Anda di halaman 1dari 9

Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester I

Segera setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan
meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah,
dan membesarnya payudara. (Herawati, 2009, hal 134)
Hal ini akan memicu perubahan psikologis seperti ibu untuk membenci kehamilannya,
merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan apabila kehamilannya tidak di
inginkan. (Ummi, 2010, hal 68)
Sering kali,biasanya pada awal kehamilannya,ibu berharap untuk tidak hamil. Hampir
80% kecewa,menolak,gelisah,depresi,dan murung. Kejadian gangguan jiwa sebesar 15%
pada ibu hamil terjadi pada trimester I kebanyakan pada terjadi kehamilan
pertama(primipara).
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I di dasari pada teori
Revarubin . teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu , dimana untuk
mencapai peran ini seorang wanitamemerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas.
Trimester pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan . (Herawati, 2009, hal 135)
Pada trimester ini adalah periode penyesuaian diri, seringkali ibu mencari tanda-tanda
untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. ibu sering merasa ambivalen,
bingung. Kegelisahan timbul karena adanya perasaan takut, takut abortus atau kehamilan
dengan penyulit, kematian bayi, kematian saat persalinan, takut rumah sakit, dan lain-lain.
(the2w.blogspot.com, 2009)
Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan,
khususnya tentang perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan
psikologisnya, jika mereka multi gravida atau kecemasan yang berhubungan dengan
pengalaman yang lalu. Banyak wanita hamil yang mimpinya sering kali benar-benar sesuatu
yang nyata,dan hal ini sangat mengganggu. Mimpinya sering kali tentang bayinya yang bisa
diartikan oleh ibu apalagi bila tidak menyenangkan mimpi itu tidak menyenangkan.
(Herawati, 2009, hal 135)
Perasaan takut ini hendaknya diekspresikan sehingga dapat menambah pengetahuan ibu
dan banyak orang yang membantu dan memberi perhatian. Oleh karena itu sangat penting
adanya keberanian wanita untuk komunikasi baik dengan pasangan, keluarga maupun bidan.
Sumber kegelisahan lainnya adalah aktivitas seks dan relasi dengan suami. Wanita
merasa tidak mempunyai daya tarik, kurang atraktif adanya perubahan fisik sehingga menjadi
tidak percaya diri. (the2w.blogspot.com, 2009)
Banyak wanita hamil yang merasakan kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, tetapi
bukan dengan seks. Kebanyakan wanita mengalami penurunan libido pada periode ini.
Namun di lain sisi dapat juga terjadi peningkatan libido. Libido yang sangat besar
dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekuatiran.
(Herawati, 2009, hal 135)

Keadaan ini membutuhkan adanya komunikasi yang terbuka dan jujur dengan suami.
Perubahan psikologi ini menurun pada trimester 2 dan meningkat kembali pada saat
mendekati persalinan. (the2w.blogspot.com, 2009)
Sedangkan, bagi suami seringkali membatasi hubungan suami istri karena takut
mencederai istri dan calon bayinya. Hal ini perlu komunikasi lebih lanjut jika dihadapkan
dengan istri yang mempunyai libido tinggi atau meningkat. (Herawati, 2009, hal 135)
Bagi seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya
perasaan bangga atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan
akan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya.
Seorang calon ayah akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil.
(the2w.blogspot.com, 2009)
2.2 Stress yang Terjadi pada Kehamilan Trimester I
Ada dua tipe stress, yaitu negative dan positif. Kedua stress ini dapat memengaruhi reaksi
individu. Ada pula yangbersifat intrinsik dan ekstrinsik. Stress intrinsik berhubungan dengan
tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat sesempurna
mungkin tujuan hidupnya, baik dalam kebhidupan pribadinya maupun kehidupan sosialnya
secara professional. Stress ekstrinsik timbul karena factor eksternal seperti rasa sakit,
kehilangan, kesendirian, dan masa reproduksi.
Menurut Burnard (1991) stress selama masa reproduksi dapat dihubungkan dengan tiga
aspek utama yaitu sebagai berikut:
1. Stress dalam individu
2. Stress yang disebabkan oleh pihak lain
3. Stress yag disebabkan oleh penyesuaian terhadap tekanan social
Stress dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap kemampuan
beradaptasi dengan kejadian kehamilannya. (Herawati, 2009, hal 135)
2.3 Mengurangi Dampak Psikologis Ibu Hamil Trimester I
Dari dampak psikologis yang dapat terjadi seperti yang telah dipaparkan di atas, dapat
diupayakan beberapa hal guna mengurangi dampak psikologis pada ibu hamil trimester I,
diantaranya sebagai berikut:
A. Support Keluarga
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang
hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang
wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang
orang terdekat.
1. Suami

Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan
ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu produksi
ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat
hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu
memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri
mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan.
Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan
meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada
tubuhnya akibat hadirnya sesosok manusia mungil di dalam perutnya.
Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian
yang dimuat dalam artikel berjudul What Your Partner Might Need From You During
Pregnancy terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan
seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh
seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya.
Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin
seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan
mengajak istri jalan-jalan ringan, menemahi istri ke dokter untuk memeriksakan
kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan
suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan ada
tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya.
Menurut penelitian di Indonesia dukungan suami yang diharapkan istri:
1. Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri
2. Suami senang mendapat keturunan
3. Suami menunjukkan kebahagian pada kehamilan ini
4. Suami memperhatikan kesehatan istri yakni menanyakan keadaan istri/janin yang
dikandung
5. Suami tidak menyakiti istri
6. Suami menghibur/ menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi istri
7. Suami menasihati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja
8. Suami membantu tugas istri
9. Suami berdoa untuk kesehatan istrinya dan keselamatannya
10. Suami menungu ketika istri melahirkan
11. Suami menunggu ketika istri di operasi
2. Keluarga

Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif
sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai
ketergantungan terhadap orang lain disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga
harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.
Dukungan Keluarga Dapat Berbentuk :
- Ayah ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini
- Ayah ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini
- Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
- Adanya ritual adat istiadat yang memberikan arti tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan
3. Lingkungan
Dukungan Lingkungan Dapat Berupa :
- Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu ibu pengajian/
perkumpulan/ kegiatan yang berhubungan dengan sosial/ keagamaan
- Membicarakan dan menasehati tentang pengalamaan hamil dan melahirkan
- Adanya diantara mereka yang bersedia mengantarkan ibu untuk periksa
- Menunggui ibu ketika melahirkan
- Mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil
B. Support Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannnya melalui dukungan :
-

Aktif : melalui kelas antenatal

- Pasif : dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah
untuk berkonsultasi.
Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tentang keadaan yang ada disekitar ibu hamil
atau pasca bersalin, yaitu:bapak, kakak, dan pengunjung.
C. Rasa Aman Nyaman Selama Kehamilan
Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang wanita hamil.
Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan mempererat
hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan
membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan
kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan
mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam,
mengingatkan minum tablet besi, maupun membantu ibu malakukan kegiatan rumah tangga
selama ibu hamil. Walaupun suami melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang
tinggi dalam meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.

D. Persiapan Menjadi Orang Tua


- Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa transisi
atau peralihan
- Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang baru, serta
ketidak pastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat disatukan dengan anggota
keluarga yang baru.
Peran orang tua sebagai proses peralihan yang berkelanjutan :
1) Peralihan menjadi orang tua merupakan suatu proses dan bukan suatu keadaan statis
2) Berawal dari kehamilan dan merupakan kewajiban menjadi orang tua dimulai
Peran orang tua sebagai krisis dibandingkan sebagai masa peralihan :
1) Perubahan ini dianggap suatu krisis apabila sangat hebat, sangat mengganggu dan
merupakan perubahan negatif
2) Perubahan kebiasaan yang mengganggu seperti:
- Perubahan kehidupan seksual
- Pola tidur dan lain - lain
Hal- hal yang perlu diperhatikan terhadap kehadiran dari bayi baru lahir adalah:
- Temperamen
- Cara pasangan mengartikan stres dan bantuan
- Bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial mereka
Peralihan menjadi orang tua
Fase Penantian:
1. Berkaitan dampaknya pada kehamilan
2. Calon orang tua perlu menyelesaikan tugasnya untuk menjadi orang tua, misalnya :
pembagian tugas dalam keluarga
3. Pasangan dalam fase ini akan mengalami perasaan yang hebat, tantangan, dan tanggung
jawab.
Fase bulan madu
1. Sangat berdampak pada masa puerpurium, perlu mendapat perhatian pada askebnya
2. Bersifat psikis dan bukan merupakan saat damai dan gembura
3. Hubungan antar pasangan memiliki peran penting dalam membina hubungan baru dengan
bayi
4. Merupakan fase yang berat adaptasi dengan anggota baru
E.Persiapan Sibling

Pada saat kehamilan kedua atau lebih, sangat penting untuk mengetahui umur kakakkakaknya dan bagaimana perasaan mereka terhadap calon adik,(Apakah mereka tertarik dan
ingin membantu,dan apakah mereka bersikap bermusuhan dan agresif). Karena biasanya
seorang kakak akan berontak dan sulit menerima kehadiran orang baru dalam keluarganya
(calon adik). Sehingga orang tua harus mempersiapkan psikologi sang kakak(persiapan
sibling).
Cara untuk mengurangi persaingan kakak adik:

berikan anjuran agar orang tua membuat rencana untuk menghabiskan waktu dengan sang
kakak dan sering memberikan pujian dan menegaskan kembali tempat mereka dalam
keluarga

orang tua harus memperlihatkan kasih sayang mereka

pengunjung maupun keluarga lainnya tidak boleh hanya memberikan perhatian pada si bayi
tetapi juga mengikut sertakan anak yang lebih tua dalam memberi hadiah atau ucapan tentang
BBL

tekankan pentingnya merespon dengan tenang dan pengertian bila si kakak menjadi lebih
kekanak-kanakan tingkah lakunya atau sikap bermusuhan dengan bayi

sangat bermanfaat umtuk memperhatikan perasaan anak tersebut dan menegaskan kembali
tentang kasih sayang orang tua

ada anak-anak terutama yang lebih dari 3 tahun yang senang menjadi abang atau kakak dan
mau diikut sertakan dalam asuhan si bayi

ketika keikutsertaan ini tidak dapat dilakukan oleh anak yang lebih muda,sehingga akan
lebih baik bila orang tua memberikan waktu yang terpisah untuk melakukan kegiatan yang
disenangi anak tersebut

2.4 Peran Bidan


Bidan harus memahami berbagai perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil untuk
setiap trimester agar asuhan yang diberikan tepat sesuai kebutuhan ibu. Hal ini diperlukan
ketelitian dan kehati-hatian bidan untuk mengkaji /menilai kondisi psikologi seorang wanita
hamil tidak hanya aspek fisik saja. Memfasilitasi wanita agar mau terbuka berkomunikasi
baik dengan suami, keluarga ataupun bidan.
Dukungan psikososial selama kehamilan telah menunjukkan secara signifikan dapat
meningkatkan kesejateraan emosi. Dukungan psikososial dalam hal ini, (Cobb, 1976)
mendefinisikan dukungan psikososial sebagai informasi yang membawa seseorang untuk
mempercayai bahwa dirinya diperhatikan, dicintai dihargai. Menurut Schumaker dan
Brownell (1984) dukungan psikososial adalah pertukaran sumber informasi antara minimal 2
individu, yang terdiri dari provider dan resipien dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan resipien.

Dukungan psikososial ini akan melingdungi/mengurangi efek negatif dari faktor resiko
psikososial, Clupepper, Jack (1993) membagi resiko psikososial menjadi 3 yaitu :
karakteristik sosial/demografi : usia tua, muda, kurang pendidikan, rumah yang tidak layak
huni: faktor psikoligis :stress. Gelisah dengan riwayat /sedang mengalami gangguan
psikologis dan kebiasaan hidup yang merugikan kesehatan : merokok, suka mabuk,
pemakaian obat-obatan, obesitas, terlalu kurus.
Adapun jenis dukungan psikososial yang dapat diberikan berupa esteem
support (dukungan untuk meningkatkan kepercayaan diri), informational support, tangible
support (sarana fisik) dan perkumpulan sosial. Power et al (1988) membagi dukungan sosial
menjadi 2 :
1. Emosional support : semua yang dapat meyakinkan/menjamin kedekatan dan
pengetahuan bahwa dia dicintai, diperhatikan dan deterima serta nasihat, saran yang
diberikan dapat dapat menimbulkan kepercayaan diri.
2. Practical support : meliputi semua aspek bantuan yang bertujuan membentuk individu
dari sebuah masalah berupa kegiatan fisik (action) seperti meminjamkan uang, membantu
tugasnya yang tidak bisa dikerjakan sendiri.
Bidan harus mampu mengidentifikasi sumber dukungan yang ada disekitar ibu,
mempelajari keadaan lingkungan ibu, keluarga, ekonomi, pekerjaan sehari-hari. Perlu
dipahami bahwa sumberdukungan psikososial yang paling besar pengaruhnya pada individu
adalah orang yang terdekat bagi mereka seperti pasangan, teman baik, kerabat.

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dalam kehamilan trimester I terjadi berbagai perubahan, salah satunya dari segi
psikologis ibu hamil itu sendiri, yang dipengaruhi oleh factor biologis, individu maupun
social.
Dalam kehamilan trimester I juga dapat terjadi stress baik yang negative maupun
positif, intrinsic dan ekstrinsik, serta dihubungkan degan tiga aspek utama yaitu stress di
dalam individu, yang disebabkan oleh pihak lain, dan disebabkan oleh penyesuaian terhadap
tekanan social.
Berbagai perubahan di atas dapat diatasi dengan dukungan dari orang-orang terdekat.
Serta peran serta bidan sebagai tenaga kesehatan yang memberikan asuhan kehamilan pada
ibu.
3.2 Saran
Untuk ibu hamil trimester I seyogyanya selalu terbuka terhadap suami, keluarga, serta orangorang terdekat, sehingga berbagai kecemasan, ketakutan, dan berbagai perasaan yang
mengganggu dapat bersama-sama diatasi, serta dapat menambah pengetahuan ibu hamil
tersebut.
Untuk suami, keluarga, serta orang-orang terdekat, selayaknya memberikan perhatian dan
dukungan terhadap ibu hamil dan kehamilannya sehingga ibu dapat menghadapi dan
menjalani kehamilannya denga ya selalu memberikan nasihat dan asuhan yang positif yang
dapat membangun n baik.
Untuk tenaga kesehatan sebaikn mental ibu sehingga ibu dapat menjalani kehamilannya
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
http://the2w.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-psikologi-ibu-hamil-trimester.html
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Hani, Ummi. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai