Anda di halaman 1dari 6

5

menjadi puluhan sampai ribuan merozoit yang menyebabkan hepatosit


pecah. Merozoit- merozoit ini akan memasuki sirkulasi darah dan memasuki
eritrosit yang kemudian bermultiplikasi membentuk shizont. Stadium eritosit
pada Plasmodium falciparum berlangsung selama 48 jam dan eritrosit yang
terinfeksi akan pecah.
Manifestasi klinis malaria berupa demam dan menggigil berhubungan
dengan pecahnya eritrosit. Sebagian merozoit akan menginfeksi eritrosit sehat
lainnya dan sebagian lagi akan berdifferesiasi membentuk sexual forms
gametosit. Gametosit inilah yang akan berkembang didalam tubuh nyamuk
bila terhisap oleh nyamuk Anopheles sp dan akan membentuk sporozoit yang
merupakan bentuk infeksi bagi manusia.

2.2

Tanaman brotowali (Tinospora crispa)


Tanaman brotowali merupakan tumbuhan liar di hutan, ladang atau

ditanam dekat pagar. Biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Menyukai


tempat panas, termasuk golongan perdu, memanjat, tinggi batang sampai 2.5 m.
Batang sebesar jari kelingking, berbintil rapat, rasanya pahit. Daun tunggal
bertangkai berbentuk seperti jantung atau agak bulat telur berujung

lancip

panjang 7- 12 cm, lebar 5-10 cm. Bunga kecil warna hijau muda berbentuk
tandan semu. Diperbanyak dengan stek.
Tanaman brotowali dapat untuk mengatasi rematik artritis, rematik sendi
pinggul (sciatica), memar, demam, merangsang nafsu makan, demam kuning,
kencing manis dan malaria.3,4

2.3

Plasodium berghei
Plasmodium

berghei merupakan

salah satu

dari

empat

spesies

plasmodium yang menginfeksi rodent yang berasal dari Afrika rodent adalah :
plasmodium vinckei, Plasmodium chabandi dan Plasmodium voelii.
Plasmodium berghei mempunyai siklus hidup maupun morfologi seperti
parasit malaria pada manusia. Oleh karena itu Plasmodium berghei ini oleh
para

peneliti digunakan

mengembangkan

sebagai

obat

model

penelitian

untuk mencari

anti malaria.5 Pada mencit P.berghei lebih

dan
cepat

berkembang dari pada rodent jenis lainnya.


Plasmodium berghei diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi

: Protozoa

Subdivisi

: Sporozoa

Kelas

: Telosporea

Bangsa

: Haemosporina

Suku

: Plasmodidae

Marga

: Plasmodium

Jenis

: Plasmodium berghei
Dalam

darah

rodensia

bentuk Plasmodium

berghei yang bisa

diketemukan ada 4 (empat) yaitu :


a. Bentuk cincin, tampak sebagai cincin dengan sitoplasma biru dengan
nucleus kromatin merah seperti titik, terlihat dengan pengecatan Giemsa
dari hapusan.
b. Bentuk tropozoit, berbentuk amuboid atau seperti pipa.

c. Bentuk skizon, ukuran kira-kira 27 m pada hari keempat setelah


infeksi dan pada eritrosit tampak sebagai titik-titik kasar berwarna
merah gelap yang tampak jelas.
d. Bentuk gametosit, ada dua bentuk gametosit yaitu makrogametosit dan
mikrogametosit.
mengandung

Makrogametosit berbentuk
kumpulan

nucleus

pisang,

bernoda

biru

dan granul, sedangkan bentuk

mikrogametosit seperti ginjal atau kacang, bernoda biru muda atau


kemerahan mengandung nucleus yang mengkilat dengan granul yang
lebih kecil dan tersebar.
Pada pemeriksaan darah tepi, baik hapusan darah tebal dan tipis
dijumpai terutama parasit muda berbentuk cincin (ring form). Pada sedian
darah tebal, sporozoit berbentuk cincin, gametosit berbentuk pisang, dan
bentuk cincin banyak dijumpai disisi luar gametosit. Pada sediaan hapusan
darah tipis tropozoit muda berbentuk tanda seru atau koma dan cincin terbuka,
gametosit berbentuk pisang dan terdapat bintik Murer pada sel darah merah.
Plasmodium berghei sebagai model intuk riset malaria. Sejak tahun
1978, studi tentang parasit malaria sangat meningkat terutama studi pada parasit
Plasmodium falcifarum. Peningkatan studi ini disusul dengan penelitian
terhadap penyakit malaria pada manusia. Plasmodium berghei merupakan salah
satu dari banyak spesies parasit satu dari empat spesies yang menginfeksi
malaria yang menginfeksi mamalia dan manusia dan merupakan salah rodent
murine Afrika yang telah dideskripsikan.
Parasit pada hewan rodensia ini telah dibuktikan analog dengan

malaria pada manusia dan primata lainnya terutama aspek struktur, fisiologi
dan siklus hidup. Plasmodium berghei merupakan model yang sangat baik untuk
penelitian perkembangan biologi dari parasit malaria oleh karena :
a. Secara

biologis

parasit

pada

manusia

dan rodensia mempunyai

kesamaan.
b. Susunan genome dan genetika antar parasit rodensia dan manusia tidak
berubah-ubah.
c. Adanya

kesamaan

karekteristik

molekuler terhadap sensitivitas dan

resistensi obat.
d. Struktur dan fungsi antigen sebagai target vaksin yang tetap.
e. Manipulasi terhadap siklus hidup secara keseluruhan lebih mudah dan
aman termasuk sejak dimulainya infeksi oleh gigitan nyamuk.
f. Kemampuan teknologi yang tersedia untuk pengembangan plasmodium
ini secara in vitro, produksi dalam jumlah besar serta pemurnian
tahapan-tahapan siklus hidup.
g. Proses penyususnan gen dan proses biokimiawi antar parasit rodensia
dan manu-sia yang tidak banyak mengalami perubahan.
h. Modifikasi genetik yang telah tersedia.
i. Memungkinnya pengamatan terhadap interaksi parasit host baik secara
in vivo dan in vitro. Pengenalan yang baik terhadap clones dan mutant
lines secara genetic j. Struktur genetik rodensia sebagai inang yang telah
diketahui dengan baik dan jenis transgenik yang telah tersedia dan
bermanfaat untuk studi imunologis.

2.4

Efek Antimalaria Ekstrak Brotowali


Efek antimalaria merupakan hasil pengaruh yang ditimbulkan untuk

menurunkan atau membunuh parasit malaria. Dari hasil-hasil penelitian


sebelumnya terhadap tumbuhan obat tradisional di peroleh beberapa golongan zat
bioaktif antimalaria diantaranya adalah alkaloid, terpen, kuinon, dan senyawa
kimia lainnya.6 Dimana dalam tanaman brotowali banyak mengandung bahan
seperti alkaloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin,
harsa, berberin, palmatin, dan kolumbin.7,8 Salah satu dari kandungan tanaman
brotowali tersebut terdapat alkaloid yang merupakan antimalaria.
Alkaloid merupakan anti malaria karena dapat menghambat proteolisis
hemoglobin dan polimerase heme pada parasit malaria. Kedua enzim tersebut
diperlukan untuk memproduksi pigmen yang dapat membantu mempertahankan
hidup plasmodium. Alkaloid bekerja dengan menghambat detoksifikasi haem
parasit dalam vakuola makanan, namun mekanismenya tidak jelas diketahui.
Alkaloid secara aktif melawan parasit malaria bentuk eritrositik aseksual. Alkaloid
juga membunuh bentuk seksual P.vivax, P.malariae, dan P.ovale, namun tidak
membunuh bentuk gametosit dewasa Plasmodium falciparum. Alkaloid juga tidak
membunuh parasit malaria bentuk pre-eritrositik.9

10

2.4

Kerangka Teori

Ekstrak tanaman
brotowali

Antimalaria

menghambat proteolisis
hemoglobin, polimerase
heme, dan detoksifikasi
haem parasit malaria

Malaria

Alkaloid
melawan parasit malaria
bentuk eritrositik aseksual

P. berghei

membunuh bentuk seksual


P.vivax, P.malariae, dan P.ovale

2.5

Kerangka konsep
Variabel Independent
Ektrak tanaman brotowali

2.5

Variabel Dependent
Efek antimalaria

Hipotesis
H1 :

Ada efek antimalaria ekstrak

tanaman

brotowali (Tinospora

crispa) pada mencit yang di infeksi Plasmodium berghei.


H0 :

Tidak ada efek antimalaria ekstrak tanaman brotowali (Tinospora


crispa) pada mencit yang di infeksi Plasmodium berghei.

Anda mungkin juga menyukai