Anda di halaman 1dari 55

76

BAB IV
BENTUK PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA
PLN
4.1 Persyaratan Pengadaan Barang dan Jasa di PLN
4.1. 1 Persyaratan Peserta Pengadaan Barang dan Jasa
Untuk menjadi peserta dalam proses pengadaan barang dan jasa di PLN,
haruslah masuk ke dalam DPT. DPT ialah Daftar Penyedia Barang/Jasa Terseleksi
yang mana diseleksi oleh Pejabat Perencana Pengadaan PLN dan DPT ini berlaku
selama 3 tahun. Syarat syarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke dalam DPT
dan diperbolehkan

untuk mengikuti proses pengadaan barang dan jasa ialah

persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan persyaratan keuangan. Hal ini


disebut sebagai persyaratan kualifikasi tercantum dalam SK Dir 620/2013.
Syarat administrasi untuk para calon peserta penyedia barang / jasa ialah :
a. Memiliki ijin usaha sesuai dengan bidang usahanya sesuai peraturan
perundang undangan yang berlaku;
b. Memiliki tempat kedudukan yang jelas;
c. Mempunyai kapasitas menandatangani Perjanjian/kontrak secara hukum;
d. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan dan/atau Direksi yang bertindak untuk dan atas
nama perusahaan tidak sedang menjalani sanksi pidana;

77

e. Direksi/ pengurus yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak
masuk dalam daftar Penyedia barang/ jasa yang terkena daftar hitam
(blacklist);
f. Telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan
melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak
tahunan (SPT), Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat
Setoran pajak (SSP) PPH Pasal 29 atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
sekurang kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir;
g. Dalam

hal

Penyedia

barang/jasa

berbentuk

persekutuan

usaha

(partnership), maka Penyedia Barang/Jasa wajib mempunyai perjanjian


kerjasama operasi/kemitraan yang memuat representasi persekutuan dari
pihak yang mewakili persekutuan;
h. Khusus untuk perusahaan asing apabila ditunjuk sebagai Penyedia
Barang/Jasa diwajibkan untuk melengkapi persyaratan perijinan sesuai
peraturan perundangan undangan yang berlaku.
Untuk persyaratan teknis sebagai calon penyedia barang dan jasa ialah :
a. Memiliki kemampuan pada kategori pekerjaan yang sejenis atau setara
yang dibuktikan dengan daftar pengalaman pekerjaan yang pernah dan
atau sedang dilakukan.
b. Mempunyai kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta
personil yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

78

c. Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan


persyaratan lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang
diperlukan atau pengalaman tertentu.
Untuk persyaratan yang terakhir ialah persyaratan keuangan, yaitu :
a. Mempunyai kemampuan keuangan yang memadai yang didukung dengan
laporan keuangan yang telah diaudit atau dapat berupa hasil rating atau
pemeringkatan dari lembaga pemeringkat keuangan yang kredibel.
b. Untuk nilai pekerjaan pengadaan barang/jasa tertentu, harus memiliki surat
keterangan dukungan keuangan dari bank.
4.1.2 Persyaratan Pejabat Perencana dan Pelaksana Pengadaan Barang dan
Jasa
Selain adanya persyaratan dari peserta pengadaan, Pejabat Perencana
ataupun Pejabat Pelaksana harus juga memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki

integritas

moral,

disiplin

dan tanggung jawab

dalam

melaksanakan tugas;
b. Memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan, memahami isi
dokumen pengadaan/metoda dan prosedur pengadaan berdasarkan
ketentuan yang berlaku;
c. Memiliki sertifikat keahlian Pengadaan Barang/jasa

79

d. Tidak boleh merangkap sebagai pemeriksa barang dan/atau penerima


barang.
Perbedaan pengadaan barang dan jasa di PT PLN khususnya untuk pejabat
pengadaan ialah pada masa sekarang telah dibuatkan organisasi profesional dan
meninggalkan pengadaan hanya sebagai aspek administrasi, pekerjaan sampingan,
dan bersifat temporer kepanitiaan, serta tetap menjaga prinsip tata kelola,seperti
pembagian tugas dan wewenang.
4.2 Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa pada PLN
Pengadaan barang dan jasa melalui beberapa cara dan prosedur yang
kesemuanya bertujuan untuk mendapatkan barang dan jasa yang baik melalui
pemenang tender yang baik juga. Tender atau pelelangan merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk menyeleksi, mendapatkan, menetapkan dan
menunjuk perusahaan yang paling layak untuk mengerjakan suatu paket
pekerjaan. Dari sisi pengguna barang/jasa, semakin banyak peserta lelang yang
mengikuti lelang pada suatu paket pekerjaan, maka akan semakin besar peluang
mendapatkan perusahaan yang lebih baik. Namun, dari penyedia barang/ jasa,
semakin

banyak

peserta

lelang

maka

semakin

kecil

peluang

untuk

memmenangkan dan mendapatkan pekerjaan yang dilelangkan1. Jadi, para peserta


lelang akan berusaha untuk mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Penyedia
barang/jasa.

Alfian Malik, 2010, Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, h.97

80

Dalam pengadaan barang dan jasa di PLN berdasar pada ketentuan atau
SOP (Standard Operating Procedures). SOP ialah sekumpulan manual pekerjaan
yang mencerminkan langkah langkah aktivitas, arus data dan personil yang
mengerjakannya dalam suatu organisasi.

Penyusunan SOP menimbulkan

hubungan fidusia (fiduciary relationship) antara pengurus dan BUMN, yaitu


setiap anggota Direksi dipercaya untuk bertindak atas kepentingan BUMN.2
Pengadaan barang dan jasa di PLN, yang dijadikan sebagai SOP ialah SK
Dir 620/2013, yang mengatur tentang prosedur dan pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa yang mana didahului dengan perencanaan oleh Pejabat Prencana
Pengadaan Barang dan jasa dan proses pengadaan dilanjutkan oleh Pejabat
Pelaksana Pengadaan. Dikarenakan penelitian berada pada unit induk, maka
prosedur pengadaan barang dan jasa yang akan diteliti dan dibahas ialah
pengadaan barang dan jasa kategori kantor pusat dan unit induk/unit penunjang
bukan pengadaan barang dan jasa korporat.
4.2.1 Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pengadaan barang dan jasa diawali dengan perencanaan. Perencanaan
merupakan susunan langkah langkah sistematik melalui upaya pemanfaatan
sumber sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna
mencapai tujuan secara efisien dan efektif.3 Untuk Rencana Pengadan barang dan
jasa kantor pusat dan unit induk/unit penunjang ialah daftar umum yang meliputi
2

Hasbullah F. Sjawie, 2013, Direksi Perseroan Terbatas serta Pertanggungjawaban


Pidana Korpoorasi, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.112
3
Samsul Ramli dan Fahrurrazi, 2014, Swakelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Visi Media Pustaka, Jakarta, h.5-h.6

81

kebutuhan Kantor Pusat dan Unit Induk/Unit Penunjang PT PLN atas barang dan
jasa, lengkap dengan kuantitas/volume, waktu kebutuhan/waktu penyerahan,
estimasi anggaran, strategi pengadaan, metode pengadaan, pelaksana pengadaan
dan sistem pemaketan/grouping/joint procurement/sentralisasi/desentralisasi.
Rencana Pengadaan Barang dan jasa disusun berdasarkan RKAP (Rencana
Kerja Anggaran Perusahaan) dan telah memeperhitungkan potensi konsolidasi di
tingkat korporat. Tujuan dari penyusunan Rencana Pengadaan Barang dan Jasa
kantor Pusat dan Unit Induk/Unit Penunjang adalah untuk :
a. Mendapatkan proses pengadaan yang terkoordinasi dan terintegrasi, baik
yang dikonsolidasikan di direktoran pengadaan di Kantor Pusat atau
didelegasikan ke Unit Induk/Unit Penunjang, atau didesentralisasikan ke
Unit Induk/Unit Penunjang dan unit pelaksana di bawahnya.
b. Mendapatkan proses Pengadaan Barang dan jasa yangs esuai dengan
kaidah dan prinsip Pengadaan Barang dan jasa serta mendapatkan
barang/jasa yang berkualitas.
Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa dilakukan di unit masing
masing dan disusun dalam setiap periode 1 (satu) tahun anggaran. Dalam hal
efisiensi, rencana pengadaan barang dan jasa dapat disusun dalam jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dengan Perjanjian/Kontrak Jangka Panjang.
Penyusunan Rencana pengadaan Barang dan Jasa Unit Induk menjadi tugas dan
tanggungjawab Pejabat Perencana Pengadaan bekerjasama dengan Wakil

82

Pengguna Barang/Jasa di masing masing unit induk. Proses penyusunan


Rencana Pengadaan Barang/Jasa Unit Penunjang meliputi:
a. Melakukan identifikasi dan kajian kebutuhan barang/jasa meliputi
kelengkapan spesifikasi, TOR, kepastian dan ketersediaan anggaran, ruang
lingkup

pekerjaan,

kepastian

kuantitas/volume,

waktu

penyerahan/kebutuhan kerja serta kajian risiko.


b. Melakukan

kajian

strategi

pengadaan

yang

tepat

(pemaketan/grouping/joint procurement dan metode pengadaan), termasuk


rencana pengadaan yang ditangani bersama oleh Direktorat Pengadaan,
dengan memperhitungkan potensi konsolidasi dan skala ekonomi
berdasarkan Rencana Pengadaan Korporat.
c. Melakukan pemutakhiran atas riset pasar
d. Meminta review dan rekomendasi Value for Money Committee atas hasil
perencanaan.
Dokumen yang dihasilkan dari proses ini ialah Dokumen Rencana
Pengadaan Korporat dan Dokumen Rencana Pengadaan Unit Induk. Dokumen
Rencana Pengadaan disahkan oleh Pengguna Barang/jasa setelah melalui review
dan rekomendasi Value for Money Committee dan perubahan dokumen rencana
pengadaan dituangkan dalam revisi dokumen rencana pengadaan yang disahkan
oleh Pengguna Barang dan jasa setelah melalui review dan rekomendasi Value for
Money Committee.

83

4.2.2 Dokumen Pelelangan/RKS


Dokumen pelelangan/RKS disusun berdasarkan Dokumen Rencana
Pengadaan yang telah disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa. Penyiapan draft
Dokumen pelelangan/RKS merupakan tugas dan tanggung jawab Pejabat
Perencana Pengadaan yang dalam pelaksanaannya dapat dibantu oleh Pengguna
Barang/Jasa atau wakil Pengguna Barang/Jasa atau pihak lain sesuai keahlian baik
internal maupun eksternal. Finalisasi Dokumen Pelelangan/RKS akan dilakukan
oleh Pejabat Perencana Pengadaan dan disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.
Dokumen Pengadaan/RKS antara lain, terdiri dari:
1. Dokumen pelelangan barang/jasa Konstruksi/Jasa lainnya antara lain
terdiri dari:
a. Instruksi kepada Calon penyedia Barang/Jasa yang sekurang kurangnya
terdiri dari:
1) Gambaran umum yang meliputi antara lain lingkup pekerjaan dan
sumber dana
2) Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi
3) Hal hal yang dapat menggugurkan penawaran pada saat evaluasi
administrasi
4) Kerangka penyusunan penawaran teknis berikut uraian singkat tiap
butir dalam kerangka tersebut.
5) Kerangka dan format penyusunan penawaran biaya berikut hal hal
yang dapat atau tidak dapat dibiayai.

84

6) Tata cara penilaian administrasi, penawaran teknis dan penawaran


biaya.
7) Kriteria, batasan nilai dan formula dari penilaian teknis dan/atau
penawaran biaya.
8) Jadwal pengadaan.
b. Data pengadaan (apabila diperlukan)
c. Surat Penawaran
d. Jenis Perjanjian/Kontrak
e. Syarat syarat umum Perjanjian/Kontrak
f. Syarat syarat khusus Perjanjian/Kontrak
g. Spesifikasi Teknis
h. gambar gambar (apabila diperlukan)
i. Daftar kuantitas volume pekerjaan/ Bill of Quantity (BoQ)
j. Jaminan Penawaran, jaminan pelaksanaan (apabila dipersyaratkan)
2. Dokumen Pelelangan Jasa Konsultansi antara lain terdiri dari:
a. Instruksi kepada Calon penyedia Barang/Jasa yang sekurang kurangnya
terdiri dari:
1) Gambaran umum yang meliputi antara lain lingkup pekerjaan dan
sumber dana
2) Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi
3) Hal hal yang dapat menggugurkan penawaran pada saat evaluasi
administrasi

85

4) Kerangka penyusunan penawaran teknis berikut uraian singkat tiap


butir dalam kerangka tersebut.
5) Kerangka dan format penyusunan penawaran biaya berikut hal hal
yang dapat atau tidak dapat dibiayai.
6) Tata cara penilaian administrasi, penawaran teknis dan penawaran
biaya.
7) Kriteria, batasan nilai dan formula dari penilaian teknis dan/atau
penawaran biaya.
8) Jadwal pengadaan.
b. Data pengadaan (apabila diperlukan)
c. Surat Penawaran
d. Jenis Perjanjian/Kontrak
e. Syarat syarat umum Perjanjian/Kontrak
f. Syarat syarat khusus Perjanjian/Kontrak
g. Term of Reference (TOR)/Kerangka Acuan Kerja (KAK), yang memuat
antara lain:
1) Uraian pendahuluan berupa gambaran secara garis besar mengenai
pekerjaan yang akan dilaksanakan,antara lain latar belakang, maksud
dan tujuan, lokasi, asal sumber pendanaan, nama dan organisasi
Pengguna Barang/Jasa.
2) Data penunjang berupa data yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan, antara lain data dasar, standar teknis, studi studi terdahulu

86

yang pernah dilaksanakan, dan peraturan perundang undangan yang


harus digunakan.
3) Lingkup pekerjaan yang memberikan gambaran mengenai tujuan yang
ingin dicapai, keluaran yang akan dihasilkan, peralatan dan material
yang harus disediakan oleh Pengguna Barang/Jasa serta peralatan dan
material yang harus disediakan oleh Penyedia Barang/Jasa, lingkup
kewenangan

yang

dilimpahkan

kepada

Penyedia

Barang/Jasa,

perkiraan jangka waktu penyelesaian pekerjaan, kualifikasi dan jumlah


tenaga ahli yang harus disediakan oleh Penyedia Barang/Jasa,
perkiraan keseluruhan tenaga ahli/tenaga pendukung yang diperlukan
dan jadwal setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.
4) Jenis dan jumlah laporan yang disyaratkan (antara lain laporan
pendahuluan laporan bulan dan laporan akhir).
h. Gambar gambar (apabila diperlukan)
3. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) disusun berdasarkan Dokumen Rencana
pengadaan dan Dokumen Pelelangan/RKS. HPS merupakan alat untuk melihat
kewajaran harga penawaran dan tidak wajib diumumkan serta tidak dapat
dijadikan dasar sebagai satu satunya penggugur penawaran. HPS dibuat oleh
Pejabat Pelaksana Pengadaan dan disahkan oleh pengguna barang/jasa. HPS
disusun secara cermat dan professional dengan menggunakan data/referensi
dasar, antara lain:

87

a. Dokumen pelelangan (Spesifikasi/Rencana Kerja dan Syarat syarat


(RKS)/Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Reference (TOR) atau
Syarat Penawaran/Syarat Perjanjian/Kontrak).
b. Harga Perkiraan Engineering (HPE).
c. Harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS.
d. Harga Perjanjian/Kontak untuk barang atau pekerjaan sejenis yang sedang
atau telah dilaksanakan.
e. Analisa harga satuan pekerjaan
f. Daftar harga dan tarif dari instansi yang berwenang.
g. Informasi yang dipublikasikan secara resmi oleh Biro Pusat Statistik (BPS)
atau media cetak dan elektronik lainnya atau instansi yang berwenang.
h. Daftar

harga/tarif

barang/jasa

yang

dikeluarkan

oleh

asosiasi

pabrikan/agen tunggal atau instansi lain yang berwenang, baik pusat


maupun daerah.
i. Untuk barang yang mengandung unsur komponen impor diperhitungkan
antara lain fluktuasi nilai tukar mata uang asing dari Negara asal terhadap
Rupiah dan/atau LME (London Metal Exchange) rate dan/atau harga
minyak dunia serta bea masuk.
Dalam

penyusunan

HPS

wajib

memperhitungkan

PPN

(Pajak

Pertambahan Nilai) sesuai dengan peraturan perundang undangan yang


berlaku dan Risiko, Overhead cost dan keuntungan (ROK) yang wajar bagi
penyedia barang/

jasa. Menurut

Suswinarno, HPS

disusun dengan

88

memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar4. HPS


tidak diperbolehkan memasukkan biaya tak terduga (contingency), biaya lain
lain dan Pajak Penghasilan. Nilai HPS maksimal sama dengan pagu anggaran
dalam RKAP.
Dalam menyusun HPS Pejabat Pelaksana Pengadaan wajib:
a. Mempelajari dan memahami Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Terms of
Reference (TOR) termasuk syarat Perjanjian/Kontrak
b. Mempelajari dan mengumpulkan informasi/ data data mengenai kondisi
lapangan
c. Mempelajari program dan jadwal pelaksanaan
d. Menetapkan jumlah kualifikasi tenaga ahli, tenaga teknis serta tenaga
pendukung lainnya termasuk jadwal penugasan masing masing personil,
fasilitas/peralatan yang diperlukan dan lain lain.
e. Mempelajari dan mempertimbangkan ketentuan ketentuan yang
ditentukan oleh instansi yang berwenang.
f. Menghitung biaya langsung personil (remuneration) dan biaya langsung
non personil (direct cost). Yang dimaksud dengan biaya langsung personil
dan non personil ialah :

Suswinarno, 2013, Mengantisipasi Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,


Visi Media Pustaka, Jakarta, h.75

89

1.

Biaya langsung personil meliputi pembayaran, teknisi, dan tenaga


penunjang. Biaya langsung personil bagi masing masing tenaga ahli
dihitung berdasarkan satuan waktu tertentu (bulan, minggu, hari, jam)
dikaitkan dengan rate yang berdasarkan harga pasar dan/atau berdasarkan
gaji dasar dan/atau Perjanjian/Kontrak lalu/yang sedang berjalan
disesuaikan dengan tahun pengalaman professional yang ditetapkan dalam
KAK/TOR.

2.

Biaya langsung non personil meliputi segala biaya yang langsung


berkaitan

menunjang

pelaksanaan

tugas

konsultan,

antara

lain

pengadaan/sewa kantor, sewa kendaraan, sewa rumah, biaya perjalanan


dinas, biaya pelaporan, biaya komunikasi dan Iain-lain, dengan mengacu
kepada rate/tarif harga pasar setempat dan/atau tarif/harga satuan
Perjanjian/Kontrak yang lalu/sedang berjalan.
3. Menghitung harga total pekerjaan termasuk PPN sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4.2.3 Metode Pengadaan Barang/Jasa
Dalam pengadaan barang/ jasa di PLN setelah hal hal yang berkaitan
dengan

perencanaan seperti dipaparkan di atas telah diselesaikan maka

dilaksanakan proses pengadaan barang/jasa melalui beberapa metode, yaitu:


1.

Pelelangan Terbatas

a. Pelelangan Terbatas dilakukan dengan mengundang penyedia barang/jasa

90

yang berada dalam DPT.


b. Pelelangan Terbatas dapat berupa pelelangan internasional, nasional dan
lokal.
c. Pelelangan Terbatas dengan DPT merupakan strategi utama Pengadaan
Barang/jasa
d. Tahapan Pelelangan Terbatas;
1)

Undangan.

2)

Pengambilan Dokumen Pelelangan/ RKS

3)

Pemberian Penjelasan

4)

Pemasukan Dokumen

5)

Pembukaan Dokumen

6)

Penawaran.

7)

Evaluasi Dokumen Penawaran

8)

Klarifikasi dan Negosiasi

9)

Usulan penetapan pemenang

10) Penetapan Pemenang


11) Pengumuman Pemenang

91

12) Sanggah
13) Jawaban Sanggah
14) Sanggah Banding
15) Jawaban Sanggah Banding
16) Penunjukan Pemenang
17) Contract Discussed Agreement (CDA) bila diperlukan
18) Penyerahan Jaminan Pelaksanaan
19) Perjanjian/Kontrak.
2.

Pelelangan Terbuka
a. Pelelangan Terbuka dilakukan dengan cara mengundang Penyedia
Barang/Jasa, yang diumumkan secara luas guna memberi kesempatan
kepada Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi kualifikasi melalui proses
prakualifikasi maupun pascakualifikasi untuk mengikuti pelelangan.
b. Pelelangan Terbuka dapat berupa pelelangan internasional, nasional,
dan lokal
c. Tahapan pelelangan terbuka;
a) Metode Pelelangan Terbuka dengan Prakualifikasi
1) Pengumuman dan undangan kualifikasi;

92

2) Pendaftaran dan pengambilan dokumen;


3) Pemasukan dan evaluasi dokumen;
4) Pembuktian kualifikasi;
5) Penetapan hasil kualifikasi;
6) Pengumuman hasil kualifikasi;
7) Sanggahan kualifikasi;
8) Daftar Calon Penyedia yang lulus kualifikasi;
9) Undangan Calon Penyedia Barang/Jasa yang lulus kualifikasi;
10) Pengambilan Dokumen Pelelangan/RKS;
11) Pemberian Penjelasan;
12) Pemasukan Dokumen Penawaran;
13) Pembukaan Dokumen Penawaran;
14) Evaluasi Dokumen Penawaran;
15) Klarifikasi dan Negosiasi;
16) Usulan penetapan pemenang;
17) Penetapan pemenang;

93

18) Pengumuman pemenang;


19) Sanggah;
20) Jawaban Sanggah (apabila ada);
21) Sanggah Banding (apabila ada);
22) Jawaban Sanggah Banding (apabila ada);
23) Penunjukan Pemenang;
24) Contract Discussed Agreement (CDA), bila ada;
25) Penyerahan Jaminan Pelaksanaan (apabila ada);
26) Perjanjian/Kontrak.
b)

Metode Pelelangan Terbuka dengan pascakualifikasi


1) Pengumuman pelelangan;
2) Pendaftaran dan pengambilan Dokumen;
3) Pemberian Penjelasan;
4) Pemasukan Dokumen Penawaran;
5) Pembukaan Dokumen Penawaran;
6) Evaluasi Dokumen Penawaran;

94

7) Pembuktian kualifikasi;
8) Klarifikasi dan Negosiasi;
9) Usulan penetapan pemenang;
10) Penetapan pemenang;
11) Pengumuman pemenang;
12) Sanggah;
13) Jawaban Sanggah (apabila ada);
14) Sanggah Banding (apabila ada);
15) Jawaban Sanggah Banding (apabila ada);
16) Penunjukan pemenang;
17) Contract Discussed Agreement (CDA);
18) Penyerahan jaminan pelaksanaan;
19) Perjanjian/Kontrak.
3.

Penunjukan Langsung
Metode ini dilakukan dengan cara menunjuk langsung penyedia

barang/jasa berdasarkan riset pasar, due diligence dan DPT. Penunjukan langsung
pengadaan barang/jasa konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dalam hal :

95

a. Barang/jasa konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dalam hal :


1) Barang/Jasa Konstruksi/Jasa Lainnya yang akan diadakan bersifat
spesifik hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi
khusus/pemegang Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan/atau
hanya ada satu Penyedia Barang/Jasa (agen tunggal) yang mampu
melaksanakan dan/atau mengaplikasikannya, yaitu pabrikan, atau
agen tunggal pabrikan dan tidak boleh melalui pedagang perantara
(broker)/distributor;
2) Pengadaan barang spesifik yang tak dapat digantikan oleh produk
lain atau tidak kompatibel
3) Pekerjaan Keadaan Darurat (Emergency) atau pemberian bantuan
bencana alam (CSR)
4) Pemeliharaan unit pembangkit dalam bentuk jangka panjang/LTSA
(Long Term Service/Supply Agreement)
5) Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya lanjutan yang secara teknis
merupakan satu kesatuan yang sifatnya tidak dapat dipecah- pecah
dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya
6) Penunjukan berulang (repeat order) dilakukan dalam hal:
a). Penyedia Barang/Jasa yang telah memenangkan Pelelangan
Terbatas/Pelelangan Terbuka terhadap barang yang secara terus

96

menerus

dibutuhkan

sepanjang

harga

yang

ditawarkan

menguntungkan dengan kualitas barang sama atau lebih baik dan


dilengkapi

dengan

kajian

yang disahkan

oleh

Pengguna

Barang/Jasa
b). Penyedia Barang/Jasa yang telah memenangkan Pelelangan
Terbatas/Pelelangan Terbuka terhadap jasa lainnya yang secara
terus menerus dibutuhkan sepanjang harga yang ditawarkan
menguntungkan dengan kualitas jasa sama atau lebih baik dan
dilengkapi dengan kajian yang yang disahkan oleh Pengguna
Barang/Jasa, hanya dapat dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut; atau
c). Penyedia Barang/Jasa yang telah memenangkan Pelelangan
Terbatas/Pelelangan Terbuka dan Perjanjian/Kontraknya Jangka
Panjang, terhadap jasa lainnya yang terus menerus dibutuhkan
sepanjang harga yang ditawarkan menguntungkan dengan kualitas
jasa sama atau lebih baik dan dilengkapi dengan kajian yang
disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa, dapat dilakukan (satu) kali
dengan jangka waktu maksimal sama dengan Perjanjian/Kontrak
Jangka Panjang sebelumnya.
b. Tahapan Penunjukan Langsung ialah
1) Undangan kepada Penyedia Barang/Jasa yang akan ditunjuk disertai
dengan Dokumen Pelelangan/RKS.

97

2) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang diundang tidak masuk DPT,


maka Penyedia Barang/Jasa menyampaikan Dokumen Kualifikasi
kepada Pejabat Pelaksana Pengadaan untuk dilakukan evaluasi.
3) Pemberian penjelasan.
4) Pemasukan Dokumen Penawaran secara langsung dalam 1 (satu)
sampul.
5) Pembukaan Dokumen Penawaran.
6) Melakukan evaluasi penawaran meliputi klarifikasi dan negosiasi
teknis dan harga, yang dituangkan dalam Berita Acara Evaluasi.
7) Penetapan Penyedia Barang/Jasa.
8) Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).
9) Penyerahan Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).
10) Perjanjian/Kontrak.
c. Penunjukan langsung dapat dilakukan dalam keadaan darurat, tahapannya
ialah
1) Pengguna Barang/Jasa dapat menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK), setelah ada pernyataan keadaan darurat dari Pengguna
Barang/Jasa.
2) Opname pekerjaan di lapangan dilakukan bersama antara Pengguna

98

Barang/Jasa dan Penyedia Barang/Jasa, sementara proses dan


administrasi pengadaan dapat dilakukan secara simultan.
3) Perhitungan biaya Perjanjian/Kontrak berdasarkan harga satuan
sejenis dari Perjanjian/Kontrak yang ada dan perkiraan volume dari
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
4) Perjanjian/Kontrak.
d. Penunjukan Langsung dengan metode Open Book
1) Pengadaan dengan pola Open Book dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan harga yang kompetitif tanpa melalui proses Pelelangan
Terbatas/Pelelangan Terbuka, dengan tetap menjaga kualitas/mutu dan
memenuhi ketepatan waktu pengadaan di lingkungan PT PLN .
2) Pengadaan dengan metode Open Book dilakukan dengan tahapan:
a)

Pejabat Perencana Pengadaan menyiapkan Dokumen Pengadaan


Open Book untuk ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

b)

Pejabat Perencana Pengadaan menyampaikan surat kepada Calon


Penyedia Barang/Jasa perihal Pernyataan Berminat (Letter of
Interest).

c)

Pejabat Perencana Pengadaan mengusulkan Calon Penyedia


Barang/Jasa untuk ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

d)

Pejabat Perencana Pengadaan menyusun Perjanjian Kerahasiaan


(Non Disclosure Agreement), untuk ditandatangani oleh Pengguna

99

Barang/Jasa dan Calon Penyedia Barang/Jasa yang membuat


Pernyataan Berminat.
e)

Pejabat Pelaksana Pengadaan menyampaikan Dokumen Pengadaan


Open Book kepada Calon Penyedia Barang/Jasa.

f)

Calon Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran yang berisi


sekurang-kurangnya spesifikasi teknis dan struktur biaya produksi
faktual (biaya langsung maupun tidak langsung) kepada Pejabat
Pelaksana Pengadaan.

g)

Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan klarifikasi, negosiasi


biaya dan strategi alokasi:

a. Melakukan analisa spesifikasi teknis dan struktur biaya produksi


faktual dari Calon Penyedia Barang/Jasa.
b.

Melakukan evaluasi dan negosiasi harga terhadap proposal


penawaran yang diterima dari calon Penyedia Barang/Jasa.

c. Menyusun strategi alokasi dari hasil negosiasi harga dengan


Penyedia Barang/Jasa.
d. Mengajukan persetujuan kepada Pengguna Barang/Jasa atas hasil
negosiasi dan strategi alokasi.
h)

Penunjukan Penyedia Barang/Jasa Barang/Jasa dan


Penandatanganan Kontrak/Perjanjian

i)

Pengawasan Kontrak/Perjanjian

100

4.

Pengadaan Langsung

1) Pengadaan Langsung yaitu Pengadaan Barang/Jasa yang ada di pasaran


untuk memenuhi kebutuhan operasional yang diyakini bahwa harga
tersebut merupakan hasil persaingan di pasar, berteknologi sederhana dan
berisiko kecil dengan nilai maksimal:
1)

Di Kantor Pusat Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2)

Di Unit Induk/Penunjang Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah).
2) Pengadaan Langsung untuk barang/jasa yang bernilai sampai dengan Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dapat dibuktikan dengan kuitansi, dan
di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) harus dengan Surat
Perintah Kerja (SPK).
3) Dalam menetapkan Penyedia Barang/Jasa, Pejabat Pelaksana Pengadaan
telah mempunyai data pembanding, baik teknis maupun harga.

4) Tahapan Pengadaan Langsung


a) Pejabat Pelaksana Pengadaan mendeskripsikan tipe/jenis/ spesifikasi
dari barang/jasa yang akan diadakan.
b) Pejabat Pelaksana Pengadaan meyakini bahwa anggaran Pengadaan
Langsung telah tersedia.
c) Pejabat Pelaksana Pengadaan menetapkan Penyedia Barang/Jasa yang
diyakini harga barang/jasa kompetitif.

101

5) Untuk Pengadaan Langsung yang menggunakan SPK, Pejabat


Pelaksana Pengadaan menyiapkan SPK untuk ditandatangani oleh
Pengguna Barang/Jasa.
5. Joint Procurement

a) Joint Procurement dilakukan dengan Metode Pelelangan Terbatas atau


Pelelangan Terbuka, dilaksanakan oleh 1 (satu) Pengguna Barang/Jasa
yang mewakili beberapa Pengguna Barang/Jasa lainnya.

b) Proses pelaksanaan Joint Procurement dilakukan dengan ketentuan


sebagai berikut :

1) Beberapa Pengguna Barang/Jasa menunjuk salah satu Pengguna


Barang/Jasa untuk mewakili Pengguna Barang/Jasa lainnya dalam
melaksanakan proses Joint Procurement.

2) Pengguna Barang/Jasa yang mewakili tersebut menunjuk Pejabat


Perencana Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan untuk
melaksanakan proses Joint Procurement.

3) Pengguna Barang/Jasa yang mewakili menerbitkan Perjanjian/Kontrak


dengan Penyedia Barang/Jasa.

4) Pengguna

Barang/Jasa

yang

mewakili

menyampaikan

Perjanjian/Kontrak kepada Pengguna Barang/Jasa lainnya yang

102

terwakili untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat


Pesanan Barang/Jasa (SPBJ).

4.2.4 Jangka Waktu Pengadaan Barang/ jasa

a) Perencanaan dan penyusunan jangka waktu pengadaan barang/jasa harus


memperhatikan dan menyesuaikan waktu kebutuhan barang/jasa, sehingga
penyerahan barang/jasa sesuai yang direncanakan.
b) Jangka waktu pelaksanaan untuk setiap tahapan proses pengadaan
barang/jasa menyesuaikan dengan kompleksitas pengadaan barang/jasa.
c) Penayangan Pengumuman sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja di papan
pengumuman dan/atau portal e-Procurement PLN, kecuali yang
dilaksanakan melalui surat kabar minimal dilakukan 1 (satu) kali (untuk
Pelelangan Terbuka).
d) Pendaftaran

dan

Pengambilan

Dokumen

Kualifikasi/Dokumen

Pelelangan/RKS sejak tanggal pengumuman sampai dengan 1 (satu) hari


kerja

sebelum

batas

akhir

pemasukan

Dokumen

Aplikasi

Kualifikasi/Dokumen Penawaran.
e) Masa

Sanggah

diberikan

selama

(tiga)

hari

kerja

sejak

pengumuman/pemberitahuan pemenang.
f)

Jawaban atas sanggahan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak


diterimanya sanggahan.

103

g) Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) diterbitkan setelah


pengumuman pemberitahuan penetapan pemenang pengadaan apabila
tidak ada sanggahan, atau setelah sanggahan dijawab.
h) Penandatanganan Perjanjian/Kontrak dilakukan setelah diterbitkan Surat
Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan Penyedia Barang/Jasa
menyerahkan jaminan pelaksanaan sesuai ketentuan mengenai jaminan
pelaksanaan dalam Edaran ini.
4.3 Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pelaksanaan dari prosedur yang dipaparkan di atas terdiri dari :
1. Tahapan Persiapan Pengadaan
a. Pejabat Pelaksana Pengadaan mendapat penugasan dari Atasan Langsung
untuk melakukan proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan
menerima Dokumen Pelelangan/RKS dan HPE.

b. Berdasarkan penugasan, Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan:

1) Menganalisa Dokumen Pelelangan/RKS terhadap lingkup pengadaan


barang/jasa yang akan dilakukan dan dapat dibantu oleh Pengguna
Barang/Jasa atau Wakil Pengguna Barang/Jasa dan Pejabat Perencana
Pengadaan.
2) Pembuatan HPS dapat dibantu oleh Pengguna Barang/Jasa atau Wakil

104

Pengguna Barang/Jasa dan Pejabat Perencana Pengadaan.


3) Pejabat Pelaksana Pengadaan menyampaikan HPS kepada Atasan
Langsung untuk disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.
2. Undangan Pelelangan/Pengumuman
Pejabat Pelaksana Pengadaan harus mengundang untuk Pelelangan Terbatas atau
mengumumkan Pelelangan Terbuka.

3. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pelelangan


Pendaftaran

Calon

Penyedia

Barang/Jasa

dan

pengambilan

Dokumen

Pelelangan/RKS hanya dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan
oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.

4. Penilaian Kualifikasi Calon Penyedia Barang/Jasa


Penilaian kualifikasi calon Penyedia Barang/Jasa hanya dilakukan dalam hal
pengadaan melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi yang tidak memiliki DPT.
5. Penjelasan Pengadaan (Aanwijzing)
a. Undangan

Penjelasan

diberikan

kepada

semua

Calon

Penyedia

Barang/Jasa yang mendaftar.

b. Penjelasan Dokumen Pelelangan dilakukan di tempat dan waktu yang


ditentukan, dihadiri oleh Calon Penyedia Barang/Jasa yang mendaftar atau
wakilnya berdasarkan Surat Kuasa bermaterai cukup.

105

c. Penjelasan

dapat

pula

dilakukan

secara

elektronik

(video

conference/teleconference).

d. Ketidakhadiran Calon Penyedia Barang/Jasa pada saat Penjelasan


pengadaan tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.
Calon Penyedia Barang/Jasa yang tidak hadir pada penjelasan pengadaan
(Aanwijzing) dianggap mengetahui dan menyetujui semua hasil yang telah
ditetapkan dalam berita acara penjelasan pengadaan.

e. Penjelasan yang disampaikan kepada calon penyedia barang/jasa ialah :

1) Cara penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran


2) Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran.
3) Metode evaluasi.
4) Hal-hal yang menggugurkan penawaran.
5) Jenis Perjanjian/Kontrak yang akan digunakan.
6) Masa berlaku penawaran.
7) Nilai jaminan, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan
8) Apabila dipandang perlu dapat dilakukan peninjauan lapangan.
f. Hasil penjelasan pengadaan (aanwijzing) dituangkan dalam Berita Acara
Penjelasan, ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan dan minimal

106

1 (satu) wakil dari Calon Penyedia Barang/Jasa yang hadir.


g. Semua perubahan dalam Dokumen Pelelangan/RKS sebagai hasil
penjelasan dan atau jawaban atas pertanyaan Calon Penyedia Barang/Jasa
harus dituangkan dalam Addendum Dokumen Pelelangan/RKS.
h. Berita Acara Penjelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Dokumen Pelelangan dan harus disampaikan secara tertulis kepada semua
Calon Penyedia Barang/Jasa yang mendaftar.
i. Setelah penyerahan dokumen pelelangan/RKS dilanjutkan dengan
penyerahan

dokumen

penawaran,

dokumen

penawaran

memuat

persyaratan yang harus dipenuhi oleh Calon Penyedia Barang/Jasa dalam


mengikuti proses Pengadaan Barang/Jasa. Dokumen Penawaran untuk
Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya disampaikan sesuai
metode penyampaian Dokumen Penawaran dan sekurang- kurangnya
terdiri dari:
1) Jaminan Penawaran asli.
2) Daftar Kuantitas dan Harga
3) Surat Kuasa (apabila diperlukan).
4) Metode Pelaksanaan (apabila dipersyaratkan).
5) Jadwal waktu pelaksanaan

107

6) Daftar peralatan (apabila dipersyaratkan).


7) Daftar personil (apabila dipersyaratkan).
8) Analisis harga satuan (apabila dipersyaratkan).
9) Lampiran lain yang ditentukan dalam Dokumen
10) Bukti Penerimaan Addendum Dokumen
j. Dalam penyerahan dokumen penawaran ini disertai dengan jaminan
penawaran.
k. Metode pembukaan dokumen penawaran yang dilakukan oleh Pejabat
Pelaksana Pengadaan Barang dan Jasa ialah :
Pejabat Pelaksana Pengadaan meneliti isi kotak/tempat pemasukan
Dokumen Penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang
masuk, kecuali surat pengunduran diri.
l. Pembukaan Penawaran untuk masing-masing metode penawaran adalah
sebagai berikut:

1) Satu Tahap Satu Sampul

Pejabat Pelaksana Pengadaan membuka sampul penawaran yang berisi


penawaran administrasi, teknis dan harga.

108

2) Satu Tahap Dua Sampul

Pejabat Pelaksana Pengadaan membuka Sampul Satu, sedangkan Sampul


Dua disimpan dalam keadaan tertutup. Dalam hal penawaran administrasi
dan teknis (Sampul Satu) tidak lulus evaluasi, maka Sampul Dua tidak
dibuka dan dikembalikan kepada Calon Penyedia Barang/Jasa beserta
jaminan penawaran. Pembukaan Sampul Dua dilakukan hanya kepada
Penyedia Barang/Jasa yang telah lulus evaluasi penawaran administrasi
dan teknis (Sampul Satu).

3) Dua Tahap

Tahap pertama dilakukan Pembukaan Penawaran Sampul Tahap Satu


dilanjutkan dengan tahapan evaluasi Administrasi dan Teknis. Tahap
kedua dilakukan Pembukaan Penawaran Sampul Tahap Dua, dilanjutkan
dengan tahapan evaluasi harga.

m. Pembukaan penawaran dilakukan di hadapan Calon Penyedia Barang/Jasa


yang hadir serta disaksikan minimal 2 (dua) orang saksi dari wakil Calon
Penyedia Barang/Jasa, untuk selanjutnya dibacakan serta dicatat dan
dijadikan lampiran Berita Acara Pembukaan Penawaran.
n. Dalam hal saksi dari wakil Calon Penyedia Barang/Jasa tidak ada, Pejabat
Pelaksana Pengadaan dapat menunjuk saksi diluar dari Pejabat Pelaksana
Pengadaan.

109

o. Penarikan penawaran tidak dapat dilakukan setelah batas akhir waktu


pemasukan penawaran, apabila dilakukan maka Jaminan Penawaran
dicairkan dan menjadi milik PLN.
p. Membuat Berita Acara Pembukaan Penawaran (BAPP), yang berisikan
hal-hal dan data-data pokok yang penting termasuk informasi yang
diperoleh pada saat pembukaan penawaran.
q. Menandatangani BAPP bersama 2 (dua) orang saksi dari Calon Penyedia
Barang/Jasa yang hadir.
6. Evaluasi Penawaran
a. Pelaksanaan evaluasi penawaran dilakukan oleh Pejabat Pelaksana
Pengadaan terhadap semua penawaran yang masuk, dan dapat dibantu oleh
pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN.
b. Evaluasi penawaran meliputi evaluasi administrasi, teknis, dan harga
berdasarkan kriteria, metode, dan tatacara evaluasi yang telah ditetapkan
dalam Dokumen Pelelangan/RKS.
c. Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan
ketentuan, syarat-syarat, dan spesifikasi yang ditetapkan dalam Dokumen
Pelelangan/RKS, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok
atau penawaran bersyarat. Penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau
penawaran bersyarat meliputi:
1) Jenis penyimpangan yang berpengaruh terhadap hal-hal yang sangat
substantif

dan

akan

mempengaruhi

lingkup,

kualitas,

dan

110

hasil/kinerja/performance pekerjaan.
2) Adanya penawaran dari Penyedia Barang/Jasa dengan persyaratan
tambahan di luar ketentuan Dokumen Pelelangan/RKS yang akan
menimbulkan persaingan tidak sehat dan/atau tidak adil di antara
Calon Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.
d. Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, apabila:
1) Syarat-syarat yang diminta berdasarkan Dokumen Pelelangan/RKS
dipenuhi/dilengkapi dan isi setiap dokumen benar serta dapat
dipastikan bahwa dokumen penawaran ditandatangani oleh orang yang
berwenang.
2) Jaminan penawaran memenuhi persyaratan sesuai ketentuan Dokumen
Pelelangan/RKS. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas dan/atau
meragukan dalam jaminan penawaran perlu diklarifikasi dengan pihak
yang terkait tanpa mengubah substansi dari jaminan penawaran.
3) Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan evaluasi teknis terhadap
semua penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi.
4) Penawaran

dinyatakan

memenuhi

persyaratan

teknis,

apabila

spesifikasi teknis memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam


Dokumen Pelelangan/RKS.
5) Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan evaluasi harga terhadap

111

semua penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.


7. Evaluasi Harga Penawaran
a. Dalam hal terdapat penawaran yang tidak wajar yaitu dengan nilai
penawaran 80% (delapan puluh persen) di bawah HPS, maka Pejabat
Pelaksana Pengadaan harus meminta penjelasan/klarifikasi secara tertulis
kepada Calon Penyedia Barang/jasa.
b. Hasil penjelasan/klarifikasi tertulis tersebut disampaikan oleh Pejabat
Pelaksana Pengadaan untuk dikaji oleh Value for Money Committee untuk
menentukan menerima atau menolak penawaran yang disampaikan oleh
Calon Penyedia Barang/Jasa.
c. Dalam hal penawaran di atas HPS, proses pengadaan barang/jasa dapat
dilanjutkan dengan melakukan negosiasi kepada penawar terendah untuk
mendapatkan harga Perjanjian/Kontrak maksimal sama dengan, dengan
tetap mernperhatikan aspek GCG. Apabila proses negosiasi kepada
penawar terendah tidak mencapai kesepakatan, maka dilanjutkan dengan
melakukan negosiasi kepada penawar terendah berikutnya.
d. Harga penawaran ditulis dalam angka dan huruf, apabila terdapat
perbedaan antara penulisan nilai dalam angka dan huruf maka nilai
penawaran yang diakui adalah nilai dalam tulisan huruf.
e. Dalam hal terjadi perbedaan antara harga penawaran yang tercantum
dalam surat penawaran dengan rincian penawaran, maka yang berlaku

112

adalah harga penawaran yang tercantum pada surat penawaran bermaterai.


f. Metode evaluasi
Metode evaluasi untuk pengadaan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya
dapat memakai salah satu atau kombinasi dari :
1) Lowest responsive/compliant/acceptable offer
a) Penentuan pemenang dilakukan berdasarkan penawaran dari Calon
Penyedia Barang/Jasa yang telah dievaluasi dengan hasil :
1. Penawaran memenuhi persyaratan administrasi dan teknis
(responsive/compliant/acceptable); dan
2. Menawarkan biaya terendah (lowest cost )
2) Responsive/compliant/acceptable merupakan pemenuhan keseluruhan
Spesifikasi/TOR/Scope of Works (SOW), atau mencapai batas
minimum nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi TOR/Scope of
Works (SOW).
1. Tingkat

responsiveness/compliance/acceptability

dapat

dilakukan memakai sistem gugur atau pembobotan nilai.


2. Penilaian

harga

dalam

responsiveness/compliance/

acceptability tetap memperhitungkan harga dan biaya selama


umur ekonomis (Life Cycle Costing/Total Cost of Ownership).
Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli
suatu barang dan jasa. Biaya adalah jumlah uang yang
dibayarkan untuk mengoperasikan suatu barang atau jasa,

113

selama umur ekonomi atau selama durasi Perjanjian/Kontrak.


Selain biaya, juga diperhitungkan biaya transportasi dan
asuransi, serta semua pajak dan pungutan Pemerintah yang
berlaku.
3) Weighted Scoring System/Sistem Nilai
1. Penggunaan Sistem Nilai dilakukan untuk barang dan jasa
yang

bersifat

Strategis/Complex,

dimana

tingkat

kepentingan tiap kriteria evaluasi diberi bobot.


2. Pada Sistem Nilai, harga merupakan salah satu kriteria
evaluasi, dengan pengertian semakin kompleks persyaratan
dan semakin sulit diperbandingkan proposal penawaran,
maka bobot harga akan semakin berkurang. Biasanya total
nilai untuk penawaran teknis lebih tinggi dibandingkan
penawaran harga.
3. Penawaran dengan harga terendah terhadap pengadaan
pekerjaan tidak kompleks atau pengadaan sederhana.
8. Negosiasi Penawaran
a.

Tujuan Negosiasi adalah untuk mencapai kesepakatan antara PLN dengan


Calon

Penyedia

Barang/Jasa

dalam

hal

meningkatkan

kualitas

teknis,waktu pelaksanaan dan harga terbaik.


b. Negosiasi teknis dan harga dilakukan untuk metode penawaran Request
For Proposals (RFP), termasuk jika penawaran melewati HPS.

114

c. Untuk metode penawaran Invitation To Bid (ITB) negosiasi harga


dilakukan dengan seijin Pengguna Barang/Jasa, jika penawaran melewati
HPS dan/atau pagu anggaran.
d. Untuk metode pengadaan Penunjukan Langsung, maka dilakukan
negosiasi teknik dan harga.
9. Laporan Evaluasi
a. Pejabat Pelaksana Pengadaan menyusun laporan hasil evaluasi sebagai
dasar untuk usulan penetapan pemenang.

b.

Laporan hasil evaluasi antara lain terdiri dari:

1)

Nama semua Calon Penyedia Barang/Jasa dan harga


penawaran dan/atau harga penawaran terkoreksi.dari masingmasing Calon Penyedia Barang/Jasa.

2)

Metode evaluasi yang digunakan.

3)

Unsur-unsur yang dievaluasi.

4)

Rumus yang dipergunakan.

5)

Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu mengenai hal


ikhwal pelaksanaan pengadaan.

6)

Berita acara-berita acara terkait proses pengadaan barang/jasa

115

serta jumlah Calon Penyedia Barang/Jasa yang lulus dan tidak


lulus pada setiap tahapan evaluasi.

7)

Laporan hasil evaluasi dibuat dan ditandatangani oleh Pejabat


Pelaksana Pengadaan

10. Review Value For Money


Value for money menurut Mardiasmo merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas5.
a. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input
dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
b. Efisiensi: pencapaian otput yang maksimum dengan input tertentu
untuk penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.
Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan
standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
c. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan
outcome dengan output.
Tujuan kajian dari Value for Money ialah memberikan kajian independen
dan tidak bias dari rekomendasi Pejabat Pelaksana Pengadaan mengenai usulan
Calon Pemenang, selain itu tugas Value For Money ialah :
5

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik.: Andi, Yogyakarta h.4

116

a. Mengkonfirmasi bahwa proses pengadaan dilakukan secara adil dan


wajar, dengan mengikuti prosedur dan kebijakan yang berlaku.
b. Mengkonfirmasi anggaran untuk Perjanjian/Kontrak tersedia dalam
RKAP
c. Mengkonfirmasi bahwa rekomendasi penunjukan serta syarat dan
ketentuan yang ditawarkan merupakan yang terbaik bagi PLN (Value
For Money), yang tidak selalu merupakan harga terendah.
Value

For

Money

memberikan

rekomendasi

kepada

Pengguna

Barang/Jasa sebagai otoritas penandatangan Perjanjian/Kontrak (contract award


authority). Pengguna Barang/Jasa sebagai contract award authority dapat
menerima atau tidak menerima rekomendasi tersebut. Jika tidak menerima, maka
alasannya disampaikan secara tertulis kepada Value for Money Committee.
11.

Penetapan Pemenang
Pemenang pengadaan ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa berdasarkan

laporan evaluasi dari Pejabat Pelaksana Pengadaan.Dalam hal pengadaan


barang/jasa yang masuk kriteria rekomendasi Value for Money Committee, maka
penetapan pemenang dilakukan setelah melalui review dan rekomendasi Value for
Money Committee. Apabila terjadi keterlambatan dalam menetapkan pemenang
pengadaan dan mengakibatkan penawaran/jaminan penawaran habis masa
berlakunya, maka diminta kepada seluruh Calon Penyedia Barang/Jasa pengadaan
untuk memperpanjang surat penawaran dan jaminan penawaran.
12. Pengumuman Pemenang
Pemenang pengadaan diumumkan dan diberitahukan oleh Pejabat

117

Pelaksana Pengadaan kepada para Calon Penyedia Barang/Jasa.


13. Sanggahan
Untuk menjamin adanya transparansi dan perlakuan yang sama (equal
treatment) dalam setiap Pengadaan Barang/Jasa, maka Calon Penyedia
Barang/Jasa yang berkeberatan atas pengumuman pemenang pengadaan berhak
untuk mengajukan sanggahan secara tertulis disertai bukti-bukti kepada Pejabat
Pelaksana Pengadaan disertai Pakta Integritas dari penyanggah.
14. Penunjukan Pemenang
a. Pengguna Barang/Jasa mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ), dengan ketentuan;
1) Tidak ada sanggahan atau sanggah banding dari Calon Penyedia
Barang/Jasa;
2) Sanggahan yang diterima Pejabat Pelaksana Pengadaan dalam masa
sanggah ternyata tidak benar;
3) Sanggah banding yang diterima Pengguna Barang/Jasa dalam masa
sanggah banding ternyata tidak benar;
4)

Sanggahan yang diterima melewati waktu masa sanggah; atau

5)

Sanggah banding diterima melewati waktu masa sanggah banding.

b. Calon Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk sebagai Penyedia


Barang/Jasa wajib menerima keputusan tersebut. Apabila yang
bersangkutan mengundurkan diri maka jaminan penawaran Calon
Penyedia Barang/Jasa yang bersangkutan dicairkan dan menjadi milik

118

PLN serta dimasukkan dalam Daftar Hitam (Black List) PLN, dan
dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Apabila Calon Pemenang Pengadaan urutan pertama yang ditunjuk
sebagai Penyedia Barang/Jasa mengundurkan diri atau tidak dapat
memenuhi Dokumen Pelelangan/RKS (ITB, RFP atau RFQ), maka
penunjukan Penyedia Barang/Jasa dapat dilakukan kepada Calon
Penyedia Barang/Jasa urutan kedua (apabila ada) sesuai dengan harga
penawarannya, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penetapan pemenang pengadaan kedua tesebut harus terlebih
dahulu mendapat persetujuan/penetapan dari pengguna barang/
jasa;
2) Masa berlaku penawaran dan jaminan penawaran calon pemenang
pengadaan urutan kedua masih berlaku atau sudah diperpanjang
masa berlakunya atau apabila sudah tidak berlaku terlebih dahulu
memperpanjang masa berlaku penawaran dan menyerahkan
jaminan penawaran yang baru;
3) Apabila calon pemenang kedua ini mengundurkan diri atau tidak
dapat memenuhi dokumen seperti calon pemenang urutan
pemenang di atas maka penunjukan penyedia barang/jasa urutan
ketiga sesuai dengan harga penawaran dengan ketentuan sama
seperti jika calon pemenang pertama digantikan pemenang kedua.
Jika calon pemenang ketiga mengundurkan diri maka pengadaan

119

dinyatakan gagal.
13. Pengadaan gagal dan pengadaan ulang
Pengadaan dinyatakan gagal oleh pengguna barang/jasa, dalam hal :
1) Negosiasi yang dilakukan tidak berhasil mencapai kesepakatan
2) Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan
teknis
3) Terjadi perubahan rencana kerja dan mengakibatkan perubahan
kebutuhan barang/jasa
4) Negosiasi yang dilakukan tidak berhasil menurunkan harga
penawaran maksimal sama dengan HPS.
5) Adanya indikasi kuat persaingan usaha yang tidak sehat
6) Adanya indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
7) Sanggahan dari calon penyedia barang/jasa ternyata benar.
8) Berdasarkan rekomendasi dari value for money committee atas
usulan Pejabat Pelaksana Pengadaan, pengguna barang/jasa,
pejabat pengawasan, atau pejabat lain yang terkait
9) Akibat adanya penetapan pengadilan.
Dalam hal pengadaan gagal, Pejabat Pelaksana Pengadaan Barang dan
Jasa wajib menyampaikan kepada calon penyedia bang dan jasa. Setelah
ditetapkan sebagai pengadaan gagal, maka selanjutnya adalah pengadaan ulang
yang mana Dokumen Pengadaan/RKS dapat di amandemen ataupun tidak.

120

Pengadaan yang dinyatakan gagal, dapat dilakukan penunjukan langsung kepada


BUMN/Anak Perusahaan/perusahaan terafiliasi yang tentunya dengan persetujuan
Pengguna Barang/Jasa.
14. Contract Discussion Agreement (CDA)
Contract Discussion Agreement CDA) ialah tahapan kesepakatan/ diskusi
sebelum penandatanganan kontrak. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan hal
hal apa saja yang akan disepakati dalam kontrak. Hal hal yang perlu untuk
dinegosiasikan dalam kontrak ialah :
a. Aspek Teknis: garansi, after sale service, life cycle support
maintenance agreements, quality output issues;

b. Syarat khusus: jenis jaminan, asuransi, jadwal pembayaran;

c. Manajemen informasi: frekuensi dan isi dari laporan, kriteria


penerimaan suatu kemajuan (milestones);
d. Jadwal/Time frames: durasi Perjanjian/Kontrak, key milestones,
delivery dates, response times;
e. Insentif kinerja: cost incentives, delivery incentives, quality incentives;
f. Personalia: key

team

members,

vocal

points,

subcontracting

arrangements;
Tahap terakhir ialah pembuatan kontrak Perjanjian/Kontrak dipersiapkan
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan tata kelola perusahaan yang baik, serta prinsip kehati-hatian dalam

121

pengambilan keputusan bisnis (professional judgement). Pembuatan draft


Perjanjian/Kontrak menjadi tugas dan tanggung jawab Pejabat Pelaksana
Pengadaan dan dapat dibantu oleh pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun
eksternal PLN.

4.4 Pemecahan Masalah Pengadaan


Dalam pengadaan barang dan jasa tidak lepas dari munculnya masalah
baik yang ditimbulkan oleh Pengguna, Penyedia atau Pejabat Perencana dan
pelaksana barang/jasa maupun karena rendahnya kualitas pelelangan tersebut
dilakukan. Ada berbagai faktor yang menyebabkan masih rendahnya kualitas
pengadaan. penurunan kualitas ditandai dengan masih seringnya terjadi
penyimpangan dalam perspektif dan dimensi etika, prosedur, dan penyalahgunaan
kewenangan. Penyimpangan terjadi akibat lemahnya penguasaan prosedur, tidak
professional, perbedaan interpretasi, ketentuan dan peraturan, dan masalah
integritas moral.6
Untuk sub bab ini akan dibahas tentang beberapa masalah yang timbul
dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di PT PLN secara spesifik serta
peyelesaian yang dilakukan oleh Pejabat perencana, Pejabat pelaksana ataupun
Pengguna Barang dan jasa sesuai dengan hasil wawancara dengan Pejabat
Perencana Pengadaan Barang dan Jasa yang bertanggungjawab atas segala
perencanaan proses pengadaan di PT PLN Kantor Distribusi Bali, Pejabat
Pelaksana Barang dan Jasa yang bertanggungjawab atas segala pelaksanaan proses
6

Alfian Malik, Loc.cit, hal.98

122

pengadaan di PT PLN Kantor Distribusi Bali serta Supervisor Pelaksana


Pengadaan Barang dan Jasa PLN Area Bali Selatan yang bertanggungjawab atas
perencanaan ataupun pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di PT PLN Kantor
Area Bali Selatan. Permasalahan yang biasa terjadi dalam perencanaan barang dan
jasa seperti dikemukakan oleh Bapak I Gede Ketut Anom selaku Pejabat
Perencana Pengadaan barang dan jasa dalam wawancara (Jumat,8 Mei 2015 )
ialah :
1. Dalam perencanaan pengadaan diawali dengan penyusunan RKAP,
kemudian akan direncanakan pengadaan untuk setahun kedepannya. Namun
yang terjadi dalam rangka efisiensi tidak semuanya anggaran yang diturunkan
dari Pusat sesuai dengan RKAP sehingga pengadaan tidak dapat dilaksanakan
penuh, misalnya pengadaan material yang dapat digunakan sebagai persediaan
tidak dapat dilakukan. Pemecahan masalahnya ialah disesuaikan dengan
anggaran pengadaan mana yang dapat didahulukan dan tidak bisa digunakan
sebagai persediaan. Jadi bidang mana yang memerlukan material tersebut,
hanya itu saja yang diproses dalam proses pengadaan. Namun prosesnya tetap
menerapkan prinsip efisien khususnya efisien waktu dalam proses pengadaan
tersebut.
2. Untuk persyaratan calon penyedia barang/jasa, diwajibkan menggunakan
laporan yang telah di audit, namun penyedia barang/jasa di Bali sangat jarang
laporannya di audit sehingga hampir semua tidak memenuhi persyaratan untuk
menjadi peserta. Pemecahan masalahnya ialah untuk menghindari pengadaan
gagal yang akan menghabiskan waktu lebih banyak lagi dan mewujudkan

123

efisiensi serta efektivitas waktu dan biaya, maka saat aanjwizing (Penjelasan)
dilakukan, dijelaskan bahwa adanya permakluman dari Pengguna bahwa calon
penyedia barang dan jasa dapat menggunakan laporan yang belum di audit.
3. Perencanaan pengadaan tidak lepas dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
dan Harga Perkiraan Engineering (HPE), yang menjadi masalah ialah para
staff yang duduk di fungsional tidak semuanya latar pendidikannya dari
bidang yang sesuai dengan barang/jasa diperlukan karena terdiri dari latar
pendidikan yang berbeda. Sehingga solusinya ialah semakin sering adanya
pelatihan menyusun HPS dan HPE, untuk HPE mengikuti HPE yang diberikan
oleh pengguna barang/jasa sepanjang memenuhi ketentuan atau kriteria
kebutuhan dan dianggap yakin serta benar.
4. Untuk penyusunan Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) seperti yang
disyaratkan dalam Ketentuan Pengadaan Barang/Jasa PT PLN yaitu SK
Direksi 620/2013 serta perubahannya, namun saat peralihan aturan dari SK
Direksi sebelumnya yang belum mengatur DPT dan dibutuhkan waktu untuk
membuat DPT supaya pengadaan barang/jasa tetap berlangsung maka
pemecahan masalahnya ialah saat belum ada DPT digunakan sistem lelang
terbuka agar proses kualifikasi calon penyedia barang/jasa lebig transparan
dan dapat dikualifikasi lebih cermat.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Ketut Mindiawan selaku Pejabat
Pelaksana Pengadaan Barang/Jasa pada tanggal 8 Mei 2015 ialah :
1.

Masalah yang muncul dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa ialah saat

adanya pengadaan 2 material namun calon penyedia barang/jasa seringkali

124

hanya menawar 1 material kemudian jika menang hanya 1 material saja yang
tercapai sedangkan 1 material lainnya tidak terpenuhi. Sehingga solusinya
ialah, jika diperlukan 2 material yang berkaitan maka pengadaannya dilakukan
sekaligus terhadap 2 material tersebut tanpa pengecualian untuk menghindari
pemborosan waktu ataupun anggaran guna memenuhi efisiensi dan pengadaan
yang efektif.
2.

Dalam pengadaan barang/jasa tidak lepas dari persekongkolan. Namun, di

PT PLN hal ini diantisipasi dengan HPS yang matang sehingga Pejabat
Pelaksana dan Pejabat Persencana selalu mengadakan komunikasi untuk
menghindari kecurangan yang mungkin terjadi.
Untuk wawancara yang ketiga dengan I Gde Arie Widyantara Partha
selaku SPV Pelaksana Pengadaan Barang/Jasa Area Bali Selatan, memaparkan
permasalahan yang biasa terjadi ialah :
1. Saat persediaan material di salah satu unit PT PLN habis dan material
tersebut harus segera diadakan untuk menghidari penumpukan antrian pelanggan
sedangkan material tersebut menunggu justifikasi dari PT PLN , dimana unit
unit yang membutuhkan material tersebut secara segera. Pemecahan masalah ini
ialah unit unit ini diberikan kewenangan untuk memesan material tanpa
justifikasi berlandaskan pada pengadaan darurat yang diatur dalam SK Direksi ,
didasarkan pada pemilik perusahaan yaitu pemegang saham yang diwakilkan oleh
General Manager untuk tingkat distribusi memberikan kekuasaan kepada Manajer
untuk unit yang lebih kecil dimana Manajer Manajer ini perpanjangan tangan
untuk melayani pelanggan sehingga kewenangan yang diberikan adalah untuk

125

memenuhi kebutuhan pelanggan seefektif mungkin dimana Manajer ini pelaksana


yang dapat dipercaya untuk kepentingan umum dan stakeholder.
2. Dalam pengadaan barang/ jasa diharuskan membuat DPT seperti yang
diatur dalam SK Direksi No 620 tahun 2013, namun DPT yang menjadi kewajiban
Kantor induk PT PLN belum siap sedangkan pengadaan barang/jasa harus tetap
berjalan. Pemecahan masalahnya ialah dengan menggunakan metode lelang
umum prakualifikasi maupun pascakualifikasi, karena dengan metode ini segala
persyaratan administrasi dan teknis diverifikasi.
3. Saat pengajuan penawaran dari para rekanan sering terjadi mengajukan
nilai penawaran di atas HPS, yang dilakukan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan
ialah jika berdasarkasn SK Direksi PT PLN Nomor 305 tahun 2010 (SK
sebelumnya) penawaran tersebut digugurkan atau penawaran tersebut gagal.
Namun, berdasarkan SK Dir 620/2013 yang terbaru, dilakukan negosiasi
semaksimal mungkin untuk mendekati HPS atau sampai di bawah HPS. Hal ini
dilakukan karena jika pengadaan gagal maka efisiensi waktu yang mana salah satu
prinsip dasar pengadaan tidak tercapai.
4. Dalam hal pengajuan penawaran harga, calon penyedia barang/ jasa
sering mengajukan penawaran dengan nilai 70 % di bawah HPS, sedangkan dalam
Rencana Kerja syarat (RKS) tidak diperbolehkan mencantumkan criteria
prosentase turunya nilai penawaran. Maka pemecahan dari masalah ini ialah jika
calon penyedia barang/jasa tersebut diusulkan sebagai pemenang maka hendaknya
calon penyedia barang/jasa tersebut diklarifikasi dan dipastikan kesanggupannya

126

dan dalam kontrak ditambahkan klausul yang mengatur mengenai penyedia


barang/jasa tidak mensubkan pekerjaan tersebut. Dalam mengajukan pemenang
dari pengadaan barang/jasa yang dilakukan dibutuhkan pertimbangan dari Value
For Money Committee, dimana Value For Money Committee berasal dari pejabat
structural yang ada di PT PLN. Namun, bagaimana dengan pelaksanaan
pengadaan barang/jasa di kantor unit dimana dalam kondisinya belum ada Value
For Money Committee. Hal ini akan dibijaksanai oleh Pengguna Barang/ Jasa
bahwa Pejabat Pelaksana Pengadaaan membuat Pakta Integritas.
5. Adanya sistem E-Procurement yang belum mampu melingkupi semua
kegiatan dari proses pengadaan. Misalnya saja saat pembagian dokumen
pelelangan/RKS kepada calon peyedia masih berupa hard copy dan belum mampu
untuk di upload ke sistem E-Procurement jadi dari segi efisiensi kurang terpenuhi.
Manajemen membijaksanai dengan menyimpan dokumen tersebut dalam bentuk
softcopy yang kemudian dibagikan kepada calon penyedia barang dan jasa.
6. Dalam tahapan pemasukan penawaran oleh calon penyedia barang/jasa
seringkali lewat dari waktu yang telah ditentukan oleh Pejabat pelaksana
Pengadaan saat pengadaan dengan metode Penunjukan Langsung , ini merupakan
salah satu hambatan tercapainya prinsip pengadaan barang/jasa dari segi efisiensi
waktu. Biasanya untuk pertama kali calon penyedia barang/jasa tersebut di
toleransi. Namun, untuk pengadaan selanjunya jika dengan metode Penunjukan
Langsung juga dan calon Penyedia Barang/Jasa tersebut kembali ditunjuk maka
akan dibuatkan komitmen bersama.

127

7. Permasalahan yang kerap muncul ialah calon penyedia barang/jasa yang


belum memenuhi kualifikasi meminjam nama perusahaan lain, hal ini dilakukan
di bawah tangan sedangkan dalam SK Dir 620/2013 belum diatur menyebabkan
Pejabat pelaksana Pengadaan masih memperbolehkan calon penyedia barang/jasa
tersebut untuk mengikuti lelang yang berlangsung asalkan memenuhi kualifikasi
yang dipersyaratkan dan yang menjadi resiko jika pekerjaan tidak diselesaikan
dengan baik maka yang mendapatkan blacklist ialah vendor tersebut sehingga
calon penyedia barang/jasa lebih berhati hati untuk meminjamkan nama
perusahaannya dan hal tersebut sudah jarang terjadi.
8. Dalam pelaksanaannya

vendor atau rekanan sering lalai dalam proses

pengadaan barang dan atau jasa itu sendiri, misalnya saat pendaftaran keikutsertaan
dalam E-Procurement, vendor telah mendaftarkan dirinya tetapi belum mengambil
dokumen pengadaan tersebut, sehingga pada saat waktu yang ditentukan vendor ini
tidak mau untuk digugurkan, padahal proses pengadaan ini memerlukan waktu
yang sangat singkat. Kemudian, adanya calon Penyedia Barang/ Jasa yang sudah
tahu perusahaanya tidak memenuhi kualifikasi dan proses pengadaan yang
berlangsung tidak memperkenankan adanya konsorsium tetapi tetap memaksa ikut
serta dalam proses pengadaan tersebut sehingga sering menyebabkan terhambatnya
proses ini. Selain itu, dalam pengadaan barang dan jasa sering kali ada persepsi
dari pihak eksternal dan internal PT PLN bahwa harga termurah dalam suatu
pelelangan terbuka yang kompetitif dapat mengalahkan aspek lainnya seperti,
kualitas. Sehingga sering terjadi jika calon penyedia barang/ jasa dapat
menawarkan harga sangat murah dengan menurunkan kualitas barang/ jasa ataupun

128

aspek lainnya. Solusi dalam hal seperti ini ialah Pelaksana Pengadaan memberikan
teguran kemudian catatan khusus pada rekanan tersebut. Untuk penawaran harga
yang terlalu murah, pejabat pelaksana pengadaan didukung oleh SK Direksi
620/2013 mengatur bahwa untuk mendukung pelaksanaan GCG, pemenang tidak
hanya berdasarkan nilai terendah melainkan didukung oleh spesifikasi barang/jasa
yang berkualitas sehingga adanya pemenuhan unsur kewajaran (fairness).
Dalam prosesnya, pengadaan barang dan jasa juga tidak lepas dari
kemungkinan adanya kecuranagan kecurangan. Jenis tindakan kecurangan yang
dilakukan ialah persekongkolan tender. Persekongkolan dalam pengadaan barang
dan jasa adalah suatu konspirasi usaha, yakni suatu bentuk kerjasama diantara
pelaku usaha dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkut bagi
kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol tersebut7. Sehingga pelaku usaha
lainnya tidak mendapat kesempatan untuk memenangkan tender tersebut. 8 Dalam
A Framework for Design and Competition of Law and Policy ada 3 ( tiga) variasi
persekongkolan yang biasa dilakukan dalam proses tender oleh para peserta,
yaitu9 :
a. Bid suppression, bentuk persekongkolan ini ialah dengan cara
menekan peserta lain untuk menahan diri dalam mengajukan
penawaran, atau meminta pesera tender untuk menarik diri.

Munir Fuady,2000, Hukum Antimonopoli, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h.82


Mustafa Kamal Rokan, 2010, Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di
Indonesia), Raja Grafindo Persada, Jakarta,h.10
9
Susanti Adi Nugroho,2012, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, h.269
8

129

b. Complementary bidding, yaitu untuk memenangkan salah satu dengan


penawaran harga terbaik begitu juga dengan peserta lain namun
dengan klausul klausul yang kemungkinan tidak dapat diterima.
c. Bid rotation, bentuk persekongkolan tender di mana para peserta
bergiliran memenangkan secara merata.
Selain dari pihak PLN, wawancara juga dilakukan dengan pihak rekanan
dalam hal ini penyedia barang dan jasa, yaitu dengan Ratna selaku bidang
administrasi dari PT Ristu Darma. Di bawah ini dijelaskan pendapat mengenai
proses dalam mengikuti pengadaan barang dan jasa di PLN ialah :
1. Saat memasukkan penawaran ke dalam sistem E-Procurement, sering
terjadi error. Hal ini yang menyebabkan sedikit gangguan tetapi, tidak
mengurangi unsur transparency, responsibility dan independency dalam
pengadaan barang dan jasa karena dalam prises memasukkan penawaran
dilakukan dalam waktu yang bersamaan oleh calon penyedia yang lain.
2. Dalam proses memasukkan penawaran secara bersamaan tersebut, tersebut
tidak lepas dari SOP (Standar Operating Procedures) yang ditetapkan
dalam penggunaan E-Procurement PLN sehinngga sudah mencerminkan
kejelasan struktur dan sistem (Accountability).
3. Selain itu, dalam penggunaan E-Procurement dirasakan lebih sederhana
karena tanpa harus berhadapan langsung dengan Pejabat Pelaksana
Pengadaan serta dapat diakses dari manapun dan jika melalui sistem
semua jadual tahapan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa selalu

130

terpenuhi, sehingga prinsip efisien dapat dilaksanakan dan diseleksi oleh


Pejabat pelaksana Pengadaan sesuai persyaratan yang berlaku (Fairness).
Pada pengadaan barang dan jasa di PLN tidak lepas dari persekongkolan
tender tersebut namun dengan adanya upaya dari para stakeholder untuk
mewujudkan PLN Bersih pada segala bidang dapat membantu terhindar dari
segala bentuk persekongkolan usaha.

Anda mungkin juga menyukai