Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di lingkungan sekitar kita, tak jarang kita menemui seorang
anak penderita retardasi mental. Mereka yang kita temui itu biasanya
bersama dengan pengasuhnya atau mungkin dengan orang tuanya
sendiri. Ya, memang seorang anak penderita retardasi mental
membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang di lingkungannya
(sekitarnya). Hal ini tak jarang menimbulkan rasa iri pada saudaranya,
atau bahkan lebih besar lagi yaitu keretakan hubungan keluarga.
Keadaan tidak menyenangkan tersebut juga dipicu oleh depresi karena
memilii anak/anggota keluarga yang menderita retardasi mental.
Apalagi jika terjadi pada keluarga yang tinggal di kota besar. Hidup
seorang penderita retardasi mental di kota besar jauh lebih berat
dibanding dengan penderita di pedesaan.
Mungkin anda tidak dapat memperkirakan berapa jumlah
penderita retardasi mental di Indonesia tercinta ini, dan mungkin anda
akan terkejut dengan kenyataan yang ada. Dari catatan tahun 1998, di
Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul (DI Yogyakarta) terdapat
sekurangnya 700 penderita retardasi mental. Dan pada tahun 1999
jumlah penderita retardasi mental diperkirakan mencapai 3,11% atau
sekitar 6 juta orang. Sungguh suatu angka yang cukup atau bahkan
sangat memprihatinkan.

2.2 Tujuan

Tujuan Umum
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mampu
mengetahui tentang retradasi mental.

Tujuan Khusus
Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan memahami
apa yang dimaksud dengan retradasi mental.
Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan memahami
bagaimana karakteristik retradasi mental.
Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan memahami
jenis-jenis retradasi mental.
Page | 1

Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan


etiologi terjadinya retradasi mental.
Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan
manifestasi klinis retradasi mental.
Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan
patofisiologis retradasi mental.
Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan
WOC retradasi mental.
Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan
penatalaksanaan medis retradasi mental.
Diharapkan pembaca mampu mengetahui dan
bagaimana cara mengatasi retradasi mental.

memahami
memahami
memahami
memahami
memahami
memahami

Page | 2

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Retradasi Mental
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utamanya (yang menonjol) ialah intelegensi
yang terkebelakang, sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan
seseorang menjadi terganggu. (Maramis, W.F.: Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa, 1995:386).
Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR)
1992 Retardasi mental yaitu : Kelemahan atau ketidakmampuan
kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai
dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan
disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara
dan berbahasa; keterampilan merawat diri, ADL; keterampilan sosial;
penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik
fungsional; bekerja dan rileks, dan lain-lain.
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak
masa anak). Retardasi Mental ditandai dengan fungsi intelektual yang
secara signifikan berada dibawa rata-rata, diserta oleh adanya
berbagai deficit dalam fungsi adaptif, seperti mengurus diri atau
aktivitas okupasional yang muncul sebelum usia 18 tahun. Biasanya
terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi
mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren =
jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi
mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang
memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi
adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan
jiwa atau gangguan fisik lainnya.
Dari rumusan di atas walaupun dengan penggunaan bahasa
yang sedikit berbeda, tetap mengacu pada hal yang sama, yaitu
keterbelakangan fungsi intelektual.

Page | 3

B. Karakteristik Retardasi Mental


Dari rumusan definisi retardasi mental yang telah dikemukakan
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan dan batasan (karakteristik)
retardasi mental sebagai berikut;
Bahwa orang yang menderita retardasi mental adalah orang yang:
a. Tingkat kecerdasannya berada di bawah rata-rata anak normal.
b. Disertai dengan adanya kesulitan dalam menyesuaikan diri
dalam bertingkah laku atau beradaptasi.
c. Terjadi pada masa perkembangan.
Selain batasan di atas retardasi mental juga dapat dilihat dari
karakteristik/ciri:
a.
Fisik/tanda-tanda ilmiah
Wajah dan segala sesuatu yang terdapat padanya
Biasanya anak penyandang cacat mental mempunyai
bentuk muka ya ng bundar. Kalau dilihat dari samping,
mukanya cenderung mempunyai tampang yang pipih. Hal
ini seperti dikenal dengan Brachycephaly (kepala pendek
dan lebar).
Mengenai mata, dari hampir semua anak maupun
orang dewasa yang cacat mental cenderung sipit atau
miring ke atas. Selain itu, sering juga ada lipatan kecil dari
kulit (Epicanthic Fold) yang timbul tegak lurus antara bagian
sudut dalam dari mata dan jembatan hidung.
Rongga mulutnya sedikit lebih kecil dan lidanya lebih
besar dari yang biasa. Inilah yang mendorong anak untuk
mempunyai kebiasaan mengeluarkan lidahnya pada waktuwaktu tertentu.

Anggota tubuh
Tangan penderita cacat mental ini cenderung lebar
dengan jari-jari yang pendek. Sedangkan kaki cenderung
pendek dan tebal serta mempunyai sela yang lebar antara
jempol kaki dan jari-jari di sebelahnya.
Koordinasi anggota tubuh
Page | 4

Adakalanya koordinasi antara tangan dan kaki juga


kurang baik. Hal ini bisa terlihat pada anak yang ragu-ragu
melangkah dan menggerakkan tangannya.
Gaya duduk
Biasanya kedua lututnya mengarah lebar ke depan,
sedangkan bagian lutut ke bawah sampai telapak kaki
terlipat mengarah ke belakang, masing-masing di sebelah
kanan dan kiri pinggang.
b.

Sikap dan tingkah laku


Ada yang terlalu apatis (diam) dan adapula yang terlalu

hiper-aktif.
c.

Perkembangan anak cacat mental


Anak cacat mental tertentu, selain yang berat cacat
mentalnya, masing akan dapat berkembang da belajar
sepanjang hidupnya. Dari seorang bayi yang baru dilahirkan
dan seluruhnya tergantung dari keluarganya, mereka akan
berkembang jasmani, daya pikir dan perasaannya.
Perkembangan anak cacat mental, tidak hanya lebih
lambat atau bahkan jauh tertinggal dari mereka yang tanpa
cacat, tetapi yang dicapai juga tidak lengkap. Dan dalam
masa dewasanya, mereka yang cacat mental akan lebih
memerlukan bantuan dari rata-rata orang dewasa pada
umumnya.

C.

Klasifikasi Retardasi Mental


1. RM ringan (IQ 52-69) : mulai tampak gejalanya pada usia sekolah
dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan
untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal
yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk
pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar
kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan
membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.
2. RM Sedang (IQ 36-51) : sudah tampak sejak anak masih kecil
dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan, misalnya
perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya. Anak ini
Page | 5

hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya


tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian
sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini
membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan
pelayanan.
3. RM Berat (IQ 20-35) : sudah tampak sejak lahir, yaitu perkembangan
motorik yang buruk dan kemampuan bicara yang sangat minim,
anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan
untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh
RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan
keterlambatannya, memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan
khusus.
4. RM Sangat Berat (IQ < 20) : sudah tampak sejak lahir yaitu

gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang pervasif.


Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa
kanak-kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang
ekstensif untuk melakukan self care yang sangat mendasar
seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan
perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien benarbenar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
D.

Etiologi Retardasi Mental


Penyebab
retardasi
mental
mungkin
faktor
keturunan (retardasi mental genetik) mungkin juga tidak diketahui
(retardasi mental simplex), kedua-duanya dinamakan retardasi mental
primer. Retardasi mental sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar
yang diketahui dan faktor-faktor ini mempengaruhi otak mungkin pada
waktu pranatal, perinatal, atau postnatal.
a. Faktor keturunan
Faktor ini terjadi pada peristiwa idiopathy, psikhosa, neurosa,
idiocy dan psikhosa siflitik (oleh penyakit sifilis). Pada peristiwa
idiipathy, psikhosa (gangguan kejiwaan), neurosa (gangguan saraf)
dan idiocy pada umumnya dapat mengakibatkan retardasi mental,
karena apabila orang tua si bayi menderita penyakit tersebut,
maka akan memberi pengaruh buruk pada janin (foetus intra
uterina). Sedangkan pada peristiwa psikhosa sifilitik disebabkan
karena terjadi infeksi syphilitis yang mengakibatkan degenerasi
yang progressif pada sel-sel otak.
b. Faktor sebelum lahir
Page | 6

Faktor ini antara lain :

Perawatan yang kurang baik sebelum lahir, ibu yang


mengandung menderita sakit atau mengalami kecelakaan
(jatuh), dan ibu yang sudah menopause (mati-haid) atau
berumur 40-an.

Kekurangan nutrisi, infeksi atau luka-luka, serta keracunan


sewaktu bayi berada dalam kandungan.

Terjadi intoxication (intoksikasi atau keracunan) oleh janin,


dikarenakan ibu sedang mengandung muda, meminum obatobat penenang yang beracun, antara lain obat malidomide dan
obat kontraseptif anti-hamil yang sangat kuat mengandung
racun bagi janin (teratogenic).
c. Faktor ketika lahir
Banyak risikonya saat ibu melahirkan anaknya. Risiko
tersebut dapat mengenai ibu maupun bayinya sendiri. Terutama
sekali pada kelahiran anak pertama yang berlangsung lama dan
sulit sekali (Prima Para), karena kepala sang bayi sang bayi sering
terganggu oleh tekanan-tekanan yang mampat dari dinding rahim
ibu. Tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan pendarahan
pada bagian dalam kepala si bayi. Tekanan tersebut dapat
disebabkan oleh :

Kelahiran dengan bantuan tang (Tangverlossing) yang sulit.


Bayi yang lahir dengan cara tersebut sebagian mengalami
retardasi mental.

d.

Asphixia, yaitu lahir tanpa napas, bayi seolah-olah tercekik.


Disebabkan adanya lendir dalam alat pernapasan
bayi, atau ada cairan di dalam paru-parunya, dapat pula
disebabkan oleh karena sang ibu mendapat Anaeshiesi (zat
pembius terlalu banyak).

Prematurity, bayi yang dilahirkan sebelum waktunya sering


pertumbuhan jasmani dan jiwanya mengalami retardasi
(perlambatan).

Primogeniture, yaitu kelahiran pertama yang memungkinkan


bayi menderita defek mental. Salah satu penyebab defek
mental adalah sang ibu mendapat sinar radium atau sinar-X
terlalu banyak, sehingga bayi yang dikandung menderita
hiper-radiasi dan kelak bisa mengalami Amentia.
Faktor sesudah bayi lahir
Page | 7

Bayi yang lahir ada yang mengalami bermacam-macam


gangguan, sehingga mereka di kemudian hari menjadi anak atau
orang yang cacat mental. Gangguan-gangguan dan kecelakaankecelakaan tersebut terutama sekali sering terjadi pada tahuntahun pertama.
Adapun sebab-sebabnya antara lain :

Pengalaman-pengalaman traumatik (luka-luka), yaitu luka


pada kepala atau di kepala bagian dalam, karena si anak
pernah jatuh, terpukul, terbentur benda keras, atau juga
pernah pingsan lama.

Keracunan timah, karena si anak mengunyah atau


mengisap benda-benda bercat yang catnya mengandung
timah.

Kejang atau Stuip, disebabkan karena anak menderita


sakit dan panas badannya tinggi sekali. Atau menderita
epilepsi (penyakit ayan) terutama sekali bila kejang ayan
seringkali menyerang bayi atau anak.

Infeksi pada otak (Encephalitis) atau pada selaput otak


(Meningitis) oleh penyakit-penyakit cerebral meningitis,
gabag (mazelen, campak), dyptheri, radang telinga yang
mengandung nanah.

Faktor psikologis, yaitu kurangnya pemberian rangsangan


atau dorongan mental pada anak, pembedaan dalam
pengasuhan, kurang mendapat perhatian, perlakuan yang
kejam dari orang sekitar.

E. Manifestasi Klinis
a.
b.
c.
d.
e.
f.
lemah )
g.
h.
i.

Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )


Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang
lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot
Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
Kelainan fisik :
o Kelainan pada mata
o Kejang
o Kelainan kulit
Page | 8

o Kelainan rambut Kepala


o Perawakan pendek
o Distonia

F. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi
hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau
ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak
( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di
bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif
: berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana
komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan
secara dini pada masa kanak-kanak.

G.WOC

Page | 9

H.

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


Pemeriksaan Laboratorium :
Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales
of infant development )
Uji perkembangan seperti DDST II
Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,
Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School
edition of the adaptive behaviour scales ).
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
Pemeriksaan Diagnostic :
EEG (Elektro Ensefalogram)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan
otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan
perubahan

I.

Komplikasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.

J.

Serebral palcy
Gangguan kejang
Gangguan kejiwaan
Gangguan konsentrasi /hiperaktif
Defisit komunikasi
Konstipasi

PENATALAKSANAAN MEDIS
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan
perilaku yang membahayakan diri sendiri
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda
gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil))
d. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya
tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya.
Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psikososial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental,
Page | 10

apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh
karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar
maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk
itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling.
Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan
agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial
pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil
anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan,
persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi
Mental
1)
Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan
kapasitas yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2)
Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki
sifat-sifat yang salah.
3)
Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat
keterampilan berkembang, sehingga ketergantungan pada
pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari
pada melatih anak normal antara lain karena perhatian
penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat
perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada
penderita retardasi mental, yaitu:
-Latihan di rumah
: makan sendiri, berpakaian sendiri,
kebersihan badan.
-Latihan di sekolah
: pengembangan rasa sosial.
-Latihan teknis
: diberikan sesuai minat, jenis kelamin
dan kedudukan sosial, misalnya peternakan
dan menjahit.
-Latihan moral
: pelajaran tentang yang baik dan tidak
baik. Agar mengerti tiap pelanggaran
disiplin
disertai
hukuman,
dan
tiap
perbuatan baik disertai hadiah.

Page | 11

-Selain itu lingkungan anak tersebut harus memberi contoh


yang baik.

K.

Pencegahan Retardasi Mental


Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan
retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer
dan pencegahan sekunder.
a. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi
mental dapat dilakukan dengan:
Pendidikan kesehatan pada masyarakat
Perbaikan keadaan sosial-ekonomi
Konseling genetik
Tindakan kedokteran, antara lain:
o perawatan prenatal dengan baik,
o pertolongan persalinan yang baik,
o pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu
tua.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental
dapat dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini
peradangan otak dan gangguan lainnya.
Adapun tindakan lain yang bisa dilakukan adalah :
a. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan
penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang
pertumbuhan
b. Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan
pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam
kemiskinan dalam hal ini :

Latihan dan Pendidikan


Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum :

Mempergunakan
dan
mengembangkan
sebaik-baiknya
kapasitas yang ada.

Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.

Mengajarkan suatu keahlian agar dapat mencari nafkah kelak.


Dalam latihan mereka lebih sukar dari anak biasa karena
perhatian mereka mudah sekali berubah. Harus diusahakan
untuk mengikat perhatian mereka dengan merangsang panca
indera, misalnya dengan alat permainan yang berwarna atau
Page | 12

yang berbunyi, dan harus konkrit. Mereka juga diajari dan diberi
pekerjaan yang praktis (tidak memerlukan intelegensi tinggi).

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Page | 13

Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam


kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap
lingkungan.
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu akibat infeksi,
ruda paksa, gangguan metabolisme, penyakit otak post natal,
gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum umur 4
tahun, pengaruh penyakit pra natal yang tidak jelas, kelainan
kromosom, prematuritas, gangguan jiwa berat, deprifasi
psikososial.
Penyebab retardasi mental dapat dimulai saat masih dalam
kandungan, lahir dan sesudah lahir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kasus ini :
Keterlambatan perkembangan seringkali mempunyai latar
belakang RM
Sebagian besar anak dengan RM tidak berbeda dengan anakanak lain pada umumnya
RM tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan
adanya antenatal care yang baik, persalinan yang aman dan
stimulasi anak yang adekuat
Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan
orang
tua
maka outcome dari
perkembangan
anak
selanjutnya akan lebih baik

B.

Saran
Bagi para orang tua supaya lebih berhati-hati baik saat
mengandung, melahirkan ataupun setelah anak dilahirkan. Dari
etiologi yang kami jelaskan diatas apabila dipahami dengan seksama
maka akan mengurangi atau menekan angka kasus ini di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Page | 14

Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University


Press.
Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) Mental Retardation. Terdapat pada:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.
Betz

and

Sowden,

2002,

Buku

saku

keperawatan

pediatri,

EGC,

Jakarta.

Gordon et.al, 2001, Nursing diagnoses : Definition & classification 2001-2002, Philadelpia
USA
Nelson,

1994,

Ilmu

kesehatan

anak,

Jilid

I,EGC,

Jakarta.

Lusmilasari, L., 2002, Asuhan keperawatan klien dengan retardasi mental : Materi kuliah
tidak di publikasikan, PSIK FK UGM, Jogjakarta

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai