Anda di halaman 1dari 26

DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

Dosen Pengampu: EKO SUDIARTO, S.K.M., M.P.H.


ISU TERKINI KESEHATAN LINGKUNGAN

PENGOLAHAN LIMBAH B3

DISUSUN OLEH:
ANANIAS AGUS DWILEKSONO (141510750)

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
KELA SINTANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada saya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi- materi yang ada.
Materi ini bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
limbah B3 dan Bagaimana Cara Pengelohannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi saya sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Sintang,

19 Januari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................
B. Permasalahan.................................................................................

4
4

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Definisi.............................................................................................
Karakteristik Bahan Kimia...........................................................
Sumber Limbah B3........................................................................
Dampak B3 terhadap Kesehatan Manusia..................................
Toksikologi Limbah B3..................................................................
Hukum dalam Penanganan Limbah B3.......................................

6
6
8
9
10
11

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................

12

A. Pengelolaan Limbah Padat..........................................................


B. Pengelolaan Limbah Cair.............................................................
C. Pengelolaan Limbah Gas .............................................................

12
15
20

BAB IV PENUTUP....................................................................................

24

A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

24
25

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Limbah berupakan benda (Padat, Cair, Gas, B3) yang tidak diperlukan dan
dibuang, limbah pada umumnya mengandung bahan pencemar dengan konsentrasi
bervariasi. Bila dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini akan
terakumulasi di alam sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem Alam
Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem
tidak dikelolah dengan baik. Pengelolahan limbah ini merupakan upaya
merencanakan melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pendaya gunaan
limbah, serta pengendalian dampak yang ditimbulkannya
Upaya pengelolahan limbah tidak mudah dan memerlukan pengetahuan
tentang limbah ( Padat, Cair, Gas, B3) unsur-unsur yang terkandung serta
penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan selain itu perlu
keterampilan mengelolah limbah menjadi ekonomis dan mengurang jumlah
limbah yang terbuang ke alam.
Makalah ini akan membahas tentang pengelolahan limbah dengan tata cara
yang baik dan benar. Diharapkan dengan dilaksanakan pembelajaran ini dapat
dikembangkan manajemen limbah, khususnya limbah Padat, Cair, Gas, serta
berbahaya dan beracun (B3)
B.

Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.

apa yang dimaksud dengan Limbah B3


Apakah Sumber Limbah B3
Bagaiamana Dampak B3 terhadap Kesehatan Manusia
BagaiamanaHukum dalam Penanganan Limbah B3
Bagaimana cara pengelolaan limbah cair, padat, dan gas

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan
corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau
jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan
lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.
B. Karakteristik Bahan Kimia
Berdasarkan hukum pasal 1 ayat 1 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Bahan Kimia B3 memiliki karakteristik berdasarkan klasifikasi B3 (Pasal 5
ayat 1 Pemerintah) sebagai berikut:
1. Mudah meledak (explosive).
2. Pengoksidasi (oxidizing).
3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable).
4. Sangat mudah menyala (highly flammable).
5. Amat sangat beracun (highly flammable ).
6. Sangat beracun (highly beracun).
7. Beracun (mederately toxic).
8. Korosif (corrosive).
9. Bersifat Iritasi (irritant).
10. Berbahaya bagi lingkungan(dangerous to the environment).
11. Karsinogenik (carcinogenic).
5

12. Teratogenik (teratogenic).


13. Mutagenik (mutagenic).
Untuk mendeteksi kandungan B3 dalam limbah dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif adalah Screening test atauFingerprint
test. Uji kualitatif ini untuk mengetahui karakteristik suatu limbah dengan
maksud untuk mengantisipasi langkah-langkah dan penanganan limbah
tersebut serta untuk membedakan/mengidentifikasi suatu jenis limbah dengan
limbah lainnya. Uraian beberapa parameter dalam Screening test / Fingerprint
test yang dapat dijadikan indikasi awal karakteristik limbah B3 dijelaskan
sebagai berikut:
1. pH
Hasil pengukuran pH jika pH kurang lebih sama dengan 5 atau pH kurang
lebih sama dengan 12,5, maka limbah tersebut dapat dinyatakan sebagai
golongan limbah B3 karena bersifat korosif.
2. Reaktifitas Air
Reaktifitas air ini merupakan suatu parameter untuk menguji reaktifitas
menggunakan air. Suatu limbah dapat dinyatakan bersifat reaktif apabila
dalam pengujiannya terjadi gejala-gejala seperti adanya pelepasan gas,
terbentuknya emulsi, perubahan temperatur dan lain-lain.
3. Pengoksidasi
Dalam pengujian pengoksidasi ini apabila suatu limbah menunjukan adanya
kandungan senyawa oksidan (oksidan positif), maka dapat diambil
kesimpulan bahwa limbah tersebut mempunyai indikasi sebagai limbah B3.
Karena apabila senyawa oksidan bercampur dengan senyawa organik dapat
bereaksi secara spontan menghasilkan panas, gas atau bahkan menimbulkan
ledakan.
4. Mudah Terbakar
Seperti kita ketahui bahwa salah satu karakteristik bahan kimia B3 adalah
mudah meledak atau mudah terbakar. Sehingga ketika suatu limbah
didekatkan pada suatu nyala api , apabila sampel langsung terbakar maka
dapat diindintikasi limbah tersebut memiliki karakteristik mudah terbakar.
5. Kandungan Amonia
Dalam hal ini gas amonia pelu diuji karena termasuk gas yang beracun.
Apabila suatu limbah mengandung gas amonia, dapat dinyatakan bahwa
limbah tersebut kemungkinan termasuk kedalam limbah B3, karena apabila
bercampur dengan suatu basa maka akan bersifat reaktif.
6. Kandungan Sianida
6

Sama halnya dengan amonia, gas sianida ini merupakan gas yang beracun
dan mematikan. Apabila suatu limbah mengandung sianida positif, maka
dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan termasuk kedalam
limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu asam maka akan bersifat
reaktif.
7. Kandungan Sulfida
Gas sulfida merupakan gas yang beracun dan mematikan. Apabila suatu
limbah mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa limbah
tersebut kemungkinan termasuk kedalam limbah B3, karena apabila
bercampur dengan suatu asam maka akan bersifat reaktif.
Limbah B3 memiliki sifat mudah terbakar dan meledak, dan limbah tersebut
bisa berupa gas, cair, cair ataupun padat dengan karakteristik yang berbeda.
Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai
beberapa sifat berikut : 1) limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan
dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. 2) limbah yang dapat
bereaksi hebat dengan air. 3) apabila tercampur air akan meledak,
menghasilkan gas, uap, asap beracun yang membahayakan bagi manusia
dan lingkungan. 4) limbah sianida, sulfida, atau amoniak yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. 5) limbah yang mudah meledak atau
bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25C,760 mmHG). 6) limbah yang
menyebabkan kebakaran karena melepas/menerima oksigen.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat
beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian
atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan,
kulit, atau mulut. Limbah yang menyebabkan infeksi ialah bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena
infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman
penyakit yang dapat menular. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah
yang bersifat : 1) menyebabkan iritasi pada kulit. 2) menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari
6,35mm/tahun dengan temperatur 55C. 3) mempunyai pH sama atau
kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam atau lebih besar dari 12,5 untuk
bersifat basa.

C. Sumber Limbah B3
Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (sebagaimana lampiran I tabel 1 PP
85/1999) yaitu limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses
utamanya

melainkan

dari

kegiatan

pemeliharaan

alat,

pencucian,

pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.


2. Limbah B3 dari sumber spesifik (sebagaimana lampiran I tabel 2
PP85/1999) yaitu sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara
spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi (sebagaimana lampiran I
tabel 3 PP 85/1999).

D. Dampak B3 terhadap Kesehatan Manusia


Limbah B3 masuk ke lingkungan melalui media air, tanah, udara, dan
hewan / biota yang mempengaruhi secara kontinyu dan tidak kontinyu,
bertahap dan seketika, teratur dan tidak teratur. Limbah B3 meracuni makhluk
hidup melalui rantai makanan sehingga menyebabkan organisme (tumbuhan,
hewan dan manusia) terpapar oleh zat-zat beracun.
Limbah B3 mempengaruhi kesehatan dengan mencelakakan manusia secara
langsung (akibat ledakan, kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak
langsung (toksik akut dan kronis) bagi manusia. Zat toksik (racun) yang
dihasilkan oleh limbah B3 masuk ke tubuh manusia melalui :
1. Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai
peredaran darah.
2. Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki
peredaran darah.
3. Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran
darah.
4. Peritonial yaitu melalui suntikan, langsung memasuki peredaran darah.
Dampak limbah B3 terhadap kesehatan manusia salah satu contohnya yaitu
kasus Penyakit Minamata :
9

Dipinggir teluk Minamata di Jepang bermukim rakyat nelayan. Para nelayan


rupanya telah terbiasa mengkonsumsi ikan yang berasal dari teluk tersebut.
Akan tetapi teluk tersebut sudah tercemar limbah, yang diakibatkan oleh
beberapa industri membuang limbah ke teluk Minamata. Para ahli kimia pabrik
mengatakan bahwa limbah pabrik mengandung methylmercury yang tidak
berbahaya, namun kenyataannya fitoplankton, zooplankton dan ikan yang ada
di teluk tetap hidup. Namun, setelah terakumulasinya methylmercury sekitar 10
tahun, tanpa disadari telah berlipat ganda ribuan kali mercury di dalam tubuh
nelayan.

Karena

methylmercury termasuk

logam

berat,

maka

akan

menimbulkan dampak kesehatan yaitu keturunan dari nelayan yang telah


mengkonsumsi ikan dari teluk Minamata mengalami cacat jasmani dan mental.
Jadi penyakit sejenis penyakit Minamata dapat terjadi dimana saja, melalui
proses akumulasi dan penggandaan biologik.
E. Toksikologi Limbah B3
Menurut PP No. 85 tahun 1999, selain berdasarkan sumber dan uji
karakteristik, suatu limbah B3 dapat juga diidentifikasi berdasarkan uji
toksikologi. Uji toksikologi digunakan untuk mengetahui sifat akut atau kronik
limbah yang dimaksud. Penentuan sifat akut limbah dilakukandengan uji hayati
untuk mengukur hubungan dosis - respons antara limbah dengan kematian
hewan uji, untuk menetapkan nilai LD50.
LD50 (Lethal Dose fifty) adalah dosis limbah (gram / Kg Berat Badan) yang
dapat menghasilkan 50% respons kematian pada populasi hewan uji. Nilai
tersebut diperoleh dari analisis data secara grafis dan atau statistik terhadap
hasil uji hayati tersebut. Sifat kronis limbah B3 (toksik, mutagenik,
karsinogenik, teratogenik) ditentukan dengan cara mengevaluasi sifat zat
pencemar yang terdapat dalam limbah dengan cara mencocokkan zat pencemar
tersebut dengan lampiran III PP 85/1999.
F. Hukum dalam Penanganan Limbah B3
Limbah B3 perlu dikelola sebab jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar
meningkat. Dengan beredarnya segala jenis limbah B3, maka banyak terjadi
kasus-kasus kecelakaan, keracunan, atau gangguan kesehatan serta lingkungan

10

yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : penanganan dan


penggunaan pestisida yang kurang baik dan tepat, peredaran bahan kimia
berbahaya yang sudah dilarang (arsen, garam dan sianida), sistem pengemasan
dan penandaan (simbol/label yang tidak memadai), sistem penyimpanan yang
tidak memenuhi persyaratan teknis.
Dengan kasus-kasus di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3
yang baik dan benar. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian
kegiatan

yang

mencakup

penyimpanan,

pengumpulan,

pemanfaatan,

pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil


pengolahan tersebut (PP No.18 & 85 tahun 1999). Dengan Pengolahan limbah
sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3
sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh
pengolah limbah B3 dapat diawasi.
Penanganan limbah B3 secara umum dapat dilakukan dengan cara,
diantaranya :
1. Daur ulang atau recovery dengan memanfaatkan kembali bahan baku
dengan metoda daur ulang atau recovery.
2. Pembakaran (Insinerator) yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran
pada alat pembakar khusus.
3. Proses detoksifikasi dan netralisasi dengan mengurangi kadar racun.
4. Penimbunan / penanaman (Landfill). Penanganan secara penimbunan
dilakukan terhadap limbah padat dan residu dari proses solidifikasi, sisa dari
proses daur ulang, sisa pengolahan fisik-kimia, katalis, ter, lumpur padat
(sludge) dan berbagai limbah yang tidak dapat diolah atau diproses lagi.
G.

11

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Limbah Padat


1. Penimbunan Terbuka

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu


metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill.
Pada metode penimbunan terbuka.

Di lahan penimbunan terbuka,

berbagai hama dan kuman penyeb ab penyakit dapat berkembang biak.


Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat
menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah
terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat merembes ke tanah
dan mencemari tanah serta air.
2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang
dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah
perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi,
biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik lempung plastik
lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas
metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
3. Insinerasi

12

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan


suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi
adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %).
Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.
4. Pembuatan kompos padat dan cair
Metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti
sayuran, daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu cara
terbaik dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya
kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan
dengan menggunakan kultur mikroorganisme, yakni menggunakan
kompos yang sudah jadi dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA
efectif

microorganism

4.EMA

merupakan

kultur

campuran

mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi limbah atau sampah


organic.
5. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas
menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang
sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan
bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi
polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan
dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk /
material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah
modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse,
Reduce, and Recycle). Material-material yang dapat didaur ulang dan
prosesnya diantaranya adalah:
a.

Bahan bangunan
Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan
dengan mesin penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal,

13

batu bata, tanah, dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi
pelapis jalan semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa dipakai
untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.
b. Baterai
Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur
ulang bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan
tiap jenis memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya,
baterai jenis lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus
ditangani secara lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan
dan kesehatan manusia. Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan
lebih murah untuk didaur ulang.
c.

Barang Elektronik
Barang elektronik yang populer seperti komputer dan
handphone umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas
perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang
dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada
barang elektronik tersebut (emas, besi, baja, silikon, dan lain-lain)
ataupun bagian-bagian yang masih dapat dipakai (microchip,
processor, kabel, resistor, plastik, dan lain-lain). Namun tujuan utama
dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat
menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski
manfaat ekonominya masih belum jelas.

d. Logam
Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur
ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka
dapat dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang
meliputi proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan
kembali. Hasil yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut.
Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang
paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam
dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut,

14

menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan


tidak terbatas.

e.

Bahan Lainnya
1) Kacadapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan
lain sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan
bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai
sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu
bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material kaca daur
ulang.
2) Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas
bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru.
Namun kertas akan selalu mengalami penurunan kualitas jika terus
didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur ulang dengan
mencampurkannya dengan material baru, atau mendaur ulangnya
menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.
3) Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang
logam. Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat
ini di berbagai produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik
yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah untuk
mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R
dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu
angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadangkadang diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low
Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga
mempermudah proses daur ulang.

B. Pengelolaan Limbah Cair

15

Metode
tahapan

dan
proses

pengolahan limbah cair


yang telah dikembangkan
sang

at

Limbah

cair

beragam.
dengan

kandungan polutan yang


berbeda

kemungkinan

akan

membutuhkan

proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut


dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses
atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.
1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa
proses pengolahan secara fisika.
a.

Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan
disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.
Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.

b. Pengolahan Awal (Pretreatment)


Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu
tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat
teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa
inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel partikel pasir jatuh ke
dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
c.

Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan
ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode

16

pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses


pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair
didiamkan agar partikel partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah
dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan
membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke
saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal
juga metode pengapungan (Floation).

d. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa
minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan
alat yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran
kecil ( 30 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa
partikel partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga
kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat
disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang
telah mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung
dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga
mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses
tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan
anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara
biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/
mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya
adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum
digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter),

17

metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan


(treatment ponds / lagoons) .
a.

Metode Trickling Filter


Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk
mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan
media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan
dengan ketebalan 1 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke
permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai
ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah
penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan
mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air
limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan

b. Metode Activated Sludge


Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair
disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan
lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung
didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan
pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat
mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya,
limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan
kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah
yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau
diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
c.

Metode Treatment ponds/ Lagoons

18

Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan


merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif
lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam
terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis
menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh
bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam
limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses
degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan.
Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air
limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih
lanjut.
3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan
sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat
berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat
khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang
tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun
sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan
garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan
(advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses
kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan
adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan
besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas
pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk
melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak
ekonomis.
4. Desinfeksi (Desinfection)

19

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh


atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair.
Meknisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan
senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan
senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Daya racun zat


Waktu kontak yang diperlukan
Efektivitas zat
Kadar dosis yang digunakan
Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
Tahan terhadap air
Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah
penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV),
atau dengan ozon (O).Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya
dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah
pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke
lingkungan.

5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)


Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder,
maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur.
Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu
diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya
akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion),
kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke
lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).
C. Pengelolaan Limbah Gas
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan
alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara
sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang
terbawah bersama gas tersebut. Berikut

20

akan dijelaskan beberapa cara

menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan


materi

partikulat

yang

terbawah

bersamanya.

1.

Mengontrol Emisi
Gas Buang
Gas-gas

buang seperti sulfur oksida, nitrogen


oksida,

karbon

monoksida,

dan

hidrokarbon

dapat

dikontrol

pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat


dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara
desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi
partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi
partikulat.
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi
gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik
(catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat
dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan
sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang
yang merupakan polutan.
2.

Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan


a. Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada
cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga
hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara
yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah

21

jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan
yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas
buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak,
apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

b. Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap
debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik
yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan
gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif
berat akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel / debu / abu yang bisa
diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u 40 u. Makin besar ukuran
debu makin cepat partikel tersebut diendapkan
c.

Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet
Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang
kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan
udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu
kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke
bawah.Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip
kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu
alat penangkap debu yang dinamakan.

d. Pegendap Sistem Gravitasi


Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan
udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u
atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan
mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian
rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba

22

(speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya


beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada
dimensi alatnya.
e.

Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan
udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan
pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat
membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini
sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah
(DC) yang mempunyai tegangan antara 25 100 kv. Alat pengendap
ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif,
sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder,
sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan
tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di
daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah
olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif
sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan
menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif
akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada
di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

23

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya makalah ini dapat disimpulkan bahwa limbah (Padat,
Cair, Gas, dan B3) dapat dikelola sehingga tidak mencemari alam
(lingkungan) dengan cara berikut:
Untuk mengetahui suatu limbah merupakan limbah B3 atau bukan
dapat dengan melakukan uji kualitatif dan kuantitatif. Dalam uji kuantitatif
dapat menggunakan parameter pH, reaktifitas air, pengoksidasian, mudah
terbakar, kandungan amonia, kandungan sianida dan kandungan sulfida.
Limbah B3 hasil buangan industri, kesehatan, maupun kegiatan
rumah tangga yang dibuang ke lingkungan sangat berbahaya dan dapat
merusak lingkungan. Maka dari hal tersebut tidak hanya berdampak buruk
bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, untuk
mencegah dampak negatif dari limbah B3, yang salah satu caranya yaitu
dengan pengelolaan limbah B3 yang baik sesuai dengan Peraturan
Pemerintah : PP No.18 Pasal 1 dan 85 Tahun 1999. Dan penanganan limbah
B3 harus didukung oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat
umum, guna mencegah peredaran limbah B3 yang berbahaya ini.

Limbah Cair dapat dikelolah dengan lima (5) cara yaitu,


1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

24

3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)


4. Desinfeksi (Desinfection)
5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Limbah Padat dapat dikelolah dengan lima (5) cara yaitu
1. Penimbunan Terbuka
2. Sanitary Landfill
3. insinerasi
4. Pembuatan kompos padat dan cair
5. Daur Ulang
Limbah Padat Gas dikelolah dengan Dua (2) cara yaitu
1. Mengontrol Emisi Gas Buang
2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
Limbah Padat Gas dikelolah dengan Dua (2) cara yaitu
1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
2. Metode Pembuangan Limbah B3
B.

Saran
Bagi semua masyarakat pengelolahan limbah sejak dini merupakan
tindakan yang amat baik untuk masa depan. Lingkungan sehat kita juga sehat
lingkungan tercemar kita juga yang menderita. Bersama-sama kita wujudkan
lingkungan yang bersih dan sehat.
limbah B3 dari pabrik, rumah tangga, perusahaan, kantor-kantor,
sekolah dan sebagainya sebelum dibuang ke lingkungan, hendaknya diolah
terlebih dahulu agar tidak menimbulkan dampak buruk khususnya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

25

DAFTAR PUSTAKA
Koosbandiah, Hertien Surikarti. (2011). Tosikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati.
Bandung : Rizqi Press.
Anonim. (2010). Pengelolaan limbah B3. [Online].
Tersedia :http://k3pelakan.blogspot.com/2010/11/pengelolaan-limbah-bahanberbahaya-dan.html. [ 20 Maret 2012 ]
Anonim. (2011). Zat-zat Berbahaya dan Beracun. [Online].
Tersedia :http://belajar.kemdiknas.go.id/index5.php?
http://education.poztmo.com/2011/05/contoh-kata-pengantar-makalah.html
http://www.docstoc.com/docs/20430450/I-PENDAHULUAN-A-Latar-BelakangLimbah-merupakan-benda-%28padat
http://witasharer.blogspot.com/2012/03/penaganan-limbah-padat-cair-dangas.html
http://makalahariesbudiono.blogspot.com/2012/03/manajemen-pengelolaanlimbah-padat-cair.html
http://witasharer.blogspot.com/2012/03/penaganan-limbah-padat-cair-dangas.html

26

Anda mungkin juga menyukai