Pada hari rabu 21 Januari 2015 jam 08.00 dengan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Subjektif:
pasien mengatakan anggota gerak sebelah kanan sudah terasa tidak begitu kaku untuk
digerakkan. Obyektif: pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang lain saat
bergerak atau pun ke WC. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning:
intervensi dilanjutkan dengan tindakan masih mengajarkan pasien ROM (Range Of
Motion) aktif dan pasif.
Pada hari rabu 21 Januari 2015 jam 09.00 dengan diagnosa resiko tinggi terhadap
cidera berhubungan dengan immobilitas, kelemahan motorik, penurunan tingkat
kesadaran. Subyektif: pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat tidur
tanpa bantuan keluarga/orang lain. Obyektif: pasien sudah dapat menjuntaikan kaki.
Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning: intervensi dilanjutkan dengan
menjaga keamanan pasien agar terhindar dari cidera fisik dan membantu pasien dalam
duduk/berjalan.
Pada hari rabu 21 Januari 2015 jam 11.00 dengan diagnosa kerusakan komunikasi
verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskular,
kehilangan tonus/ kontrol otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum. Subyektif: keluarga
pasien mengatakan pasien kurang jelas dalam berbicara. Data Obyektif: GCS E: 4, V:5,
M:6. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning: intervensi dilanjutkan dengan
masih berkolaborasi bersama keluarga untuk selalu memberikan umpan balik saat
pasien berbicara.
Pada hari rabu 21 januari 2015 jam 12.00 diagnosa keperawatan gangguan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak
adekuat. Data Subjektif: pasien sudah BAB. Data Obyektif: perut pasien tidak lagi
tampak keras. Analisis: masalah teratasi. Planning: intervensi dihentikan.