Tinjauan Teori
Tinjauan Teori
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Bayi kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya yang berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri (Syafrudin,2009). Pada umumnya
bayi yang lahir dengan kecil masa kehamilan (KMK) akan memiliki rata-rata
dibawah persentil ke 10 yang berarti bahwa bayi memiliki berat badan kurang
dari 90 % dari keseluruhan janin yang berada dalam usia kehamilan yang sama.
Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) dalam bahasa inggris disebut
sebagai small for gestasional age (SGA) atau small for date (SFD), yaitu bayi
yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan berat badan
terletak di bawah persentil ke 10 dlam grafik pertumbuhan intrauterine
(Wiknjosastro, 2007).
pertumbuhan janin terhambat yang terjadi karena kegagalan janin untuk encapai
potensi pertumbuhanya.
Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lair kurang
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa genetasi bayi (KMK)
(FK UI, 2007). Istilah
2.2 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering
terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari
2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas
dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan.
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh
angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Proporsi BBLR dapat diketahui
berdasarkan
estimasi
dari
Survey
Demografi
dan
Kesehatan
Indonesia
(SDKI). Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %.
Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program
perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% . Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003, sekitar 57% kematian bayi terjadi pada
bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan
bayi berat lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir
dengan berat badan rendah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003) Angka Kematian Bayi (AKB) di
Propinsi Jawa Barat masih tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional yaitu
321,15 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian bayi adalah
komplikasi pada bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan infeksi.
Penyebab tidak langsung AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan
pelayanan kesehatan sendiri (Retnasih, 2005).
Berdasarkan hasil survey di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2007 yang
mengalami insiden BBLR sebanyak 15,5%-17% dari kelahiran hidup 95% (Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2007). Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten
tahun 2007 adalah 41,25 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih diatas target
dalam indikator Sehat Tahun 2008, yakni < 35 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Kabupaten pada tahun 2007 jumlah kematian bayi di
Kabupaten sebanyak 346 kasus. Jumlah ini meningkat pada tahun 2008 yaitu jumlah
kematian bayi di sebanyak 385 kasus. Salah satu penyebabnya adalah kejadian BBLR
sebesar 24,5% (Dinas Kesehatan Kabupaten 2008).
BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di
propinsi Sumatra Utara dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi
dengan BBLR sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani
sebanyak 1.178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu
355 kasus (2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup dan yang terendah di Kabupaten
Pangkep hanya 3 kasus (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel,2005).
Berdasarkan data dari The Fifty Sixth Session of Regional Committee, WHO for
South-East Asia, pada tahun 2003, kematian bayi terjadi pada usia neonatus dengan
penyebab infeksi 33%, asfiksia/trauma 28%, BBLR 24%, kelainan bawaan 10%, dan
lain-lain 5%. Risiko kematian BBLR 4 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi
lahir dengan berat badan lebih dari 2500 gram.
2.3 Etiologi
Beberapa factor yang mungkin dapat menyebabkan bayi kecil untuk masa
kehamilan, antaralain.
1. Faktor ibu
-
Usia ibu
Usia ibu saat melahirkan merupakan salah satu factor resiko terjadinya
kematian perinatal. Kehamilan, persalinan dan kelahiran yang aman
apabila usia ibu berada pada rentang antara 20 sampai 34 tahun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa ada hubugan antara umur ibu dengan hasil
kehamilan. Pada umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi
yang dapat hidup. Pada umumnya berat bayi lahir rendah meningkat
sesuai dengan meningkatnya paritas ibu. Resiko untuk terjadinya BBLR
tinggi pada paritas pertama dan kemudian akan menurun pada paritas ke
dua atau ketiga selanjutnya akan meningkat kembali pada paritas ke
empat. Pada ibu dengan grandemulti, alat reproduksi yang dimilikinya
mengalami kemunduran daya lentur jaringan yang disebabkan terlalu
sering melahirkan dengan usia yang tidak produktif (>35 tahun)
menyebabkan terjadinya persalinan prematur sehingga bayi yang
dilahirkan BBLR (Winkjosastro, 2007).
Penyakit Ibu
spontan
atau
pecah
Mereka
Ukuran bayi kecil kehamilan memiliki karakteristik fisik seperti masalah pada
penampilan kulit, tulang rawan telinga, lipatan tunggal dan perilaku misalnya
kewaspadaan, aktivitas spontan, semangat untuk makan sama seperti dengan bayi
ukuran normal yang memiliki usia kehamilan sama tetapi bayi kecil kehamilan
mungkin akan menunjukkan massa otot menurun, jaringan lemak subkutan yang
tipis, wajah terlihat cekung menyerupai orang tua, dan tali pusat dapat muncul
tipis dan kecil. Tanda-tanda bayi perkembangan janin terhambat (PJT) atau kecil
masa kehamilan (KMK) menurut Dinkes Provinsi NTB (2007) dan Syafrudin
(2009) yaitu:
a. Gerakan bayi aktif dan tangisannya kuat
b. Kulit bayi keriput, lemak dibawah kulitnya tipis
c. Bayi perumpuan labia mayora menutupi labia minora
d. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
e. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
f. Menghisap kuat
2.5 Patofisiologi
Meskipun beberapa bayi kecil masa kehamilan terjadi karena factor genetic,
yaitu orang tua bayi berbadan kecil, Bayi kecil masa kehamilan banyak terjadi
karena masalah pertumbuhan janin yang terjadi selama kehamilan. Banyak bayi
dengan berat badan rendah disebut dengan Intrauterine growth restriction
(IUGR). IUGR terjadi ketika janin tidak mendapatkan kebutuhan nutrisi dan
oksigen yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan
organ dan jaringan. IUGR dapat terjadi setiap waktu dalam masa kehamilan.
IUGR dapat terjadi karena abnormalitas kromosom, penyakit maternal, atau
masalah berat dengan plasenta. Penyakit yang diderita ibu saat hamil seperti
toksemia gravidarum, hipertensi, penyakit ginjal kronis dan diabetes mellitus
akan menyebabkan perubahan mikrovaskuler sehingga terjadinya pengurangan
aliran darah ke uterus dan plasenta yang menyebabkan pertumbuhan janin
Asfiksia bayi baru lahir, dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir
(Wiknjosastro, 2007). Asfiksia juga dapat terjadi karena insufisiensi
plasenta karena kontraksi uterine yang lambat atau berhentinya perfusi
plasenta akibat proses kompensasi dari spiral arteri. Oleh karena itu ketika
insufisiensi plasenta terjadi, kompensasi yang dilakukan janin dapat di
ketahui dan detak jantung janin dapat di monitor selama janin melakukan
0
Biru pucat
1
Tubuh
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
menit
Menyeringai
Batuk/bersin
Ekstremitas fleksiFleksi kuat gerak
lemah
Pernafasan
Tidak ada
Tak teratur
Keterangan : Nilai 0-3 : asfiksia berat
2
merah,Seluruh
tubuh
aktif
Tangis kuat
kedalam paru-paru janin. Pada saat lahir bayi akan menderita gangguan
pernafasan yang sangat menyerupai gangguan pernafasan idiopatik.
-
Hipoglikemia,
Hipoglikemia atau
rendahnya
kadar
glukosa
darah
pertumbuhan
hati.
Menurut
gruenwald
hati
pada
bayi dismatur beratnya kurang dibandingkan dengan bayi biasa (FK UI,
2007).
-
Hipokalsemia, juga sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir
rendah dengan gejala klinik yang tidak khas, bayi dapat apnea, tremor atau
kejang (Winkjosastro, 2007). Studi jangka panjang telah memperlihatkan
peningkatan 38 kali lipat dalam insidensi disfungsi serebral (berkisar dari
ketidakmampuan belajar minor hingga pulsi serebral) pada bayi PJT cukup
bulan dan lebih banyak lagi jika bayi dilahirkan secara preterm (Norwitch,
2006).
preterm.
Hal
ini
karena
surfaktan paru
belum
cukup
Hipotermi, bayi dengan berat badan lahir rendah mudah kehilangan panas
tubuh sehingga sulit mempertahankan suhu tubuhnya. Hal ini disebabkan
karena permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas dibandingkan berat
badannya menyebabkan kehilangan panas melalui kulit besar, suhu tubuh
bayi dalam kandungan ibu 37oC segera setelah lahir bayi berada dalam
ruangan dengan suhu yang jauh lebih rendah ( 25oC-28oC), perbedaan
suhu yang besar ini akan sangat mempengaruhi kehilangan panas tubuh
bayi, Jaringan subkutan pada bayi BBLR sangat tipis sehingga bayi tidak
mempunyai isolator untuk menghindarkan panas melalui kulit.
2. Prognosis
Jika terjadinya asfiksia dapat dihindari prognosis dari bayi kecil untuk
masa kehamilan atau SGA adalah baik. Bagaimanapun setelah bayi lahir
mungkin dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit iskemia jantung,
hipertensi dan stroke termasuk penyebab perkembangan pembuluh darah
yang tidak abnormal. Bayi kecil untuk masa kehamilan terjadi karena factor
genetic, infeksi pada masa kehamilan atau penggunaan obat-obatan selama
hamil dapat memperburuk prognosis tergantung pada diagnosis yang spesifik.
Jika intrauterine growth restriction terjadi karena insufisiensi plasenta, nutrisi
yang adequate diizinkan untuk membatu mencukupi kebutuhan nutrisi janin
setelah kelahiran.
2.7 Pengobatan
Pengobatan yang spesifik untu bayi untuk kehamilan kecil ditentukan sesuai
dengan keadaaan bayi, yaitu berdasarkan.
-
yang kecil, tetapi mereka sangat lemah dan kurang dapat mentoleransi dalam
pemberian makanan dan menjaga suhu tubuh untuk tetap hangat. Pengobatan
yang dapat dilakukan antaralain.
-
Jika bayi tidak dapat mengisap dengan kuat dipasang tabung untuk pemberian
makan
2.8 Pencegahan
Pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk semua kehamilan terutama
untuk mengidentifikasi masalah pertumbuhan janin. Berhenti merokok dan
penggunaan obat-obatan dan alcohol perlu untuk dilakukan untuk menjaga
kesehatan kehamilan. Memakan makanan dengan diet yang sehat selama
kehamilan juga membantu menjaga kesehatan janin.
Tata laksana yang dapat dilakukan pada masa antenatal antara lain:
1. Penilaian kelainan kromosom, dapat dilakukan dengan non-invasive prenatal
test (NIPT) untuk menilai ada atau tidaknya kelainan kromosom pada janin
yang dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
2. Surveillance bayi kecil, dengan cara:
-
kehamilan
yang
tepat
untuk
IUGR
adalah
dengan
DAFTAR PUSTAKA
K, Deswani. 2012.Panduan Praktik Klinis dan Laboratotium Keperawatan Maternitas.
Jakarta: Salemba Medika
Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=small-for-gestationalage-90-P02411
http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/perinatalproblems/small-for-gestational-age-(sga)-infant
http://www.health.vic.gov.au/neonatalhandbook/conditions/small-forgestational-age-infants.htm