Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON

HEMORAGIK DI BANGSAL PENYAKIT DALAM


RSUD Dr.ABDUL AZIS SINGKAWANG
Dosen Pembimbing : Ns. Arina Nurfianti M.kep

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NADA ELIZA NURLATIFAH (I1031151030)
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA TAHUN 2015

DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A.

Latar Belakang.......................................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah..................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 5

BAB II..................................................................................................................6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIAN STROKE NON HEMORAGIK......................6

BAB III..............................................................................................................31
PENUTUP........................................................................................................... 31
A.

Kesimpulan.............................................................................................. 31

REFERENSI.....................................................................................................33

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk
yang hidup di dalam lingkungan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Indonesia. Sebagai suatu negara
agraris yang sedang berkembang menuju negara industri, Indonesia memiliki kecenderungan
baru dalam pola penyakit dimasyarakat yang memberikan andil besar terhadap pola vertilitas,
gaya hidup, sosial ekonomi yang memacu, terjadinya penyakit tidak menular. Salah satu
penyakit yang tidak menular adalah Stroke. Stroke merupakan penyakit neurologik yang
banyak dijumpai di negara-negara industri selain penyakit kardiovaskular dan kanker.
Disamping itu, stroke dapat menyebabkan cacat tubuh sehingga terjadi penurunan
produktifitas kerja atau sumber daya manusia yang pada akhirnya jadi beban sosial baik bagi
keluarganya maupun masyarakat dan negara (Projodisastro, 2009).
Stroke sangat mengerikan, serangan telak pada otak merampas kebahagiaan dan bahkan
mengubah kehidupan pasien dan keluarganya. Kemampuan berfikir, beraktivitas, berbicara,
dan kebahagiaan lenyap ketika stroke telah menimpa seseorang. Kecacatan akibat stroke juga
menambah beban materi dan mental bagi keluarga. Fakta inilah yang membuat sebagian
orang miris menghadapi stroke. Beberapa dasawarsa yang lalu, stroke identik sebagai
penyakit kaum manula, namun kini banyak kaum muda yang mendapat serangan stroke.
Tidak heran jika stroke semakin sering menjadi bahan perbincangan dikalangan masyarakat.
Stroke merupakan penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker (Lingga, 2013).
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi sistem saraf
pusat fokal atau global yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, mekanisme vaskular yang
menyebabkan stroke dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Stroke Iskemik (Trombolitik,
Embolitik) dan Stroke Hemoragik (Intraserebral, Subraknoid) (Ginsberg, 2008).

Selain dampak gangguan berkomunikasi, perubahan mental, gangguan emosi,


hilangnya indra perasa, nyeri, kehilangan sensasi berkemih dan buang air besar, gangguan
tidur, kesulitan mengunyah dan menelan makanan, pasien stroke juga mempunyai dampak
gangguan mobilitas fisik (immobilisasi). Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana
individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). Dengan gangguan mobilitas
fisik tindakan yang akan dilakukan yaitu dengan melakukan ROM (Range Of Motion), ROM
adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot,
dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif maupun pasif (Potter & Perry, 2006).
Data tahun 2007 WHO (World Health Organization) menunjukan bahwa sebanyak 15
juta orang per tahun di seluruh dunia terkena stroke. Terdapat kurang lebih 700.000 orang di
Amerika Serikat dan 50.000 orang per tahun di Kanada mengalami stroke. Dan dari jumlah
tersebut, sekitar 16.000 orang per tahun meninggal karena stroke, sementara di Amerika
Serikat terdapat lebih dari 160.000 kematian per tahun karena stroke. WHO memperkirakan
terdapat peningkatan jumlah stroke yang meroket di seluruh dunia pada tahun 2020 menjadi
61 juta orang yang sebelumnya pada tahun 1990 jumlahnya kurang lebih 38 juta orang.
Diperkirakan, tiap tahun terdapat kurang lebih 15 juta penderita stroke baru. Stroke juga
menyebabkan 5,7 juta penderita meninggal pada tahun 2005, dan diperkirakan meningkat
menjadi 6,5 juta pada tahun 2015, dan 7,8 juta pada tahun 2030 (World Health Report,
2007).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, stroke tanpa menyebutkan perdarahan
atau infark merupakan penyebab kematian pertama di Rumah Sakit Umum di seluruh
Indonesia. Sebanyak 701 orang atau sebanyak 15,4% dari 4.552 orang yang meninggal
karena stroke (Depkes RI, 2008).
Sekitar 35,8% orang lanjut usia terkena stroke dan 12,9% pada usia muda. Setiap tahun
diperkirakan 500.000 penduduk Indonesia terkena serangan stroke. Dari jumlah tersebut
sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan
sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang
mengharuskan penderita terus berbaring di tempat tidur dan sisanya penderita mengalami
kecacatan (Yastroki, 2010).
Di daerah Kalimantan Barat pada tujuh tahun terakhir mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Tahun 2005 sebanyak 281 orang yang menderita stroke dan yang meninggal
mencapai 36 orang.

Pada tahun 2006 yang sakit mencapai 328 orang yang meninggal 94 orang. Pada tahun
2007 yang sakit mencapai 487 dan yang meninggal mencapai 169 orang. Tahun 2008 malah
lebih meningkat lagi mencapai 554 dan yang meninggal 190 orang. Pada 2009 yang sakit
mencapai 498 dan yang meninggal mencapai 184 orang. Untuk tahun 2010 mencapai 48
orang dan yang meninggal mencapai 14 orang (Pontianak Post, 2010)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Singkawang, pada tahun 2010 tercatat hanya
54 orang penderita pasca stroke yang mengunjungi semua puskesmas yang ada di Kota
Singkawang padahal pemerintah Kota Singkawang mencanangkan program kunjungan untuk
PTM (Penyakit Tidak Menular). Menanggapi hal tersebut perlunya kerja sama antara perawat
dan pasien atau keluarga dalam mewujudkan program kunjungan untuk PTM di Kota
Singkawang sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualiatas.
Data RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang dapat diperoleh hasil dari rekam medis pada
tahun 2014 untuk pasien stroke hemoragik rawat inap tercatat 57 orang, rawat jalan 161
orang, sedangkan pada pasien stroke non hemoragik rawat inap tercatat 88 orang, dan rawat
jalan 492 orang.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Fase Post Akut Sroke Non Hemoragik, Asuhan Keperawatan adalah suatu
tindakan kegiatan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah
yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
ilmu keperawatan (Nursalam, 2011). Dan penulis menggunakan lima tahap proses
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan (intervensi), implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995). Pengkajian pada pasien stroke non hemoragik dapat
menggunakan dua sumber (primer dan sekunder).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito,

2000). Diagnosa utama pada pasien stroke non hemoragik yaitu kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan keterlibatan neurovaskuler.
Intervensi adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994). Sedangkan intervensi pada pasien stroke non hemoragik dapat
melakukan ROM aktif dan ROM pasif.
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994 dalam Potter &
Perry, 1997). Sehingga impplementasi pada pasien stroke non hemoragik yaitu catatan
perkembangan pasien dari kegiatan yang sudah direncanakan.
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar dan tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang
tampil (Craven dan Hirnle, 2000). Evaluasi dari pasien stroke non hemoragik, penulis
mengharapkan agar kebutuhannya terhadap pergerakan dapat terpenuhi.
Dan dari uraian data di atas dapat diangkat judul Studi Kasus Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang pada tahun 2015.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka muncul pertanyaan peneliti sebagai berikut
:
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di Bangsal Penyakit
Dalam RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang pada tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr.Abdul
Azis Singkawang pada tahun 2015.

Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi hasil pengkajian keperawatan pada pasien stroke non hemoragik di
bangsal penyakit dalam RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang.
2. Mengidentifikasi hasil diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien stroke non
hemoragik di bangsal penyakit dalam RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang.
3. Mengidentifikasi hasil intervensi keperawatan yang efektif untuk meningkatkan

adaptasi pasien stroke non hemoragik di bangsal penyakit dalam RSUD Dr.Abdul
Azis Singkawang.
4. Mengidentifikasi hasil implementasi keperawatan pada pasien stroke non hemoragik

di bangsal penyakit dalam RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang.


5. Mengidentifikasi hasil evaluasi asuhan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik di bangsal penyakit dalam RSUD Dr.Abdul Azis Singkawang.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIAN STROKE NON
HEMORAGIK
Nama

: Nada Eliza Nurlatifah

NIM

:I1031151030

Ruang: Penyakit dalam

A. IDENTITAS KLIEN
Nama

: Tn.S

Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 60 tahun

Suku

: Melayu

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Pekerjan

: Pensiunan Guru

Alamat

: Dusun Baron RT/RW003/002 Kelurahan Bentunai


Kecamatan Selakau

Kabupaten Sambas

No. CM

: 092176

Ruangan

: Ruang penyakit dalam kamar W1-1 RSUD Abdul Ajiz


Singkawang

Diagnosa medic

: Stroke Non Hemoragik

Tanggal Pengkajian

:19 Januari 2015 - 21 Januari 2015

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama

: Ny. A

Jenis Klemain

: Perempuan

Usia

: 55 tahun

Suku

: Melayu

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga.

Alamat

: Dusun Baron RT/RW 003/002 Kelurahan Bentunai


Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas.

Hubungan dengan klien

: Istri Tn. S

C. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Riwayat Kesehatan Masa Lalu:
a. Riwayat penyakit terdahulu

: pasien mengatakan pernah sudah hampir 4

tahun pasien mengalami penyakit tekanan darah tinggi, pasien sering mengontrol
kesehatannya di praktik dokter swasta dan sering mengonsumsi obat yang
diberikan oleh dokter tersebut. Pasien juga mempunyai kebiasaan merokok 10
tahun dan suka mengonsumsi kopi.

b. Riwayat Alergi

: pasien tidak memiliki riwayat alergi

2. Riwayat Kesehatan Saat ini:


a. Keluhan Utama : anggota gerak bagian kanan tidak dapat digerakkan
b. Riwayat Penyakit Sekarang

penyakit

Tn.

mengatakan

ia

mulai

merasakan anggota gerak bagian kanan kaku sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, sebelumnya ia mengeluh bicara sedikit pelo, kemudian pasien
dibawa oleh keluarga ke RSUD Abdul Ajiz Singkawang dan mendapatkan

8
penanganan awal dan pemeriksaan, pasien didiagnosa Stroke.

Saat di IGD

RSUD Abdul Ajiz pukul 19.45 wib tanggal 15 januari 2015, pasien mendapat
penanganan dengan terapi : Infus Nacl 0,9% 20 Tpm, TD : 170/100, Nadi :
104x/m, RR : 32x/m, Temp : 37,8C. Pasien dianjurkan untuk rawat inap,
kemudian pasien dipindahkan ke ruang penyakit dalam kamar W1-1 untuk
dilakukan perawatan lanjut

D. `RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Riwayat penyakit keluarga: Pasien mengatakan tidak ada dalam keluarganya
yang pernah menderita penyakit yang sama seperti Stroke, hanya saja ada salah
satu saudara pasien dan bapak kandung pasien menderita tekanan darah tinggi.

E. STRUKTUR KELUARGA/ GENOGRAM

Gambar 1 Genogram Tn. S


Keterangan :
: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah

F. POLA FUNGSI KESEHATAN


Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan Fungsional
1) pola nutrisi : pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3 x
sehari, 1 porsi habis dengan nasi, sayur, lauk. Sedangkan setelah masuk rumah
sakit pasien mengatakan makan 3 x sehari setengah porsi dengan nasi, sayur, lauk
yang telah disediakan oleh rumah sakit.

9
2) Pola eliminasi: sebelum masuk rumah sakit BAB lancar dan BAK pun lancar, setelah
masuk rumah sakit BAB belum ada, dan BAK lancar.
3) Pola aktivitas : sebelum masuk rumah sakit aktivitas pasien dapat dilakukan dengan
sendiri, setelah masuk rumah sakit aktivitas pasien dibantu oleh orang sekitar atau
keluarga.
Tabel 1 Pola aktivitas dan latihan Tn. S di RSUD Abdul Ajiz Singkawang
No.

Kemampuan perawatan diri

1.

Makan/ Minum

2.

Toileting

3.

Berpakaian

4.

Mobilisasi tempat tidur

5.

Berpindah

6.

Ambulasi/ ROM

Keterangan : 0: mandiri, 1: dibantu dengan alat, 2: dibantu dengan orang


lain, 3: dibantu dengan alat dan orang lain, 4: ketergantungan total.
4) Pola kognitif perseptual

: sebelum sakit pasien mengatakan bahwa ia dalam

keadaan sadar penuh, cara komunikasi pasien baik, selama sakit pasien
mengatakan masih sadar penuh, masih bisa menginterpretasikan lingkungan tetapi
dalam hal mengutarakan secara verbal ia mengalami hambatan.
5) Pola tidur dan istirahat
: pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
pasien dapat tidur cukup dan nyenyak kurang lebih 7-8 jam/hari, setelah masuk
rumah sakit pasien mengatakan sulit tidur, pasien hanya tidur 4-5 jam/hari.
6) Pola konsep diri
: pasien mengatakan menerima dengan keadaan saat
ini, terdapat banyak perubahan terhadap gerakan, bicara dan wajah, tetapi pasien
tetap bersyukur dan menerima dengan ikhlas.
7) Pola hubungan dan peran : pasien menjadi bapak dari 3 orang anak dan menjadi
kakek dari 4 cucu.

G. PEMERIKSAAN FISIK
1)
2)
3)
4)

keadaan umum pasien


GCS (Glasgow Coma Scale)
TTV
Kepala

: Compos Mentis (sadar penuh),


: E4,V5,M6
: TD: 140/90 mmHg, N: 75x/m, RR: 20x/m, Temp: 36C.
: bentuk kepala simetris, tidak ada bekas luka.

10
5) Mata

konjungtiva

tidak

anemis,

sklera

tidak

ikterik,

penglihatan sedikit kabur.


6) Hidung
7) Mulut

: tampak simetris, bersih dan tidak ada sekret.


: sedikit perot ke kanan, mengalami hipersekresi saliva,

sedikit kotor, dan tidak ada sariawan atau stomatitis.


8) Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
tiroid.
9) Dada

bentuk

paru

simetris

antara

kanan

dan

kiri,

pengembangan paru kanan dan kiri sama, vocal fremitus kanan dan kiri sama, saat
diperkusi bunyi paru sonor, dan saat diauskultasi suara nafas vesikuler.
10) Jantung
: saat diinspeksi ictus cordis tampak, teraba saat
dipalpasi bunyi pekak saat diperkusi, dan bunyi jantung I dan bunyi jantung II murni,
tidak ada suara tambahan.
11) Abdomen

: diinspeksi tidak ada luka, bising usus saat diauskultasi

16x/menit, diperkusi bunyi perut timpani, saat palpasi tidak ada nyeri tekan pada
perut.
12) Genitalia
Hasil pengkajian ekstremitas
1) Ekstermitas atas

: tidak ada kelainan.


: kekuatan otot kanan 2, otot kiri 5, capilary refile

kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral hangat,
terpasang infus Nacl 0,9% 20 Tpm di tangan kiri.
2) Ekstermitas bawah
: kekuatan otot kanan 3, otot kiri 5, capilary refile
kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral hangat.
Hasil pengkajian saraf kranial
saraf kranial
1) Nervus Cranial VII (Fasialis) : ketidaksemetrisan bibir atau perot ke kanan
2) Nervus Cranial XI (Aksesorius) : tidak mampu mengangkat bahu, hasil pemeriksaan
fungsi saraf sensori terdapat nyeri superfisial, terjadi penurunan rangsangan pada
anggota gerak kanan.

H. DATA PENUNJANG ( Laboratorium, Radiologi, Biopsi, dll)


dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 januari 2015 tidak ada kelainan
pada hasil laboratorium

I.

MEDIKASI/ PENGOBATAN
1) Pada tanggal 19 januari 2015 pasien diberikan terapi : Infus Nacl 0,9% 20 Tpm
(memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan), Sohobion 2x2ml (untuk pencegahan

11
dan penyembuhan kekurangan vitamin B1, B6, B12, Citicoline 2x250mg (untuk
memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke iskemik) Ranitidin 2x50mg
(untuk lambung), Vit.C, Injeksi Manitol (penurunan TIK), Laxadin Syr (anti
konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan jantung koroner),
Bisoprolol (mengurangi frekuensi detak jantung dan menurunkan tekanan darah).
2) pada tanggal 20 Januari 2015 pasien diberikan terapi :Infus Nacl 0,9% 20 Tpm
(memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan), Sohobion 2x2ml (untuk pencegahan
dan penyembuhan kekurangan vitamin B1, B6, B12, Citicoline 2x250mg (untuk
memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke iskemik) Ranitidin 2x50mg
(untuk lambung), Vit.C, Injeksi Manitol (penurunan TIK), Laxadin Syr (anti
konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan jantung koroner),
Bisoprolol (mengurangi frekuensi detak jantung dan menurunkan tekanan darah).
3) pada tanggal 21 Januari 2015 pasien di berikan terapi : Infus Nacl 0,9% 20 Tpm
(memenuhi

kebutuhan

nutrisi

dan

cairan),

Citicoline

2x250mg

(untuk

memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke iskemik) Ranitidin 2x50mg


(untuk lambung), Vit.C, Injeksi Manitol (penurunan TIK), Laxadin Syr (anti
konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan jantung koroner),
Bisoprolol (mengurangi frekuensi detak jantung dan menurunkan tekanan darah).

Analisa Data
No

Data

Etiologi

Masalah

12
1

Ds : gangguan mobilitas
Do : anggota gerak bagian kanan pasien
fisik berhubungan
tidak bisa digerakkan, kekuatan otot
dengan kerusakan
ekstermitas atas kanan 2, kekuatan otot
neuromuskuler.
ekstermitas atas kiri 5, kekuatan otot

gangguan mobilitas fisik

ekstermitas bawah kanan 3, kekuatan otot


ekstermitas

bawah

kiri

5,

tingkat

kemandirian 2 dengan aktivitas pasien


yang sebagian besar dibantu oleh orang
lain karena pasien mengalami kelemahan
atau ketidakmampuan untuk bergerak
2

Ds : pasien mengatakan masih sulit untuk

resiko tinggi

ke kamar mandi tanpa bantuan keluarga.


Do : : pasien tampak lemah

terhadap cidera

resiko tinggi terhadap


cidera

berhubungan
dengan immobilitas,
kelemahan motorik,
penurunan tingkat
kesadaran.

Ds : keluarga pasien mengatakan pasien kerusakan


kurang jelas dalam berbicara.
Do : GCS E: 4, V:5, M:6.

komunikasi verbal
berhubungan
dengan kerusakan
sirkulasi serebral,
kerusakan
neuromuskular,
kehilangan tonus/
kontrol otot fasia,
kelemahan/
kelelahan umum

kerusakan komunikasi
verbal

13
4

Ds : pasien mengatakan dari awal masuk Gangguan eliminasi


rumah sakit pasien belum BAB hingga

alvi (konstipasi)

sekarang.
Do : perut pasien tampak kembung.

berhubungan
dengan imobilisasi
dan asupan cairan
yang tidak adekuat

Gangguan eliminasi alvi


(konstipasi)

14

Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1

Tujuan

Intervensi

Rasional

gangguan mobilitas fisik

Setelah dilakukan tindakan

berhubungan dengan

keperawatan selama 1x24

kerusakan

jam kerusakan mobilitas

memberi informasi tentang

neuromuskuler

fisik teratasi
Kriteria Hasil: kebutuhan

pemulihan, membantu dalam

kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan


awal secara teratur

kekuatan/ kelemahan dan

pemilihan intervensi.

pasien terhadap
pergerakan dapat dipenuhi,

rasional: mengidentifikasi

mobilisasi dapat dilakukan,

Ubah posisi minimal setiap 2 jam/hari (terlentang, miring)

rasional: menurunkan resiko


terjadinya trauma/ iskemia

dsb

kesadaran membaik,

jaringan dan mengalami

mempertahankan posisi

perburukan/ sirkulasi yang

dan fungsi optimal,

lebih jelek dan menurunkan

mempertahankan integritas

sensasi dan lebih besar

kulit.

menimbulkan kerusakan pada


kulit (dekubitus).

Tinggikan tangan dan kepala

rasional : meningkatkan aliran


balik vena dan membantu
mencegah edema

Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada


semua ekstermitas saat masuk, anjurkan melakukan

rasional: meminimalkan atrofi


otot, meningkatkan sirkulasi,

15
latihan

quadrisep

(gluteal

meremas

bola

karet,

membantu mencegah

melebarkan jari dan telapak tangan),

kontraktur menurunkan
terjadinya hiperkalsiuria dan

dengan menggunakan ekstermitas yang tidak sakit untuk


menyokong yang lemah

osteoporosis.

Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan

rasional : dapat berespon


dengan baik jika yang sakit

Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan

tidak menjadi lebih terganggu

dan ambulasi pasien,

dan memerlukan dorongan


serta latihan fisik.

rasional : untuk memenuhi


kebutuhan mobilitas,
koordinasi dan kekuatan pada
ekstermitas.

16

Resiko tinggi terhadap

Setelah dilakukan tindakan

cidera berhubungan

keperawatan selama 1x24

dengan immobilitas,

jam cidera fisik tidak terjadi

kelemahan motorik,

dengan Kriteria hasil: Tidak

penurunan tingkat

terjadi cidera/ bebas dari

kesadaran

cidera.

kaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dan

bantu bila perlu.

rasional: pasien dalam


keadaan cemas dan
tergantung hal ini dilakukan

Pantau kewaspadaan pasien seperti teralis tempat

untuk mencegah frustasi dan


harga diri pasien.

tidur/terpasang dan beri bantalan di posisi tubuh.


Anjurkan pasien untuk menghindari resiko cidera dengan
menggunakan alat bantu.

rasional: agar pasien terhindar


dari jatuh atau cidera.

Ciptakan lingkungan yang aman (pantau keadaan lantai)

Kolaborasi bersama keluarga pasien untuk melibatkan

alat/gerak aktif meningkatkan

keluarga dalam tiap aktivitas pasien selama perawatan,

massa tonus dan kekuatan

rasional: penggunaan

otot serta memperbaiki fungsi


jantung dan pernapasan

rasional: agar pasien dapat


berhati-hati jika ingin turun dari
tempat tidur

rasional: dukungan keluarga


sangat penting bagi pemulihan
baik psikis dan fisikis

17

kerusakan komunikasi

Setelah dilakukan tindakan

verbal berhubungan

keperawatan selama 1x24

tampak memahami kata atau mengalami kesulitan bicara

menentukan daerah dan

dengan kerusakan

jam pasien dapat

atau membuat pengertian sendiri.

derajat kerusakan serebral

sirkulasi serebral,

berkomunikasi dengan

kerusakan

tepat sesuai dengan

neuromuskular,

kaji tipe atau derajat disfungsi, seperti pasien tidak

rasional : membantu

yang terjadi dan kesulitan

Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan

pasien dalam beberapa atau

keadaannya dan dapat

yang cepat, berikan senggang waktu untuk pasien

seluruh tahap proses

kehilangan tonus/

mengemukakan

berespon, bicaralah tanpa tekanan terhadap sebuah

komunikasi.

kontrol otot fasia,

kebutuhannya, dengan

kelemahan/ kelelahan

Kriteria Hasil : Pasien

respon.
Anjurkan pengunjung atau keluarga pasien terdekat

umum

mengidentifikasi

mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan

pada pasien dan frustasi pada

pemahaman tentang

pasien

pasien

masalah komunikasi,
pasien akan mengenal

Pertahankan lingkungan yang bersih


Kolaborasi bersama dokter dalam pemberian obat,

rasional: mencegah marah

rasional: mengurangi isolasi


sosial pasien dan

metode komunikasii dimana

meningkatkan penciptaan

kebutuhan dapat

komunikasi efektif

diekspresikan.

rasional: agar pasien terhindar


dari infeksi nasokomial.

rasional: mempercepat
penyembuhan pasien.

18

Gangguan eliminasi alvi

Setelah dilakukan tindakan

(konstipasi)

keperawatan selama 1x24

berhubungan dengan

jam gangguan eliminasi

imobilisasi dan asupan

fecal (konstipasi) tidak

cairan yang tidak

terjadi lagi, dengan Kriteria

adekuat

hasil: pasien BAB lancar,

rasional: untuk mengetahui


frekuensi BAB pasien,

Berikan latihan ROM pasif

Anjurkan untuk mengonsumsi buah dan sayur kaya serat


Anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang

mengidentifikasi masalah BAB


pada pasien.

lebih 18 gelas/hari

konsistensi feces encer,


tidak terjadi konstipasi lagi.

kaji pola eliminasi BAB

Pertahankan suasana aman dan nyaman

Kolaborasi pemberian obat pencahar bila diperlukan

rasional : untuk meningkatkan


defekasi.

rasional : untuk mempelancar


BAB.

rasional : mengencerkan feces


dan mempermudah
pengeluaran feces.

, rasional : agar pasien dapat


istirahat dengan nyaman dan
tenang.

rasional : untuk membantu


pelunakkan dan pengeluaran
feces.

19

Implementasi keperawatan
Tanggal
19 Januari
2015

Wakt
u
08.00

Implementasi

Hasil

mengkaji TTV pasien

TD: 150/90 mmHg N: 85x/m Temp:


36,8C RR: 24x/m.

08.15

mengkaji kemampuan pasien secara


fungsional

tangan dan kaki sebelah kanan


sangat kaku dan lemah untuk
digerakkan

08.25

mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh


pasien dan bantu bila perlu,

pasien masih belum bisa untuk turun


dari tempat tidur secara mandiri.

08.30

memantau kewaspadaan pasien seperti teralis


tempat tidur/terpasang dan beri bantalan di
posisi tubuh

teralis tempat tidur sudah terpasang,


dan bantal disekitar tubuh pasien
sudah diberikan.

mengkaji tipe atau derajat disfungsi.

pasien memahami percakapan


sekitar hanya saja tidak pasien
berbica sedikit pelo

mengkaji pola eliminasi BAB

pasien belum pernah BAB dari awal


masuk rumah sakit hingga sekarang

mengubah posisi pasien minimal setiap 2


jam/hari (terlentang, miring) dsb.

pasien mengikuti perintah perawat

meninggikan tangan dan kepala

pasien mengikuti perintah perawat

09.30

membantu pasien melakukan latihan rentang


gerak aktif dan pasif pada semua ekstermitas,.

pasien mengikuti ajaran perawat

11.00

mengajak pasien berkomunikasi dengan


bicara nada normal dan hindari percakapan
yang cepat, berikan senggang waktu untuk
pasien berespon, bicaralah tanpa tekanan
terhadap sebuah respon,

pasien memberikan umpan balik.

11.15

kolaborasi bersama dokter dalam pemberian


obat Citicoline 2x250mg, Ranitidin, Vit.C,
Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros,
Bisoprolol,

pasien tidak alergi terhadap obat


yang diberikan.

12.00

menganjurkan pasien untuk membantu


pergerakan dan latihan dengan menggunakan
ekstermitas yang tidak sakit untuk menyokong
yang lemah,

pasien perlahan-lahan mencoba


menggunakan tangan yang tidak
sakit menyokong yang lemah.

12.30

menganjurkan pasien untuk menghindari


resiko cidera dengan menggunakan alat
bantu,

pasien
mengikuti perintah perawat

08.45

09.00

09.10
09.15

20

20 Januari
2015

12.45

menganjurkan untuk mengonsumsi buah dan


sayur kaya serat,

pasien memakan buah/sayur.

12.50

menganjurkan klien untuk banyak minum air


putih, kurang lebih 18 gelas/hari

pasien mencoba minum air putih


kurang lebih 18 gelas/hari.

12.55

menganjurkan pengunjung atau keluarga


pasien terdekat mempertahankan usahanya
untuk berkomunikasi dengan pasien,

keluarga pasien mengikuti perintah


perawat.

13.00

menciptakan lingkungan yang aman (pantau


keadaan lantai),.

lantai disekitar tempat tidur pasien


kering

13.10

berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk


melibatkan keluarga dalam tiap aktivitas
pasien selama perawatan

keluarga pasien sangat membantu


perawat dalam pemberian
perawatan.

08.00

mengkaji TTV pasien

TD: 150/90 mmHg N: 85x/m Temp:


36,8C RR: 24x/m.

08.15

mengkaji kemampuan pasien secara


fungsional

tangan dan kaki sebelah kanan


sangat kaku dan lemah untuk
digerakkan.

08.25

mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh


pasien dan bantu bila perlu,

pasien masih belum bisa untuk turun


dari tempat tidur secara mandiri.

08.30

memantau kewaspadaan pasien seperti teralis


tempat tidur/terpasang dan beri bantalan di
posisi tubuh,.

teralis tempat tidur sudah terpasang,


dan bantal disekitar tubuh pasien
sudah diberikan

08.45

mengkaji tipe atau derajat disfungsi

pasien memahami percakapan


sekitar hanya saja tidak pasien
berbica sedikit pelo.

09.00

mengkaji pola eliminasi BAB

pasien belum pernah BAB dari awal


masuk rumah sakit hingga sekarang.

09.10

mengubah posisi pasien minimal setiap 2


jam/hari (terlentang, miring) dsb

pasien mengikuti perintah perawat.

09.15

meninggikan tangan dan kepala,

pasien mengikuti perintah perawat.

09.30

membantu pasien melakukan latihan rentang


gerak aktif dan pasif pada semua ekstermitas,

pasien mengikuti ajaran perawat.

11.00

mengajak pasien berkomunikasi dengan


bicara nada normal dan hindari percakapan
yang cepat, berikan senggang waktu untuk

pasien memberikan umpan balik.

21
pasien berespon, bicaralah tanpa tekanan
terhadap sebuah respon
11.15

pasien tidak alergi terhadap obat


yang diberikan.

menganjurkan pasien untuk membantu


pergerakan dan latihan dengan menggunakan
ekstermitas yang tidak sakit untuk menyokong
yang lemah,.

Pasien perlahan-lahan mencoba


menggunakan tangan yang tidak
sakit menyokong yang lemah

menganjurkan pasien untuk menghindari


resiko cidera dengan menggunakan alat
bantu,

pasien mengikuti perintah perawat.

12.45

menganjurkan untuk mengonsumsi buah dan


sayur kaya serat,

pasien memakan buah/sayur.

12.50

menganjurkan klien untuk banyak minum air


putih, kurang lebih 18 gelas/hari

12.00

12.30

12.55

21 Januari
2015

kolaborasi bersama dokter dalam pemberian


obat Citicoline 2x250mg, Ranitidin, Vit.C,
Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros,
Bisoprolol

menganjurkan pengunjung atau keluarga


pasien terdekat mempertahankan usahanya
untuk berkomunikasi dengan pasien

13.00

menciptakan lingkungan yang aman (pantau


keadaan lantai)

13.10

berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk


melibatkan keluarga dalam tiap aktivitas
pasien selama perawatan

08.00

mengkaji TTV pasien.

08.15

mengkaji
fungsional,

08.25

kemampuan

pasien mencoba minum air putih


kurang lebih 18 gelas/hari.
keluarga pasien mengikuti perintah
perawat
lantai disekitar tempat tidur pasien
kering
keluarga pasien sangat membantu
perawat dalam pemberian perawatan

TD: 150/90 mmHg N: 85x/m Temp:


36,8C RR: 24x/m
pasien

secara tangan dan kaki sebelah kanan


sangat kaku dan lemah untuk
digerakkan.

mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh pasien masih belum bisa untuk turun
dari tempat tidur secara mandiri.
pasien dan bantu bila perlu,

22
memantau kewaspadaan pasien seperti teralis
08.30

teralis tempat tidur sudah terpasang,


tempat tidur/terpasang dan beri bantalan di dan bantal disekitar tubuh pasien
sudah diberikan.
posisi tubuh,
mengkaji tipe atau derajat disfungsi

08.45

pasien memahami percakapan


sekitar hanya saja tidak pasien
berbica sedikit pelo.
mengkaji pola eliminasi BAB,

09.00

pasien sudah BAB.


mengubah posisi pasien minimal setiap 2
pasien mengikuti perintah perawat.
jam/hari (terlentang, miring) dsb,

09.10
meninggikan tangan dan kepala,
pasien mengikuti perintah perawat.
membantu pasien melakukan latihan rentang
09.15

pasien mengikuti ajaran perawat.


gerak aktif dan pasif pada semua ekstermitas,

09.30
mengajak

pasien

berkomunikasi

dengan
pasien memberikan umpan balik.

bicara nada normal dan hindari percakapan


11.00
yang cepat, berikan senggang waktu untuk
pasien berespon, bicaralah tanpa tekanan
terhadap sebuah respon,
kolaborasi bersama dokter dalam pemberian
pasien tidak alergi terhadap obat
obat Citicoline 2x250mg, Ranitidin, Vit.C, yang diberikan
11.15
Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros,
Bisoprolol,
menganjurkan

pasien

untuk

membantu

pergerakan dan latihan dengan menggunakan


12.00
ekstermitas yang tidak sakit untuk menyokong

pasien perlahan-lahan mencoba


menggunakan tangan yang tidak
sakit untuk menyokong yang lemah

yang lemah,
menganjurkan

pasien

untuk

resiko

dengan

menggunakan

12.30

cidera

menghindari
alat
pasien mengikuti perintah perawat

bantu,

23
menganjurkan untuk mengonsumsi buah dan
pasien memakan buah/sayur.
sayur kaya serat,
12.45
menganjurkan klien untuk banyak minum air
pasien mencoba minum air putih
kurang lebih 18 gelas/hari.

putih, kurang lebih 18 gelas/hari,


12.55
menganjurkan

pengunjung

atau

keluarga

keluarga pasien mengikuti perintah


pasien terdekat mempertahankan usahanya perawat
untuk berkomunikasi dengan pasien,

menciptakan lingkungan yang aman (pantau


13.00

lantai disekitar tempat tidur pasien


kering

keadaan lantai),
berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk
13.10
melibatkan

keluarga

dalam

tiap

aktivitas

pasien selama perawatan,

keluarga pasien sangat membantu


perawat

dalam

pemberian

perawatan.

Catatan Perkembangan

Tanggal

No
Diagnosa

SOAP

Paraf

24
19 januari
2015

S : pasien mengatakan anggota gerak seblah kanan masih


kaku dan lemah untuk digerakkan.
O : pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang
lain saat bergerak atau pun ke WC.
A : klien masih kaku dan lemah dalam menggerkkan
anggota gerak sebelah kanan
P : intervensi dilanjutkan dengan tindakan mengajarkan
pasien ROM (Range Of Motion) aktif dan pasif.

19 Januari
2015

S: pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat


tidur tanpa bantuan keluarga/orang lain.
O: pasien tampak lemah untuk bergerak.
A: pasien masih sulit turun dari tempat tidur tanpa bantuan
keluarga/orang lain
P: intervensi dilanjutkan dengan menjaga keamanan pasien
agar terhindar dari cidera fisik.

25
19 Januari
2015

S: keluarga pasien mengatakan pasien kurang jelas dalam


berbicara.
O: GCS E: 4, V:5, M:6.
A: pasien masih kurang jelas dalam berbicara
P:intervensi dilanjutkan dengan berkolaborasi bersama
keluarga untuk selalu memberikan umpan balik saat pasien
berbicara.

senin 19
januari 2015

S: pasien mengatakan dari awal masuk rumah sakit pasien


belum BAB hingga sekarang.
O: perut pasien tampak kembung.
A : pasien belum BAB
P: intervensi dilanjutkan dengan memberikan penkes dan
pemberian obat untuk melancarkan BAB pasien.

20 januari
2015

S: pasien mengatakan anggota gerak sebelah kanan masih


kaku dan lemah untuk digerakkan.
O: pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang
lain saat bergerak atau pun ke WC.
A: pasien masih kaku dan lemah dalam menggerkkan
anggota gerak sebelah kanan.
P: intervensi dilanjutkan dengan masih memberikan tindakan
mengajarkan pasien ROM (Range Of Motion) aktif dan pasif.

26

20 januari
2015

S: pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat


tidur tanpa bantuan keluarga/orang lain.
O: pasien masih tampak lemah untuk bergerak.
A: pasien masih sulit untuk turun dari tempat tidur tanpa
bantuan keluarga/orang lain
P: intervensi dilanjutkan dengan menjaga keamanan pasien
agar terhindar dari cidera fisik dan membantu pasien untuk
perlahan2 mencoba untuk bergerak seperti menjuntaikan
kaki dtempat tidur.

20 januari
2015

S: keluarga pasien masih mengatakan pasien kurang jelas


dalam berbicara.
O : GCS E: 4, V:5, M:6.
A: pasien masih kurang jelas dalam berbicara
P: intervensi dilanjutkan dengan berkolaborasi bersama
keluarga untuk selalu memberikan umpan balik saat pasien
berbicara.

27
20 januari
2015

S : pasien mengatakan dari awal masuk rumah sakit pasien


belum BAB hingga sekarang.
O : perut pasien tampak kembung.
A : pasien belum BAB
P: intervensi dilanjutkan dengan memberikan penkes dan
pemberian obat untuk melancarkan BAB pasien.

21 Januari
2015

S: pasien mengatakan anggota gerak sebelah kanan sudah


terasa tidak begitu kaku untuk digerakkan.
O: pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang
lain saat bergerak atau pun ke WC.
A : anggota gerak sebelah kanan pasien sudah tidak terasa
begitu kaku untuk digerakkan
P : intervensi dilanjutkan dengan tindakan masih
mengajarkan pasien ROM (Range Of Motion) aktif dan pasif.

21 Januari
2015

S : pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat


tidur tanpa bantuan keluarga/orang lain.
O: pasien sudah dapat menjuntaikan kaki.
A: pasien masih sulit untuk turun dari tempat tidur tanpa
bantuan keluarga/orang lain tetapi pasien sudah dapat
menjuntaikan kaki
P: intervensi dilanjutkan dengan menjaga keamanan pasien
agar terhindar dari cidera fisik dan membantu pasien dalam

28
duduk/berjalan.

21 Januari
2015

S : keluarga pasien mengatakan pasien kurang jelas dalam


berbicara.
O : GCS E: 4, V:5, M:6.
A : pasien masih kurang jelas dalam berbicara
P : intervensi dilanjutkan dengan masih berkolaborasi
bersama keluarga untuk selalu memberikan umpan balik
saat pasien berbicara.

21 januari
2015

S : pasien sudah BAB.


O : perut pasien tidak lagi tampak keras.
A : pasien sudah BAB sejak tadi pagi
P : intervensi dihentikan.

31

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Stroke Non Hemoragik
di ruang bangsal penyakit dalam RSUD Abdul Azis dari tanggal 19 januari 2015 sampai 21
Januari 2015 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, sehingga penulis dapat
menarik kesimpulan:
1. Partisipan Pertama Tn.S
a. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, ditemukan tanda dan gejala sesuai dengan tinjauan teori
yaitu menurut teoritis biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, riwayat Hipertensi, riwayat
pengonsumsi rokok. Hal ini dibuktikan pada tinjauan kasus pasien mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan, berbicara pelo saat masuk ke rumah sakit,
riwayat 4 tahun yang lalu pasien pernah masuk rumah sakit dengan menderita
hipertensi, dan pengonsumsi rokok.
b. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap perumusan diagnosa keperawatan terdapat enam diagnosa keperawatan
pada tinjauan teoritis, sedangkan dalam asuhan keperawatan penulis menegakkan
empat diagnosa yang sesuai dengan tinjauan teori dan sesuai dengan tinjauan kasus.
c. Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan mengacu pada masalah pasien dan pada tahap ini
dicantumkan batas waktu tujuan yang akan dicapai. Tidak semua perencanaan yang
penulis buat pada asuhan keperawatan sama pada landasan teori, hal ini disebabkan
penulis menyesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi oleh
pasien yang disusun secara prioritas.
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada kasus untuk rencana tindakan dapat dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan tanpa mengalami hambatan yang berarti karena
ditunjang oleh referensi yang penulis rasa cukup tersedia selain keluarga yang sangat

30

kooperatif, serta kerjasama dengan petugas dan tim kesehatan lain yang sangat
mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada tujuan,
pada tahap ini evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Dari empat diagnosa yang diangkat, teratasi seluruhnya.

REFERENSI
Sari, R. (2015). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON
HEMORAGIK DI BANGSAL PENYAKIT DALAM . Singkawang.

BAB IV LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis menyajikan hasil laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan
Pada Tn. S dan Ny. L pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Abdul
Ajis Singkawang yang telah dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Januari 2015. Asuhan
Keperawatan ini meliputi identitas, diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah
keperawatan pada pasien, intervensi, implementasi yang sudah dilaksanakan dan evaluasi.
Pengkajian mulai dilakukan pada tanggal 19 Januari 2015 sampai dengan tanggal 21
Januari 2015.
A. Data Partisipan atau Pasien Pertama
1. Data Demografi Pasien Stroke Non Hemoragik
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 19 januari 2015 pukul 08.00, pada
kasus ini diperoleh dengan cara autonamnese dan allonamnese, mengadakan
pengamatan atau observasi secara langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan
medis dan catatan perawat. Pengkajian tersebut didapat hasil pasien pertama bernama
Tn. S, berjenis kelamin laki-laki, berusia 60 tahun, pasien berasal dari suku melayu,
beragama Islam dengan status perkawinan telah menikah, dengan pekerjaan sekarang
yaitu pensiunan guru, alamat pasien Dusun Baron RT/RW 003/002 Kelurahan Bentunai
Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas, nomor CM 092176, dirawat di ruang penyakit
dalam kamar W1-1 RSUD Abdul Ajiz Singkawang. Sejak pasien dirawat dokter
mendiagnosa bahwa Tn. S menderita penyakit Stroke Non Hemoragik. Penanggung
jawab pasien yaitu isteri pasien yang bernama Ny. A, Berusia 55 tahun. Isteri berasal
dari suku melayu, beragama islam. Pendidikan terakhir isteri SMP dengan pekerjaan
sekarang yaitu Ibu Rumah Tangga. Alamat isteri Dusun Baron RT/RW 003/002
Kelurahan Bentunai Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas.

2.

Hasil Studi Kasus


a. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan Pasien

Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah anggota gerak bagian kanan
tidak dapat digerakkan. Riwayat penyakit Tn. S mengatakan ia mulai merasakan
anggota gerak bagian kanan kaku sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
sebelumnya ia mengeluh bicara sedikit pelo, kemudian pasien dibawa oleh
keluarga ke RSUD Abdul Ajiz Singkawang dan mendapatkan penanganan awal
dan pemeriksaan, pasien didiagnosa Stroke.
Saat di IGD RSUD Abdul Ajiz pukul 19.45 wib tanggal 15 januari 2015,
pasien mendapat penanganan dengan terapi : Infus Nacl 0,9% 20 Tpm, TD :
170/100, Nadi : 104x/m, RR : 32x/m, Temp : 37,8C. Pasien dianjurkan untuk
rawat inap, kemudian pasien dipindahkan ke ruang penyakit dalam kamar W1-1
untuk dilakukan perawatan lanjut.
Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan pernah sudah hampir 4 tahun
pasien mengalami penyakit tekanan darah tinggi, pasien sering mengontrol
kesehatannya di praktik dokter swasta dan sering mengonsumsi obat yang
diberikan oleh dokter tersebut. Pasien juga mempunyai kebiasaan merokok 10
tahun dan suka mengonsumsi kopi.
Pasien mengatakan tidak ada dalam keluarganya yang pernah menderita
penyakit yang sama seperti Stroke, hanya saja ada salah satu saudara pasien
dan bapak kandung pasien menderita tekanan darah tinggi.

Genogram

Gambar 1 Genogram Tn. S


Keterangan :
: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
2) Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan Fungsional
Berdasarkan pengkajian pada Tn. S, pada pola nutrisi pasien mengatakan
sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3 x sehari, 1 porsi habis dengan nasi,
sayur, lauk. Sedangkan setelah masuk rumah sakit pasien mengatakan makan 3
x sehari setengah porsi dengan nasi, sayur, lauk yang telah disediakan oleh
rumah sakit.
Pola eliminasi, sebelum masuk rumah sakit BAB lancar dan BAK pun lancar,
setelah masuk rumah sakit BAB belum ada, dan BAK lancar.
Pola aktivitas sebelum masuk rumah sakit aktivitas pasien dapat dilakukan
dengan sendiri, setelah masuk rumah sakit aktivitas pasien dibantu oleh orang
sekitar atau keluarga.
Tabel 1 Pola aktivitas dan latihan Tn. S di RSUD Abdul Ajiz Singkawang
No.

Kemampuan perawatan diri

1.

Makan/ Minum

2.

Toileting

3.

Berpakaian

4.

Mobilisasi tempat tidur

5.

Berpindah

6.

Ambulasi/ ROM

Keterangan : 0: mandiri, 1: dibantu dengan alat, 2: dibantu dengan orang


lain, 3: dibantu dengan alat dan orang lain, 4: ketergantungan total.
Pola kognitif perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan bahwa ia dalam
keadaan sadar penuh, cara komunikasi pasien baik, selama sakit pasien

mengatakan masih sadar penuh, masih bisa menginterpretasikan lingkungan


tetapi dalam hal mengutarakan secara verbal ia mengalami hambatan.
Pola tidur dan istirahat, pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
pasien dapat tidur cukup dan nyenyak kurang lebih 7-8 jam/hari, setelah masuk
rumah sakit pasien mengatakan sulit tidur, pasien hanya tidur 4-5 jam/hari.
Pola konsep diri, pasien mengatakan menerima dengan keadaan saat ini,
terdapat banyak perubahan terhadap gerakan, bicara dan wajah, tetapi pasien
tetap bersyukur dan menerima dengan ikhlas. Pola hubungan dan peran, pasien
menjadi bapak dari 3 orang anak dan menjadi kakek dari 4 cucu.
3) Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien Compos Mentis (sadar
penuh), GCS (Glasgow Coma Scale) : Eyes 4 (membuka spontan), Verbal 5
(orientasi penuh namun perkataan sulit dimengerti karna pelo/bibir mengalami
perot keaah kanan), Motorik untuk eksermitas kanan 6 (mengikuti perintah),
pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD: 140/90 mmHg, N: 75x/m, RR: 20x/m,
Temp: 36C. Bentuk kepala pasien simetris, tidak ada bekas luka. Pemeriksaan
mata pasien, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan sedikit
kabur. Pada hidung tampak simetris, bersih dan tidak ada sekret. Mulut sedikit
perot ke kanan, mengalami hipersekresi saliva, sedikit kotor, dan tidak ada
sariawan atau stomatitis. Pada bagian leher tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan tiroid.
Hasil pemeriksaan dada, untuk paru simetris antara kanan dan kiri,
pengembangan paru kanan dan kiri sama, vocal fremitus kanan dan kiri sama,
saat diperkusi bunyi paru sonor, dan saat diauskultasi suara nafas vesikuler.
Pemeriksaan jantung, saat diinspeksi ictus cordis tampak, teraba saat dipalpasi
bunyi pekak saat diperkusi, dan bunyi jantung I dan bunyi jantung II murni, tidak
ada suara tambahan.
Hasil pemeriksaan abdomen diinspeksi tidak ada luka, bising usus saat
diauskultasi 16x/menit, diperkusi bunyi perut timpani, saat palpasi tidak ada nyeri
tekan pada perut. Pada pemeriksaan genitalia, tidak ada kelainan.

Hasil pemeriksaan ekstermitas, untuk ekstermitas atas, kekuatan otot kanan


2, otot kiri 5, capilary refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk
tulang dan perabaan akral hangat, terpasang infus Nacl 0,9% 20 Tpm di tangan
kiri, untuk ekstermitas bawah, kekuatan otot kanan 3, otot kiri 5, capilary refile
kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral
hangat.
Hasil pengkajian saraf kranial terdapat masalah pada Nervus Cranial VII
(Fasialis) dengan hasil adanya ketidaksemetrisan bibir atau perot ke kanan, cara
pemeriksaanya yaitu meminta pasien untuk tersenyum, mengencangkan wajah,
mengembangkan pipi, menaikan dan menurunkan alis mata, perhatikan
kesimetrisannya, Nervus Cranial XI (Aksesorius) dengan hasil pasien tidak
mampu mengangkat bahu, hasil pemeriksaan fungsi saraf sensori terdapat nyeri
superfisial, terjadi penurunan rangsangan pada anggota gerak kanan.
4) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 16 januari 2015 tidak ada kelainan pada hasil laboratorium
5) Terapi Medis
Program terapi yang diberikan pada tanggal 19 Januari 2015 antara lain:
Infus Nacl 0,9% 20 Tpm (memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan), Sohobion
2x2ml (untuk pencegahan dan penyembuhan kekurangan vitamin B1, B6, B12,
Citicoline 2x250mg (untuk memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke
iskemik) Ranitidin 2x50mg (untuk lambung), Vit.C, Injeksi Manitol (penurunan
TIK), Laxadin Syr (anti konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan
jantung

koroner),

Bisoprolol

(mengurangi

frekuensi

detak

jantung

dan

menurunkan tekanan darah).


Program terapi yang diberikan pada tanggal 20 Januari 2015 antara lain:
Infus Nacl 0,9% 20 Tpm (memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan), Sohobion
2x2ml (untuk pencegahan dan penyembuhan kekurangan vitamin B1, B6, B12,
Citicoline 2x250mg (untuk memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke
iskemik) Ranitidin 2x50mg (untuk lambung), Vit.C, Injeksi Manitol (penurunan

TIK), Laxadin Syr (anti konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan
jantung

koroner),

Bisoprolol

(mengurangi

frekuensi

detak

jantung

dan

menurunkan tekanan darah).


Program terapi yang diberikan pada tanggal 21 Januari 2015 antara lain:
Infus Nacl 0,9% 20 Tpm (memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan), Citicoline
2x250mg (untuk memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke iskemik)
Ranitidin 2x50mg (untuk lambung), Vit.C, Injeksi Manitol (penurunan TIK),
Laxadin Syr (anti konstipasi), Adalat oros (anti hipertensi atau pengobatan
jantung
b.

koroner),

Bisoprolol

(mengurangi

frekuensi

detak

jantung

dan

menurunkan tekanan darah).


Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien didapatkan masalah dengan
diagnosa keperawatan yang pertama yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan neuromuskuler. Ditandai dengan anggota gerak bagian kanan
pasien tidak bisa digerakkan, kekuatan otot ekstermitas atas kanan 2, kekuatan otot
ekstermitas atas kiri 5, kekuatan otot ekstermitas bawah kanan 3, kekuatan otot
ekstermitas bawah kiri 5, tingkat kemandirian 2 dengan aktivitas pasien yang
sebagian besar dibantu oleh orang lain karena pasien mengalami kelemahan atau
ketidakmampuan untuk bergerak.
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu resiko tinggi terhadap cidera
berhubungan

dengan

immobilitas,

kelemahan

motorik,

penurunan

tingkat

kesadaran. Data yang menunjang ditegakkan diagnosa diatas adalah, Data


Subyektif: pasien mengatakan masih sulit untuk ke kamar mandi tanpa bantuan
keluarga. Data Obyektif: pasien tampak lemah.
Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskular,
kehilangan tonus/ kontrol otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum. Data yang
menunjang ditegakkan diagnosa diatas adalah, Data Subyektif: keluarga pasien
mengatakan pasien kurang jelas dalam berbicara. Data Obyektif: GCS E: 4, V:5,
M:6.

Diagnosa keperawatan yang keempat Gangguan eliminasi alvi (konstipasi)


berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak adekuat. Data
Subjektif: pasien mengatakan dari awal masuk rumah sakit pasien belum BAB
hingga sekarang. Data Obyektif: perut pasien tampak kembung.

c. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan masalah keperawatan dengan diagnosa yang pertama, maka
penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kerusakan mobilitas
fisik teratasi dengan Kriteria Hasil: kebutuhan pasien terhadap pergerakan dapat
dipenuhi, mobilisasi dapat dilakukan, kesadaran membaik, mempertahankan posisi
dan fungsi optimal, mempertahankan integritas kulit.
Intervensi atau rencana tindakan yang dilakukan yaitu kaji kemampuan
secara

fungsional/

luasnya

kerusakan

awal

secara

teratur,

rasional:

mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dan memberi informasi tentang pemulihan,


membantu dalam pemilihan intervensi. Ubah posisi minimal setiap 2 jam/hari
(terlentang, miring) dsb, rasional: menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia
jaringan dan mengalami perburukan/ sirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan
sensasi dan lebih besar menimbulkan kerusakan pada kulit (dekubitus). Tinggikan
tangan dan kepala, rasional : meningkatkan aliran balik vena dan membantu
mencegah edema. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstermitas saat masuk, anjurkan melakukan latihan quadrisep (gluteal meremas
bola karet, melebarkan jari dan telapak tangan), rasional: meminimalkan atrofi otot,
meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur menurunkan terjadinya
hiperkalsiuria dan osteoporosis. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan
latihan dengan menggunakan ekstermitas yang tidak sakit untuk menyokong yang
lemah, rasional : dapat berespon dengan baik jika yang sakit tidak menjadi lebih
terganggu dan memerlukan dorongan serta latihan fisik. Konsultasikan dengan ahli

fisioterapi secara aktif, latihan dan ambulasi pasien, rasional : untuk memenuhi
kebutuhan mobilitas, koordinasi dan kekuatan pada ekstermitas.
Berdasarkan masalah keperawatan dengan diagnosa yang kedua, maka
penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cidera fisik tidak terjadi
dengan Kriteria hasil: Tidak terjadi cidera/ bebas dari cidera.
Intervensi atau rencana yang dilakukan yaitu kaji apa yang tidak dapat
dilakukan oleh pasien dan bantu bila perlu, rasional: pasien dalam keadaan cemas
dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri pasien.
Pantau kewaspadaan pasien seperti teralis tempat tidur/terpasang dan beri
bantalan di posisi tubuh, rasional: agar pasien terhindar dari jatuh atau cidera.
Anjurkan pasien untuk menghindari resiko cidera dengan menggunakan alat bantu,
rasional: penggunaan alat/gerak aktif meningkatkan massa tonus dan kekuatan otot
serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan. Ciptakan lingkungan yang aman
(pantau keadaan lantai), rasional: agar pasien dapat berhati-hati jika ingin turun dari
tempat tidur. Kolaborasi bersama keluarga pasien untuk melibatkan keluarga dalam
tiap aktivitas pasien selama perawatan, rasional: dukungan keluarga sangat penting
bagi pemulihan baik psikis dan fisik.
Berdasarkan masalah keperawatan dengan diagnosa yang ketiga, maka
penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat
berkomunikasi

dengan

tepat

sesuai

dengan

keadaannya

dan

dapat

mengemukakan kebutuhannya, dengan Kriteria Hasil : Pasien mengidentifikasi


pemahaman tentang masalah komunikasi, pasien akan mengenal metode
komunikasii dimana kebutuhan dapat diekspresikan.
Intervensi atau rencana yang dilakukan yaitu kaji tipe atau derajat disfungsi,
seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan bicara atau
membuat pengertian sendiri, rasional : membantu menentukan daerah dan derajat
kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh
tahap proses komunikasi. Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan
yang cepat, berikan senggang waktu untuk pasien berespon, bicaralah tanpa
tekanan terhadap sebuah respon, rasional: mencegah marah pada pasien dan

frustasi pada pasien. Anjurkan pengunjung atau keluarga pasien terdekat


mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien, rasional:
mengurangi isolasi sosial pasien dan meningkatkan penciptaan komunikasi efektif.
Pertahankan lingkungan yang bersih, rasional: agar pasien terhindar dari infeksi
nasokomial.

Kolaborasi

bersama

dokter

dalm

pemberian

obat,

rasional:

mempercepat penyembuhan pasien.


Berdasarkan masalah keperawatan dengan diagnosa yang keempat, maka
penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam jam gangguan eliminasi
fecal (konstipasi) tidak terjadi lagi, dengan Kriteria hasil: pasien BAB lancar,
konsistensi feces encer, tidak terjadi konstipasi lagi.
Intervensi atau rencana yang dilakukan yaitu kaji pola eliminasi BAB, rasional:
untuk mengetahui frekuensi BAB pasien, mengidentifikasi masalah BAB pada
pasien. Berikan latihan ROM pasif, rasional : untuk meningkatkan defekasi.
Anjurkan untuk mengonsumsi buah dan sayur kaya serat, rasional : untuk
mempelancar BAB. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang lebih 18
gelas/hari, rasional : mengencerkan feces dan mempermudah pengeluaran feces.
Pertahankan suasana aman dan nyaman, rasional : agar pasien dapat istirahat
dengan nyaman dan tenang. Kolaborasi pemberian obat pencahar bila diperlukan,
rasional : untuk membantu pelunakkan dan pengeluaran feces.
d.

Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari senin 19 Januari 2015 pukul:
08.00 WIB yaitu mengkaji TTV pasien, respon: TD: 150/90 mmHg N: 85x/m Temp:
36,8C RR: 24x/m. Pukul: 08.15 mengkaji kemampuan pasien secara fungsional,
respon: tangan dan kaki sebelah kanan sangat kaku dan lemah untuk digerakkan.
Pukul: 08.25 mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dan bantu bila
perlu, respon: pasien masih belum bisa untuk turun dari tempat tidur secara
mandiri. Pukul 08.30 memantau kewaspadaan pasien seperti teralis tempat
tidur/terpasang dan beri bantalan di posisi tubuh, respon: teralis tempat tidur sudah
terpasang, dan bantal disekitar tubuh pasien sudah diberikan. Pukul: 08.45

mengkaji tipe atau derajat disfungsi, respon: pasien memahami percakapan sekitar
hanya saja tidak pasien berbica sedikit pelo. Pukul: 09.00 mengkaji pola eliminasi
BAB, respon: pasien belum pernah BAB dari awal masuk rumah sakit hingga
sekarang. Pukul: 09.10 mengubah posisi pasien minimal setiap 2 jam/hari
(terlentang, miring) dsb, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 09.15
meninggikan tangan dan kepala, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul:
09.30 membantu pasien melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstermitas, respon: pasien mengikuti ajaran perawat. Pukul: 11.00
mengajak pasien berkomunikasi dengan bicara nada normal dan hindari
percakapan yang cepat, berikan senggang waktu untuk pasien berespon, bicaralah
tanpa tekanan terhadap sebuah respon, respon: pasien memberikan umpan balik.
Pukul 11.15 kolaborasi bersama dokter dalam pemberian obat Citicoline 2x250mg,
Ranitidin, Vit.C, Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros, Bisoprolol, respon: pasien
tidak alergi terhadap obat yang diberikan. Pukul: 12.00 menganjurkan pasien untuk
membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstermitas yang tidak
sakit untuk menyokong yang lemah, respon: pasien perlahan-lahan mencoba
menggunakan tangan yang tidak sakit menyokong yang lemah. Pukul: 12.30
menganjurkan pasien untuk menghindari resiko cidera dengan menggunakan alat
bantu, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul 12.45. menganjurkan
untuk mengonsumsi buah dan sayur kaya serat, respon: pasien memakan
buah/sayur. Pukul 12.50 menganjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang
lebih 18 gelas/hari, respon: pasien mencoba minum air putih kurang lebih 18
gelas/hari. Pukul 12.55 menganjurkan pengunjung atau keluarga pasien terdekat
mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien, respon: keluarga
pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 13.00 menciptakan lingkungan yang
aman (pantau keadaan lantai), respon: lantai disekitar tempat tidur pasien kering.
Pukul 13.10 berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk melibatkan keluarga

dalam tiap aktivitas pasien selama perawatan, respon: keluarga pasien sangat
membantu perawat dalam pemberian perawatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari selasa 20 Januari 2015
pukul: 08.00 WIB yaitu mengkaji TTV pasien, respon: TD: 150/90 mmHg N: 85x/m
Temp: 36,8C RR: 24x/m. Pukul: 08.15 mengkaji kemampuan pasien secara
fungsional, respon: tangan dan kaki sebelah kanan sangat kaku dan lemah untuk
digerakkan. Pukul: 08.25 mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dan
bantu bila perlu, respon: pasien masih belum bisa untuk turun dari tempat tidur
secara mandiri. Pukul 08.30 memantau kewaspadaan pasien seperti teralis tempat
tidur/terpasang dan beri bantalan di posisi tubuh, respon: teralis tempat tidur sudah
terpasang, dan bantal disekitar tubuh pasien sudah diberikan. Pukul: 08.45
mengkaji tipe atau derajat disfungsi, respon: pasien memahami percakapan sekitar
hanya saja tidak pasien berbica sedikit pelo. Pukul: 09.00 mengkaji pola eliminasi
BAB, respon: pasien belum pernah BAB dari awal masuk rumah sakit hingga
sekarang. Pukul: 09.10 mengubah posisi pasien minimal setiap 2 jam/hari
(terlentang, miring) dsb, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 09.15
meninggikan tangan dan kepala, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul:
09.30 membantu pasien melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstermitas, respon: pasien mengikuti ajaran perawat. Pukul: 11.00
mengajak pasien berkomunikasi dengan bicara nada normal dan hindari
percakapan yang cepat, berikan senggang waktu untuk pasien berespon, bicaralah
tanpa tekanan terhadap sebuah respon, respon: pasien memberikan umpan balik.
Pukul 11.15 kolaborasi bersama dokter dalam pemberian obat Citicoline 2x250mg,
Ranitidin, Vit.C, Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros, Bisoprolol, respon: pasien
tidak alergi terhadap obat yang diberikan. Pukul: 12.00 menganjurkan pasien untuk
membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstermitas yang tidak
sakit untuk menyokong yang lemah, respon: pasien perlahan-lahan mencoba
menggunakan tangan yang tidak sakit menyokong yang lemah. Pukul: 12.30

menganjurkan pasien untuk menghindari resiko cidera dengan menggunakan alat


bantu, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul 12.45. menganjurkan
untuk mengonsumsi buah dan sayur kaya serat, respon: pasien memakan
buah/sayur. Pukul 12.50 menganjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang
lebih 18 gelas/hari, respon: pasien mencoba minum air putih kurang lebih 18
gelas/hari. Pukul 12.55 menganjurkan pengunjung atau keluarga pasien terdekat
mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien, respon: keluarga
pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 13.00 menciptakan lingkungan yang
aman (pantau keadaan lantai), respon: lantai disekitar tempat tidur pasien kering.
Pukul 13.10 berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk melibatkan keluarga
dalam tiap aktivitas pasien selama perawatan, respon: keluarga pasien sangat
membantu perawat dalam pemberian perawatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari rabu 21 Januari 2015 pukul:
08.00 WIB yaitu mengkaji TTV pasien, respon: TD: 150/90 mmHg N: 85x/m Temp:
36,8C RR: 24x/m. Pukul: 08.15 mengkaji kemampuan pasien secara fungsional,
respon: tangan dan kaki sebelah kanan sangat kaku dan lemah untuk digerakkan.
Pukul: 08.25 mengkaji apa yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dan bantu bila
perlu, respon: pasien masih belum bisa untuk turun dari tempat tidur secara
mandiri. Pukul 08.30 memantau kewaspadaan pasien seperti teralis tempat
tidur/terpasang dan beri bantalan di posisi tubuh, respon: teralis tempat tidur sudah
terpasang, dan bantal disekitar tubuh pasien sudah diberikan. Pukul: 08.45
mengkaji tipe atau derajat disfungsi, respon: pasien memahami percakapan sekitar
hanya saja tidak pasien berbica sedikit pelo. Pukul: 09.00 mengkaji pola eliminasi
BAB, respon: pasien sudah BAB. Pukul: 09.10 mengubah posisi pasien minimal
setiap 2 jam/hari (terlentang, miring) dsb, respon: pasien mengikuti perintah
perawat. Pukul: 09.15 meninggikan tangan dan kepala, respon: pasien mengikuti
perintah perawat. Pukul: 09.30 membantu pasien melakukan latihan rentang gerak
aktif dan pasif pada semua ekstermitas, respon: pasien mengikuti ajaran perawat.

Pukul: 11.00 mengajak pasien berkomunikasi dengan bicara nada normal dan
hindari percakapan yang cepat, berikan senggang waktu untuk pasien berespon,
bicaralah tanpa tekanan terhadap sebuah respon, respon: pasien memberikan
umpan balik. Pukul 11.15 kolaborasi bersama dokter dalam pemberian obat
Citicoline 2x250mg, Ranitidin, Vit.C, Injeksi Manitol, Laxadin Syr, Adalat oros,
Bisoprolol, respon: pasien tidak alergi terhadap obat yang diberikan. Pukul: 12.00
menganjurkan

pasien

untuk

membantu

pergerakan

dan

latihan

dengan

menggunakan ekstermitas yang tidak sakit untuk menyokong yang lemah, respon:
pasien perlahan-lahan mencoba menggunakan tangan yang tidak sakit menyokong
yang lemah. Pukul: 12.30 menganjurkan pasien untuk menghindari resiko cidera
dengan menggunakan alat bantu, respon: pasien mengikuti perintah perawat. Pukul
12.45. menganjurkan untuk mengonsumsi buah dan sayur kaya serat, respon:
pasien memakan buah/sayur. Pukul 12.50 menganjurkan klien untuk banyak minum
air putih, kurang lebih 18 gelas/hari, respon: pasien mencoba minum air putih
kurang lebih 18 gelas/hari. Pukul 12.55 menganjurkan pengunjung atau keluarga
pasien terdekat mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien,
respon: keluarga pasien mengikuti perintah perawat. Pukul: 13.00 menciptakan
lingkungan yang aman (pantau keadaan lantai), respon: lantai disekitar tempat tidur
pasien kering. Pukul 13.10 berkolaborasi bersama keluarga pasien untuk
melibatkan keluarga dalam tiap aktivitas pasien selama perawatan, respon:
keluarga pasien sangat membantu perawat dalam pemberian perawatan.
e.

Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam hasil evaluasi dari
tindakan yang dilakukan dengan metode SOAP. Subjektif (S) adalah hal-hal yang di
temukan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Objektif (O) adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Analisis (A) adalah analisis dari hasil yang telah di
capai dengan mengacu pada tujuan yang terkai dengan diagnosis, Perencanaan (P)

adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga pada tahap
evaluasi (Ekasari, 2007)
Pada hari senin 19 januari 2015 jam 08.00 dengan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Subjektif:
pasien mengatakan anggota gerak seblah kanan masih kaku dan lemah untuk
digerakkan. Obyektif: pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang lain saat
bergerak atau pun ke WC. Analisis: masalah belum teratasi. Planning: intervensi
dilanjutkan dengan tindakan mengajarkan pasien ROM (Range Of Motion) aktif dan
pasif.
Pada hari senin 19 Januari 2015 jam 09.00 dengan diagnosa resiko tinggi terhadap
cidera berhubungan dengan immobilitas, kelemahan motorik, penurunan tingkat
kesadaran. Subyektif: pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat tidur
tanpa bantuan keluarga/orang lain. Obyektif: pasien tampak lemah untuk bergerak.
Analisis: masalah belum teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan dengan menjaga
keamanan pasien agar terhindar dari cidera fisik.
Pada hari senin 19 Januari 2015 jam 11.00 dengan diagnosa kerusakan komunikasi
verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskular,
kehilangan tonus/ kontrol otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum. Subyektif: keluarga
pasien mengatakan pasien kurang jelas dalam berbicara. Data Obyektif: GCS E: 4, V:5,
M:6. Analisis: masalah belum teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan dengan
berkolaborasi bersama keluarga untuk selalu memberikan umpan balik saat pasien
berbicara.
Pada hari senin 19 januari 2015 jam 12.00 diagnosa keperawatan gangguan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak
adekuat. Data Subjektif: pasien mengatakan dari awal masuk rumah sakit pasien belum
BAB hingga sekarang. Data Obyektif: perut pasien tampak kembung. Analisis: masalah
belum teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan dengan memberikan penkes dan
pemberian obat untuk melancarkan BAB pasien.
Pada hari selasa 20 januari 2015 jam 08.00 dengan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Subjektif:

pasien mengatakan anggota gerak sebelah kanan masih kaku dan lemah untuk
digerakkan. Obyektif: pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang lain saat
bergerak atau pun ke WC. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning:
intervensi dilanjutkan dengan masih memberikan tindakan mengajarkan pasien ROM
(Range Of Motion) aktif dan pasif.
Pada hari selasa 20 januari 2015 jam 09.00 dengan diagnosa resiko tinggi terhadap
cidera berhubungan dengan immobilitas, kelemahan motorik, penurunan tingkat
kesadaran. Subyektif: pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat tidur
tanpa bantuan keluarga/orang lain. Obyektif: pasien masih tampak lemah untuk
bergerak. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning: intervensi dilanjutkan
dengan menjaga keamanan pasien agar terhindar dari cidera fisik dan membantu
pasien untuk perlahan2 mencoba untuk bergerak seperti menjuntaikan kaki dtempat
tidur.
Pada hari selasa 20 januari 2015 jam 11.00 dengan diagnosa kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan
neuromuskular, kehilangan tonus/ kontrol otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum.
Subyektif: keluarga pasien masih mengatakan pasien kurang jelas dalam berbicara.
Data Obyektif: GCS E: 4, V:5, M:6. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning:
intervensi dilanjutkan dengan berkolaborasi bersama keluarga untuk selalu memberikan
umpan balik saat pasien berbicara.
Pada hari selasa 20 januari 2015 jam 12.00 diagnosa keperawatan gangguan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak
adekuat. Data Subjektif: pasien mengatakan dari awal masuk rumah sakit pasien belum
BAB hingga sekarang. Data Obyektif: perut pasien tampak kembung. Analisis: masalah
belum teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan dengan memberikan penkes dan
pemberian obat untuk melancarkan BAB pasien.
Pada hari rabu 21 Januari 2015 jam 08.00 dengan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Subjektif:
pasien mengatakan anggota gerak sebelah kanan sudah terasa tidak begitu kaku untuk
digerakkan. Obyektif: pasien tampak masih memerlukan bantuan pada orang lain saat

bergerak atau pun ke WC. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning:
intervensi dilanjutkan dengan tindakan masih mengajarkan pasien ROM (Range Of
Motion) aktif dan pasif.
Pada hari rabu 21 Januari 2015 jam 09.00 dengan diagnosa resiko tinggi terhadap
cidera berhubungan dengan immobilitas, kelemahan motorik, penurunan tingkat
kesadaran. Subyektif: pasien mengatakan masih sulit untuk turun dari tempat tidur
tanpa bantuan keluarga/orang lain. Obyektif: pasien sudah dapat menjuntaikan kaki.
Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning: intervensi dilanjutkan dengan
menjaga keamanan pasien agar terhindar dari cidera fisik dan membantu pasien dalam
duduk/berjalan.
Pada hari rabu 21 Januari 2015 jam 11.00 dengan diagnosa kerusakan komunikasi
verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskular,
kehilangan tonus/ kontrol otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum. Subyektif: keluarga
pasien mengatakan pasien kurang jelas dalam berbicara. Data Obyektif: GCS E: 4, V:5,
M:6. Analisis: masalah belum teratasi sebagian. Planning: intervensi dilanjutkan dengan
masih berkolaborasi bersama keluarga untuk selalu memberikan umpan balik saat
pasien berbicara.
Pada hari rabu 21 januari 2015 jam 12.00 diagnosa keperawatan gangguan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak
adekuat. Data Subjektif: pasien sudah BAB. Data Obyektif: perut pasien tidak lagi
tampak keras. Analisis: masalah teratasi. Planning: intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai