Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tulang adalah jaringan hidup, dan seperti semua jaringan hidup mereka
bergantung pada pembuluh darah untuk membawa darah yang akan
memberikan asupan nutrisi yang membuat mereka hidup. Sebagian besar
jaringan hidup memiliki pembuluh darah yang datang dari berbagai arah ke
dalam jaringan. Jika salah satu pembuluh darah rusak mungkin tidak
menimbulkan masalah, karena mungkin ada suplai darah cadangan yang datang
dari arah yang berbeda. Sendi tertentu dari tubuh, bagaimanapun, hanya
memiliki beberapa pembuluh darah. Salah satunya adalah sendi hip. Sendi hip
(caput femur) merupakan tempat yang paling sering mengalami osteonekrosis.
Pendekatan fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus osteonekrosis hip
diantaranya heating untuk memperlancar peredaran darah, merileksasi jaringan
sehingga dapat mengurangi nyeri dan bengkak. Terapi latihan dapat diberikan
dengan tujuan menambah lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot.

B.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah makalah ini adalah :
1.

Bagaimana Anatomi Biomekanik sendi Hip?

2.

Apa yang dimaksud dengan Osteonekrosis Hip?

3.

Apa penyebab, tanda gejala, dan faktor resiko dari Osteonekrosis Hip?

4.

Bagaimana perubahan patologi dari Osteonekrosis Hip?

5.
Intervensi fisioterapi apa yang bisa diberikan pada kondisi
Osteonekrosis Hip?

C.

Tujuan

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah :
1.

Mengetahui Anatomi Biomekanik dari sendi Hip.

2.

Mengetahui definisi Osteonekrosis Hip

3.
Mengetahui penyebab, manifestasi klinis, dan faktor resiko dari
Osteonekrosis Hip.
4.

Mengetahui perubahan patologi dari Osteonekrosis Hip.

5.
Mengetahui intervensi apa yang bisa diberikan pada kondidi
Osteonekrosis Hip.

D.
1.

Manfaat
Bagi penulis

Dapat lebih dalam mengenal oateonekrosis hip sehingga dapat menjadi bekal
untuk penulis setelah lulus.
2.

Bagi masyarakat

Memberikan informasi yang benar kepada masyarakat sehingga dapat lebih


mengenal dan mengetahui gambaran osteonekrosis hip dalam pendekatan
fisioterapi.
3.

Bagi pendidikan

Memberikan informasi ilmiah bagi penulis mengenai osteonekrosis hip bagi


penulis selanjutnya.
4.

Bagi institusi kesehatan

Dapat memberikan informasi obyektif mengenai osteonekrosis hip kepada


tenaga medis, baik yang bekerja di rumah sakit maupun puskesmas.
5.

Bagi fisioterapi

Dapat lebih mengetahui secara mendalam mengenai osteonekrosis hip atau


dapat digunakan dalam pelaksanaan terapi

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Anatomi Biomekanik

Hip joint merupakan triaxial joint (ball and socket joint), karena memiliki 3 bidang
gerak. Hip joint juga merupakan hubunganproksimal dari extremitas inferior.
Selama berjalan, gaya dariextremitas inferior ditransmisikan keatas
melalui hip ke pelvis dantrunk, dan aktivitas extremitas inferior lainnya. Dalam
suatu gerak fungsional, terjadi hubungan antara pelvic girdle dan hip joint.Pelvic
girdle akan mengalami tilting dan rotasi selama gerakan femur.
Hip joint dibentuk oleh caput femur yang konveks bersendi dengan acetabulum
yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket (spheroidal) triaxial joint.
Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis. Seluruh
acetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline, dan pusat acetabulum terisi oleh
suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran synovial.
aput femur secara sempurna ditutup oleh cartilago hyaline. Pada pusat caput
femur terdapat lubang kecil yang dinamakan dengan fovea capitis yang tidak
ditutup oleh cartilago hyaline. Caput femur membentuk sekitar 2/3 dari suatu
bola. Hip joint diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen iliofemoral,
pubofemoral, dan ischiofemoral.

B.

Patologi

1.

Definisi

Nekrosis Avaskular (AVN) adalah penyebab lain degenerasi sendi pinggul. Pada
kondisi ini, kepala tulang paha (bagian bola femur, atau tulang paha) kehilangan
porsi penting asupan darahnya dan mulai mati (Osteonekrosis). Kepala tulang
paha yang mati tidak dapat menahan tekanan besar yang ditransmisikan melalui
sendi pinggul saat aktivitas normal seperti jalan kaki, naik tangga dan secara
meningkat cacat. AVN dihubungkan dengan alkohol, keretkan dan dislokasi
pinggul, serta perawatan steroid jangka panjang untuk penyakit lainnya.
a.
Nekrosis pasca traumatik muncul segera setelah cedera pinggul yang
biasanya parah, tetapi gejala dan tanda-tanda nekrosis biasanya memerlukan
beberapa bulan untuk timbul.
b.
Nekrosis idiopatik lebih lambat terjadinya. Pasien biasanya pria berusia
20-50 tahun yang mengeluhkan nyeri pinggul (atau, diatas 50% kasus, pada
kedua pinggul), yang berkembang selama periode 2-3 tahun sampai menjadi
cukup parah.

Semua suplai darah masuk ke dalam bola yang membentuk sendi panggul
melalui leher femur (leher femoralis), daerah yang lebih tipis dari tulang yang
menghubungkan bola ke poros. Jika suplai darah rusak, tidak ada cadangan.
Kerusakan pada pasokan darah dapat menyebabkan kematian tulang yang
membentuk bola bagian tulang paha. Setelah ini terjadi, tulang tidak lagi mampu
mempertahankan dirinya.
Dalam stadium 1 pasien tidak atau sedikit nyeri dan sinar-X polos tidak
menunjukkan abnormalitas. Dalam stadium 2 ada tanda-tanda sinar-X dini tetapi
caput femoris secara struktural utuh. Stadium 3 lebih parah, disertai tanda-tanda
peningkatan distorsi caput femoris atau fragmentasi. Stadium 4 ditandai dengan
hancurnya permukaan sendi dan osteoarthritis sekunder.
Stadium
Osteonekrosi
s

Osteonekrosis
Traumatik

Osteonekrosis
Nontraumatik

Reduksi dan
fiksasi

Dekompresi

II

Pencangkokan
tulang

Dekompresi

III Muda

Osteotomi dan
pencangkokan

Osteotomi dan
pencangkokan

Penggantian
sendi

Pencangkokan

Penggantian
sendi

Penggantian
sendi

Tua
IV

2.

Etiologi

a.

Cedera langsung pada hip dapat merusak pembuluh darah.

b.
Fraktur. Vertikal oblique fraktur pada collum femoris (70 atau lebih)
dapat merusak pembuluh darah sehingga aliran darah terputus.
c.

Hip dislocation.

3.

Patofisiologi

Tulang yang mati strukturnya sukar dibedakan dengan tulang yang masih
hidup.perubahan dimulai dalam seminggu setelah periode iskemik sampai 2-4
tahun; hal ini sama untuk semua tipe osteonekrosis, walaupun kelainan dasarnya
dapat juga dijumpai.

Sel tulang mati seletah 12-48 jam mengalami anoksia, bisa beberapa hari atau
minggu. Pada saat ini perubahan histologi yang paling jelas terlihat pada
sumsum tulang: hilangnya lapisan lemak sel, infiltrasi oleh sekumpulan sek
disekitarnya, tampak histiosit jaringan, dan sumsum tulang nekrosis digantikan
oleh jaringan mesenkim undifferentiated. pada stadium awal ini bisa terlihat
proliferasi osteoblastik yang menandakan perbaikan tulang. Maka batas jaringan
yang nekrotik menjadi jelas, lalu granulasi jaringan pembuluh darah tumbuh dari
jaringan yang masih hidup. Dan tulang baru tumbuh di atas yang mati. Hal ini
membentuk gambaran: lapisan (1) pecahan halus pada bagian subkondral
tulang, (2) fraktur tangensial linier berdekatan dengan permukaan sendi, dan (3)
fraktur shearing pada permukaan dalam antara tulang yang mati dan hidup.
Perkembangan osteonekrosis awalnya asimptomatik lalu lesi berkembang seiring
dengan waktu. Nyeri merupakan keluhan utama, kadang-kadang pasien
merasakan klik pada sendinya. Selanjutnya sendi menjadi kaku dan mengalami
deformitas. Nyeri tekan lokal bisa dijumpai bila yang terkena bagian tulang yang
superficial.
4.

Faktor Resiko

a. Pengguna obat-obatan kortikosteroid


b. Pecandu alkohol
c. Goucher disease
d. Pregnancy (rare)
5.

Manifestasi Klinis

a. Pada pemeriksaan, pasien berjalan pincang.


b. Mungkin menunjukkan tanda trendelen burg positif.
c. Paha mengecil dan anggota tubuh dapat memndek 1-2 cm.
d. Gerakan terbatas, terutama abduksi dan rotasi internal.
e. Nyeri pada paha bagian depan.

C.
1.

Fisioterapi
Tanpa Pembedahan.

a.
Fisioterapi dapat sangat efektif dalam mengobati AVN caput femoris
jika terdeteksi dini.
b.
Ice adalah modalitas yang sangat berguna untuk mengurangi rasa
sakit. Juga dapat menggunakan modalitas listrik seperti ultrasound atau arus
interferential untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan.

c.
Massage, terutama untuk pantat, punggung, atau anterior dan lateral
otot pinggul, juga dapat membantu.
d.
Penurunan beban pada sendi panggul dapat sangat efektif dalam
memungkinkan tulang untuk penyembuhan serta mengelola rasa sakit. Beban ini
menurun dicapai dengan menggunakan kruk atau walker. Fisioterapis anda akan
mengajarkan cara aman menggunakan kruk atau walker. Jika memiliki tangga di
rumah, fisioterapis juga akan menunjukkan bagaimana menggunakan kruk di
tangga untuk memastikan mobilisasi selama menggunakan alat bantu tersebut.
Jumlah optimal waktu untuk menggunakan alat bantu berjalan positif
mempengaruhi penyembuhan AVN akan ditentukan oleh fisioterapis yang
tentunya dalam kaitannya dengan saran dari dokter atau ahli bedah.
e.
Memobilisasi sendi pinggul. Mobilisasi pinggul dapat dikombinasikan
dengan dibantu peregangan setiap otot-otot di sekitar sendi.
f.
Streghtening exercise. Latihan-latihan ini akan fokus pada otot-otot
pinggul dan paha.
2.

Setelah Pembedahan.

Bebereapa dokter bedah menginginkan untuk segera dilakukan fisioterapi


setelah dilakukan pembedahan.
a.
Setelah operasi pasien menggunakan alat bantu berjalan seperti
walker atau kruk selama enam minggu atau lebih. Pasien yang memiliki
pencangkokan pembuluh darah tulang diperlukan untuk membatasi penumpuan
berat badan pada hip selama enam bulan.
b.
Pada pertemuan pertama fisioterapi akan memastikan penggunaan
alat bantu jalan dengan aman, benar, dan percaya diri, serta mengetahui
pembatasan bantalan berat badan. Dengan kruk kami akan memastikan bahwa
Anda dapat dengan aman menggunakannya di tangga. Anda untuk ambulating
tanpa bantuan berjalan sama sekali.
c.
Menggunakan modalitas seperti ice, heat, ultrasound, atau electrical
stimulation untuk membantu mengurangi rasa sakit atau bengkak di sekitar
lokasi bedah. Selain itu, dapat diberikan massage untuk meningkatkan sirkulasi
dan membantu mengurangi rasa sakit.
d.

Mobilisasi sendi pinggul. Dapat dikombinasikan dengan peregangan.

e.
Strengthening. Ini adalah komponen penting dari rehabilitasi pascaoperasi. Latihan akan berfokus terutama pada otot-otot pinggul dan paha.
f.
Pemberian electrical stimulation untuk membantu kontraksi otot-otot
hip, ini akan membantu lebih cepat untuk mengembalikan kekuatan otot
kembali.
BAB III

PENUTUP

A.

Simpulan

Makalah ini dapat diambil simpulan bahwa osteonekrosis hip dapat terjadi pada
remaja, atlet, dan orang yang mengalami cedera pada hip-nya. Osteonekrosis
hip juga merupakan faktor resio terjadinya osteoarthritis hip.
Dari permasalahan yang timbul pada osteonekrosis hip, fisioterapi dapat
melakukan penanganan konservatif (post operasi maupun tanpa operasi) yaitu
mengurangi nyeri, mengurangi bengkak, mengurangi spasme otot-otot
penggerak hip, meningkatkan kekuatan otot, menambah LGS dan
mengingkatkan aktifitas fungsional dengan modalitas fisioterapi.

B.

Saran

1.
Keberhasilan suatu terapi tidak hanya dicapai oleh satu ilmu disiplin
saja, sebaiknya tim rehabilitasi saling bekerja sama untuk mencapai tujuan baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
2.
Seorang fisioterapi disarankan untuk memberikan pelayanan sebaikbaiknya serta harus menggunakan proses fisioterapi secara tepat dan sesuai
kondisi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Avaskular Nekrosis. Dilihat tanggal 16 Mei 2013.


<http://www.activemotionphysio.ca/Injuries-Conditions/Hip/Hip-Issues/AvascularNecrosis-of-the-Hip/a~5525/article.html>
Apley, A Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta:
Penerbit Widya Medika.
Manurung, Evan. Struktur Anatomi Hip. Dilihat tanggal 16 Mei 2013.
<http://evan-biomekanik-ankle.blogspot.com/2009/11/struktur-anatomihip.html>

Anda mungkin juga menyukai