Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

ANESTESI UMUM PADA STRUMA NODUSA


NON TOXIC

Pembimbing :
dr.Edwin Sp.An
Oleh :
Ana Nurrida (2011730003)

KEPANITERAAN KLINIK STASE ANESTESI RSUD


SEKARWANGI
2016

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I
Umur : 43
Tahun
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama : Islam
Alamat
:
Cilutung
Warung Kiara

No RM : 372xxx
Diagnosa Pre-Op :
Struma Nodusa Non
Toxic
Jenis Pembedahan :
Isthmulobectomy
sinistra
Operator : dr. Usman
Sp.B
Ahli Anestesi :
dr.Edwin Sp.An

Tanggal Masuk
4 April 2016

ANAMNESIS

Keluhan Utama
Benjolan di leher kanan sejak 2 tahun SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke Poliklinik Bedah RSUD Sekarwangi
dengan keluhan benjolan di leher kanan yang
dirasakan sejak 2 tahun SMRS, Awalnya benjolan kecil
seperti kelereng dengan diameter sekitar 1 cm, Lama
kelamaan membesar dan sampai sekarang benjolan
kira-kira berdiameter +8 cm, benjolan dirasakan ikut
bergerak ketika menelan, keluhan dada berdebar (-),
tangan berkeringat (-), tangan gemetar (-), demam (-),
mual (-), muntah (-), penurunan berat badan (-),
keringat malam (-), suara serak (-), nyeri menelan (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


Os belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya
Os mengaku belum pernah sakit seperti ini
sebelumnya.
Riwayat penyinaran radiasi disekitar leher tidak ada,
riwayat penggunaan obat-obatan tidak ada.
Os tidak memiliki riwayat darah tinggi, kencing
manis,sesak nafas
Os juga belum pernah memiliki riwayat
benjolan/tumor sebelumnya.
Riwayat Operasi
Os tidak pernah dioperasi sebelumnya
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
seperti ini. Riwayat penyakit keganasan dalam
keluarga (-), hipertensi (-), diabetes (-), sesak nafas
(-).

Riwayat Pengobatan
Os belum pernah minum obat untuk
mengobati keluhan ini.
Riwayat Alergi
Alergi obat, makanan dan cuaca disangkal.
Riwayat Psikososial
Riwayat merokok, konsumsi kopi, alkohol
disangkal
Pemeriksaan HIV
Tidak pernah.
Makan Terakhir
Makan berat

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit
Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit, reguler.
Respirasi : 18 x/menit.
Antropometri
BB : 50 kg
TB : 150 cm
Status Gizi : Normoweight

Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut lurus, tidak mudah dicabut
dan tidak rontok, laserasi (-).
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, sklera ikterik
(-/-), konjungtiva anemis (-/-), edema
palpebra -/ Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-/-),
darah
(-/-), massa (-/-)
Telinga : Normotia, serumen (+/+), darah (-/-),
Pembesaran
KGB retro/post auricular (-/-)
Mulut : Bibir kering (+), lidah kotor (-), stomatitis (-),
faring hiperemis (-), tonsil membesar (-), gigi
goyang (-), terdapat gigi ompong satu dibagian depan,
Mouth
opening 3 jari, Mallampati 1.
Leher : Pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-), TMD 10cm

Jantung : I :Iktus kordis tidak terlihat


P: Iktus cordis teraba pada ICS 4 linea
midclavikularis
sinistra
P: Batas jantung kanan setiinggi ics 4
linea parasternal
dekstra, Batas jantung kiri
setinggi ics 4 linea
midclavikularis sinistra
A: BJ I dan II normal, murmur (-), Gallop (-).
Pulmo : I: Bentuk dan gerak simetris, tidak
terdapat retraksi
dinding dada.
P: Vocal Fremitus kanan dan kiri sama.
P: Sonor diseluruh lapang paru.
A: Vesikuler diseluruh lapang paru, tidak
terdapat
wheezing dan ronki.

Abdomen : I : Cembung, masa (-), laserasi (-),


spidernevi (A : Bising usus (+)
P : Nyeri tekan abdomen kanan
bawah (+),
Hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani pada 4 kuadran
abdomen
Punggung
: Tidak terdapat kelainan
tulang belakang.
Ektremitas sup : Akral: hangat,Sianosis (-/-),
CRT < 2 (-/-)
edema (-/-)
Ektremitas inf : Akral: hangat,Sianosis (-/-) ,
CRT < 2 (-/-), edema (-/-)

Status Lokalis
REGIO COLLI SINISTRA
ANTERIOR
(I) Terdapat massa,
berbentuk
bulat, ukuran
diameter 8cm benjolan
ikut bergerak saat
pasien
menelan ludah, tidak
hiperemis.
(Pa)
Teraba massa,
konsistensi kenyal, batas
tegas, mobile, nyeri tekan
(-), permukaan rata,
pembesaran KGB regional
(-).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Hemoglobin

11,5 gr%

13-16 Gr%

Lekosit

7600

4000-11.000

Trombosit

244.000

150.000-400.000

Hematokrit

38%

40-45%

Ureum

49

10-50 mg/dL

Creatinin

0,7

0,6-1,1 mg/dL

SGOT

21

<25 U/L

SGPT

12

<29 U/L

Waktu Perdarahan

1-3 menit

Waktu Pembekuan

3-7 menit

GDS

82

<180 mg/Dl

Natrium

140

135-155 mmol/L

Kalium

3,8

3,6-5,5 mmol/L

T3

1,45

0.58-1.59 ng/ml

T4

10,5

5.1-14.1 ug/dl

TSH

0,525

0.27-4,2 uIU/ml

EKG
Tidak ditemukan kelainan.
Ro Thoraks
Tidak ditemukan kelainan.

DIAGNOSA
KERJA

KESIMPULAN

PENATALAKS
ANAAN
OPERATIF

Struma
Nodusa Non
Toxic

Status fisik
ASA I

Isthmulobecto
my sinistra

Acc operasi

General
anestesi
dengan
intubasi

Keadaan Pra- operasi


Perempuan usia 43 tahun dengan diagnosis
Struma Nodusa Non Toxic
Pasien
dijadwalkan
untuk
melakukan
tindakan operasi Isthmulobectomy sinistra
pada hari Rabu, 6 April 2016.
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital pra-operasi
TD : 130/80 mmHg
N
: 84 x/menit
R
: 18 x/menit
S
: 36,9 C
Saturasi 02 : 98%

Penghitungan Cairan
Cairan masuk : RL 1000cc.
Cairan keluar: darah 150cc
Kebutuhan cairan
:2cc/kgBB/jam (50kg)
= 100cc/jam

Cairan pengganti puasa


= lama puasa x maintenance
= 6 x 100 cc/jam
Total : 1050 cc
= 600 cc/jam
Cairan stress operasi
=6cc/kgbb/jam
=300cc/jam, lama operasi 1,5 jam = 450 cc

Tanda-Tanda Vital Intraoperatif


Jam

Tekanan Darah

Nadi

Saturasi

11.00

150/100
mmHg

65

98%

11.15

128/72 mmHg

58

98%

11.30

148/90 mmHg

65

99%

11.45

135/78 mmHg

65

97%

12.00

130/80 mmHg

65

99%

12.15

128/65 mmHg

68

98%

12.30

120/80 mmHg

60

99%

12.45

110/80 mmHg

60

98%

Keadaan Pasien Pasca Operatif


Operasi selesai, N2O
dan sevofluran
diturunkan hingga 0 L,
O2 tetap diberikan

Dilakukan ekstubasi
dan dilakukan suction
untuk membersihkan
jalan napas

Ruang pemulihan

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran
: Composmentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 85 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
JAM

ALDRETTE SCORE
WK

10.40

Merah
muda
(2)

RR

Nafas 110/70
baik,
mmHg
adekua
(2)
t dan
tangis
kuat.

SCORE

KS

Sadar
penuh
(2)

Gerak
anggot
a tubuh
(2)

10

TINJAUAN PUSTAKA
STRUMA NODUSA NON
TOXIC

Kontrol Terhadap
Kelenjar Tiroid
Hipotalamus
TRH
_

Pituitari anterior
_

TSH
Tiroid
T3

T4

Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid

Definisi
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang
terjadi karena folikel-folikel tiroid terisi koloid
secara berlebihan.
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran
kelenjar tiroid yang bukan karena proses
inflamasi ataupun karena neoplasma dan tidak
disertai fungsi abnormal dari tiroid yaitu
hipertioidisme ataupun hipotiroidisme.
Terjadinya pembesaran kelenjar Tiroid itu sendiri
dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium
yang dibutuhkan untuk mensekresikan hormon
Tiroid, hal ini akan berpengaruh pada jumlah dari
hormon Tiroid yang dihasilkan.
Terjadinya pembesaran kelenjar Tiroid
dikarenakan sebagai usaha agar hormon Tiroid
tetap cukup dihasilkan

Epidemiologi
Endemik pada daerah yang
kekurangan yodium
Wanita : Pria = 1,2 - 4,3 : 1

Etiologi

Kekurangan iodium
Goitrogen
Dishormonogenesis
Riwayat radiasi kepala dan
leher

Tatalaksana
Pilihan terapi nodul tiroid:
Tindakan Operatif
Terapi supresi dengan hormon levotirosin
Iodium radioaktif
Farmakologi

Indikasi
operasi :
Struma difusa toksik
yang gagal terapi
medikamentosa
Struma uni atau
multinodosa dengan
kemungkinan keganasan
Struma dengan
gangguan penekanan
berupa gangguan
menelan, pernapasan,
dan suara parau
Kosmetik

Kontraindikasi operasi :
Struma toksik yang belum
dipersiapkan operasi
sebelumnya
Struma dengan
dekompensasi kordis atau
penyakit sistemik yang belum
terkontrol (DM, hipertensi)
Struma besar yang melekat
erat ke jaringan leher
sehingga sulit digerakkan
yang umumnya karena
karsinoma anaplastik
Struma (karsinoma) disertai
vena cava superior syndrome

Anestesia : Suatu tindakan


menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesia Umum adalah Tindakan
menghilangkan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran dan
bersifat reversible.
Trias Anestesi
1. Hipnotik (ketidaksadaran)
2. Analgesia

Indikasi General Anestesi :


1. Bayi dan Anak-anak
2. Dewasa yang memilih general
anestesi
3. Pembedahan yang luas
4. Pasien dengan kelainan mental
5. Pembedahan yang lama
6. Pasien dengan riwayat keracunan
atau alergi terhadap obat anestesi
lokal.
7. Pasien dengan terapi antikoagulans

Induksi Anestesi
Tindakan untuk membuat
pasien dari sadar menjadi
Inhalasi
tidak sadar, sehingga
Intravena
N2O
- Pemberian anestesia dengan
N2O harus disertai O2
memungkinkan
dimulainya
Tiopental
minimal
25%.
( Tiopenton, pentotal)
-Dosis
Gas bersifat
intravena
anestetik
3-7dan
mg/kg
lemah,
( disuntik
tetapisecara
analgesinya
perlahanlahan
kuat.
anestesia
dihabiskan
dalam
30-60
pembedahan.
Halotan
detik)
Intramuskular
- Induksi
iniRektal
memerlukan gas pendorong O2 atau campuran
Induksi
Per
Propofol
N2O
dan O2.
Dosis
-Induksi
bolus
untuk induksi
dengan
2-2,5
aliran
mg/kgBB
O2 > 4 liter/menit atau
Ketamin
(dimulai
Ketalar
)
Cara
ini
hanya
untuk
anak
atau
bayi menggunakan
campuran
Dosis5-7
rumatan
untuk anestesi intravena
total 4-12
Dosis
mg/kgBB
tiopental
atau midazolam.
mg/kg/jam
N2O:O2=3:1,
dimulai dengan halotan 0,5 vol%.

Cara induksi anestesi :

Isofluran
Ketamin
- Kurang
Menurunkan
digemari
laju metabolisme
untuk induksi
otak
anestesi,
terhadapkarena
oksigensering
-menimbulkan
Meningatkan aliran darah
takikardi,
ke otak
hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala.
Dosis
Sevofluran
bolus induksi iv 1-2 mg/kg

Teknik Anestesi Umum


1. Sungkup Muka (Face Mask)
Untuk mengantar udara/gas
anestesi dari alat resusitasi atau
sistem anestesi ke jalan napas
pasien.
Indikasi : - Tindakan singkat (1/2
1 jam)
- Keadaan umum baik
(ASA I II)
Ukuran : 03 (Bayi Baru Lahir);
02,01,1 (Anak kecil); 2,3 (Anak

2. Intubasi Trakea
Indikasi
Menjaga patensi jalan napas oleh sebab
apapun.
Kelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi
khusus, pembersihan sekret jalan napas.
Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
misalnya, saat resusitasi, ventilasi jangka
panjang.
Pencegahan aspirasi dan regugirtasi
Kesulitan Intubasi
Leher pendek berotot
Mandibula menonjol
Maksila/gigi depan menonjol
Uvula tak terlihat (Mallampati 3 atau 4)
Gerak sendi temporo mandibular terbatas
Gerak vetebra servikal terbatas.

Ekstubasi
1. Ekstubasi ditunda sampai pasien
benar-benar sadar, jika :
- Intubasi kembali akan
menimbulkan kesulitan
- pasca ekstubasi ada risiko
aspirasi
2. Ektubasi dikerjakan umumnya
pada anestesia sudah ringan
dengan catatan tak akan terjadi
spasme laring
3. Sebelum ekstubasi bersihkan
rongga mulut laring faring dari
sekret dan cairan lainnya.

Persiapan Induksi
Anestesi
STAT
S :ICS
Scope
T:
Tubes
A:
Airway
T : Tape
I :
Introduc
er
C:
Connect
or
S:

3. Sungkup Laring
Dikenal dengan LMA ( Laryngeal Mask
Airway ) merupakan alat jalan napas
berbentuk sendok terdiri dari pipa besar
berlubang dengan ujung menyerupai
sendok yang pinggirannya dapat
dikembang kempiskan seperti balon pada
pipa trakea.
Dikenal 2 macam sungkup laring :
1. Sungkup laring standar dengan satu
pipa napas.
2. Sungkup laring dengan dua pipa yaitu
satu pipa napas standar dan lainnya pipa
tambahan yang ujung distalnya
berhubungan dengan esofagus.

Indikasi LMA
Sebagai alternatif dari ventilasi
face mask atau intubasi ET untuk
airway management
Pada penatalaksanaan difficult
airway yang diketahui atau yang
tidak diperkirakan
Kontraindikasi
Pasien dengan risiko aspirasi isi
lambung
Pasien yang membutuhkan
dukungan ventilasi mekanik
jangka waktu lama.

Premedikasi

tindakan pemberian obat sebelum induksi


anestesi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari
anestesi

Obat premedikasi pada


kasus :
Ondancentron 4 mg
Midazolam 2 mg

Ondancentron
Antagonis 5-HT3 yang diindikasikan sebagai
antiemetik dengan lama aksi 6 jam

Farmakodi
namik
Farmakokin
etik

Dosis

Mekanisme kerja :
Memblokade area posterma (CTZ) dan nukleus solitarius
melalui kompetitif selektif di reseptor 5HT3
Memblok reseptor perifer ujung nervus vagus dengan
menghambat ikatan serotonin dengan reseptor ujung
nervus vagus

Pada pemberian oral, ondancentron diabsorbsi secara cepat,


dieliminasi dengan cepat dari tubuh. Metabolisme terutama
secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukoronida atau
sulfat di hati

Bisa diberikan secara oral, im, atau iv


Awal kerja diberi 0,1-0,2 mg/kgBB secara perlahan melalui iv
untuk 15 menit sebelum operasi

Midazolam
Farmakokin
etik

Diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat


melalui sawar darah otak. Waktu paruh antara 1-4
jam

Penggunaa
n klinik

Premedikasi : 0,05 mg/kgBB IV 10 menit sebelum


operasi dipercaya akan memberikan keadaan
amnesia retrogard yang cukup
Sedasi intravena : 1-2,5 mg IV (onset 30-60 detik,
waktu puncak 3-5 menit, durasi 15-80 menit) efektif
sebagai sedasi selama regional anestesi
Induksi : 0,1-0,2 mg/kg IV selama 30-60 detik

Induksi

tindakan untuk membuat pasien dari sadar


menjadi tidak sadar
memungkinkan dimulainya anestesi

Obat-obatan yang digunakan dalam


kasus :
Propofol
Fentanyl
Noveron

Propofol
Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi
diperkirakan efek primernya berlangsung di reseptor GABA A
(Gamma Amino Butired Acid)

Farmakodi
namik
Farmakokin
etik

Dosis

Pada sistem saraf pusat


Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana
dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan efek sedasi,
tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis induksi
(2mg/kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat. Dapat
menyebabkan perubahan mood tapi tidak sehebat
thiopental. Dapat menurunkan tekanan intrakranial dan
tekanan
intraokular
Digunakan
secarasebanyak
intravena35%.
dan bersifat lipofilik dimana
98% terikat protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di
hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, waktu paruh
propofol diperkirakan berkisar antara 2 24 jam. Namun
dalam kenyataanya di klinis jauh lebih pendek karena
propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi. Dosis
induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata rata 30 45 detik
) dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat. Popofol
bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun
relaksasi otot.
a) Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.
b) Sedasi : 25 to 75 g/kg/min dengan I.V infus
c) Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 150
g/kg/min IV (titrate to effect).

Fentanyl

Merupakan derivat agonis sintetik opioid fenil piperidin, yang secara


struktur berhubungan dengan meperidin, sebagai anestetik 75 125
kali lebih poten dari Morfin.

Farmakodi
namik
Farmakokin
etik

Fentanil adalah analgesik narkotik yang poten, bisa


digunakan sebagai tambahanuntuk general anastesi maupun
sebagai awalan anastetik. Fentanil memilikikerja cepatdan
efekdurasi kerja kurang lebih 30 menit. Fentanil bergantung
dari dosis dan kecepatan pemberian bisa menyebabkan
rigiditas otot, euforia, miosis dan bradikardi. Seluruhefek dari
kerja fentanil secara cepat dan secara penuh teratasi dan
hilang dengan menggunakan narkotik antagonis
sepertiNaloxone.
Sebagai dosis tunggal, fentanil memiliki onset kerja yang
cepat dan durasi yanglebih singkat dibanding morfin.
Dikarenakan durasi dan kerja dosis tunggal fentanil yang
cepat, mengakibatkandistribusi ke jaringan yang tidak
aktifmenjadi lebih cepat pula, seperti jaringan lemakdan
otot skelet, dan inimenjadi dasar penurunan konsentrasi
obat dalam plasma

Dosis
1-5 g/kgbb

Noveron
Noveron (Rocuronium bromide) adalah pelumpuh otot nondepolarisasi (inhibitor kompetitif) yang berikatan dengan reseptor
nikotinik-kolinergik, tetapi tidak menyebabkan depolarisasi, hanya
menghalangi asetil kolin menempatinya, sehingga asetil kolin tidak
dapat bekerja

Farmakodi
namik
Farmakokin
etik

Dosis

Rokuronium berkompetisi untuk reseptor kolinergik pada


lempeng akhir motorik. Tidak ada
perubahan yang secara klinis bermakna terhadap parameter
hemodinamik. Rocuronium
bromide memiliki aktifitas vagolitik ringan dan terkadang
dapat menimbulkan takikardi.
Onset : 1-2 menit
Durasi : 30-45 detik

0,6 1 mg/kgBB

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai