Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem
sosial.1 Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada
dalam suatu sistem, yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan
memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke
dalam sistem politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran
(output). Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun
tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan
pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan
kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik
adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem
politik Indonesia akan berpengaruh pada sistem politik Negara tetangga maupun
dalam cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan atau institusi khas Indonesia
akan terus berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga
melahirkan sistem politik hanya dimiliki oleh Indonesia. Namun demikian,
kekhasan sistem politik Indonesia belum dapat dikatakan unggul bila kemampuan
positif struktur dan fungsinya belum diperhitungkan sistem politik Negara lain.
Akhirnya, mengingat sebegitu luas pembicaraan mengenai sistem politik,
maka layaknya suatu sistem, penulis terlebih dahulu membuat suatu batasan1

Lihat kamus Politik oleh Amir Taat Nasution, Energie, 1953, hlm. 92

batasannya, adapun batasannya yaitu mengenalkan kedua pendekatan terhadap


sistem politik, baru kemudian menganalisis sistem politik Indonesia. Oleh karena
itu terlebih dahulu penulis akan membahas pendekatan sistem politik dari teori
behavioral. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan pendekatan sistem politik
dari sudut teori struktural-fungsional, serta pembahasan pada arti penting sejarah
dalam mempelajari sistem politik Indonesia.
Berdasarkan fenomena tersebut, menarik bagi penulis untuk menjelaskan
dengan sebuah makalah berjudul Teori Sistem Politik Di Indonesia
Berdasarkan Beberapa Pendekatan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, sehingga perumusan
masalah dalam penulisan ini yaitu;
Bagaimana Sistem Politik Yang Terjadi Di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
Untuk Mengetahui Sistem Politik Yang Terjadi Di Indonesia?

BAB II
PENDEKATAN TEORI SISTEM POLITIK

A. Pendekatan Teori Behavioral Sistem Politik


David Easton (1953)2, seorang ilmuwan politik dari Harvard University,
memperkenalkan pendekatan analisa sistem sebagai metode terbaik dalam
memahami politik. Di kalangan ilmuwan politik yang menganut tradisi pluralis,
teori Easton yang bersifat abstrak berpengaruh sampai akhir tahun 1960-an.
Kaum pluralis mengingkari berbicara dengan konteks spesifik. Sedangkan
ilmuwan politik kontemporer berkeinginan untuk menciptakan teori umum
dengan melihat masalah lebih konstekstual.
Perbedaan satu sistem politik dengan sistem politik lainnya dapat
dipisahkan melalui tiga dimensi: polity,3 politik,4 dan policy (kebijakan).5 Easton
berpendapat bahwa definisi politik dari ketiga dimensi ini terbukti lebih efektif,
terutama untuk memahami realitas politik dalam upaya memberikan pendidikan
politik.
Easton memandang sistem politik sebagai tahapan pembuatan keputusan
yang memiliki batasan dan sangat luwes (berubah sesuai kebutuhan). Model
sistem politik terdiri dari fungsi input, berupa tuntutan dan dukungan; fungsi
pengolahan (conversion); dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem
politik, lebih jelasnya seperti berikut ini:
Easton The Political system (1964), hlm. 52-54
Polity diambil dari dimensi formal politik, yaitu, struktur dari norma,
bagaimana prosedur mengatur institusi mana yang semestinya ada
dalam politik.
4
Politik dari dimensi prosedural lebih mengarah pada proses membuat
keputusan, mengatasi konflik, dan mewujudkan tujuan dan
kepentingan. Dimensi ini melingkupi beberapa isu klasik yang
berkaitan dengan ilmu politik, seperti siapa yang dapat memaksakan
kepentingannya? mekanisme seperti apa yang berlangsung dalam
menangani konflik? Dan sebagainya.
5
Policy sebagai dimensi politik, melihat substansi dan cara pemecahan
masalah berikut pemenuhan tugas yang dicapai melalui sistem
administratif, menghasilkan keputusan yang mengikat bagi semua.
2
3

Tahap 1 : Di dalam sistem politik akan terdapat tuntutan untuk output


tertentu (misal: kebijakan), dan adanya orang atau kelompok
mendukung tuntutan tersebut.
Tahap 2 : Tuntutan-tuntutan dan kelompok akan berkompetisi (diproses dalam
sistem), memberikan jalan untuk pengambilan keputusan itu sendiri.
Tahap 3 : Setiap keputusan yang dibuat (misal: kebijakan tertentu), akan
berinteraksi dengan lingkungannya.
Tahap 4 : Ketika kebijakan baru berinteraksi dengan lingkungannya, akan
menghasilkan tuntutan baru dan kelompok dalam mendukung atau
menolak kebijakan tersebut (feedback).
Tahap 5 : Kembali ke tahap 1.
Keuntungan metode ini terdapat pada keistimewaannya menggabungkan
berbagai aspek dan elemen politik ke dalam teori analisa sistem. Proses
penggabungan akan membuka peluang untuk melembagakan aneka realitas politik
yang rumit dan kemudian mensistemasikannya dalam sistem, tanpa melupakan
politik yang sifatnya multidimensi. Namun demikian, teori Easton memiliki
beberapa kelemahan, antara lain karena:
1. Sifatnya yang mutlak;
2. Teori menjunjung tinggi kestabilan, kemudian gagal menjelaskan
mengapa sistem dapat hancur atau konflik;
3. Teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan
mendistorsi sistem. Dengan kata lain, pendangan Easton menyarankan

bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang lainnya (lihat
otonomi, kedaulatan);
4. Teori ini mengingkari keberadaan suatu Negara;
5. Teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi
sistem yang timbul akibat variasi.6
B. Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Sistem Politik
Di tahun 1970-an, ilmuwan politik Gabriel Almond dan Bingham Powell
memperkenalkan pendekatan struktural-fungsional untuk membandingkan sistem
politik (comparative politics). Mereka berargumen bahwa memahami suatu sistem
politik, tidak hanya melalui institusinya (atau struktur) saja, melainkan juga fungsi
mereka masing-masing. Keduanya juga menekankan bahwa institusi-institusi
tersebut harus ditempatkan ke dalam konteks historis yang bermakna dan bergerak
dinamis, agar pemahaman dapat lebih jelas.
Almond (1999) mendefinisikan sistem sebagai suatu obyek, memiliki
bagian yang dapat digerakan, berinteraksi di dalam suatu lingkungan dengan batas
tertentu. Sedangkan sistem politik merupakan suatu kumpulan institusi dan
lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan melaksanakan tujuan
bersama masyarakat ataupun kelompok di dalamnya.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori ini merupakan turunan dari
teori sistem Easton dalam konteks hubungan internasional. Artinya pendekatan
struktural-fungsional merupakan suatu pandangan mekanis yang melihat seluruh

Systems theory in political science. Diakses tanggal 07 Juli 2015,


dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Systems_theory_in_political_science
6

sistem politik sama pentingnya, yaitu sebagai subyek dari hukum stimulus dan
respon yang sama-atau input dan output. Pandangan ini juga memberikan
perhatian cukup terhadap karakteristik unik dari sistem itu sendiri.
Pendekatan struktural-fungsional sistem disusun dari beberapa komponen
kunci, termasuk kelompok kepentingan, partai politik, lembaga eksekutif,
legislatif, birokrasi, dan peradilan. Menurut Almond, hampir seluruh Negara di
jaman modern ini memiliki keenam macam struktur politik tersebut. Selain
struktur, Almond memperlihatkan bahwa sistem politik terdiri dari berbagai
fungsi, seperti sosialisasi politik, rekrutmen, dan komunikasi.
Sosialisasi politik merujuk pada bagaimana suatu masyarakat mewariskan
nilai dan kepercayaan untuk generasi selanjutnya, biasanya melibatkan keluarga,
sekolah, media, perkumpulan religius, dan aneka macam struktur politik yang
membangun, menegakan, dan mentransform pentingnya perilaku politik dalam
masyarakat. Dalam terminologi politik, sosialisasi politik merupakan proses,
dimana masyarakat menanamkan nilai-nilai kebajikan bermasyarakat, atau prinsip
kebiasaan menjadi warga Negara yang efektif. Rekrutmen mewakili proses
dimana sistem politik menghasilkan kepentingan, pertemuan, dan partisipasi dari
warga Negara, untuk memilih atau menunjuk orang untuk melakukan aktifitas
politik dan duduk dalam kantor pemerintahan. Dan komunikasi mengacu pada
bagaimana suatu sistem menyampaikan nilai-nilai dan informasi melalui berbagai
struktur yang menyusun sistem politik.7

Structural functionalism. Diakses pada 19 Juli 2015, http: // en.


wikipedia. org/ wiki/ Structural-functionalism
7

Dalam sistem politik Almond, kedudukan pemerintah sangat vital, mulai


dari membangun dan mengoperasikan sistem pendidikan, menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat, sampai terjun dalam peperangan. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, pemerintah memiliki lembaga-lembaga khusus yang disebut
struktur, seperti parlemen, birokrasi, lembaga administratif, dan pengadilan, yang
melakukan fungsi khusus pula, sehingga pemerintah dapat dengan leluasa
merumuskan, melaksanakan, dan menegakan kebijakan.
Pengetahuan mengenai keenam macam struktur politik tersebut belum
dapat menerangkan sistem politik apapun, selain memperlakukannya sebagai
entitas yang berdiri sendiri, namun belum mencapai tahap interaksi. Untuk itu,
lingkungan perlu tercipta lebih dahulu sebagai konteks memahami keberadaan
struktur politik, misalnya Negara Indonesia seperti ilustrasi berikut ini.8
Interaksi tiap bagian dalam struktur akan memunculkan kekhasan corak
dan perilaku dalam menyikapi lingkungannya, yang disebut fungsi. Tidak ada dua
Negara identik dalam menjalankan fungsi tiap struktur, seperti halnya Amerika
Serikat dan Cina memiliki parlemen, namun cara kerja parlemen mereka amatlah
berlainan. Agar lebih jelas, interaksi antar berbagai fungsi dalam struktur
kelembagaan di dalam sistem politik Indonesia dengan sistem politik Negara lain
dapat disimak pada ilustrasi berikut:
Struktur harus dikaitkan dengan fungsi, sehingga kita dapat memahami
bagaimana fungsi berproses dalam menghasilkan kebijakan dan kinerja. Fungsi
proses terdiri dari urutan aktifitas yang dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan
dan implementasinya dalam tiap sistem politik, antara lain: artikulasi kepentingan,
8

Almond, Strom (1999)

agregasi kepentingan, pembuatan kebijakan, dan implementasi dan penegakan


kebijakan.

Proses fungsi perlu dipelajari karena mereka memainkan peranan

dalam mengarahkan pembuatan kebijakan.

Sebelum kebijakan dirumuskan,

beberapa individu ataupun kelompok dalam pemerintahan atau masyarakat harus


memutuskan apa yang mereka butuhkan dan harapkan dari politik. Proses politik
dimulai ketika kepentingan tersebut diungkapkan atau diartikulasikan.9
Agar bekerja efektif, proses harus memadukan tuntutan (agregasi) ke
dalam alternatif pilihan, seperti pajak lebih tinggi atau rendah atau jaminan sosial
lebih tinggi atau kurang, dimana dukungan politik dapat dimobilisasi. Alternatif
pilihan kebijakan kemudian disertakan. Siapapun yang mengawasi pemerintahan
akan mendukung salah satu, baru kemudian pembuatan kebijakan mendapatkan
legitimasi. Kebijakan harus ditegakkan dan diimplementasikan, dan apabila ada
yang mempertanyakan ataupun melanggar harus melalui proses pengadilan.10
C. Peran Penting Sejarah dalam Sistem Politik Indonesia
Pentingnya sejarah juga diakui oleh para Indonesianis (ahli Indonesia)
seperti Herbert Feith, dalam mempelajari sistem politik Indonesia.

Dalam

mengaplikasikan sejarah dalam sistem politik Indonesia, Feith menggunakan teori


sistem struktural-fungsional dengan empat pendekatan, antara lain:
1. Masa sebelum tahun 1950-an, mempelajari Indonesia dari sudut politik
dan administrasi kolonial, termasuk organisasi dan perjuangan politik
kaum bumiputra,

9
10

Ibid, Almond, Strom


Almond, Strom, p. 40.

2. Masa pemerintahan Soekarno, tahun 1950-an sampai pertengahan tahun


1960-an, ahli politik Indonesia asal Amerika Serikat,

J. Kahin,

menawarkan konsep baru dengan berfokur pada tingkah laku politik kaum
bumiputera dalam gerakan nasionalisme dan revolusi,
3. Masa setelah tahun 1960-an, dengan tokohnya Clifford Geertz,
mempelajari sifat-sifat dari tingkah laku politik anggota masyarakat yang
lebih luas.

Konsep Geertz mengaplikasikan pendekatan sosio-kultural

terhadap budaya masyarakat jawa dan kaitannya dengan partai politik,


melahirkan konsep politik aliran,
4. Feith

pada

akhirnya

menggabungkan

pendekatan

Kahin

dengan

mempelajari perkembangan tingkah laku politik elit Indonesia dalam


kerangka sejarah, dengan analisa semi-fungsional terhadap pertanyaan
pokok, mengapa lembaga-lembaga politik Barat tidak berjalan dengan
baik dan akhirnya berantakan.11

BAB III
SISTEM POLITIK INDONESIA
A. Pengertian sistem Politik
Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Penghampiran dan Lingkungan
(Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FIS-UI, 1980), hal. 4-5.
11

10

1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi.
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis yang artinya Negara kota.
Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam
Negara/kehidupan Negara.12
Istilah politik dalam ketataNegaraan berkaitan dengan tata cara
pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara.
Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan
pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan
organisasi kemasyarakatan.13
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.

3. Pengertian Sistem Politik


Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat,
prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk

Mariam Budiarjo, dkk, Dasar-dasar ilmu Politik, Gramedia, 2003,


hlm. 8
13
Murshadi Ilmu Tata Negara; untuk slta kelas III Rhineka Putra,
bandung, 1999, hlm. 31
12

11

mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan


dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau
dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.14
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara
kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan
satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng
4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan
berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan
umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan,
pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Politik adalah semua lembaga-lembaga Negara yang tersebut di dalam
konstitusi Negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam
Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan
yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan
infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuantujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik
adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur
dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini
yang akan membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan
umum.

14

Lihat dalam wikipedia berbahasa Indonesia-pengertian-sistem-politik

12

Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa,


Kelompok kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group),
Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata
politik lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah
masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input
dalam proses pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt
diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah sesuai dengan aspirasi dan
kehendak rakyat.
B. Proses Politik Di Indonesia
Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat
dari masa-masa berikut ini:15
1. Masa prakolonial
2. Masa kolonial (penjajahan)
3. Masa Demokrasi Liberal
4. Masa Demokrasi terpimpin
5. Masa Demokrasi Pancasila
6. Masa Reformasi

C. Sejarah Sistem Politik di Indonesia


Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang
terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat
Lihat Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Balai
Pustaka, 2008, hlm. 14-28
15

13

sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam
proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses
aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Adapun pelaku perubahan politik bisa
dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan
internasional. Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output.
Proes mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang
(gatekeeper). Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah
sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat
potensial sampai kemudian digunakan secara maksimal oleh
pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang
ketika datang para penanam modal domestik itu akan memberikan
pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian
menghidupkan Negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan
Negara diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara
merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata
distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak
sebagai pemasukan Negara itu harus kembali didistribusikan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
3. Kapabilitas

Regulatif

(pengaturan).

Dalam

menyelenggaran

pengawasan tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan

14

adanya pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan benturan


pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian
regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat
terkekang.
4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi
dan secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat.
Semakin diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin
baik kapabilitas simbolik sistem.
5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara
input dan output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana
dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai
inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif. kapabilitas dalam
negeri dan internasional. Sebuah Negara tidak bisa sendirian hidup
dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak
Negara yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan
internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini Negara kaya
atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman
(loan) kepada Negara-Negara berkembang.

D. Perbedaan Sistem Politik Di Berbagai Negara


1. Sistem Politik Di Negara Komunis
Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi,
peniadaan hak-haak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang

15

terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus informasi
dan kebebasan berpendapat
2. Sistem Politik Di Negara Liberal
Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok;
pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan
hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan yang transparan
yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas
3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan
kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik
demokrasi di Indonesia adalah :
a. Ide kedaulatan rakyat
b. Negara berdasarkan atas hukum
c. Bentuk Republik
d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
f. Sistem Pemilihan langsung
g. Sistem pemerintahan presidensiil

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

16

Indonesia adalah Negara kesatuan berbentuk republik, dengan memakai


sistem demokrasi, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat oleh rakyat untuk
rakyat. Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana Presiden
berkedudukan sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Sistem
politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan
dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk
proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan
keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar (UUD) 1945,
yang mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara Negara;
kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga Negara (legislatif,
eksekutif, dan yudikatif). UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga
Negara. Lembaga legislatif terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Lembaga Eksekutif terdiri atas Presiden,
yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang wakil presiden dan
kabinet. Di tingkat regional, pemerintahan provinsi dipimpin oleh seorang
gubernur, sedangkan di pemerintahan Kabupaten/Kotamadya dipimpin oleh
seorang bupati/walikota. Lembaga Yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman
yang dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga kehakiman
tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain yang berada di bawahnya. Fungsi
MA adalah melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan, memberi nasehat,
dan fungsi adminsitrasi. Saat ini UUD 1945 telah mengalami beberapa kali
amandemen, yang telah memasuki tahap amandemen keempat. Amandemen

17

konstitusi ini mengakibatkan perubahan mendasar terhadap tugas dan hubungan


lembaga-lembaga Negara.
B. Saran
Sebelumnya mohon maaf atas kekurangan, baik dalam penulisan maupun
penjelasan di dalam makalah ini. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini untuk masa yang
akan datang.

Anda mungkin juga menyukai