Kasus Radiologi
Kasus Radiologi
Identitas : Tn.SAR/38thn/18152/18-10-2014
Diterima Foto : BNO-IVP
Proyeksi : IVP (Intravenous Pyelography) (120 menit)
Kualitas : Foto layak baca
Hasil :
Terlihat kontras mengisi sistema pelviokalises, ureter dekstra sinistra dan vesika
urinaria
Renal outline kanan dan kiri simetris, ujung kaliks renal dextra cekung, ujung kaliks
ureter dextra
Tampak kontras terhenti pada 1/3 proksimal ureter sinistra, tidak tampak kalsifikasi
Kesan:
Hidronefrosis sinistra ec. Obstruksi ureter sinistra ec. Susp. Ureterolithiasis sinistra
dengan fungsi renal normal
Anatomi dan fungsi ren dextra normal
Ureter dextra normal
Vesika urinaria normal
Sistema tulang normal
NEFROLITIASIS
Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk
oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin).
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik).
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah
urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih
tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-80% batu
asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit
batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien
yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik
diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan
diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.
Tanda dan Gejala
Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang
menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit
urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang
terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuria. Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Hematuria
Piuria
Polakisuria/fregnancy
Urgency
Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah
pinggang.
f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke
arah penis atau vulva.
h. Anorexia, muntah dan perut kembung
i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu
leukosit meningkat.
Diagnosis
a.
Pemeriksaan Urin
PH lebih dari 7,6
Sedimen sel darah merah lebih dari 90%
Biakan urin
Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b.
Pemeriksaan darah
Hb turun
Leukositosis
Urium krestinin
Kalsium, fosfor, asam urat
c. Pemeriksaan Radiologist
Foto Polos perut / BNO dan IVP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik ini
kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa memperlihatkan ginjal dan ureter
proksimal.
Tatalaksana
a. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Tetapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/
banyak dan pemberian diuretik.
b. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adaah ESWL.
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecah batu yang
ditembakkan dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut yang dapat
memecahkan batu menjadi pecahan yang halus, sehingga pecahan tersebut dapat keluar
bersama dengan air seni. Keutungan dari tindakan ESWL ini yaitu tindakan ini dilakukan
tanpa membuat luka, tanpa pembiusan dan dapat tanpa rawat inap.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan bedah lain adalah
operasi Kecil pengambilan batu ginjal / PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy). PCNL
merupakan tindakan menghancurkan batu ginjal dengan memasukkan alat endoskopi
yang dimasukkan kedalam ginjal sehingga batu dapat dihancurkan dengan alat tersebut.
Tindakan ini memerlukan pembiusan dan rawat inap.
Kasus 2
Terlihat kontras mengisi colon descendens, colon transversum, dan 2cm bagian colon
ascendens; mukosa tampak licin, tak tampak dilatasi, tidak tampak filling defect
Tampak filling defect pada colon ascendens dengan sedikit kontras mengisi colon
Kesan:
Large-bowel obstruction ec. suspek carcinoma colon di distal colon ascendens
CARCINOMA COLON
Definisi
Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-sel epitel di mukosa kolon.
Etiologi
Secara umum karsinoma selalu dihubungkan dengan: bahan-bahan kimia, bahan-bahan
radioaktif, dan virus. Umumnya karsinoma kolon terjadi dihubungkan dengan factor genetic
dan lingkungan. Serta dihubungkan juga dengan factor predisposisi diet rendah serat,
kenaikan berat badan, intake alkohol.
Klasifikasi
Secara histologis, klasifikasi karsinoma kolon adalah sebagai berikut:
a. Tipe polipoid atau vegetatif
Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol dan
ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens.
b. Tipe skirus atau infiltratif
Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala
obstruksi, terutama ditemukan pada kolon descendens, sigmoid dan rektum.
c. Tahap ulserasi
Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah rektum. Pada
tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami ulcerasi menjadi tukak yang
maligna.
Secara radiologik, karsinoma kolon memberikan gambaran sebagai berikut:
a. Penonjolan ke dalam lumen (protruded lesion)
Bentuk klasik tipe ini adalah polip. Polip dapat bertangkai (pedunculated) atau tak
bertangkai (sessile). Dinding kolon seringkali masih baik.
b. Deformitas dinding kolon (Colonic wall deformity)
Dapat bersifat simetris (napkin ring) atau asimetris (apple core). Lumen kolon sempit dan
ireguler. Seringkali hal ini sulit dibedakan dengan kolitis Crohn.
c. Kekakuan dinding kolon (rigidity colonic wall)
Bersifat segmental, terkadang mukosa masih baik. Lumen kolon dapat/tidak menyempit.
Bentuk ini sukar dibedakan dengan kolitis ulseratif.
Gejala Klinis
Pasien dengan karsinoma kolorektal umumnya memberikan keluhan berupa gangguan proses
defekasi (Change of bowel habit), berupa konstipasi atau diare, perdarahan segar lewat anus
(rectal bleeding), perasaan tidak puas setelah buang air besar (tenesmus), buang air besar
berlendir (mucoid diarrhea), anemia tanpa sebab yang jelas,dan penurunan berat badan.
Adanya suatu massa yang dapat teraba dalam perut jugadapat menjadi keluhan yang
dikemukakan.
Diagnosis
Diagnosis karsinoma kolon ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratoris, radiologis, kolonoskopi, dan histopatologis.
1. Anamnesis
Pada stadium dini, karsinoma kolon tidak memberikan gejala. Gejala biasanya muncul saat
perjalanan penyakit sudah lanjut. Pasien dengan karsinoma kolon biasanya mengeluh rasa
tidak enak, kembung, tidak bisa flatus, sampai rasa nyeri di perut.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mungkin tidak banyak menolong dalam menegakkan diagnosis. Tumor
kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi abdomen, bila teraba menunjukkan keadaan
yang sudah lanjut.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis. Pemeriksaan radiologis yang
dapat dikerjakan berupa foto polos abdomen,barium enema dengan single contrast maupun
double contrast dan foto thoraks
a. Pemeriksaan Laboratotium
1. Anemia dapat dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium darah (hemoglobin dan
hematokrit).
2. Test guaiac pada feses
3. Carcinoembryonic antigen (CEA)
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Ultrasonografi (USG)
2. CT-Scan Colon
Pemanfaatan alat CT scan dalam melakukan pemeriksaan Colon merupakan teknik yang baru
dan dapat kita lakukan dengan sangat cepat dan dapat meniadakan radiasi yang diterima oleh
pekerja radiasi. Dengan pemeriksaan CT Colon ini dapat dilihat gambaran Colon baik dalam
maupun luarnya sebagaimana kita melakukan Colonoskopi.
CT-Scan colon dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :
1. Dengan memasukkan kontras media positif.
2. Dengan memasukkan kontras media negative.