PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas beberapa aspek yang berhubungan diantaranya latar belakang,
tujuan, manfaat, asumsi, dan batasan dari praktikum. Latar belakang akan memaparkan alasan
dari dijalankannya praktikum. Tujuan memuat poin-poin yang merupakan harapan yang akan
didapat praktikan setelah melakukan praktikum ini, sementara manfaat akan menjawab poin-poin
yang dimuat pada tujuan. Batasan dan asumsi akan memuat batasan-batasan dan asumsi apa saja
yang akan digunakan dalam praktikum ini.
diharapkan praktikan dapat mempersiapkan diri ketika berhadapan dengan mesin bubut saat
memasuki dunia industri.
1.2 TujuanPraktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum mesin bubut ini adalah :
1.
Agar praktikan dapat mengenal dan memahami prinsip kerja dan fungsi dari mesin bubut
2.
Agar praktikan dapat mengoperasikan dan membuat benda kerja dengan mesin bubut.
3.
bubut.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum mesin bubut ini adalah :
1.
Mempermudah praktikan untuk dapat mengenal dan memahami prinsip kerja dan fungsi
dari mesin bubut
2.
Mempermudah praktikan untuk dapat mengoprasikan dan membuat benda kerja dengan
mesin bubut
3.
1.4 Batasan
Batasan yang terdapat dalam praktikum mesin bubut ini adalah :
1.
2.
3.
1.5 Asumsi
Asumsi yang terdapat dalam praktikum mesin bubut ini adalah :
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
memproduksi
bentuk
silindris
dan
diputar pada sebuah kumparan dan dipotong menjadi bentuk melingkar dengan alat genggam.
Metode ini digunakan pertama kali untuk pembuatan mangkuk dangkal pada tahun 1200 SM dan
ditemukan di sebuah kuburan di Mycenae yang diyakini telah berubah. Tak terbantahkan lagi
contoh paling kuno dari seni pembubutan sejauh ini ditemukan adalah fragmen dari sebuah
mangkuk
kayu
Etruscan,
yang
dibuat
sekitar
tahun
700
SM
dan
ditemukan
3.2
melakukan operasi permesinan. Operasi permesinan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Operasi pemesinan yang lain dengan menggunakan mesin bubut
Sumber: Andy (2011)
(a) Pembubutan muka (facing); perkakas dihantarkan secara radial ke bendakerja yang berputar
untuk mendapatkan permukaan yang datar.
(b) Pembubutan tirus (taper turning); perkakas dihantarkan dengan membentuk sudut tertentu
terhadap sumbu putar sehingga diperoleh bentuk konis.
(c) Pembubutan kontour (contour turning); perkakas dihantarkan dengan mengikuti garis bentuk
tertentu sehingga diperoleh benda dengan kontour yang sesuai dengan garis bentuk tersebut.
(d) Pembubutan bentuk (form turning); menggunakan perkakas yang memiliki bentuk tertentu
dan dihantarkan dengan cara menekankan perkakas tersebut secara radial ke bendakerja.
(e) Pembubutan tepi (chamfering); tepi perkakas potong digunakan untuk memotong tepi ujung
silinder dengan sudut potong tetentu.
(f) Pemotongan (cutoff); perkakas dihantarkan secara radial ke bendakerja yang berputar pada
suatu lokasi tertentu sehingga memotong bendakerja tersebut.
(g) Penguliran (threading); perkakas yang runcing dihantarkan secara linear memotong
permukaan luar bendakerja yang berputar dalam arah yang sejajar dengan sumbu putar
dengan kecepatan hantaran tertentu sehingga terbentuk ulir pada silinder.
(h) Pengeboran (boring); perkakas mata tunggal dihantarkan secara linear, sejajar dengan sumbu
putar, pada diameter dalam suatu lubang bendakerja yang telah dibuat sebelumnya.
(i) Penggurdian (drilling); penggurdian dapat dilakukan dengan mesin bubut, dengan
menghantarkan gurdi ke bendakerja yang berputar sepanjang sumbu putarnya. Perluasan
lubang (reaming) dapat juga dilakukan dengan cara yang sama.
(j) Knurling, merupakan operasi pembentukan logam untuk menghasilkan pola lubang palka
menyilang pada permukaan luar bendakerja.
Pembubutan
biasa,
pembubutan
muka,
pembubutan
tirus,
pembubutan
kontour,
pembubutan tepi, dan pengeboran menggunakan perkakas mata tunggal. Operasi penguliran juga
menggunakan perkakas mata tunggal tetapi dengan geometri yang berbeda. Pembubutan bentuk
menggunakan perkakas khusus yang disebut perkakas bentuk (form tool) yang didesain secara
khusus. Pemotongan pada dasarnya juga menggunakan perkakas bentuk, sedang penggurdian
dikerjakan dengan gurdi.
bentuk
dan
yang
paling
umum
center lain.
2.
3.
kerja
akan
terjadi
sayatan
yang
berbentuk ulir.
Mesin ini bekerja secara otomatis, pada pembuatan benda kerja yang dibubut dari tangan,
pekerjaan yang tidak dilakukan secara otomatis hanyalah pemasangan batang-batang yang baru
dan menyalurkan produk-produk yang telah dikerjakan, oleh sebab itu satu pekerja dapat
mengawasi beberapa buah mesin otomatis dengan mudah.
4.
Sebuah mesin bubut terutama digunakan untuk membubut benda kerja berbentuk
piringan yang besar. Benda-benda kerjanya dikencangkan dengan cakar-cakar yang dapat
disetting pada sebuah pelat penyeting yang besar, tidak terdapat kepala lepas.
5.
menyesuaikan
terhadap
produksi.
Karakteristik utama dari mesin bubut jenis ini adalah bahwa pahat untuk operasi berurutan
dapat disetting dalam kesiagaan untuk penggunaaan dalam urutan yang sesuai. Meskipun
diperlukan keterampilan yang sangat tinggi untuk mengunci dan mengatur pahat dengan tepat
tapi satu kali sudah benar maka hanya sedikit keterampilan untuk mengoperasikannya dan
banyak suku cadang dapat diproduksi sebelum pensettingan dilakukan atau diperlukan kembali.
6.
Mempunyai turret yang dipasangkan langsung pada sadel yang bergerak maju mundur
dengan turret Mesin bubut turret vertikal adalah sebuah mesin yang mirip Freis pengebor vertikal,
tetapi memiliki karakteristik pengaturan turret untuk memegang pahat.
Terdiri atas pencekam atau meja putar dalam kedudukan horizontal, dengan turret yang
dipasangkan diatas rel penyilang sebagai tambahan, terdapat paling tidak satu kepala samping
yang dilengkapi dengan turret bujur sangkar untuk memegang pahat.
Semua pahat yang dipasangkan pada turret atau kepala samping mempunyai perangkat
penghenti masing-masing, sehingga panjang pemotongan dapat sama dalam daur mesin yang
berurutan. Pengaruhnya adalah sama seperti bubut turret yang berdiri pada ujung kepala tetap.
Dan mempunyai segala ciri yang diperlukan untuk memudahkan pemuat, pemegang dan
pemesinan dari suku cadang yang diameternya besar dan berat. Pada mesin ini hanya dilakukan
pekerjaan pencekaman.
Nama Bagian
Head Stock
Pitch Selector
On-Off/Emergency Button
CW/CCW Spindel switch
Chuck Protector
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Spindel
Chuck
Tool Post
Carriage
Carriage longitudinal feed
handwheel
Cross Slide Handwheel
Split Nut Lever
Compundrest handwheel
Leadscrew
15
Tail Stock
16
Feedrod
Fungsi
Kepala dimana gear box dan quick change gear box dipasang
Untuk memilih jarak pitch ulir yang diinginkan
Tombol untuk menyalakan dan mematikan mesin bubut
Untuk mengatur putaran spindel searah atau berlawanan
arah jarum jam
Untuk melindungi pengguna dari geram yang dihasilkan
benda kerja saat proses pembubutan berlangsung
Berfungsi untuk memutar benda kerja
Bagian untuk mencekam dan memutar benda kerja
Bagian untuk memegang pahat mesin bubut
Meja penggerak pahat dan kontrol gerak pahat
Kontol untuk menggerakan carriage
Kontrol untuk menggerakan cross slide
Digunakan untuk menggerakan compound rest
Kontrol untuk menggerakan compound rest
Poros berulir yang berfungsi untuk menggerakan carriage saat
melakukan penguliran
Berfungsi untuk menahan ujung benda kerja saat
pembubutan dan juga dapat digunakan untuk memegang
pahat
menyalurkan daya dari kotak pengubah cepat (quick change
box) untuk menggerakkan mekanisme apron dalam arah
melintang atau memanjang.
10
11
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pahat ulir segi empat , adalah pemakanan dalam bentuk ulir dengan menggunakan mata
pahat yang bentuknya segi empat sehingga memudahkan dalam pembentukan benda kerja
sesuai yang diinginkan yaitu bentuk segi empat sesuai denagn mata pahat yang digunakan,
bentuk pemakanan dapat dilihat di gambar 2.10 nomor 6
Segitiga(kanan kiri)
Segitiga (kanan kiri), adalah pemakanan dalam bentuk hampir seperti tirus disebelah kiri
dengan menggunakan mata pahat berbentuk segitiga kecil sehingga memudahkan dalam
pembentukan benda kerja sesuai yang diinginkan. Gambar dapat terlihat di Gambar 2.10
nomor 7
8.
9.
rata dengan ujung beradius sesuai radius kaki ulir yang besarnya tergantung besar kisar
ulirnya. Di bawah ini ilustrasi pahat ulir segitiga dan ulir segi empat.
Pahat bubut muka memilki sudut baji 55, pada umumnya digunakan untuk pembubutan
rata permukaan benda kerja (facing) yang pemakanannya dapat dimulai dari luar benda kerja
ke arah mendekati titik senter dan juga dapat dimulai dari titik senter ke arah luar benda
kerja tergantung arah putaran mesinnya.
14. Penggunaan pahat bubut luar
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa salah satu alat potong yang sering digunakan
pada proses pembubutan adalah pahat bubut. Bentuk, jenis dan bahan pahat adabermacammacam yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Prosesnya adalah benda kerja yang
akan dibubut bergerak berputar sedangkan pahatnya bergerak memanjang, melintang atau
menyudut tergantung pada hasil pembubutan yang diinginkan.
15. Pahat bubut dalam
Selain pahat bubut luar, pada proses pembubutan juga sering menggunakan pahat bubut
dalam. Pahat jenis ini digunakan untuk membubut bagian dalam atau memperbesar lubang
yang sebelumnya telah dikerjakan dengan mata bor. Bentuknya juga bermacam-macam
dapat berupa pahat potong, pahat alur ataupun pahat ulir, ada yang diikat pada tangkai
pahat. Bentuk ada yang khusus sehingga tidak diperlukan tangkai pahat. Contoh pemakaian
pahat bubut dalam ketika memperbesar lubang dan membubut rata bagian dalam.
Berdasarkan bahan pembuatnya, ada beberapa pahat bubut yang digunakan, yaitu:
1.
Pahat HSS
Baja pahat HSS memiliki kandungan karbon yang relative lebih tinggi dibandingkan material
tool steel lainnya yaitu berkisar 1.5-2.0% C. HSS (High Speed Steel) merupakan baja paduan tinggi
dengan unsur paduan utama karbon (C), tungsten (W), vanadium (V), molybdenum (Mo),
kromium (Cr) ataupun kobalt (Co). Unsur nickel dan manganese tidak terlalu banyak digunakan
berkisar 0,2-0.5%.
Penggunaan untuk alat-alat potong seperti drilis, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling
cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat
dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carboon steel. Sedangkan harga dari HSS
besarnya dua sampai empat kali daripada carboon steel.
Pahat dari HSS biasanya dipilih jika ada proses pemesinan yang sering terjadi beban kejut,
atau proses pemesinan yang sering dilakukan interupsi (terputus-putus). Hal tersebut misalnya
membubut benda segi empat menjadi silinder, membubut bahan benda kerja hasil proses
penuangan, dan membubut eksentris (proses pengasarannya).
2. Pahat Carbide
Merupakan jenis pahat yang disemen (cemented carbides) dengan bahan padat yang dibuat
dengan cara sintering serbuk karbida (nitrida, oksida) dengan bahan pengikat yang umumnya dari
kobalt (Co). Cara carbuzing masing-masing bahan dasar (serbuk). Tungsten, Titanium, Tantalum
yang dibuat menjadi karbida yang digiling dan disaring. Salah satu atau campuran serbuk karbida
tersebut kemudian dicampur dengan bahan pengikat (Co) dan dicetak tekan dengan memakai
bahan pelumas (Lilin). Setelah itu dilakukan Presintering (1000 C pemanasan mula untuk
menguapkan bahan pelumas)dan kemudian sintering (1600 C). Hot hardness karbida yang disemen
hanya akan menurun bila terjadi perlunakan elemen pengikat. Semakin besar persentase pengikat
Co maka kekerasannya menurun dan sebaliknya keuletannya membaik. Modulus elastisitasnya
sangat tinggi demikian pula berat jenisnya. Koefisien muainya 1/2 dari baja dan konduktivitas
panasnya sekitar 2 atau 3 kali konduktivitas panas HSS. Ada tiga jenis utama pahat karbida
sisipan antara lain :
a.
Karbida Tungsten (WC+Co) yang merupakan jenis pahat karbida untuk memotong besi
tuang (Cast Iron Cutting Grade).
b.
Karbida Tungsten Paduan (WC-TiC+Co; WC- TaC- TiC+ Co; WC- TaC +Co; WC-TiC
TiN + Co; TiC +Ni, Mo) merupakan jenis pahat karbida memotong baja (Steel cutting
Grade).
Karbida Lapis (Coated Cemented Carbides): merupakan jenis karbida tungsten yang dilapis
beberapa lapis karbida, nitrida oksida lain yang lebih rapuh tetapi hot hardness tinggi.
3.6 RumusPerhitungan
Berikut merupakan Rumus-rumus yang digunakan untuk melakukan perhitungan
dalam praktikum mesin bubut:
n : putaran spindle (rpm)
fn : pemakanan (mm)
ap: kedalaman pemotongan (mm)
1. Spindel Speed
Kecepatan Putaran Benda Kerja (RPM) dihitung dari jumlah putaran setiap menitnya,
konstanta 1000 adalah perubahan dari mm ke meter.
Keterangan :
N = Kecepatans pindel, rpm
V = Kecepatan pemotongan, m/min
D = Diameter dalam mm
2. Depth of Cut
Dept of cut merupakan kedalaman pemotongan dalam melakukan pemotongan, dimana
perhitungannya sebagai berikut.
Keterangan :
d = depth of cut
D0 = Diameter awal
Df = Diameter akhir
3. Threading
Threading merupakan melakukan pemakanan berupa penguliran benda kerja, berikut
rumus perhitungan yang digunakan.
Keterangan :
P = Jarak pitch (mm)
f = feed, mm/rev
fr = feed rate, mm/min
N = rotaional speed, rev/min
4. Feed Rate
Feed rate merupakan kecepatan dalam melakukan pemakanan, berikut rumus yang
digunakan.
Keterangan :
fr = feed rate, mm/menit
N = spindel speed, rpm
f = feed, mm/menit
5. Turning
Turning merupakan proses pengurangan diameter benda kerja, berikut rumus yang
digunakan
Keterangan :
Tm = Time Machining, min
L = length, mm
Keterangan :
Tm = Time Machining, min
L = length, mm
fr = feed rate, mm/min
7. Material Removal rate
Material removal rate merupakan volume sisa-sisa dari material yang sudah termakan
oleh mesin bubut per pemakanan.
MRR = v f d
Keterangan :
V = cutting speed, m/min
MRR = material removal rate
F = feed, mm
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
1. Mesin bubut
2. Mata pahat
3. Alumunium
4. Penggaris
5. JangkaSorong
6. Kunci Chuck
7. Stopwatch
8. Kunci Ring
9. Kunci toolpost
3.2
3.3
Prosedur Praktikum
Berikut merupakan prosedur praktikum yang harus dijalankan saat praktikum
1.
Siapkan desain, benda kerja, mesin, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk proses
pengerjaan dengan mesin bubut.
2.
Lakukan pengukuran dimensi benda kerja ,beri tanda pada area pembuatan sesuai
dengan desain yang telahditentukan
3.
4.
Atur konfigurasi pada mesin bubut, pastikan konfigurasi mesin sesuai dengan yang
dibutuhkan.
5.
6.
7.
8.
9.
11. Cek kesesuaian benda dengan desain benda yang diinginkan (apabila belum sesuai,
lakukan proses pemakananulang)
12. Bersihkan dan rapikan kembali alat dan mesin yang telah digunakan.
Gambar 3.1 diagram alir praktikum mesin bubut pada Laboratorium Sistem Manufaktur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab 4 ini, terdapat pembahasan mengenai data yang didapat, hasil perhitungan saat
melakukan proses praktikum dan studi kasus yang muncul pada praktikum Proses Manufaktur
modul 1.
L (mm)
d (mm)
T (detik)
11,2
89
L (mm)
D0 (mm)
Df (mm)
d (mm)
t (detik)
149
22,4
21
0.7
117
2
3
149
149
21
20
20
19
0,5
0,5
115
150
D0 (mm)
Df (mm)
()
d (mm)
t (detik)
19
14,5
28
2,25
87
D0 (mm)
P (mm)
n (rpm)
t (detik)
19
2,5
420
1,28
Semakin besar kecepatan spindle dan diameter benda kerja, semakin besar pula kecepatan
pemotongannya.
2. Mencari v pengulir
Diketahui :
D = 19 mm
P = 2,5 mm
n = 420 rpm
Ditanya : v
Jawab :
Semakin besar diameter bagian yang akan diulir beserta kecepatan spindle dan jarak ulirnya
maka kecepatan penguliran juga akan semakin besar.
3. Mencari feed rate untuk turning
Diketahui :
L = 45 mm
Tm = 150 s = 2,5 menit
i=1
Ditanya : fr
Jawab :
Semakin besar jari-jari yang di miliki benda kerja, maka semakin cepat proses feed rate untuk
facing.
5. Mencari feed waktu aktual turning
Diketahui :
F = 18 mm/menit
N = 420 rpm
Ditanya : f
Jawab :
Semakin besar feed rate . maka spindel speed yang diperlukan semakin besar
6. Mencari feed waktu aktual facing
Diketahui :
fr = 4,48 mm/menit
N = 420 rpm
Ditanya : f
Jawab :
Semakin besar jari-jari benda kerjanya, maka semakin cepat pemakanan benda kerja melalui
proses facing
6. Mencari MMR
Turning
Diketahui :
V = 26,389 m/menit = 0,026389 mm/menit
d = 0,5 mm
f = 7560 mm/rev
Ditanya : MRR
Jawab :
MRR dipengaruhi oleh kecepatan pemotongan, pemakanan dan depth of cut benda.Semakin besar
deepth of cut benda kerja yang dimakan, kecepatan pemotongan, dan feed-nya maka semakin
banyak material yang dibuang.
B. Teoritis
Menurut tabel HSS, alumunium merupakan jenis material carbon steels wrought (low carbon) yang
kekerasannya sekitar 60 sampai 100. Dikarenakan depth of cut yang digunakkan berkisar 1mm,
maka v yang didapat adalah 56 m/menit dan f yang didapat berjumlah 0.18 mm/rev
1. Mencari spindle speed
Diketahui :
V = 56 m/menit
D0 = 20 mm
Ditanya : N
Jawab :
2.
Diketahui:
N= 891,719
f= 0,18
Ditanya: Fr
Jawab:
Fr = N f
Fr = 891,719 0,18
Fr = 160,509 mm/min
3.
Tm =
Tm =
Tm = 0,28 min
4.
Mencari MRR
Diketahui :
V = 56 m/menit
d = 0,5 mm
f = 0,18 mm/rev
Ditanya : MRR
Jawab :
Permasalahan
Permasalahan yang terjadi selama praktikum modul 1:
1.
Saat melakukan praktikum, masih belum menguasai benar langkah-langkah proses yang
harus dilakukan
2.
3.
Permukaan benda kerja yang telah diproses menggunakan mesin bubut tidak terlalu halus
4.
Penyebab Permasalahan
Penyebab permasalahan yang terjadi selama praktikum modul 1:
1.
Kurangnya kepahaman praktikan akan proses pengoperasian atau prinsip kerja mesin bubut
2.
Karena saat melakukan praktikum sedikit terkendali mengenai mesin bubut yang sedikit
macet sehingga memerlukan waktu untuk memperbaiki. Dan feed rate yang digunakan adalah
sehingga memerlukan waktu yang cukup lama.
3.
Mesin bubut dipakai terus menerus oleh para praktikan, sementara pahatnya tidak sempat
diasah menggunakan gerinda.
4.
Spindel speed yang digunakan berbeda dengan ketetapan yang ada. Pada perhitungan teoritis
didapatkan spindle speed sebesar 891.719 rpm dan MRR sebesar 5040
Solusi
Adapun solusi pada permasalahan yang terjadi selama praktikum modul 1:
1. Sebelum melakukan praktikum seharusnya praktikan belajar modul 1 yang sudah disediakan
oleh Laboratorium sistem manufaktur
2. Sebelum memulai proses praktikum sebaiknya mengecek terlebih dahulu mesin, alat dan
bahan yang akan digunakan agar tidak terkendala mengenai alat dan bahan yang sedang
digunakan.
3. Beri waktu untuk mengasah pahat menggunakan mesin gerinda, sehingga nantinya benda
kerja dapat diproses lebih maksimal.
4.
Pahat perlu diasah terlebih dahulu agar ulir yang dihasilkan dapat lebih maksimal.
5.
Agar membentuk benda kerja yang lebih baik seharusnya data perhitungan aktual yang
digunakkan tidak beda jauh dengan teoritis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berikut ini merupakan kesimpulan dari praktikum mesin bubut yang telah dilaksanakan pada
Laboratorium Sistem Manufaktur :
Mesin bubut dapat mempermudah pekerjaan proses produksi untuk membentuk benda kerja non
rotational.
1. Pada mesin bubut terdapat dua prinsip kerja yaitu main drive dan feed drive. Main drive
adalah gerakan utama pada mesin bubut berupa putaran motor listrik yang ditransmisikan
melalui belt menuju gear box. Selanjutnya roda gigi didalam gear box mengatur transmisi
putaran spindel sehingga menghasilkan putaran pada chuck. Sedangkan Feed Drive adalah
gerakan pemotongan pahat terhadap benda kerja. Fungsi dari mesin bubut diantaranya
adalah untuk proses facing yaitu, perkakas dihantarkan secara radial ke bendakerja yang
berputar untuk mendapatkan permukaan yang datar. turning yaitu, menggunakan perkakas
yang memiliki bentuk tertentu dan dihantarkan dengan cara menekankan perkakas tersebut
secara radial ke bendakerja. tapering, untuk membuat tirus beserta threading untuk membuat
ulir pada benda kerja.
2.
Proses permesinan pada mesin bubut dimulai dengan memasang benda kerja pada mesin,
lalu dilanjutkan dengan mengatur konfigurasi mesin agar produk yang dihasilkan sesuai
dengan desain, setelah itu nyalakan mesin dan tentukan titik nol serta dept of cut pada benda
kerja untuk mulai melakukan proses pembubutan. Setelah selesai melakukan proses
pembubutan, matikan mesin kemudian lepas benda kerja dari chuck yang terdapat pada
mesin. Di dalam melakukan proses pembubutan, terdapat berbagai jenis mata pahat yang
dapat digunakan, seperti dalam proses (facing) atau pembubutan tepi digunakan pahat bubut
muka, dilanjutkan pengurangan diameter (Turning) dan penirusan (Tapering) dengan
menggunakan mata pahat rata kanan dan rata kiri, dalam proses pembubutan ulir (threading)
digunakan pahat bubut segitiga dengan sudut puncak tergantung dari jenis ulir.
3. a. Pada permesinan menggunakan mesin bubut, telah dilakukan analisa perhitungan baik
secara teoritis maupun aktual. Dan ditemukan perbedaan di antara keduanya, dimana
kecepatan pemotongan (cutting speed) yang digunakan pada saat praktikum terlalu pelan,
dari standar tabel yaitu 58 m/min, pada saat praktikum hanya menggunakan v sebesar
m/min. Spindle speed yang digunakan juga terlalu pelan, dari standarnya yaitu
rpm, saat praktikum hanya menggunakan n sebesar 420 rpm. Selain itu Feed dan
feed rate yang digunakan juga terlalu rendah, dimana menurut perhitungan teoritis
didapatkan standar feed sebesar 0,18 mm/rev dan feed rate sebesar 170,5 mm/min, namun
pada saat praktikum hanya menggunakan feed sebesar
mm/min. Semakin besar kecepatan spindle dan cutting speed, maka permukaan benda
kerja akan semakin halus. Semakin kecil feed rate dan semakin besar feed, maka benda kerja
akan semakin bagus. Perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan beberapa kecacatan pada
produk yang dihasilkan, akibat dari ukuran kecepatan mesin yang digunakan tidak sesuai
dengan standar.
b. Dalam proses pembuatan poros bertingkat selama praktikum, ditemukan beberapa studi
kasus yang menyebabkan produk tidak sesuai dengan desain yang diinginkan. Seperti
bentuk ulir yang tidak rapi dikarenakan spindle speed dan cutting speed yang digunakan tidak
sesuai dengan kebutuhan produk. Sehingga perlu dilakukan peninjaunan terhadap
kecepatan mesin yang digunakan.
5.2 Saran
Proses pembuatan baguian poros bertingkat dengan bantuan mesin bubut telah dilakukan.
Tidak mudah mengoperasikan sebuah mesin bubut bagi orang yang belum pernah
mengoperasikan mesin bubut. Berikut ini adalah saran yang dapat kami sampaikan demi
perbaikan praktikum :
1.
Asisten sebaiknya membantu praktikan dengan tempo yang lebih pelan, agar praktikan dapat
mencerna dan menjalankan instruksi dengan benar.
2.
Sebelum praktikum dimulai sebaiknya mesin disiapkan dan dicek terlebih dahulu, sehingga
tidak terjadi kendala saat praktikum.
3.