Anda di halaman 1dari 4

MENTERI KEHUTANAN

REPUBLIK INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN
Nomor : 127/Kpts IV/88
Tentang
PEMBERIAN HAK PENGUASAAN HUTAN KEPADA
PT. RATU MIRI
MENTERI KEHUTANAN,
Membaca:

1. Surat permohonan perusahaan PT. RATU MIRI, untuk mendapatkan Hak Pengusahaan
Hutan di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah 26/GTS-PS/X/75
tanggal 26 Oktober 1975,
2. Rekomendasi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah Nomor GKTG.
32/1976 tanggal 26 Agustus 1976,
3. Surat Direktur Jenderal Kehutanan Nomor 1547/DJ/I/77 tanggal 2 Juni 1977 tentang
Pencadangan areal Hak Pengusahaan Hutan a.n. PT. RATU MIRI,
4. Akte Nomor 17 Tanggal 16 Mei 1975 tentang pendirian PT. RATU MIRI, yang dibuat
didepan Nyonya SUBAGIO REKSODIPURO, SH, Notaris di Jakarta, yang diubah dengan
Akte Nomor 19 tanggal 10 Juli 1975 oleh Notaris pengganti Nyonya Umi Sutamto, SH
di Jakarta dan telah disyahkan oleh Departemen Kehakiman dengan Surat Keputusan
Menteri Kehakiman Nomor Y.A.5/191/16 tanggal 25 Maret 1975.

Menimbang: a. bahwa areal hutan yang diminta oleh pemohon tidak termasuk hutan lindung, tidak
termasuk pula suaka alam ataupun areal hutan untuk penggunaan lain,
b. bahwa oleh karena itu atas areal hutan tersebut dapat diberikan Hak Pengusahaan
Hutan.
Mengingat:

1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 33;


2. Ordonansi Perlindungan Alam tahun 1941;
3. Undang-undang No 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
4. Undang-undang No 1 Tahun 1967, tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah
diubah dan ditambah dengan Undang-undang No 11 Tahun 1970;
5. Undang-undang No 5 Tahun 1965, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan;
6. Undang-undang No 6 tahun 1968, tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang No 12 Tahun 1970;
7. Undang-undang No 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentun Pokok pengelolaan
lingkungan hidup:
8. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 1967, tentang Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan
Iuran Hasil Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No 21
tahun 1980;

9. Peraturan.

2
9. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 1970, tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak
Pemungutan Hasil Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
No 18 Tahun 1975;
10. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 1970, tentang Perencanaan Hutan;
11. Peraturan Pemerintah No 28 tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan;
12. Keputusan Presiden No 66 tahun 1971, tentang Peningkatan Prasarana Pengusahaan
Hutan jo Keputusan Presiden No 19 tahun 1974;
13. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 23 tahun 1974, tentang Pembatasan
Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang;
14. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 20 tahun 1975 tentang kebijaksanaan di
bidang pemberian Hak Pengusahaan Hutan;
15. Keputusan Presiedn Republik Indonesia No 35 tahun 1980 tentang Dana Jaminan
Reboisasi dan Permudaan Hutan Areal Hak Pengusahaan Hutan;
16. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 45/M tahun 1983 tentang Pembentukan
Kabinet Pembangunan IV;
17. Keputusan Republik Indonesia No 15 tahun 1984 tentang Susunan Organisasi
Departemen;
18. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 77 Tahun 1985 tentang Pengenaan
Pemungutan dan Pembagian Iuran Hasil Hutan;
19. Surat Keputusan Menteri Pertanian no 76/Kpts/EKKU/3/1969, tentang Pedoman
Umum Eksploitasi Hutan;
20. Surat Keputusan Menteri Pertanian No 291/Kpts/Um/5/1970, tentang Penetapan
Areal Kerja Pengusahaan Hutan sebagai Kawasan Hutan Produksi;
21. Surat Keputusan Menteri Pertanian No 837/Kpts/Um/11/1980, tentang criteria dan
Tata cara Penetapan Hutan Lindung;
22. Surat Keputusan Menteri Pertanian No 680/Kpts/Um/8/1981, tentang Pedoman
Penatagunaan Hutan Kesepakatan;
23. Surat Keputusan Menteri Pertanian No 883/Kpts/Um/8/1981, tentang Kriteria dan
Tata-cara Penetapan Hutan Produksi;
24. Surat keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No KPP-88/MEN/1983,
tentang Pelaksanaan Pembatasa Penggunaan TKWNAP pada sektor pertanian, Sub
Sektor Kehutanan Unit Pengusahaan Hutan;
25. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 20/Kpts-II/1983 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kehutanan;
26. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 069/Kpts-II/1984, tentang Pencabutan
beberapa Perizinan di Bidang Kehutanan;
27. Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Pencabutan Hak Pengusahaan Hutan;

No291/Kpts-II/1986

tentang

tata

cara

28. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 292/Kpts-II/1986, tentang Perubahan butir 11


pada lampiran Surat Keputusan Menteri Pertanian No 76/Kpts/EKKU/3/1969, tentang
Pedoman Eksploitasi Hutan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: Memberikan kepada PT. RATU MIRI Hak Pengusahaan Hutan untuk jangka waktu 20 (dua
puluh ) tahun atas areal hutan yang terletak di wilayah Provinsi Daerah Tingkat I
Kalimantan Tengah dengan ketentuan sebagai berikut :

Pertama..

3
Pertama

: Luas areal hutan yang diberikan dengan Hak Pengusahaan Hutan tersebut adalah seluas
42.000(empat puluh dua ribu) hektar, yang letaknya ditetapkan di dalam areal yang
dilukiskan pada peta terlampir;

Kedua

: Luas dan letak definitive dari wilayah hutan yang dibebani Hak Penguasaan hutan
tersebut diatas ditetapkan oleh Departemen Kehutanan setelah dilaksanakan pengukuran
dan penataan batas pada areal tersebut ;

Ketiga

: PT. RATU MIRI sebagai pemegang hak Pengusahaan Hutan harus memenuhi kewajibankewajiban sebagai berikut :
1. Membayar Iuran Hak Pengusahaan Hutan, Iuran Hasil Hutan dan Dana Jaminan
Reboisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Melaksanakan sendiri pengusahaan hutan meliputi, kegiatan-kegiatan: perencanaan,
penanaman, dan pemeliharaan, perlindungan hutan pemungutan dan pemanfaatan
hasil hutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Membangun sarana dan prasarana yang diperlukan untuk dapat melaksanakan
pengusahaan hutan.
4. Membangun industri pengolahan kayu dan atau membantu keperluan bahan baku
industri pengolahan kayu lain.
5. Mematuhi dan memberikan bantuan seluas-luasnya kepada para petugas yang oleh
Menteri Kehutanan diberi wewenang untuk mengadakan bimbingan, pengawasan dan
penelitian.
6. Memulai kegiatannya secara nyata dan sungguh-sungguh selambat-lambatnya 100 hari
setelah dikeluarkannya Surat Keputusan ini.
7. Bertanggung jawab atas perlindungan dan keamanan hutan yang menjadi areal Hak
Pengusahaan Hutannya.
8. Ikut serta meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pembangunan daerah setempat.

Keempat

: PT. RATU MIRI sebagai pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tersebut di atas terikat oleh
Ketentuan-ketentuan Sebagai Berikut :
1. Hak Pengusahaan Hutan ini Tidak dapat Dipindah tangankan dalam bentuk apapun
kepada Pihak Lain tanpa persetujuan Menteri Kehutanan,
2. Memenuhi segala ketentuan-ketentuan pelaksanaan yang tercantum dalam lampiran
Surat Keputusan ini dan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku bagi pengusahaan
hutan,
3. Kewajiban-kewajiban tersebut di atas tidak mengurangi berlakuknya peraturanperaturan yang ada, sepanjang mengenai bidang kehutanan.

Kelima

: 1. Apabila pemegang Hak Pengusahaan Hutan ternyata tidak memenuhi kewajibannya


sebagaimana tersebut pada dictum ketiga dan keempat, Menteri Kehutanan berhak
mencabut Hak Pengusahaan Hutan ini.
2. Pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan dibidang Kehutanan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan yang beraku.

Keenam..

4
Keenam

: Dengan ditetapkannya Surat keputusan ini, maka Perjanjia Pengusahaan Hutan (Forestry
Agreement) tanggal 26 Januari 1980 Nomor FA/N/009/I/1980 antara Departemen
Pertanian Republik Indonesia dengan PT. Ratu Miri, dinyatakan batal dan menjadi tidak
berlaku lagi.

Ketujuh

: Surat keputusan Hak Pengusahaan Hutan beserta Lampiran-lampirannya berlaku terhitung


sejak tanggal ditetapkan untuk jangka waktu 20 (dua puluh ) tahun kecuali apabila
sebelumnya diserahkan kembali oleh Pemegang Hak Pengusahaan Hutan yang
bersangkutan dengan memenuhi persyaratan yang akan ditentukan kemudian, atau
dicabut oleh Menteri Kehutanan.

DITETAPKAN DI
PADA TANGGAL

:
:

21

JAKARTA
Maret 1988

MENTERI KEHUTANAN,
ttd.
SOEDJARWO
Salinan Surat Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :
1. Menko EKKUIN & Pengawasan Pembangunan,
2. Menteri Kehakiman,
3. Menteri Dalam Negeri,
4. Menteri Keuangan,
5. Menteri Tenaga Kerja,
6. Menteri Transmigrasi,
7. Menteri Pertambangan & Energi,
8. Menteri Pertanian,
9. Menteri Perdagangan
10. Menteri Perindustrian,
11. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal,
12. Sekretaris Jenderal Departeman Kehutanan,
13. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan,
14. Para Direktur Jenderal dalam Lingkungan Departemen Kehutanan,
15. Kepala Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan,
16. Direktur Jenderal Pajak,
17. Direktur Jenderal Bea dan Cukai,
18. Direktur Jenderal Agraria,
19. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah,
20. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kehutanan,
21. Kepala Kantor Wilayah Dep. Kehutanan Propinsi Dati I Kalimantan Tengah,
22. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi DATI I Kalimantan Tengah,
Lampiran.

Anda mungkin juga menyukai