BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem
sosial.1 Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada
dalam suatu sistem, yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan
memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke
dalam sistem politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran
(output). Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun
tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan
pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan
kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik
adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem
politik Indonesia akan berpengaruh pada sistem politik Negara tetangga maupun
dalam cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan atau institusi khas Indonesia
akan terus berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga
melahirkan sistem politik hanya dimiliki oleh Indonesia. Namun demikian,
kekhasan sistem politik Indonesia belum dapat dikatakan unggul bila kemampuan
positif struktur dan fungsinya belum diperhitungkan sistem politik Negara lain.
Akhirnya, mengingat sebegitu luas pembicaraan mengenai sistem politik,
maka layaknya suatu sistem, penulis terlebih dahulu membuat suatu batasan1
Lihat kamus Politik oleh Amir Taat Nasution, Energie, 1953, hlm. 92
BAB II
PENDEKATAN TEORI SISTEM POLITIK
bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang lainnya (lihat
otonomi, kedaulatan);
4. Teori ini mengingkari keberadaan suatu Negara;
5. Teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi
sistem yang timbul akibat variasi.6
B. Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Sistem Politik
Di tahun 1970-an, ilmuwan politik Gabriel Almond dan Bingham Powell
memperkenalkan pendekatan struktural-fungsional untuk membandingkan sistem
politik (comparative politics). Mereka berargumen bahwa memahami suatu sistem
politik, tidak hanya melalui institusinya (atau struktur) saja, melainkan juga fungsi
mereka masing-masing. Keduanya juga menekankan bahwa institusi-institusi
tersebut harus ditempatkan ke dalam konteks historis yang bermakna dan bergerak
dinamis, agar pemahaman dapat lebih jelas.
Almond (1999) mendefinisikan sistem sebagai suatu obyek, memiliki
bagian yang dapat digerakan, berinteraksi di dalam suatu lingkungan dengan batas
tertentu. Sedangkan sistem politik merupakan suatu kumpulan institusi dan
lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan melaksanakan tujuan
bersama masyarakat ataupun kelompok di dalamnya.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori ini merupakan turunan dari
teori sistem Easton dalam konteks hubungan internasional. Artinya pendekatan
struktural-fungsional merupakan suatu pandangan mekanis yang melihat seluruh
sistem politik sama pentingnya, yaitu sebagai subyek dari hukum stimulus dan
respon yang sama-atau input dan output. Pandangan ini juga memberikan
perhatian cukup terhadap karakteristik unik dari sistem itu sendiri.
Pendekatan struktural-fungsional sistem disusun dari beberapa komponen
kunci, termasuk kelompok kepentingan, partai politik, lembaga eksekutif,
legislatif, birokrasi, dan peradilan. Menurut Almond, hampir seluruh Negara di
jaman modern ini memiliki keenam macam struktur politik tersebut. Selain
struktur, Almond memperlihatkan bahwa sistem politik terdiri dari berbagai
fungsi, seperti sosialisasi politik, rekrutmen, dan komunikasi.
Sosialisasi politik merujuk pada bagaimana suatu masyarakat mewariskan
nilai dan kepercayaan untuk generasi selanjutnya, biasanya melibatkan keluarga,
sekolah, media, perkumpulan religius, dan aneka macam struktur politik yang
membangun, menegakan, dan mentransform pentingnya perilaku politik dalam
masyarakat. Dalam terminologi politik, sosialisasi politik merupakan proses,
dimana masyarakat menanamkan nilai-nilai kebajikan bermasyarakat, atau prinsip
kebiasaan menjadi warga Negara yang efektif. Rekrutmen mewakili proses
dimana sistem politik menghasilkan kepentingan, pertemuan, dan partisipasi dari
warga Negara, untuk memilih atau menunjuk orang untuk melakukan aktifitas
politik dan duduk dalam kantor pemerintahan. Dan komunikasi mengacu pada
bagaimana suatu sistem menyampaikan nilai-nilai dan informasi melalui berbagai
struktur yang menyusun sistem politik.7
Dalam
9
10
J. Kahin,
menawarkan konsep baru dengan berfokur pada tingkah laku politik kaum
bumiputera dalam gerakan nasionalisme dan revolusi,
3. Masa setelah tahun 1960-an, dengan tokohnya Clifford Geertz,
mempelajari sifat-sifat dari tingkah laku politik anggota masyarakat yang
lebih luas.
pada
akhirnya
menggabungkan
pendekatan
Kahin
dengan
BAB III
SISTEM POLITIK INDONESIA
A. Pengertian sistem Politik
Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Penghampiran dan Lingkungan
(Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FIS-UI, 1980), hal. 4-5.
11
10
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi.
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis yang artinya Negara kota.
Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam
Negara/kehidupan Negara.12
Istilah politik dalam ketataNegaraan berkaitan dengan tata cara
pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara.
Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan
pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan
organisasi kemasyarakatan.13
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.
11
14
12
13
sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam
proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses
aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Adapun pelaku perubahan politik bisa
dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan
internasional. Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output.
Proes mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang
(gatekeeper). Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah
sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat
potensial sampai kemudian digunakan secara maksimal oleh
pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang
ketika datang para penanam modal domestik itu akan memberikan
pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian
menghidupkan Negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan
Negara diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara
merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata
distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak
sebagai pemasukan Negara itu harus kembali didistribusikan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
3. Kapabilitas
Regulatif
(pengaturan).
Dalam
menyelenggaran
14
15
terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus informasi
dan kebebasan berpendapat
2. Sistem Politik Di Negara Liberal
Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok;
pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan
hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan yang transparan
yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas
3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan
kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik
demokrasi di Indonesia adalah :
a. Ide kedaulatan rakyat
b. Negara berdasarkan atas hukum
c. Bentuk Republik
d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
f. Sistem Pemilihan langsung
g. Sistem pemerintahan presidensiil
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
17