HIFEMA
HIFEMA
PENDAHULUAN
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata
terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh tulang yang kuat. kelopak mata
bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa
mengatasi
benturan
yang
ringan
tanpa
mengalami
kerusakan.
Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat
cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Cedera
mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan.
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat dan pencegahan terhadap
terjadinya penyulit yang diakibatkannya.
Benda asing yang terdapat pada kornea dapat terdiri atas satu atau beberapa buah.
Benda asing yang terdapat pada kornea berasal dari gurinda atau pecahan besi yang
diketuk dari martil. Sering saat datangnya benda tersebut tidak disadari atau tidak diduga
oleh penderita, sehingga tidak segera memberikan keluhan atau meminta pertolongan.
Keadaan ini dapat berlanjut dengan terbentuknya karat disekitar logam yang tertanam
pada
bola
mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hifema adalah suatu keadaan dimana di dalam bilik mata depan ditemukannya darah
yang terjadi karena adanya trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan
siliar. Bila penderita duduk, maka darah akan berada di bagian bawah bilik mata depan.
Hifema dapat terjadi akibat trauma tembus ataupun trauma tumpul, dapat juga
perdarahan ini terjadi spontan. Biasanya darah ini berasal dari pembuluh darah iris
ataupun badan siliar yang pecah. Kadang-kadang pembuluh darah baru yang terbentuk
pada kornea pasca bedah katarak dapat pecah sehingga timbul hifema.
Anatomi
Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian
depan ( kornea ) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat 2 bentuk
dengan kelengkungan yang berbeda.
Bola dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
1. sklera
2. jaringan uvea
3. retina
Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri atas lapisan :
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran Descement
5. Endotel
Uvea
Lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
coroid.
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata
dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar
saraf dibagian posterior yaitu :
1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk kornea, iris, dan badan siliar
2. Saraf simpatis, yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah
uvea dan untuk dilatasi pupil.
3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil menecil akibat
rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi
dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang diafragmanya
dikecilkan.
Klasifikasi
Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer atau
perdarahan terjadi 5-7 hari sesudah trauma yang disebut perdarahan sekunder.
Hifema sekunder biasanya terjadi akibat gangguan mekanisme pembekuan atau
penyembuhan luka sehingga mempunyai prognosis yang lebih buruk.
Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata dengan rubeosis iridis, tumor pada iris,
retinoblastoma dan kelainan darah. Pada proses penyembuhan hifema dikeluarkan dari
bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui sudut bilik mata depan atau kanal
schlemm dan permukaan depan iris.
Penyerapan melalui daratan depan iris dipercepat oleh enzim proteolitik yang
berlebihan di dataran depan iris. Sebagian darah dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin.
Bila terdapat hemosiderin berlebihan di dalam bilik mata depan, dapat terjadi
penimbunan pigmen ini ke dalam lapis kornea. Penimbunan ini menimbulkan kekeruhan
kornea terutama di bagian sentral sehingga terjadi perubahan warna kornea menjadi
coklat yang di sebut imbibisi kornea.
Etiologi
Luka Tumpul
Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga kemungkinan
merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, dan lensa)
dan struktur mata bagian belakang (retina dan persyarafan). Benturan tumpul juga bisa
menyebabkan patah tulang di
sekeliling
mata.
Dalam 24 jam pertama setelah terjadinya cedera, darah yang merembes ke dalam
kulit di sekitar mata biasanya menyebabkan memar (kontusio), biasanya disebut mata
hitam. Jika suatu pembuluh darah di permukaan mata pecah, maka permukaan mata akan
menjadi merah. perdarahan ini biasanya bersifat ringan.
Kerusakan pada mata bagian dalam seringkali lebih serius dibandingkan kerusakan
pada permukaan mata. Perdarahan di dalam bilik anterior (hifema traumatik) merupakan
masalah yang serius dan harus segera ditangani oleh dokter spesialis mata. Perdarahan
berulang dan peningkatan tekanan di dalam mata bisa menyebabkan kornea menjadi
merah sehingga penglihatan menjadi berkurang dan meningkatkan resiko terjadinya
glaukoma.
Darah bisa merembes ke dalam mata, iris bisa mengalami robekan atau lensa bisa
mengalami pergeseran. Perdarahan bisa terjadi di dalam retina,sehingga retina terlepas
dari jaringan di bawahnya. pada awalnya, lepasnya retina menyebabkan timbulnya
gambaran kilatan cahaya atau bentuk tidak beraturan yang melayang-layang serta
menyebabkan pandangan kabur, kemudian penglihatan bisa menurun secara tajam. Pada
cedera yang hebat, bola mata bisa mengalami
robekan.
Benda Asing
Cedera mata yang paling sering mengenai sklera,kornea dan konjungtiva disebabkan
oleh benda asing. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa
berakibat serius (misalnya luka tembus pada kornea atau infeksi akibat sayatan
maupun
cakaran
pada
kornea).
Penyebab tersering dari cedera pada permukaan mata adalah lensa kontak. Lensa
yang tidak terpasang dengan benar, lensa yang terpasang terlalu lama, lensa yang
tidak dilepas ketika tidur, lensa yang tidak dibersihkan dan melepaskan lensa dengan
sekuat
tenaga
bisa
menimbulkan
goresan
pada
permukaan
mata.
Penyebab cedera permukaan mata lainnya adalah pecahan kaca, partikel yang
terbawa angin dan ranting pohon. Pegawai yang di tempat kerjanya cenderung banyak
mata.
Luka Bakar
Jika terkena panas atau bahan kimia yang kuat, kelopak mata akan segera menutup
sebagai reaksi refleks untuk melindungi mata dari luka bakar. Karena itu hanya kelopak
mata yang mungkin mengalami luka bakar, meskipun panas yang hebat juga bisa
menyebabkan luka bakar pada mata. Beratnya cedera, hebatnya nyeri dan gambaran
kelopak
mata
tergantung
kepada
dalamnya
luka
bakar.
Luka bakar karena bahan kimia bisa terjadi jika suatu bahan iritatif masuk ke dalam
mata. Bahan iritatif ringanpun bisa menyebabkan nyeri dan kerusakan pada mata. Karena
nyerinya hebat maka penderita cenderung menutup kelopak matanya sehingga bahan
kimia berada lebih
lama
di
dalam mata.
Untuk mengobati luka bakar pada kelopak mata, daerah yang terkena dicuci dengan
larutan steril dan diolesi dengan salep antibiotik atau kasa yang mengandung jeli
petroleum. Setelah itu luka
dibungkus
dengan
verban steril.
Luka bakar karena bahan kimia pada mata segera diatasi dengan mengucurkan air
pada mata yang terkena supaya bahan kimia segera terbuang dengan bantuan aliran air.
Setelah itu diberikan obat tetes mata yang mengandung obat bius dan obat untuk
melebarkan pupil. Antibiotik diberikan dalam bentuk salep. Bisa juga diberikan obat
pereda nyeri melalui
mulut.
Luka bakar yang hebat harus ditangani oleh spesialis mata guna mempertahankan
fungsi penglihatan dan mencegah komplikasi (kerusakan iris, perforasi mata dan kelainan
bentuk kelopak mata). Meskipun telah dilakukan pengobatan terbaik, luka bakar hebat
pada kornea bisa menyebabkan pembentukan jaringan paru, perforasi mata dan kebutaan.
Gambaran klinik
Bila ditemukan kasus hifema,sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan
mata luar.Hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan di
temukan kelainan berupa kelainan trauma tembus seperti:
-ekimosis
-laserasi kelopak
-proptosis
-enoftalmos
-fraktura yang disertai gangguan pada gerakan mata
Kadang-kadang kita menemukan kelainan berupa defek epitel,edem kornea dan
imbibisi kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan darah di dalam
bilik mata depan. Kadang-kadang pada iris dapat terlihat iridodialisis atau robekan iris.
Akibat trauma yang merupakan penyebab hifema ini mungkin lensa tidak berada
ditempatnya lagi atau telah terjadi dislokasi lensa malahan luksasi lensa.
Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata untuk mengetahui
apakah sudah terjadi peninggian tekanan bola mata.
Pemeriksaan funduskopi diperlukan untuk mengetahui akibat trauma pada segmen
posterior bola mata.Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena terdapat darah
pada media penglihatan. Pada funduskopi kadang-kadang terlihat darah dalam badan
kaca. Pemberian midriatika tidak dianjurkan kecuali bila untuk mencari benda asing pada
polus posterior.
Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan hifema ditujukan untuk:
* Edukasi
Penderita hifema selamanya dianjurkan untuk dirawat.Dianjurkan untuk tidur di
tempat tidur dengan kepala sedikit terangkat,dan membentuk sudut 30 derajat.Bila
mungkin kedua mata ditutup untuk memberikan istirahat pada mata.
* Medikamentosa
Pada penderita yang gelisah dapat diberi sedatif.Bila terdapat rasa sakit
diberi analgesik atau asetazolamid bila sakit pada kepala akibat tekanan bola mata
naik.
Pada hifema primer penderita dipulangkan dari perawatan bila sesudah 5 hari
perdarahan hilang,atau dengan koagulum yang mengecil.
* Pembedahan
Tindakan pembedahan parasentase dilakukan bila terlihat tanda- tanda imbibisi
kornea, glaukoma, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila darah 5 hari tidak
memperlihatkan tanda-tanda berkurang.
Untuk mencegah atropi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila:
Prognosis
Dikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di dalam bilik mata
depan. Bila darah sedikit di dalam bilik mata, maka darah ini akan hilang dan jernih
sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka
prognosis buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di
dalam bilik mata depan akan memberikan prognosis lebih buruk dibanding dengan
hifema sebagian.
Pada hifema akibat trauma bila terjadi kemunduran tajam penglihatan dapat
dipikirkan kemungkinan adanya kerusakan langsung pada mata akibat trauma tersebut,
seperti luksasi lensa, ablasi retina dan edem makula.
Hifema sekunder yang terjadi pada hari ke 5-7 sesudah trauma biasanya lebih masif
dibanding dengan hifema primer, dan dapat memberikan rasa sakit sekali.
Dapat terjadi keadaan yang disebut sebagai hemoftalmis atau peradangan intraokular
akibat adanya darah yang penuh di dalam bola mata. Dapat juga terjadi siderosis akibat
hemoglobin atas siderin tersebar dan diikat oleh jaringan mata.
Penyulit lain hifema :
Glaukoma sekunder :
- terutama pada hifema total
- yang terjadi akibat reses sudut pada 10% kasus kontusi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mata adalah alat penglihatan yang paling sensitif, hanya terkena debu saja mata bisa
langsung iritasi, apalagi bila mata terkena trauma benda tajam maupun tumpul atau
bahan-bahan yang bisa memperburuk penglihatan. Maka kita harus selalu bisa menjaga
kebersihan dan kesehatan mata.
Dan apabila mata kita terkena trauma atau bahan-bahan yang membahayakan
sebaiknya kita harus segera memeriksakannya kepada ahlinya. Karena jika tidak maka
akan timbul gejala yang akan memperparah keadaan mata kita sehingga prognosisnya
juga akan buruk
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
serta izin-Nya saya dapat menyelesaikan tugas dari program kepaniteraan Mata di
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, yaitu pembuatan referat yang mengambil topik
pembahasan tentang Hifema.
Raferat ini berisi tentang definisi, anatomi, klasifikasi, gejala klinis, penatalaksanaan
dan prognosis terhadap hifema.
Referat ini bertujuan untuk menambah khasanah pengetahuan tentang hifema, yaitu
mengetahui bagaimana cara menjaga dan memelihara kesehatan dan kebersihan mata
serta melakukan terapi secara cepat dan tepat. Tidak lupa juga saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam pembuatan referat ini.
Dengan segala kekurangan yang ada dalam proses pembuatan isi dari referat ini, saya
selaku penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya, serta atas krisis dan saran yang
diberikan kepada saya agar menjadi masukan dikemudian hari.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
1
2
Definisi.....................................................................................................
Anatomi.....................................................................................................
Patofisiologi...............................................................................................
Klasifikasi..................................................................................................
Etiologi.......................................................................................................
Gambaran Klinis......................................................................................... 8
Penatalaksanaan.......................................................................................... 9
Prognosis..................................................................................................... 10
Kesimpulan.................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
Referat
HIFEMA
Moderator:
Dr. Donny Aldian, Sp.M
Disusun oleh:
Tina Argarita
200.311.177
FK.UPN
JAKARTA
2008