Anda di halaman 1dari 3

Kehilangan satu gigi adalah hilangnya satu gigi asli dalam satu lengkung

rahang. Kehilangan satu gigi yang dialami oleh pasien mempengaruhi kesehatan
umum dan rongga mulut. Hal ini berpengaruh pada kualitas hidup secara keseluruhan,
termasuk dalam hal menikmati makanan dan asupan nutrisi. Kehilangan satu gigi
disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat menimbulkan berbagai dampak.3

Gambar 2.1 Efek dari kehilangan gigi


Dampak kehilangan satu gigi sangat beragam bergantung pada pola skeletal
dan otot dari pasien. Kehilangan satu gigi mengganggu keseimbangan gigi geligi pada
lengkungnya serta lengkung antagonisnya. Salah satu dampak yang terjadi pada kasus
kehilangan satu gigi adalah bergesernya (drifting) dari gigi-gigi di sebelah daerah
edentulous. Pergeseran gigi yang terjadi sangat bergantung pada hubungan
interkuspasi gigi geligi di sebelah daerah edentulous. Hubungan interkuspasi yang
baik akan menyebabkan pergerakan yang minimal.9
Pergerakan yang terjadi sangat bergantung pada posisi gigi pada lengkungnya.
Pada regio posterior, pergerakan gigi sangat dipengaruhi oleh anterior vector of force.
Gigi molar bawah biasanya drifting ke arah mesial, dimana gigi molar atas memiliki
kecenderungan untuk drifting ke arah mesial, dan rotasi pada akar palatal. Gigi
premolar, terutama gigi premolar pertama bawah biasanya tetap tegaklurus, namun
bergerak secara keseluruhan ke daerah edentulous. Gigi premolar dan gigi-gigi
anterior dapat bergerak ke mesial maupun distal bergantung pada letak daerah
edentulous. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima
beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan mengganggu keseimbangan
oklusi, sehingga dapat menyebabkan kontak prematur serta kerusakan struktur
periodntal. Pergerakan gigi bergantung pada beberapa faktor, seperti usia, artikulasi,
serta kondisi periodontal secara lokalis dan generalis. Posisi gigi yang megalami

drifting sehingga gigi menjadi miring juga membuat gigi tersebut lebih sulit
dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat.7,9,10
Selain pergerakan gigi geligi di sebelah daerah kehilangan gigi, dapat pula
terjadi pergerakan gigi antagonis ke daerah edentulous. Over erupsi atau ekstrusi
dapat terjadi karena gigi yang tidak beroklusi akan bergerak ke daerah edentulous
hingga dapat beroklusi dengan gigi lain, atau bahkan mukoperiosteum pada kasus
yang parah. Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang
alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur
periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai ekstrusi. Bila terjadinya
hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan
kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap. Over
erupsi gigi geligi dapat menyebabkan oklusi traumatik atau oklusi yang terkunci,
sehingga mengganggu fungsi mastikasi. Titik kontak yang baik akan hilang akibat
gigi yang ekstrusi, sehingga dapat terjadi retensi makanan, kerusakan periodontal, dan
karies subgingival.7,9,10
Kehilangan satu gigi yang tidak digantikan dalam waktu lama dapat
mengakibatkan pergeseran seluruh gigi sehingga menyebabkan gangguan pada sendi
temporo-mandibula. Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over
closure), hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, kontak prematur
yang mengakibatkan perubahan artkulasi sehingga terdapat gangguan pada gerakan
mandibula, hal- hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.
Selain itu dapat berpengaruh terhadap jaringan pendukung yang akan menerima beban
berlebih. Bila penderita sudah kehilangan gigi aslinya, maka gigi yang masih ada akan
menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal
ini mengakibatkan kerusakan membran periodontal dan lama kelamaan gigi tadi
manjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut. Kehilangan sebagian maupun seluruh
gigi memiliki dampak seperti emosional, sistemik, dan fungsional.3,7,8,9
1

Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. 2006:88-89, 98-99, 209-236, 272-285.

Contemporary Fixed Prosthodontics 4th ed. Missouri: Mosby Elsevier


Shilinburg Herbert T, et al. 1997: 87, 85-94, 119-132. Fundamental of Fixed
Prosthodontics 3rded. Quinstence Publishing.

Roberts DH. 1980: 7-8. Fixed Bridge Prostheses 2nd edition. Bristol:John Wright &
Sons Ltd

Anda mungkin juga menyukai