Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MELATIH BERPIKIR

KRITIS SISWA DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI


Margareth C. Alodia, Ira Ari Nuraini
Email: iraarinuraini@ymail.com

ABSTRAK

Kata kunci:
PENDAHULUAN
A. Pembelajaran Kontekstual
I. Definisi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Pembelajaran Kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi
pelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari serta pembelajaran
ini mampu memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan

yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan


keluarga, masyarakat, dan

dunia kerja. Huston (2011) mengatakan bahwa CTL

didefinisikan sebagai cara untuk memperkenalkan konsep mengunakan berbagai teknik


pembelajaran aktif, yang dirancang untuk membantu siswa melakukan apa yang mereka
sudah tahu, apa yang mereka harapkan untuk belajar dan membangun pengetahuan baru
dari analisis dan sintesis proses belajar ini. Proses pembelajaran yang berlangsung yakni
secara alamiah. Bentuk kegiatan siswa yakni belajar dan mengalami, dalam proses
pembelajarannya biasa disebut dengan learning by doing bukan mentransfer pengetahuan
dari guru ke siswa lagi melainkan siswa mampu menguasai materi pelajaran dengan baik
dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil belajar. Dalam pembelajaran kontekstual ini siswa berusaha
untuk memanfaatkan pengalaman mereka sebelumnya serta membangun pengetahuan yang
ada.

Hasil pembelajaran ini diharapkan agar siswa mampu memecahkan persoalan

kehidupan nyata, mampu berpikir kritis, mampu bekerja sama dan berkomunikasi untuk
menjadi pembelajar yang aktif dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan
dalam kehidupan jangka panjangnya.

II. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran CTL dapat lebih mudah dijelaskan dengan mengidentifikasi
karakteristiknya. Menurut Johnson (2002), terdapat delapan komponen utama dalam sistem
pembelajaran kontekstual, diantaranya:
1. Melakukan hubungan yang bermakna. Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai
orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual,
orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok serta orang yang
dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa
membuat hubungan-hubungan antara materi pembelajaran berdasarkan konteks
yang ada dalam kehidupan nyata.
3. Belajar yang diatur sendiri (self - regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan
yang signifikan. Ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya
dengan penentuan pilihan, dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.
4. Bekerja sama (collaborating). Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi
dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif. Dapat
menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan
menggunakan logika dan bukti-bukti.
6. Mengasuh atau mengetahui pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa
memelihara pribadinya. Mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan
yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil
tanpa dukungan orang dewasa. Siswa menghormati temannya dan juga orang
dewasa.
7. Mencapai standar yang tinggi. Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi.
Mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru
memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut excellence.

8. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan


pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang
bermakna.
III. Teori yang Mendukung Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan minat belajar
siswa. Dalam hal ini, siswa akan menjadi aktif melalui proses pembelajaran. Guru
bertindak sebagai fasilitator yang memungkinkan siswa untuk mengoptimalkan
kemampuan belajar mereka. Dalam pembelajaran kontekstual ini siswa tidak cukup
hanya menghafal materi melainkan siswa diajak untuk berlatih learning by doing.
Terdapat beberapa teori yang mendukung pembelajaran kontekstual diantaranya ialah
sebagai berikut :
a. Konstruktivisme
Berbasis

Pengetahuan

(Knowledge-Based

Constructivism).

Teori

yang

menekankan pada pentingnya mengembangkan kemampuan siswa membangun


sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar
mengajar.
b. Pembelajaran Berbasis Usaha / Teori Pertumbuhan Kecerdasan (Effort - Based
Learning / Incremental Theory of Intellegence). Teori yang menekankan pada
upaya keras untuk mencapai tujuan belajar, hal ini akan memotivasi seseorang
untuk terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan komitmen untuk belajar.
c. Sosialisasi (Socialization)
Teori yang menekankan bahwa belajar merupakan proses sosial yang
menentukan tujuan belajar, oleh karenanya faktor sosial dan budaya perlu
diperhatikan selama perencanaan pengajaran.
d. Pembelajaran Situasi (Situated Learning)
Teori yang menekankan bahwa pengetahuan dan pembelajaran harus
dikondisikan dalam fisik tertentu dan dalam konteks sosial (masyarakat, rumah,
dsb) dalam mencapai tujuan belajar
e. Pembelajaran Distribusi (Distributed Learning)

Teori yang menekankan bahwa manusia merupakan bagian terintegrasi dari


proses pembelajaran oleh karenanya harus berbagi pengetahuan dan tugas-tugas
pada individu lain serta lingkungan sekitar
IV. Pendekatan Pembelajaran untuk Menerapkan CTL
Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual (CTL) berbagai pendekatan pengajaran
dapat dilakukan. Mereka melibatkan para siswa dalam proses belajar aktif. Pendekatan
pembelajaran dalam CTL, diantaranya:
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam
penyelidikan pemecahan masalah serta mengintegrasikan keterampilan dan konsep
dari berbagai bidang isi. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi sekitar
pertanyaan, mensintesis, dan temuan senting pra kepada orang lain (Moffitt, 2001).
2. Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
mengaturinstruksi menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja sama
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Holubec, 2001).
3. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek pada konsep dan prinsip-prinsip disiplin ilmu,
melibatkan siswa dalam penyelidikan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna
lainnya sehingga memungkinkan siswa untuk bekerja secara mandiri untuk
membangun pembelajaran mereka sendiri dan berpuncak pada produk yang realistis
(Buck Institute for Education, 2001)
B. Keterampilan Berpikir Kritis
I. Definisi Berpikir Kritis
II. Cara Melatihkan Berpikir Kritis
III. Berpikir Kritis dalam Biologi
IV. Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Melatihkan Berpikir Kritis dalam
Biologi
PEMBAHASAN

SIMPULAN
REFERENSI
Hasruddin., Nasution M., Rezeqi, Salwa. 2015. Application of Contextual Learning to Improve
Critical Thinking Ability of Students in Biology Teaching and Learning Strategies Class.
International Journal of Learning, Teaching and Educational Research. Vol. 11, No. 3, pp.
109-116. Mei 2015 melalui http://www.ijlter.org/index.php/ijlter/article/view/317 diakses
pada tanggal 20 Oktober 2015.
Lunenburg, Fred. 2011. Critical Thinking and Constructivism Techniques for Improving
Student Achievement. National Forum of Teacher Education Journal. Vol. 21, No. 3.
Berns, Roberts., Erickson, Patricks. 2001. Contextual Teaching and Learning: Preparing
Students for the New Economy. The Highlight Zone Research. No. 5

Anda mungkin juga menyukai