09E02639
09E02639
SKRIPSI
Oleh :
ERNAWATI GULTOM
NIM. 051000052
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
SKRIPSI
Oleh :
ERNAWATI GULTOM
NIM. 051000052
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
ABSTRAK
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu yang disebabkan plasenta previa, solusio plasenta, dan penyebab lain.
Insidens plasenta previa dan solusio plasenta di Indonesia masing-masing 0,5% dan
2%. Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terdapat kasus perdarahan antepartum
sebanyak 85 kasus selama tahun 2004-2008.
Untuk mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang
dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008, dilakukan
penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 85 data
penderita (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji chisquare, Exact Fisher, t, dan Kruskal-Wallis
Kecenderungan kunjungan penderita perdarahan antepartum berdasarkan
data tahun 2004-2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y = -3,8x +
28,4. Proporsi sosiodemografi tertinggi : umur 20-35 tahun 81,2%, suku Batak
84,7%, agama Kristen Protestan 64,7%, pekerjaan ibu rumah tangga 52,9%, dan
daerah asal kota Medan 89,4%. Proporsi mediko obstetri tertinggi : paritas nullipara
34,2%, usia kehamilan >28 minggu 82,4%, penyebab perdarahan plasenta previa
92,9%, ada riwayat kehamilan/persalinan jelek 25,9% yaitu seksio cesarea 50,0%.
Proporsi gejala objektif tertinggi : kadar Hb <11 gr% 36,5%, anemia ringan 96,8%,
tekanan darah sistolik rendah 58,8% dan diastolik normal 49,4%, tinggi fundus uteri
normal 83,5%, dan denyut jantung janin normal 98,8%. Proporsi status rawatan
tertinggi : rujukan 71,8% yaitu dokter spesialis kandungan 90,2%, penatalaksanaan
medis aktif 77,6%, keadaan bayi lahir hidup 95,5%, dan keadaan ibu sewaktu pulang
sembuh 84,7%. Lama rawatan rata-rata ibu 5,79 hari (6 hari). Tidak ada perbedaan
yang bermakna proporsi penatalaksanaanan medis berdasarkan penyebab
perdarahan. (p=0,580); lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penyebab
perdarahan (p=0,733); lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penatalaksanaan
medis (p=0,058). Lama rawatan rata-rata penderita yang pulang berobat jalan
secara bermakna lebih lama daripada sembuh dan atas permintaan sendiri
(F=4,765; p=0,030; 7,67 hari vs 5,68 hari vs 3,50 hari).
Diharapkan dokter dan perawat lebih memberikan informasi kepada ibu
hamil mengenai penyakit dan komplikasi kehamilan dan bagian rekam medik
melengkapi pencatatan pada kartu status serta ibu yang mempunyai faktor-faktor
resiko agar waspada dan selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur.
Kata Kunci : Perdarahan Antepartum, Karakteristik Penderita
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
ABSTRACT
Antepartum bleeding is bleeding happened after pregnancy 28 weeks which
caused by previa placenta, solutio placenta, and other causes. Incidence rate of
previa placenta and solutio placenta each 0,5% and 2%. In Elisabeth Hospital
Medan there is 85 cases of antepartum bleeding.
In order to know characteristics of antepartum bleeding patients who are
hospitalized in Elisabeth Hospital Medan, descriptive study has been done by using
case series design. The population and sample were 85 data patients (total sampling).
Data was analized descriptively by using test of chi-square, Fishers Exact, t, and
Kruskal-Wallis.
Based on 2004-2008 data, there is a decreasing tendency of antepartum
bleeding cases as it shows by the formula y = -3,8x + 28,4. Socio-demographically,
the highest proportion: age 20-35 years 81,2%, Batak ethnic 84,7%, Christian
64,7%, house-keeper 52,9%, dan reside in Medan 89,4%. Medico obstetric, the
highest proportion:nullipara 34,2%, age pregnancy >28 weeks 82,4%, caused
bleeding is previa placenta 92,9%, there is bad obstetric history 25,9%, the type of
bad obstetry history is sectio cesarea 50,0%. Objective symptomp, the highest
proportion:Hb not normal 36,5%, soft anemic 96,8%, systolic blood pressure is low
58,8% and diastolic blood pressure is normal 49,4%, high of uteri fundus is normal
83,5%, and heart beat of foetus is normal 98,8%. Status of treatment, the highest
proportion:revocation 71,8%, type of revocation is docter of specialist obstetric and
ginocology 90,2%, medical act is active 77,6%, condition of babys born is life
95,5%, and condition of mother when go home is cure 84,7%. Average length of stay
5,79 days (6 days). There is no significant differences proportion of medical act and
caused bleeding (p=0,580); average length of stay and caused bleeding (p=0,733);
average length of stay and medical act (p=0058).Average length of stay who clinical
recovery and outpatient is longer than cure and discharged of self request (F=4,765;
p=0,030; 7,67 days vs 5,68 days vs 3,50 days).
To docters and nurses more give information to pregnant mothers about
sickness and complication of pregnancy and medical record to pay more attention to
those patients who are suffering from antepartum bleeding by collecting more detail
information, and also to mothers who had risk factors in order to conscientious and
always take care her pregnancy regularly.
Key words : Antepartum bleeding, Characteristics of patient
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Nama
: Ernawati Gultom
Agama
: Kristen Protestan
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Jumlah Bersaudara
: 6 orang
Alamat Rumah
Riwayat Pendidikan
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus, skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua
tercinta, papaku L. Gultom dan mamaku L. Manurung, yang telah membesarkan
penulis dengan penuh kasih sayang, berkorban materi maupun memberikan dorongan
secara moril dan spiritual, dan selalu memberi semangat maupun motivasi bagi
penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Prof.
dr.Nerseri Barus, MPH selaku dosen pembimbing I, Bapak Drs. Jemadi, M.Kes
selaku dosen pembimbing II, Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku dosen pembanding I,
dan juga kepada Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembanding II yang
memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tak Ada Gading yang Tak Retak. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Ernawati Gultom
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR ISI
1
1
4
5
5
5
6
7
7
8
8
9
10
11
11
12
16
17
17
18
18
18
18
19
19
19
19
19
21
24
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
32
32
32
32
32
32
32
33
33
33
34
34
36
37
38
40
42
43
43
44
44
45
45
46
47
48
48
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
50
50
51
51
52
53
54
55
57
57
58
59
60
61
62
62
63
64
65
66
67
68
68
69
70
71
73
74
75
75
76
77
79
80
81
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6.
Tabel 5.7.
Tabel 5.8.
Tabel 5.9.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1.
Gambar 6.2.
Gambar 6.3.
Gambar 6.4.
Gambar 6.5.
Gambar 6.6.
Gambar 6.7.
Gambar 6.8.
Gambar 6.9.
Gambar 6.10.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Gambar 6.11.
Gambar 6.12.
Gambar 6.13.
Gambar 6.14.
Gambar 6.15.
Gambar 6.16.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Gambar 6.20.
Gambar 6.21.
Gambar 6.22.
Gambar 6.23.
Gambar 6.24.
Gambar 6.25.
Gambar 6.26.
Gambar 6.27.
Gambar 6.28.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 1
PENDAHULUAN
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Kasus perdarahan sebagai sebab utama kematian maternal dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan, dan pada masa nifas.11 Perdarahan pada kehamilan harus
selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada masa kehamilan
muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut
perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua
adalah 28 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus.12 Penyebab
perdarahan antepartum antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan
yang belum jelas sumbernya.12,13
Di RSU Palembang dilaporkan 429 kasus perdarahan antepartum yang
disebabkan oleh plasenta previa dari 14.765 persalinan (proporsi 2,9%) selama tahun
1986-1990. Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa di RSU
Banda Aceh tahun 1990 dilaporkan 11 kasus dari 655 persalinan (proporsi 1,7%),
sedangkan yang disebabkan oleh solusio plasenta dilaporkan 2 kasus dari 655
persalinan (proporsi 0,3%).14
Perdarahan antepartum akibat solusio plasenta di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta pada tahun 2001-2003 tercatat sebanyak 32 kasus dari 4.878 persalinan
(proporsi 0,65%) atau 1 kasus tiap 154 persalinan.7 Di RSUD Arifin Achmad Pekan
Baru pada tahun 2002-2006 tercatat sebanyak 33 kasus dari 12.709 persalinan
(proporsi 0,26%).15
Menurut penelitian ME Simbolon (2004) di RS Santa Elisabeth Medan selama
kurun waktu 1999-2003. Pada tahun 1999 sebanyak 21 kasus, tahun 2000 sebanyak
28 kasus, tahun 2001 sebanyak 34 kasus, tahun 2002 sebanyak 18 kasus, dan tahun
2003 sebanyak 15 kasus. Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
previa tercatat 90 kasus dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 77,6%),
sedangkan perdarahan antepartum yang disebabkan oleh solusio plasenta tercatat 17
kasus dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 14,7%).16
Di RS Dr. Pirngadi Medan selama kurun waktu 2001-2004, FR Bangun
menemukan 126 kasus perdarahan antepartum dari 5040 persalinan (proporsi 2,5%).
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa tercatat 96 kasus dari
126 kasus perdarahan antepartum (proporsi 76,2%), sedangkan perdarahan yang
disebabkan oleh solusio plasenta tercatat 25 kasus dari 126 kasus perdarahan
antepartum (proporsi 19,8%).17
Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan terdapat kasus perdarahan antepartum sebanyak 77 kasus selama
tahun 2004-2008. Pada tahun 2004 sebanyak 18 kasus, tahun 2005 sebanyak 34
kasus, tahun 2006 sebanyak 10 kasus, tahun 2007 sebanyak 14 kasus, dan tahun 2008
sebanyak 9 kasus.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
mengetahui
perbedaan
proporsi
paritas
berdasarkan
penyebab
perdarahan.
i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan janin berdasarkan penyebab
perdarahan.
j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan
penyebab perdarahan.
k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan
keadaan ibu sewaktu pulang.
l. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penyebab
perdarahan.
m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penatalaksanaan
medis.
n. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu
pulang.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28
minggu.12,18 Karena perdarahan antepartum terjadi pada kehamilan di atas 28 minggu
maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.19
Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga, akan
tetapi tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen
bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah
tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai
membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen
bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah
terjadi perdarahan.12
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta. Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta
biasanya lebih banyak, sehingga dapat mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi
dari ibu kepada janin. Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan
plasenta seperti kelainan serviks biasanya relatif tidak berbahaya. Oleh karena itu,
pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal
itu bersumber pada kelainan plasenta.11,12
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.2. Klasifikasi
Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta yang secara
klinis biasanya tidak terlalu sukar untuk menentukannya adalah plasenta previa dan
solusio plasenta. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi
sebagai berikut :12
2.2.1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).12,19,20
Klasifikasi plasenta previa dibuat atas dasar hubungannya dengan ostium uteri
internum pada waktu diadakan pemeriksaan. Dalam hal ini dikenal empat macam
plasenta previa, yaitu :
a. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internum) tertutup oleh plasenta.
b. Plasenta previa lateralis, apabila hanya sebagian dari jalan lahir (ostium uteri
internum) tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginalis, apabila tepi plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal).
d. Plasenta letak rendah, apabila plasenta mengadakan implantasi pada segmen
bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan
sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.21,22
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
mungkin telah jatuh ke dalam syok, janin dalam keadaan gawat, tanda-tanda
persalinan biasanya telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.
c. Solusio plasenta berat
Luas plasenta yang terlepas telah mencapai 2/3 bagian atau lebih, uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, serta bagian janin sulit diraba,
ibu telah jatuh ke dalam syok dan janin telah meninggal, jumlah darah yang
keluar telah mencapai 1000 ml lebih, terjadi gangguan pembekuan darah dan
kelainan ginjal. Pada dasarnya disebabkan oleh hipovolemi dan penyempitan
pembuluh darah ginjal.23,24
2.2.3. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya12
Perdarahan anterpartum yang belum jelas sumbernya terdiri dari :
a. Pecahnya sinus marginalis
Sinus
marginalis
adalah
tempat
penampungan
sementara
darah
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.3. Epidemiologi
2.3.1. Distribusi Frekuensi
Perdarahan antepartum terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan, yang terdiri
dari plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.9
Seperti yang dikutip oleh D.Anurogo, Insidence Rate (IR) plasenta previa di
Amerika Serikat terjadi pada 0,3-0,5% dari semua kelahiran.26 Menurut FG
Cuningham di Amerika Serikat (1994) ditemukan IR perdarahan antepartum yang
disebabkan oleh plasenta previa 0,3% atau 1 dari setiap 260 persalinan.27
Di Indonesia, plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan
(IR 0,5%).28 Menurut penelitian HR Soedarto di RSU Uli Banjarmasin tahun 19982001 tercatat proporsi plasenta previa 82,9% atau 92 kasus dari 111 perdarahan
antepartum.29 Di RS Santa Elisabeth Medan (1999-2003), ME Simbolon menemukan
90 kasus plasenta previa dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 77,6%)
dengan kematian perinatal 4,4%.16
Perdarahan antepartum yang diakibatkan solusio plasenta di Indonesia terjadi
kira-kira 1 diantara 50 persalinan (IR 2%).12 Menurut penelitian Gunawan di RSU
Padang (1997) dalam FR Bangun ditemukan proporsi solusio plasenta 0,48% atau 1
diantara 210 persalinan.17 Menurut penelitian HR Soedarto di RSU Uli Banjarmasin
tahun 1998-2001 tercatat proporsi solusio plasenta 5,4% atau 6 kasus dari 111
perdarahan antepartum.29
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Umur
Umur yang lebih tua dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan
antepartum.12,19
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan antepartum karena alat
reproduksi belum sempurna atau matang untuk hamil. Selain itu, kematangan fisik,
mental dan fungsi sosial dari calon ibu yang belum cukup menimbulkan keraguraguan jaminan bagi keselamatan kehamilan yang dialaminya serta perawatan bagi
anak yang dilahirkannya. Sedangkan umur di atas 35 tahun merupakan faktor yang
dapat meningkatkan kejadian perdarahan antepartum karena proses menjadi tua dari
jaringan alat reproduksi dari jalan lahir, cenderung berakibat buruk pada proses
kehamilan dan persalinannya.12
Perdarahan antepartum lebih banyak pada usia di atas 35 tahun. Wanita yang
berumur 35 tahun atau lebih mempunyai resiko besar untuk terkena dibandingkan
dengan wanita yang lebih muda.9,18
Di RS Sanglah Denpasar Bali (2001-2002) ditemukan bahwa resiko plasenta
previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan dengan
umur <35 tahun. Peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa,
karena sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan
aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang
adekuat.13
b.
Pendidikan
Ibu yang mempunyai pendidikan relatif tinggi, cenderung memperhatikan
Paritas
Paritas dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu21,31 :
1) nullipara, yaitu golongan ibu yang belum pernah melahirkan.
2) primipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 1 kali.
3) multipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 2-4 kali.
4) grandemultipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 5 kali.
Frekuensi perdarahan antepartum meningkat dengan bertambahnya paritas.10,18
Perdarahan antepartum lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi. Wanita
dengan paritas persalinan empat atau lebih mempunyai resiko besar untuk terkena
dibandingkan dengan paritas yang lebih rendah.9,18
Pada paritas yang tinggi kejadian perdarahan antepartum semakin besar karena
endometrium belum sempat sembuh terutama jika jarak antara kehamilan pendek.
Selain itu kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali
direnggangkan, kehamilan cenderung menimbulkan kelainan letak atau kelainan
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
penderita perdarahan
antepartum.17
d.
merupakan resiko tinggi dalam terjadinya perdarahan antepartum. Cedera dalam alat
kandungan atau jalan lahir dapat ditimbulkan oleh proses kehamilan terdahulu dan
berakibat buruk pada kehamilan yang sedang dialami. Hal ini dapat berupa
keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi (seksio
cesarea) atau bekas kuretase.19
Menurut penelitian A.Wardhana dan K.Karkata di RS Sanglah Denpasar, Bali
selama tahun 2001-2002 menemukan bahwa resiko plasenta previa pada wanita
dengan riwayat abortus adalah 4 kali lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat
abortus.13
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Pasien dengan plasenta previa menghadapi 4-8% resiko terkena plasenta previa
pada kehamilan berikutnya. Kejadian solusio plasenta juga meningkat di kalangan
mereka yang pernah menderita solusio plasenta (rekurensi). Setiap pasien dengan
riwayat solusio plasenta harus dipertimbangkan mempunyai resiko pada setiap
kehamilan berikutnya.28
e.
Kadar Hb
Pada kehamilan anemia relatif terjadi karena volume darah dalam kehamilan
bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah tersebut mulai bertambah jelas pada minggu ke-16 dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-32 sampai ke-34 yaitu kira-kira 25%. Meskipun ada
peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume
plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi haemoglobin dalam darah menjadi lebih
rendah.12
Menurut WHO ( 1979 ) kejadian anemia ibu hamil berkisar antara 20% sampai
89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya.12 Ibu hamil yang menderita
anemia lebih peka terhadap infeksi dan lebih kecil kemungkinan untuk selamat dari
perdarahan atau penyakit lain yang timbul selama hamil dan melahirkan. Saat ibu
mengalami perdarahan banyak, peredaran darah ke plasenta menurun. Hal ini
menyebabkan penerimaan oksigen oleh darah janin berkurang yang pada akhirnya
menyebabkan hipoksia janin.14
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
f.
Tekanan darah
Hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan atau yang kronik tidak jarang
ditemukan pada wanita hamil. Hipertensi pada kehamilan adalah apabila tekanan
darahnya antara 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Hipertensi dalam kehamilan
merupakan komplikasi kehamilan sebagai salah satu trias klasik yang merupakan
penyebab kematian ibu. Selain itu, pasien dengan penyakit hipertensi kehamilan
memiliki resiko pelepasan plasenta prematur.32
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Lainnya halnya dengan solusio plasenta, kejadiannya tidak segera ditandai oleh
perdarahan pervaginam sehingga penderita tidak segera datang untuk mendapatkan
pertolongan. Gejala pertamanya adalah rasa nyeri pada kandungan yang makin lama
makin hebat dan berlangsung terus menerus. Rasa nyeri yang terus-menerus ini sering
kali diabaikan atau dianggap sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Setelah
penderita pingsan karena perdarahan retroplasenter yang banyak, atau setelah tampak
perdarahan pervaginam, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Pada
keadaan demikian biasanya janin telah meninggal dalam kandungan.
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh sinus marginalis, biasanya tanda
dan gejalanya tidak khas. Vasa previa baru menimbulkan perdarahan setelah
pecahnya selaput ketuban. Perdarahan yang bersumber pada kelainan serviks dan
vagina biasanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan dengan spekulum
yang seksama. Kelainan-kelainan yang mungkin tampak adalah erosio portionis
uteris, carcinoma portionis uteris, polypus cervicis uteri, varices vulva, dan trauma.
2.5. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama sekali harus dicurigai bahwa hal
itu bersumber dari kelainan plasenta, dengan penyebab utama yaitu plasenta previa
dan solusio plasenta sampai ternyata dugaan itu salah. Diagnosis ditegakkan dengan
adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan12:
2.5.1. Anamnesis
Plasenta Previa
a. Perdarahan pervaginam yang tanpa nyeri.
b. Warna darah merah terang.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Solusio Plasenta
a. Perdarahan pervaginam disertai sakit terus-menerus.
b. Warna darah merah gelap disertai bekuan-bekuan darah.19
2.5.2. Inspeksi
a. Perdarahan yang keluar pervaginam.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemia.
2.5.3. Pemeriksaan fisik ibu
a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.
b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah, nadi, dan perdarahan.18
2.5.4. Palpasi Abdomen
Plasenta Previa
a. Tinggi Fundus Uteri (TFU) masih normal
b. Uterus teraba lunak dan lembut
c. Bagian janin mudah diraba
Solusio Plasenta
a. TFU tambah naik karena terbentuknya hematoma retroplasenter.
b. Uterus teraba tegang dan nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
c. Bagian janin susah diraba karena uterus tegang.19
2.5.5. Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ)
Plasenta previa : bila keadaan janin masih baik, DJJ mudah didengar
Solusio plasenta : sulit karena uterus tegang.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.6. Pencegahan
2.6.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya untuk mempertahankan kondisi orang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Pengawasan antenatal memegang peranan yang sangat penting untuk
mengetahui dan mencegah kasus-kasus dengan perdarahan antepartum. Beberapa
pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal yang
dapat mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi ialah pemeriksaan kehamilan,
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
pengobatan anemia kehamilan, menganjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit atau
di fasilitas kesehatan lainnya, memperhatikan kemungkinan adanya kelainan plasenta
dan mencegah serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan preeklamsia.12
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali, dengan jadwal 1 kunjungan pada
trimester pertama, 1 kunjungan pada trimester kedua, dan 2 kunjungan pada trimester
ketiga. Tetapi apabila ada keluhan, sebaiknya petugas kesehatan memberikan
penerangan tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa hamil. Perlu juga
memberikan penerangan tentang pengaturan jarak kehamilan, serta cara mengenali
tanda-tanda bahaya kehamilan seperti : nyeri perut, perdarahan dalam kehamilan,
odema, sakit kepala terus-menerus, dan sebagainya.32
Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan terhadap
infeksi dan perdarahan. Kematian ibu karena perdarahan juga lebih sering terjadi
pada para ibu yang menderita anemia kehamilan sebelumnya. Anemia dalam
kehamilan, yang pada umumnya disebabkan oleh defisiensi besi, dapat dengan mudah
diobati dengan jalan memberikan preparat besi selama kehamilan. Oleh karena itu,
pengobatan anemia dalam kehamilan tidak boleh diabaikan untuk mencegah kematian
ibu apabila nantinya mengalami perdarahan.
Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil yang
dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum hendaknya diusahakan sedapat
mungkin untuk mengawasi kehamilannya dan bersalin di rumah sakit tersebut.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar diperbaiki atau
bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul pada minggu-minggu terakhir
kehamilan, dapat juga dicurigai kemungkinan adanya plasenta previa.
Preeklamsia dan hipertensi menahun sering kali dihubungkan dengan
terjadinya solusio plasenta. Apabila hal ini benar, diperlukan pencegahan dan
pengobatan secara seksama untuk mengurangi kejadian solusio plasenta.12
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
sakit sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak
daripada sebelumnya.
Ketika penderita belum jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena harus
segera dipasang dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang jarum
infus ke dalam pembuluh darah sebelum syok akan jauh lebih memudahkan transfusi
darah apabila sewaktu-waktu diperlukan.
Segera setelah tiba di rumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera
dilakukan, walaupun perdarahannya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh
darah penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya dan pemeriksaan kecocokan
dengan darah donornya harus segera dilakukan. Dalam keadaan darurat pemeriksaan
seperti itu mungkin terpaksa ditunda karena tidak sempat dilakukan sehingga terpaksa
langsung mentransfusikan darah yang golongannya sama dengan golongan darah
penderita, atau mentransfusikan darah golongan O rhesus positif, dengan penuh
kesadaran akan segala bahayanya.
Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya
kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau belum
mulainya persalinan dan diagnosis yang ditegakkan.12
Apabila pemeriksaan baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum
inpartum, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin masih dibawah 2500
gram, maka kehamilan dapat dipertahankan dan persalinan ditunda sampai janin
dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik lagi. Tindakan medis pada pasien
dilakukan dengan istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin,
atau progesteron.19
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Sebaliknya jika perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung
dapat membahayakan ibu dan/atau janinnya, kehamilan juga telah mencapai 37
minggu, taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai,
maka tindakan medis secara aktif yaitu dengan tindakan persalinan segera harus
ditempuh. Tindakan persalinan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu persalinan
pervaginam dan persalinan perabdominam dengan seksio cesarea.12,19,20
Pada plasenta previa, persalinan pervaginam dapat dilakukan pada plasenta
letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta previa lateralis anterior (janin dalam
presentasi kepala). Sedangkan persalinan perabdominam dengan seksio cesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis posterior, dan plasenta
letak rendah dengan janin letak sungsang.
Pada solusio plasenta, dapat dilakukan persalinan perabdominam jika
pembukaan belum lengkap. Jika pembukaan telah lengkap dapat dilakukan persalinan
pervaginam dengan amniotomi (pemecahan selaput ketuban), namun bila dalam 6
jam belum lahir dilakukan seksio cesarea.19
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta
dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga
perdarahan berhenti. Seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber
perdarahan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan dan untuk menghindari perlukaan serviks dari
segmen bawah uterus yang rapuh.12
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
Karakteristik Penderita
Perdarahan Antepartum
1. Sosiodemografi
Umur
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Daerah asal
2. Mediko Obstetri
Paritas
Keluhan
Usia kehamilan
Penyebab perdarahan
Riwayat kehamilan/persalinan jelek
3. Gejala objektif
Kadar Hb
Tekanan darah
Tinggi fundus uteri
Keadaan uterus
Denyut jantung janin
4. Status Rawatan
Asal Rujukan
Penatalaksanaan Medis
Keadaan Janin
Keadaan Bayi Lahir
Keadaan Bayi Sewaktu Pulang
Keadaan Ibu Sewaktu Pulang
5. Lama Rawatan Rata-rata Bayi
6. Lama Rawatan Rata-rata Ibu
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Batak
Jawa
Melayu
Aceh
Nias
Lain-lain
Islam
Kristen Protestan
Katolik
Hindu
Budha
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak Sekolah
SD
SLTP
SLTA
Akademi/Perguruan Tinggi
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
Mahasiswa
Nullipara
Primipara
Multipara
Grandemultipara
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Abortus
Seksio Cesarea
Prematur
Ekstraksi Vacum
: Tidak Anemia
: Anemia
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
: 9-10 gr%
: 7-8 gr%
: < 7 gr%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
f. Denyut jantung janin adalah keadaan denyut jantung janin saat dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan
atas19 :
1. Normal
2. Tidak Normal
3.2.5. Status Rawatan dibedakan atas :
a. Asal kedatangan adalah tempat penderita perdarahan antepartum dirawat
sebelum dibawa ke rumah sakit, sesuai dengan yang tercatat pada kartu
status, yang dikategorikan atas :
1. Langsung
2. Rujukan
b. Jenis rujukan dikategorikan atas :
1.
2.
3.
4.
Bidan
Dokter Spesialis Kandungan
Rumah Bersalin
Rumah Sakit
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
memadai. Poli umum dilayani dokter umum yang melayani pasien rawat jalan non
emergensi dan pemeriksaan kesehatan dari perusahaan.
Poli Spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan penyakit
urologi, neurologi/saraf, THT, jantung, paru, anak, onkologi, kulit/kelamin, mata,
gigi, bedah umum, dan bedah saraf. Kamar bedah yang tersedia adalah kamar bedah
digestif, thorax, orthopedi, urologi, saraf, anak, THT, mata, mulut, kebidanan, dan
onkologi. Rumah sakit ini memiliki 4 kamar operasi, 2 kamar tindakan untuk bedah
minor, dan 1 kamar ruang pemulihan (recovery room).
5.1.5. Pelayanan Penunjang Medis
Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium,
rontgen, farmasi, fisioterapi, ruang diagnostik, hemodialisa. Laboratorium buka
selama 24 jam. Pemeriksaan di laboratorium dapat dilakukan dengan darurat dan
bukan darurat.
5.1.6. Penunjang Umum
Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi,
jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, pengolahan air limbah,
instalasi gizi dan dapur umum, Central Steril Supply Department (CSSD), teknik
pemeliharaan, kendaraan, dan fasilitas umum lainnya.34
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Total
f
18
34
10
14
9
85
Proporsi (%)
21,18
40,00
11,76
16,47
10,59
100
penderita
perdarahan
antepartum
yang
dirawat
18 9
9
= 0,5 kali, serta persentase penurunan sebesar
100% = 50% .
18
18
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Proporsi (%)
69
16
85
81,2
18,8
100
72
4
1
1
2
5
85
84,7
4,7
1,2
1,2
2,4
5,9
100
7
55
18
2
3
85
8,2
64,7
21,2
2,4
3,5
100
9
20
10
45
1
85
10,6
23,5
11,8
52,9
1,2
100
76
9
85
89,4
10,6
100
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Proporsi (%)
29
28
28
85
34,2
32,9
32,9
100
15
70
85
17,6
82,4
100
79
5
1
85
92,9
5,9
1,2
100
63
22
85
74,1
25,9
100
9
11
1
3
40,9
50,0
4,5
13,6
Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa berdasarkan mediko obstetri yaitu
proporsi paritas tertinggi adalah nullipara 34,2% dan relatif sama dengan primipara
dan multipara masing-masing 32,9%. Berdasarkan usia kehamilan, proporsi tertinggi
adalah >28 minggu 82,4%.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tabel 5.4.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Distribusi
Proporsi
Penderita
Perdarahan
Antepartum
Berdasarkan Gejala Objektif yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008
Gejala Objektif
Kadar Hb
11 gr%
<11 gr%
Total
Anemia
Anemia ringan
Anemia sedang
Anemia berat
Total
Tekanan darah
TDS
Rendah
Normal
Tinggi
Total
TDD
Rendah
Normal
Tinggi
Total
Tinggi fundus uteri
Normal
Lebih tinggi
Tidak Tercatat
Total
Denyut jantung janin
Normal
Tidak normal
Total
Proporsi (%)
54
31
85
63,5
36,5
100
30
1
0
31
96,8
3,2
0
100
50
31
4
85
58,8
36,5
4,7
100
41
42
2
85
48,2
49,4
2,4
100
71
5
9
85
83,5
5,9
10,6
100
84
1
85
98,8
1,2
100
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa berdasarkan gejala objektif yaitu
proporsi kadar Hb tertinggi adalah normal 63,5%. Berdasarkan tingkat anemia,
proporsi tertinggi adalah anemia ringan 96,8% dan terendah adalah anemia berat 0%.
Berdasarkan tekanan darah sistolik, proporsi tertinggi adalah rendah 58,8% dan
terendah adalah tinggi 4,7%. Berdasarkan tekanan darah diastolik, proporsi tertinggi
adalah normal 49,4% dan terendah adalah tinggi 2,4%.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tinggi fundus uteri, proporsi tertinggi adalah normal 83,5%, lebih
tinggi 5,9%, dan tinggi fundus uteri yang tidak tercatat 10,6%. Berdasarkan denyut
jantung janin, proporsi tertinggi adalah normal 98,8%. Berdasarkan keadaan uterus
tidak dapat didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu status.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Distribusi
Proporsi
Penderita
Perdarahan
Antepartum
Berdasarkan Status Rawatan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008
Status Rawatan
Asal Kedatangan
Langsung
Rujukan
Total
Jenis Rujukan
Bidan
Dokter spesialis kandungan
Rumah Sakit
Rumah Bersalin
Total
Penatalaksanaan Medis
Aktif
Pasif
Total
Keadaan Bayi Lahir
Hidup
Meninggal
Total
Keadaan Ibu Sewaktu Pulang
Sembuh
PBJ
PAPS
Total
Proporsi (%)
24
61
85
28,2
71,8
100
2
55
1
3
61
3,3
90,2
1,6
4,9
100
66
19
85
77,6
22,4
100
63
3
66
95,5
4,5
100
72
9
4
85
84,7
10,6
4,7
100
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa berdasarkan status rawatan yaitu
proporsi asal kedatangan tertinggi adalah rujukan 71,8%. Berdasarkan jenis rujukan,
proporsi tertinggi adalah dokter spesialis kandungan 90,2% dan terendah adalah
rumah sakit 1,6%.
Berdasarkan penatalaksanaan medis, proporsi tertinggi adalah aktif 77,6%.
Berdasarkan keadaan bayi lahir, proporsi tertinggi adalah hidup 95,5%. Berdasarkan
keadaan ibu sewaktu pulang, proporsi tertinggi adalah sembuh 84,7% dan terendah
adalah pulang atas permintaan sendiri 4,7%. Berdasarkan keadaan janin dan keadaan
bayi sewaktu pulang tidak dapat didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu
status.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tabel 5.6.
5,79
2,474
5,25-6,32
42,73%
2
18
Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa rata-rata lama rawatan adalah 5,79
hari (6 hari). Standard Deviation (SD) 2,474 hari dan nilai dari Coefisien of Variation
(CoV) sebesar 42,73%, dimana lama rawatan paling singkat adalah selama 2 hari
sedangkan yang paling lama adalah 18 hari.
No.
1.
2.
Penyebab
Perdarahan
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
nullipara
f
%
29
36,8
0
0
Paritas
primipara
f
%
25
31,6
3
60,0
multipara
f
%
25
31,6
2
40,0
Total
f
79
5
%
100
100
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita perdarahan
antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa, proporsi paritas tertinggi adalah
nullipara 36,8% dan terendah primipara dan multipara masing-masing 31,6%. Dari
seluruh penderita yang disebabkan oleh solusio plasenta, proporsi paritas tertinggi
adalah primipara 60,0% dan terendah adalah nullipara 0%.
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat
dilakukan karena terdapat 3 sel (50,0%) yang mempunyai nilai frekuensi yang
diharapkan (expected count) < 5.
medis
berdasarkan
penyebab
perdarahan
penderita
perdarahan antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyebab
Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008
No.
1.
2.
Penyebab
Perdarahan
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Penatalaksanaan Medis
Aktif
Pasif
f
%
f
%
61
77,2
18
22,8
5
100
0
0
Total
f
79
5
%
100
100
p=0,580
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita perdarahan
antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa, proporsi penatalaksanaan medis
tertinggi adalah aktif 77,2%. Dari seluruh penderita yang disebabkan oleh solusio
plasenta, seluruh penatalaksanaan medisnya aktif (100%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50,0%) yang mempunyai expected
count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05,
artinya secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tindakan
medis berdasarkan penyebab perdarahan.
No.
1.
2.
3.
Keadaan Ibu
Sewaktu Pulang
Sembuh
PBJ
PAPS
f
59
5
2
Penatalaksanaan Medis
Aktif
Pasif
%
f
%
81,9
13
18,1
55,6
4
44,4
50,0
2
50,0
Total
f
72
9
4
%
100
100
100
Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita perdarahan
antepartum yang pulang sembuh, proporsi penatalaksanaan medis tertinggi adalah
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
aktif 81,9%. Dari seluruh penderita yang pulang berobat jalan, proporsi tertinggi
adalah aktif 55,6%. Dari seluruh penderita yang pulang atas permintaan sendiri,
proporsi penatalaksanaan medis aktif dan pasif adalah sama (50,0%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat
dilakukan karena terdapat 3 sel (50,0%) yang mempunyai expected count < 5.
Berdasarkan tabel 5.10. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari
seluruh penderita perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa
adalah 5,81 hari (6 hari), sedangkan lama rawatan rata-rata dari seluruh penderita
yang disebabkan oleh solusio plasenta adalah 6,20 hari (6 hari).
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan
yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan antepartum
berdasarkan penyebab perdarahan.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
SD
2,359
2,693
p = 0,058
Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari
seluruh penderita yang penatalaksanaan medisnya aktif adalah 6,06 hari (6 hari),
sedangkan lama rawatan rata-rata dari seluruh penderita yang penatalaksanaan
medisnya pasif adalah 4,84 hari (5 hari).
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan
yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan antepartum
berdasarkan penatalaksanaan medis.
5.9.7. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang
Lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang penderita
perdarahan antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu
Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008
No
1.
Sembuh
2.
PBJ
3.
PAPS
F = 4,765
Berdasarkan tabel 5.12. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari
seluruh penderita yang pulang dalam keadaan sembuh adalah 5,68 hari (6 hari), lama
rawatan rata-rata dari seluruh penderita yang pulang berobat jalan adalah 7,67 hari (8
hari), dan lama rawatan rata-rata dari seluruh penderita yang pulang atas permintaan
sendiri adalah 3,50 (4 hari).
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p<0,05, artinya ada
perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan
antepartum berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang. Hal ini menunjukkan lama
rawatan rata-rata penderita yang pulang berobat jalan secara bermakna lebih lama
daripada pulang dalam keadaan sembuh dan pulang atas permintaan sendiri.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 6
PEMBAHASAN
34
35
Frekuensi
30
25
20
18
y = -3.8x + 28.4
14
15
10
10
5
0
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
frekuensi kasus menurun sebanyak 9 kasus, dengan simpel rasio penurunan 0,5 kali,
serta persentase penurunan sebesar 50%.
18.8%
20-35 tahun
>35 tahun
81.2%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
90
84.7
80
Proporsi (%)
70
60
50
40
30
20
10
5.9
4.7
Lain-lain
Jawa
2.4
1.2
1.2
Nias
Melayu
Aceh
0
Batak
Suku
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.2.3. Agama
Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan agama yang dirawat
inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
3.5%
2.4%
8.2%
21.2%
64.7%
Kristen Protestan
Katolik
Islam
Budha
Hindu
6.2.4. Pekerjaan
Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan pekerjaan yang dirawat
inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
10.6% 1.2%
11.8%
52.9%
23.5%
IRT
pegawai swasta
wiraswasta
pegawai negeri
mahasiswa
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
10.6%
Kota Medan
Luar Kota Medan
89.4%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
32.9%
34.2%
32.9%
nullipara
primipara
multipara
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
17.6%
> 28 minggu
28 minggu
82.4%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
1.2%
5.9%
P.Previa
S.Plasenta
P.Lain
92.9%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
penderita
perdarahan
antepartum
berdasarkan
riwayat
kehamilan/persalinan jelek yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
25.9%
tidak ada
ada
74.1%
gambar
6.10
dapat
dilihat
bahwa
proposi
riwayat
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Proporsi (%)
50
50.0
40.9
40
30
20
13.6
10
4.5
0
Seksio cesarea
Abortus
Ekstraksi vacum
Prematur
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
36.5%
11gr%
< 11gr%
63.5%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.4.2. Anemia
Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan anemia yang dirawat
inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
3.2%
0%
ringan
sedang
berat
96.8%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke rumah sakit ini
mempunyai tubuh yang sehat dan kebutuhan gizi yang tercukupi serta yang datang
berobat ke rumah sakit ini mayoritas berasal dari ekonomi menengah ke atas.
6.4.3. Tekanan Darah Sistolik
Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan tekanan darah sistolik
yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
4.7%
rendah
36.5%
normal
58.8%
tinggi
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.4%
normal
48.2%
49.4%
rendah
tinggi
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
5.9%
10.6%
normal
tidak tercatat
lebih tinggi
83.5%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
1.2%
normal
tidak normal
98.8%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
28.2%
71.8%
Rujukan
Langsung
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
90.2%
Dokter Sp. Kandungan
Rumah Bersalin
Bidan
Rumah Sakit
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
22.4%
aktif
pasif
77.6%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
aktif. Hal ini dilakukan kemungkinan untuk mencegah terjadinya perdarahan yang
lebih gawat.
Penatalaksanaan pasif yaitu dengan istirahat total dengan tujuan agar
kandungan ibu mencapai usia kehamilan yang memungkinkan untuk melakukan
persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik.19 Apabila
perdarahan yang telah berlangsung dapat membahayakan ibu dan/atau janinnya dan
kehamilan juga telah mencapai 37 minggu, maka penatalaksanaan medis secara aktif
segera harus ditempuh.12,19
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian A.Gultom di RSU Dr.Pirngadi
Medan tahun 1999-2001 dengan desain penelitian case series bahwa proporsi
penatalaksanaan medis tertinggi penderita perdarahan antepartum adalah aktif 77%.35
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
4.5%
Hidup
Meninggal
95.5%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
4.7%
10.6%
Sembuh
PBJ
PAPS
84.7%
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Dapat dilihat bahwa sebagian besar penderita pulang dalam keadaan sembuh.
Hal ini menunjukkan penderita perdarahan antepartum yang dirawat dengan
pemberian obat dan istirahat total ataupun yang dilakukan tindakan persalinan
mendapat perawatan yang baik dari rumah sakit. Penderita yang pulang atas
permintaan sendiri menunjukkan penderita sudah merasa sembuh.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian FR Bangun di RSU Dr.Pirngadi
Medan tahun 2001-2004 dengan desain penelitian case series bahwa proporsi
keadaan ibu sewaktu pulang tertinggi adalah sembuh 96,0%.17
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Proporsi (% )
60
50
40
40.0
36.8
31.6
31.6
nullipara
primipara
30
multipara
20
10
0
0
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Penyebab Perdarahan
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Proporsi (%)
100
80
77.2
aktif
60
pasif
40
22.8
20
0
0
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Penyebab Perdarahan
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Pada plasenta previa, penatalaksanaan medis pasif dilakukan jika keadaan ibu
dan janin baik, perdarahan sedikit, dan usia kehamilan <37 minggu, sedangkan
penatalaksanaan medis aktif dilakukan jika perdarahan banyak dan berlangsung terus
menerus, janin dalam keadaan hidup atau meninggal.12 Pada solusio plasenta,
penatalaksanaan medis pasif dilakukan jika usia kehamilan < 37 minggu, perdarahan
sedikit, perut sedikit tegang, dan keadaan janin masih baik, sedangkan
penatalaksanaan medis aktif dilakukan jika perdarahan banyak dan berlangsung terus
menerus, ketegangan perut semakin meningkat dengan janin yang masih baik.18
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai
p>0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan
medis berdasarkan penyebab perdarahan.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
90
81.9
80
Proporsi (%)
70
55.6
60
44.4
50
50.0
50.0
aktif
pasif
40
30
20
18.1
10
0
Sembuh
PBJ
PAPS
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Penyebab Perdarahan
bawah ini.
S.Plasenta
6.2
P.Previa
5.81
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Penatalaksanaan Medis
bawah ini.
aktif
6.06
pasif
4.84
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
7.67
PBJ
Sembuh
5.68
PAPS
3.5
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Kecenderungan kunjungan penderita perdarahan antepartum di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan berdasarkan tahun 2004-2008 menunjukkan
penurunan dengan persamaan garis y = -3,8x + 28,4. Proporsi tertinggi pada
tahun 2005 yaitu 34 kasus (40,0%).
7.1.2. Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan sosiodemografi
diperoleh jumlah yang tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun 81,2%,
suku Batak 84,7%, agama Kristen Protestan 64,7%, pekerjaan ibu rumah
tangga 52,9%, dan daerah asal kota Medan 89,4%.
7.1.3. Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan mediko obstetri
diperoleh jumlah yang tertinggi pada paritas nullipara 34,2%, usia kehamilan
>28 minggu 82,4%, penyebab perdarahan plasenta previa 92,9%, ada riwayat
kehamilan/persalinan jelek 25,9%, dan jenis riwayat kehamilan/persalinan
jelek seksio cesarea 50,0%.
7.1.4. Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan gejala objektif
diperoleh jumlah yang tertinggi pada kadar Hb 11gr% 63,5%, anemia ringan
96,8%, tekanan darah sistolik rendah 58,8% dan tekanan darah diastolik
normal 49,4%, tinggi fundus uteri normal 83,5%, dan denyut jantung janin
normal 98,8%.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
7.1.5.
7.1.6.
7.1.7.
7.1.8.
Dengan uji chi-square tidak dapat diketahui apakah ada perbedaan proporsi
yang bermakna antara paritas berdasarkan penyebab perdarahan, dan
keadaan sewaktu pulang berdasarkan tindakan medis karena expected count
<5 lebih dari 25 %..
7.1.9.
7.1.10. Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan tindakan medis.
(p= 0,058)
7.1.11.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
7.2. Saran
7.2.1. Kepada dokter dan perawat di bagian obstetri dan ginekologi diharapkan lebih
memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai penyakit dan komplikasi
yang dapat timbul selama kehamilan.
7.2.2. Kepada pihak Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan diharapkan untuk
melengkapi pencatatan pada kartu status khususnya yang berkaitan dengan
perdarahan antepartum, seperti keluhan, tinggi fundus uteri, dan keadaan
janin.
7.2.3. lbu-ibu yang mempunyai faktor-faktor resiko untuk terjadinya perdarahan
antepartum agar waspada dan selalu memeriksakan kehamilannya kepada
tenaga ahli secara teratur.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2004. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2005. Medan.
2. Djaja, S., 2005. The Determinant of Maternal Morbidity in Indonesian.WHO
South East Asia New Region vol 4 number 1 and 2. New Delhi.
3. Manuaba, IBG., 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit
Arcan, Jakarta.
4. WHO, 2007. Maternal Mortality in 2005. http://www.who.int. Diakses pada
tanggal 18 April 2009.
5. Sarumpaet, S., 2000. Pengaruh Kondisi Fisik dan Riwayat Persalinan Ibu
Terhadap Terjadinya Persalinan Beresiko di Rumah Sakit di
Kotamadya Medan dan Sekitarnya, Majalah Info Kesehatan FKM
USU, No.6, April 2000.
6. Suyono, dkk, 2008. Hubungan Antara Ibu Hamil dengan Frekuensi Solusio
Plasenta di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. http://www.kalbe.co.id.
Cermin Dunia Kedokteran vol 34 no.5/158 Sep-Okt 2007. Diakses
pada tanggal 5 Februari 2009.
7. Dinkes Kota Medan, 2003. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2002,
Medan.
8. Koblinsky, M., 1997. Kesehatan Wanita, Sebuah Perspektif Global, UGM
Press, Yogyakarta.
9. Royston, E.,dkk., 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Penerbit Bina
Rupa Aksara, Jakarta.
10. Rukmini, LK, 2008. Gambaran Penyebab Kematian Maternal di Rumah Sakit:
Studi di RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD
Sikka,
RSUD
Larantuka
dan
RSUD
Serang,
2005.
http://www.kalbe.co.id. Cermin Dunia Kedokteran vol 34 no.5/158
Sep-Okt 2007. Diakses pada tanggal 11 Februari 2009.
11. Tarigan, D., 1994. Perdarahan Selama Kehamilan. Bagian Anatomi FK
USU, Medan.
12. Winkjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga cetakan V. Penerbit
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
13. Wardana, A., dan Karkata, K., 2008. Faktor Resiko Plasenta Previa.
http://www.kalbe.co.id. Cermin Dunia Kedokteran vol 34 no.5/158
Sep-Okt 2007. Diakses pada tanggal 11 Februari 2009.
14. Chalik, TMA., 1997. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Penerbit
Widya Medika, Jakarta.
15. Erlina, 2008. Karakteristik Solusio Plasenta di Bagian Obstetri dan
Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekan Baru Periode 1 Januari
2002-31 Desember 2006. http://kuliahbidan.wordpress.com. Diakses
pada tanggal 5 Februari 2009.
16. Simbolon, ME., 2004. Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum
yang Dirawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 19992003. Skripsi FKM USU, Medan.
17. Bangun, FR., 2005. Karakteristik Ibu Penderita Perdarahan Antepartum
Rawat Inap di Badan Pelayanan RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun
2001-2004. Skripsi FKM USU, Medan.
18. Manuaba, IBG., 1998. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit EGC,
Jakarta.
19. Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jilid 1 dan 2. Edisi
II. Penerbit EGC, Jakarta.
20. Sastrawinata, S., 1984. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK UNPAD, Bandung.
21. Pritchard, Mc., 1991. Obstetri Williams. Edisi 17. Penerbit EGC, Jakarta.
22. Manuaba, IBG., 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Penerbit EGC, Jakarta.
23. Schwartz, R.H., 1997. Catatan Kuliah Kedaruratan Obstetri. Edisi Ketiga.
Penerbit Widya Medika, Jakarta.
24. Saifuddin, A.B., 1991. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi.
Bagian I. Penerbit FK UI, Jakarta.
25. Manuaba, IBG., 1993. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Penerbit EGC, Jakarta.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.