Anda di halaman 1dari 25

Proposal Tugas Akhir

M IRWAN PERNANDO N
270110110159

STUDI KARAKTERISTIK RESERVOAR


FAKULTAS TEKNIK
GEOLOGI UNIVERSITAS
A BERDASARKAN DATAPADJADJARAN
CORE,
LOG,
JATINANGOR
2014
DAN SEISMIK

DAFTAR ISI
Halaman
COVER

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

1.1

Latar Belakang Penilitan

1.2

Maksud dan Tujuan

1.3

Identifikasi Masalah

1.4

Manfaat Penelitian

1.5

Waktu dan Lokasi Penelitian

1.6

Hasil yang Diharapkan

BAB IITinjauan Pustaka

2.1

Model Reervoar Geologi

2.2

Batuan Inti (Core)

2.3

Porositas dan Permeabilitas

10

2.4

Konsep Dasar Wireline Logging

12

2.5

Konsep Dasar Metoda Seismik

16

2.6

Pemetaan Bawah Permukaan

18

BAB III

Metode Penelitian

21

3.1

Objek Penelitian

21

3.2

Alat-Alat Penelitian

21

3.3

Tahapan Penelitian

21

PENUTUP

27

DAFTAR PUSTAKA

28

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Manusia memanfaatkan energy dalam hampir seluruh kegiatan semasa hidupnya.
Oleh karena itulah energy menjadi hal yang paling mempengaruhi perekonomian
dunia. Dan energy fosil terutama minyak bumi masih memegang peran penting
dalam memenuhi kebutuhan akan energy tersebut. Energi minyak bumi memiliki
peran terbesar dalam memenuhi kebutuhan manusia baik perorangan maupun
industry. Isu bahwa akan habisnya minyak bumi dimasa depan menimbulkan
munculnya energy-energi baru yang berpotensi untuk menggantikan minyak bumi
sebagai sumber energy fosil terbesar bagi manusia. Namun energy-energi baru
tersebut masih membutuhkan waktu yang panjang untuk berkembang. Selain itu,
dikarenakan

konsumen

minyak

bumi

yang

semakin

bertambah,

hal

ini

menyebabkan permintaan akan minyak bumi terus bertambah. Oleh karena dua
hal tersebut, minyak bumi masih tetap menjadi sumber energy fosil utama bagi
kehidupan manusia.
Seperti

yang

telah

diketahui

bahwa

minyak

bumi

semakin

lama

persediaannya semakin menipis sementara permintaan akan minyak bumi terus


meningkat. Industri-industri dibidang perminyakan mengetahui hal tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan yang kian meningkat tersebut, eksplorasi dalam
menemukan reservoar yang barupun semakin gencar dilakukan. Ruang lingkup
pengerjaannyapun semakin luas bahkan sudah mulai gencar dilakukan eksplorasi
ke lautan.
Salah satu cara untuk mengoptimalkan kinerja di dunia oil and gas adalah
mengikuti teknologi. Geologist di jaman yang modern ini dituntut untuk bisa
menyesuaikan diri pada teknologi yang semakin mutakhir. Pengembangan
lapangan merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan produksi.
Karakterisasi reservoir merupakan upaya penentuan kualitas reservoir dari
sistem batuan, fluida, geometri dan penyebarannya, sifat fisika dan kimia,
interaksi dan interelasinya dalam model geologi reservoir setempat yang
mencakup perkiraan kualitas reservoir yang berada di zona tersebut, sehingga
dapat memberikan panduan bagi tahap pengembangan selanjutnya. Berdasar

pada alasan tersebut, penulis ingin melakukan studi tentang karakteristik


reservoir A berdasarkan data Log, Data Core, dan Seismik.
1.2 Maksud dan Tujuan
Selain untuk memenuhi persyaratan akademis yang berlaku di Jurusan
Teknik Geologi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Studi
karakteristik Reservoar berdasarkan data Core, Log, dan Seismik bertujuan untuk :
1. Memahami struktur dan tatanan lithologi pada daerah penelitian melalui
data seismik dan well log
2. Memahami

tatanan

strtigrafi

dan

lingkungan

pengendapan

daerah

penelitian dari data seismik dan well log


3. Memahami

model karakteristik reservoir dengan menggabungkan data

seismik dan well log untuk mendapatkan geomerti, penyebaran lapisan, dan
kualitas reservoir
4. Menambah wawasan penulis dan penerapan konsep-konsep di dunia
perkuliahan ke dunia industry.

1.3 Identifikasi Masalah


Dalam menganalisis data well log dan data seismik maka permasalahan
yang muncul adalah :
1. Bagaimana struktur dan tatanan lithologi pada daerah penelitian melalui
data seismik dan well log?
2. Bagaimana

tatanan

strtigrafi

dan

lingkungan

pengendapan

daerah

penelitian dari data seismik dan well log?


3. Bagaimana model karakteristik reservoir dengan menggabungkan data
seismik dan well log untuk mendapatkan geomerti, penyebaran lapisan, dan
kualitas reservoir?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian Karakteristik Reservoar ini adalah untuk lebih
memaahami konsep-konsep yang telah diajarkan dalam dunia perkuliahan serta
pengaplikasiannya di dunia industry. Dari penelitian ini diharapkan hubungan PT

Medco Energi Internasional dan Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


dapat menjadi semakin baik dan saling menguntungkan.
1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian
Kegiatan yang
Dilakukan
Tahap

Februari

Maret

April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mei
1

Persiapan
Tahap
Pengumpulan
Data
Tahap
Pengolahan
Data
Tahap
Penyusunan
Laporan
Penelitian direncanakan bertempat di kantor PT Medco Energi Internasional
di Jakarta selama dua bulan yaitu Maret 2015 April 2015 atau menyesuaikan
dengan waktu yang disediakan oleh PT Medco Energi Internasional. Penelitian ini
difokuskan pada salah satu lapangan Minyak yang dimiliki PT Medco Energi
Internasional.
Tabel 1.1 Time Table Penelitian

1.6

Hasil yang Diharapkan

Hasil penelitian pada interval daerah penelitian berupa:


1.

Interpretasi fasies dan lingkungan pengendapan.

2.

Peta volume of shale rata-rata.

3.

Peta Porositas () rata-rata.

4.

Peta Gross Sand.

5.

Peta Net sand.

6.

Peta struktur bawah permukaan.

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Model Resevoar Geologi
Dalam mempelajari karakteristik reservoar, banyak pendekatan integratif
yang dapat dilakukan untuk dapat memberikan gambaran model reservoar
geologi yang terdapat dalam batuan reservoar. Dalam mempelajari karakteristik
reservoar haruslah diketahui terlebih dahulu mengenai hal-hal berkenaan dengan
reservoar itu sendiri.
Batuan reservoar adalah suatu wadah di bawah permukaan bumi yang
mengandung minyak dan gasbumi. Tempat terakumulasinya hidrokarbon tersebut

merupakan rongga-rongga atau pori-pori yang terdapat diantara butiran mineral


atau dapat pula dalam rekahan batuan yang memiliki porositas rendah. Pada
hakekatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoar asal
mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan fluida. Batuan
reservoar

harus

memiliki

porositas

yang

memberikan

kemampuan

untuk

menyimpan dan permeabilitas yang memungkinkan kelulusan suatu fluida di


dalamnya. Singkatnya, suatu batuan reservoar harus memiliki rongga atau pori
yang saling berhubungan (Koesoemadinata, 1980).
Sifat-sifat suatu reservoar, seperti jenis dan ukuran reservoar, ukuran butir,
permeabilitas, porositas, dan jenis sementasi. Selain tergantung pada prosesproses yang terjadi pada saat pengendapan, juga kepada jenis lingkungan
pengendapan, dan proses yang terjadi setelah pengendapan seperti proses erosi,
pelapukan, dan deformasi. Di luar itu, proses diagenesis yang terjadi pada saat
setelah penimbunan (burial), juga sangat berpengaruh pada porositas dan
permeabilitas.
Berikut secara singkat akan dibahas pengaruh beberapa proses yang sangat
berperan dalam penentuan kualitas suatu reservoar :

a. Lingkungan Pengendapan.
Memahami lingkungan pengendapan suatu reservoar akan memudahkan
untuk mengetahui geometri reservoar tersebut. Sebagai contoh, endapan beach
barrier akan memiliki bentuk butir yang lebih kasar, memiliki pemilahan serta
permeabilitas yang baik pada bagian atas batuan tersebut. Sebaliknya reservoar
yang merupakan channel dan point bar memiliki bentuk butir yang lebih kasar,
pemilahan serta permeabilitas yang lebih baik pada bagian bawahnya.
b. Proses Diagenesis.
Diagenesis adalah proses perubahan aspek kimia dan fisika pada sedimen
setelah terjadi proses pengendapan. Diagenesis berlangsung pada kondisi
temperatur dan tekanan yang relatif rendah. Proses diagenesis berkaitan
langsung terhadap perubahan porositas dan permeabilitas reservoar. Pada saat
diendapkan, pasir memiliki porositas yang besar (30-40%) serta permeabilitas

yang besar pula (>1000 md). Selanjutnya setelah pengendapan, porositas primer
dan permeabilitas akan berkurang. Selain itu proses diagenesis juga dapat
mengakibatkan bertambah besarnya harga porositas dan permeabilitas.
c. Sejarah Struktur
Batuan yang pada mulanya tidak memiliki sifat-sifat reservoar yang baik,
dapat berubah menjadi suatu reservoar jika terdeformasi secara struktur. Keadaan
ini mengakibatkan terbentuk dan berkembangnya rekahan-rekahan. Dari rekahanrekahan inilah diperoleh porositas dan permeabilitas yang memadai bagi batuan
sehingga menjadi suatu reservoar. Jenis batuan dan komposisinya merupakan
faktor utama yang menentukan ketahanan batuan tersebut terhadap gaya-gaya
yang bekerja dan besarnya rekahan yang terbentuk. Rekahan-rekahan ini
mempunyai pola tertentu dan dengan mengetahui pola tersebut akan sangat
berguna untuk proses pengambilan minyak (recovery).
d. Pelapukan dan Erosi.
Proses pelapukan dan erosi kadangkala dapat meningkatkan kualitas suatu
reservoar. Porositas dapat menjadi besar akibat proses pelapukan dan erosi.
Selain itu, rekahan-rekahan yang terdapat pada batuan, dapat pula bertambah
besar.
2.2 Batuan Inti (core)
Analisis batuan inti merupakan suatu teori untuk mengidentifikasikan
litologi melalui deskripsi atau pemerian batuan reservoir untuk mengoptimalkan
kontribusi data batuan. Langkah awal dalam analisis deskripsi adalah mengenali
objek

analisis

secara

kualitatif

mulai

dari

tampak

luar

sampai

unsur

pembentuknya. Pengenalan objek sangat penting karena digunakan untuk


menentukan jenis dan urutan analisis lanjut yang perlu dilakukan.
N
o
1.

Parameter
Nama
Batuan

Name

Keterangan
Nama sesuai
murni
atau
komponen
dominan.

jenis batuan
berdasarkan
terbanyak/

2.

Warna

Colour

Kenampakan warna batuan

3.

Kekerasan

Hardness

Ukuran kekerasan batuan

4.

Besar Butir

Grain Size

5.

Derajat
Kebundaran

Roundnes
s

6.

Pemilahan

Sorting

7.

Mineral/
komponen
Ikatan
Fluoresensi

Impurites

Besar butir dengan standar


Baku
Internasional
(Scale
wentworth)
Kenampakan
butiran
dibandingkan dengan bentuk
bola
Membedakan
butiran
berdasarkan
keseragaman
besar butir
Pengamatan
berdasarkan
mineral ikutan sebagai semen

9.

CutFluoresensi

Cutfluoroscen
ce

1
0.
1
1.
1
2.

Bentuk butir

Shape

Geometri
butiran
Jejak fosil

Geometry

8.

Fluorosce
nce

Trace
fossil

Pengamatan
dengan
fluoroscope (sinar ultraviolet)
untuk mengetahui adanya
hidrokarbon.
Pemerian sifat warna minyak
yang larut dalam solvent ( di
bawah sinar ultraviolet) jika
batuan
ditetesi
dengan
pelarut.
Dilihat dengan menggunakan
lup atau mikroskop.
Dilihat dengan menggunakan
mikroskop atau lup.
Mengamati jenis flora dan
fauna
yang
terdapat
di
batuannya.

Tabel 2.1 Deskripsi batuan inti (Satia Graha, dkk, 2010)

Berdasarkan ciri-ciri khusus dari deskripsi litologi maka dapat dilakukan


interpretasi lingkungan pengendapan. pengenalan lingkungan Pengendapan
berdasarkan ciri batuan sebagai berikut :
N
o
1

Sifat Fisik

Lingkungan Pengendapan

Calcareous

Adanya gamping menunjukkan suatu


lingkungan
pengendapan
yang
berasosiasi dengan laut atau di laut
(marin)

2
3

Batupasir

Menunjukkan
suatu
lingkungan
pengendapan dekat relief pantai (landai/
curam).
Batupasir
Menunjukkan
suatu
lingkungan
berlaminasi
pengendapan di daerah delta atau
lanau
(silt)- muara sungai
lempung
Carbonaceous
Menunjukkan
suatu
lingkungan
material
pengendapan dekat pantai.

Laminasi
batubara

Menunjukkan
suatu
lingkungan
pengendapan di daerah air tawar

Kandungan
glaukonit

Indikasi pengendapan dekat pantai tepi


tetapi dalam lingkungan laut.

Kandungan pirit

Endapan pantai yang mengalami proses


reduksi dalam lingkungan pengendapan
bersifat basa.

Tabel 2.2 Lingkungan pengendapan berdasarkan ciri fisik batuan (Satia Graha, dkk, 2010).

2.3 Porositas dan Permeabilitas


2.3.1 Porositas
Penamaan porositas yang dikenal adalah berdasarkan Choquette &Pray
(1970). Porositas suatu medium adalah perbandingan rongga pori terhadap
volume total seluruh batuan dan biasa dinyatakan dalam persen.

Vp
Vtot

: Porositas
Vp
: Volume pori-pori
Vtot : Volume keseluruhan batuan
Porositas pada batuan sedimen dibagi menjadi dua jenis, yaitu porositas
primer dan porositas sekunder. Porositas primer adalah porositas yang terbentuk
sebelum sedimen mengalami diagenesis. Pada awalnya, yakni saat pasir (sand)
baru diendapkan, porositas primer dapat mencapai hingga 40%. Porinya
berhubungan (interconnected pore) dan pore aperture luas. Namun porositas
primer

tersebut

menurun

karena

penyusunan

kembali

butiran-butiran

(rearrangement) selama kompaksi dan presipitasi kimia semen (Pettijohn, 1986,


h.463).

Porositas sekunder terbentuk karena proses diagenesis. Porositas sekunder


dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya dan tekstur porinya. Berdasarkan
asalnya porositas sekunder dapat dibagi menjadi :
-

Pori akibat rekahan (fracturing)

Pori akibat shrinkage

Pori akibat pelarutan butiran sedimen dan matriks

Pori akibat pelarutan semen autigenik yang mengisi ruang pori

Pori akibat pelarutan mineral autigenik pengganti

Berdasarkan tekstur porinya, kenampakan porositas sekunder terbagi menjadi


lima kelompok utama yaitu :
-

Pori intergranular
Kenampakannya seperti pori primer, namun pori sekunder intergranular
terbentuk karena shrinkage matriks intergranular, pelarutan matriks,
semen, dan replacement intergranular.

Pori oversized
Merupakan pori yang memiliki diameter cukup besar ( 1.2 ) yang
terbentuk akibat pelarutan matriks, semen, dan replacement.

Pori moldic
Terjadi karena pelarutan mineral baik secara sebagian atau seluruh dan
biasanya terjadi pada tubuh suatu butiran

Pori intra unsur


Adalah pori yang berada di dalam unsur-unsur tekstural secara individual,
seperti : inteagranular (didalam butiran), intramatrix (didalam matrix),
intracement (didalam semen), dan intra-replacement (didalam mineral
pengganti). Contohnya pada pori intragranular akan menghasilkan pori
bertekstur honeycomb.

Pori fracture
Terjadi pada butiran yang telah mengalami fracture dan pada bagian yang
ter-fracture-kan terisi oleh semen dan matriks yang kemudian terlarut
menjadi porositas sekunder..

Porositas sekunder merupakan unsur penting atau Bentuk istimewa pada


porositas efektif dalam reservoar batupasir. Dengan melakukan identifikasi yang
akurat dari sifat porositas sekunder dan hubungannya dengan batuan induk
secara tekstural, maka eksplorasi dan eksploitasi batuan reservoar batupasir akan
lebih bermanfaat.
2.3.2 Permeabilitas
Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoar untuk dapat meloloskan
fluida melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk
atau kerangka batuan tersebut. Berdasarkan hukum Darcy, kecepatan fluida
mengalir (fluid flow) dalam batuan dapat dihitung dengan :

Q
K
m
dp/dl

: kecepatan fluida (cm/sec)


: Permeabilitas
: viskositas (sentipose)
: gradient hidrolik (atm/cm)

Q = (K/m).(dp/dl)

Pada saat terjadi diagenesis, batupasir akan mengalami perubahan nilai


porositas dan permeabilitas. Umumnya akan mengalami penurunan, yang bisa
diakibatkan oleh perubahan komposisi mineral dan akibat beberapa proses
diagenesis

seperti

kompaksi,

pelarutan,

sementasi,

dan

penggantian

(replacement). Hal yang paling umum terlihat sebagai factor yang mengurangi
nilai porositas dan permeabilitas adalah sementasi, khususnya semen mineral
lempung, karena mineral lempung seperti ilit dan klorit dapat menghambat fluid
flow, sehingga permeabilitasnya akan menurun.
Pentingnya

studi

porositas,

permeabilitas,

dan

factor-faktor

yang

mempengaruhinya seperti, diagenesis sangatlah penting untuk menjelaskan


Karakteristik reservoar secara detail dalam kerangka geologi. Selain itu dapat
diaplikasikan untuk memprediksi kualitas reservoar, jumlah hidrokarbon yang
terkandung di dalam reservoar, dan tingkat produksi hidrokarbon.
2.4 Konsep Dasar Wireline Logging

Wireline Logging adalah suatu kegiatan pengukuran parameter-parameter


fisika dari batuan. Sedangkan data yang dihasilkan berupa log yang berarti suatu
gambar kedalaman (kadang-kadang terhadap waktu) dari suatu perangkat kurva
yang mewakili parameter-paremeter yang diukur secara menerus di dalam suatu
sumur (Schlumberger, 1986). Parameter-parameter yang diukur dalam logging :
-

Sifatkelistrikan batuan (Spontaneous Potential)

Daya hantar listrik

Tahanan jenis batuan

Sifat keradioaktifan

Sifat kemenerusan gelombang suara (sonic/akustik)

Sedangkan parameter-parameter yang mempengaruhi proses logging :


-

Porositas dan permeabilitas

Kejenuhan air

Tahanan jenis batuan

Jenis-jenis log yang sering digunakan antara lain :


-

Log Spontaneous Potential (SP)


Kurva SP merupakan suatu catatan perbedaan potensial antara
elektroda yang bergerak di dalam lubang bor pada kedalaman tertentu
dengan potensial yang tetap dari elektroda di permukaan. Pada dasarnya
alat ini berguna untuk membedakan zona permeable dan zona impermeable
dengan memperlihatkan adanya defleksi pada kurva yang dihasilkan. Jika
zona impermeable, maka kurva log SP akan cenderung membentuk garis
lurus

yang

menerus

disebut

dengan

shale

base

line,

sedangkan

kebalikannya disebut sand base line.


Defleksi kurva bisa positif (ke kanan) dan bisa negative (ke kiri)
tergantung dari salinitas air formasi dan filtrate lumpur. Jika salinitas air
formasi lebih besar dari filtrate lumpur, maka defleksi kurva akan negative,
begitu juga sebaliknya. Kegunaan dari Log SP ini antara lain :
a) Mendeteksi

lapisan

porous

permeable

serta

menentukan letak

batasnya.
b) Mengestimasi harga tahanan jenis air formasi (Rw).
-

Log Gamma Ray (GR)

Prinsip

log

GR

adalah

perekaman

sifat

radioaktivitas

bumi.

Radioaktivitas GR berasal dari 3 unsur radioaktif utama yang ada dalam


batuan, yaitu Uranium (U), Thorium (Th), dan Potassium (K) yang secara
kontinu memancarkan GR dalam Bentuk pulsa-pulsa energy radiasi tinggi.
Log GR merekam sifat radioaktivitas bumi yang mampu menembus batuan
dan berupa detector sintilasi. Setiap Gamma Ray yang dideteksi akan
menimbulkan pulsa listrik pada detector. Parameter yang direkam adalah
jumlah dari pulsa yang tercatat per Satuan waktu. Berdasarkan sifat-sifat
radioaktif, pengukuran log GR ini dapat dilakukan pada kondisi lubang
terbuka maupun lubang tertutup.
Log GR berguna untuk menentukan lapisan permeable disaat SP tidak
berfungsi karena formasi yang sangat resistif atau bila kurva SP kehilangan
karakternya (Rmf=Rw) atau ketika SP tidak dapat direkam karena lumpur
yang digunakan tidak konduktif (oil-base mud). Kegunaan Log GR :
a) Identifikasi Litologi dan korelasi antar sumur
b) Menentukan lingkungan pengendapan
c) Mengetahui kandungan shale pada lapisan permeable
-

Log Resistivitas
Log Resistivitas berguna untuk mengukur besarnya daya hambat
formasi terhadap arus listrik, yang besarnya bergantung pada jenis
kandungan fluida, porositas batuan, kandungan mineral, dll.
Resistivitas formasi adalah parameter utama yang diperlukan dalam
menentukan saturasi hidrokarbon. Alat resistivitas ada dua yaitu Lateral Log
dan Induksi Log. Prinsipnya adalah arus listrik mengalir pada formasi batuan
karena konduktivitas dan air yang dikandungnya. Resistivitas formasi diukur
dengan cara mengirim arus bolak-balik langsung ke formasi (dalam log
lateral) dan menginduksikan arus listrik kedalam formasi.
Alat induksi dikenal dengan alat konduktivitas, karena parameter yang
diukur langsung dari konduktivitas yang dikonversikan ke resistivitas.
Sedangkan alat log lateral ganda memfokuskan arus listrik secara lateral
kedalam formasi dalam Bentuk lembaran tipis, dengan cara mengukur
tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik utama
yang besarnya tetap.

Alat log lateral ganda memiliki dua bagian, yaitu satu bagian yang
mempunyai elektroda yang dapat mengukur resistivitas log lateral dalam
(LLD) dan elektroda yang lainnya mengukur resistivitas log lateral dangkal
(LLS).
-

Log Densitas (RHOB)


Log densitas berguna untuk mengukur densitas electron dalam
formasi (gram/cc) yang disebut porositas densitas. Alat ini menggunakan
energy yang berasal dari sinar gamma. Pada saat sinar gamma bertabrakan
dengan electron, maka sinar kehilangan energinya kemudian dideteksi oleh
sensor. Tingkat peleburan sinar gamma tersebut sesuai dengan densitas
electron dan bulk density electron. Jadi density log adalah log porositas
yang mengukur densitas electron pada formasi yang merupakan besaran
bulk density batuan. Untuk menghitung porositas suatu batuan, maka
density matriks (ma) harus diketahui. Harga densitas matriks setiap
batuan berbeda-beda. Zona hidrokarbon memiliki low RHOB.

Log Neutron
Merupakan

tipe

log

porositas

yang

mengukur

konsentrasi

ion

hydrogen dalam suatu formasi. Didalam suatu formasi bersih yang diisi air
atau minyak, log neutron mencatat porositas yang diisi caairan. Log ini
berguna untuk :

Menentukan porositas

Identifikan Litologi

Identifikasi adanya gas

Log Sonik
Merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu lewat
(t) daribsuatu gelombang suara kompresional untuk melalui suatu feet
formasi. Interval waktu lewat dengan Satuan mikrodetik per kaki. Harga (t)
tergantung pada Litologi dan porositas. Log ini berguna untuk :

Menentukan porositas

Identifikasi Litologi

Log Photo Electric Factor


Pembacaab log PEF berkaitan erat dengan besarnya nilai Z (nomor
atom). Formula yang digunakan adalah PEF = (Z/10) 3.6 dalam atuan
barns/electron. Log ini umumnya digunakan untuk mengidentifikasi Litologi
dan mengethui porositas fluida pada formasi. Log ini dapat digunakan untuk
identifikasi jenis Litologi secara kualitatif, mengetahui kemungkinan adanya
mineral berat dalam formasi, dan mendeteksi adanya fracture.

2.5 Konsep Dasar Metoda Seismik


Pada pekerjaan seismic cukup sederhana. Dimana energy yang dihasilkan
dari sumber yang dipancarkan kedalam bumi sebagai gelombang seismic pada
saat bertemu dengan bidang perlapisan berfungsi sebagai reflector dan akan
kembali memantul ke permukaan dan kemudian dideteksi oleh geophone yang
terdapat di permukaan bumi. Ada 2 jenis seismic, yaitu :
-

Seismik bias (refraction) : digunakan untuk penelitian yang dangkal (<30


km)

Seismik pantul (reflection) : digunakan untuk penelitian yang dalam (>30


km)

2.5.1 Tahapan Penyelidikan Sismik


Tahapan pengerjaan suatu data seismic mulai tahap akuisisi hingga menjadi
suatu penampang seismic yang siap diinterpretasikan telah melalui proses
panjang yang cukup rumit. Tahap penyelidikan seismic terbagi dalam tiga bagian
utama sebagai utama sebagai berikut :
-

Tahap operasi lapangan dan perekaman data

Tahap pengolahan data lapangan

Tahap Interpretasi

Gambar 2.1 Tahap operasi lapangan dan perekaman data seismik

2.5.2 Atribut-atribut Seismik


Atribut-atribut seismic adalah sifat-sifat dari suatu trase seismic komplek,
yaitu amplitude, besaran, fase, frekuensi, dan polaritas. Istilah instantaneous
diberikan pada fase dan frekuensi apabila harga-harga ini dikalkulasi dari setiap
sample suatu trace seismic.
-

Amplitudo
Merupakan harga trace setiap sample waktu yang diketahui, pada
suatu trace seismic. Hal ini biasanya dijelaskan sebagai pergerakan sinyal
dari suatu harga nol yang bisa mempunyai suatu tanda positif atau
negative. Amplitudo dari trace akan berubah apabila rotasi trace seismic
komplek berubah.

Magnitudo
Merupakan amplitude absolut maksimum untuk semua rotasi fase
pada suatu sampel waktu yang diketahui. Magnitudo, yang disebut juga
reflection strength oleh beberapa ahli, harus bisa dibedakan dengan ukuran
koefisien refleksi pada permukaan refleksi.

Instantaneous Phase
Merupakan sampel waktu dibagi dengan harga fase sampel waktu dari
envelope seismic trace. Instaneous tidak terikat pada besaran.

Instantaneous frequency
Merupakan waktu derivative dari Instantaneous Phase, atau suatu
pengukuran kecepatan perubahan-perubahan fase sebagai suatu fungsi
waktu.

Polaritas
Merupakan harga dari trace seismic amplitude baik yang bernilai
positif ataupun negatif.

2.6

Pemetaan Bawah Permukaan

2.6.1 Pengertian Peta Bawah Permukaan


Peta bawah permukaan adalah peta yang menggambarkan bentuk

atau

keadaan geologi bawah permukaan (Tearpock and Bischke, 1991). Tujuan


pembuatan peta bawah permukaan antara lain :
1. Mengetahui kondisi geologi bawah permukaan yang sebenarnya
2. Mengetahui lingkungan pengendapan
3. Menentukan arah suplai material
4. Menentukan arah laut terbuka
5. Mengetahui daerah prospek hidrokarbon
6. Membantu dalam perhitungan cadangan hidrokarbon

Peta bawah permukaan memiliki sifat:


a) Kuantitatif, yaitu menggambarkan suatu garis yang menghubungkan titik-titik
yang nilainya sama, baik ketebalan, kedalaman, maupun perbandingan/
prosentase ketebalan.

b) Dinamis, yaitu kebenaran peta tidak dapat dinilai atas kebenaran metode,
tetapi atas data yang ada. Artinya peta sewaktu-waktu dapat berubah jika
ditemukan data-data baru.

2.6.2. Jenis Peta Bawah Permukaan


Ada tiga macam peta bawah permukaan yang dibuat untuk keperluan
eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon, antara lain:
1. Peta Ketebalan Total Batupasir (Gross Sand Map)
Peta ini adalah peta yang menggambarkan ketebalan total dan penyebaran
lapisan reservoir termasuk lapisan-lapisan impermeable (serpih) tipis diantara
lapisan-lapisan reservoir pada tiap sumur. Peta ini dibuat dengan menghitung
tebal total batupasir kotor (termasuk yang mengandung lapisan serpih), dihitung
mulai lapisan batupasir teratas sampai lapisan batupasir paling bawah dan
dianggap sebagai ketebalan satu lapisan yang diplot sebagai bilangan positif.
2. Peta Ketebalan Batupasir Bersih (Net Sand Map)
Peta ini menggambarkan ketebalan bersih dari batupasir (clean sand) yang
diperoleh dari hasil analisa petrofisik batuan, khusus zona batupasir yang diteliti.
Ketebalan batupasir sebagai reservoir disini diperoleh setelah dilakukan koreksi
terhadap kandungan serpih pada tubuh batupasir tersebut, kemudian plot harga
ketebalan pada peta dasar sesuai sumurnya dan harga ketebalan merupakan
bilangan positif. Prinsip pembuatannya sama dengan peta gross sand, namun
besar ketebalan batupasirnya dikurangi dengan tebal shale yang berada dalam
batupasir. Tiap lapisan batupasir bersih dipetakan sebagai satu peta, hal ini
berguna untuk mengetahui geometri dan fasiesnya.

3. Peta Ketebalan Zona Produktif (Net Pay Isopach Map)


Peta net pay merupakan peta yang memberikan petunjuk mengenai
akumulasi dan arah penyebaran dari hidrokarbon yang ada di bawah permukaan
baik berupa minyak (oil) ataupun gas. Peta ini juga menujukkan variasi ketebalan
dari hidrokarbon yang terperangkap dalam reservoir (batupasir) dan peta dibuat
dengan interval yang sama terhadap peta total net sand-nya. Peta ini dibuat
berdasarkan batas-batas penyebaran fluida yang sebelumnya telah diplot dalam
peta kontur struktur kemudian ditampilkan pada peta net sand. Batas-batas
penyebaran fluidanya diketahui dengan menentukan daerah-daerah gas atau oil
water contact. Jadi hanya interval batupasir dengan kandungan hidrokarbon saja
yang dipetakan. Peta ini mirip dengan peta net sand karena pada dasarnya peta
ini merupakan turunan dari peta net sand, yang membedakan hanya kandungan
hidrokarbon yang ada saja. Oleh sebab itu, peta ini bertujuan untuk menentukan
daerah yang prospek hidrokarbon dan membantu dalam perhitungan cadangan
hidrokarbon.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Objek Penelitian
Objek yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah reservoir yang terdapat

pada salah satu lapangan minyak milik PT Medco Energi Internasional.


3.2

Alat-Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan adalah:

1. Alat tulis
2. Lup

3. Komparator
4. Perangkat Lunak
5. Laptop
3.3

Tahapan Penelitian
Secara umum penelitian terdiri dari tahap persiapan, tahap penelitian

laboratorium dan pengolahan data, serta tahap pembahasan dan penyusunan


laporan. Tahap-tahap ini meliputi analisis data batuan inti (core), data log sumur,
dan interpretasi seismik. Penelitian dilakukan di laboratorium untuk mendeskripsi
batuan inti, di studio menggunakan workstation untuk analisis korelasi stratigrafi,
dan pengikatan data sumur dengan seismik (well-seismic tyiing), serta untuk
pemetaan bawah permukaan guna mengetahui karakteristik reservoir tersebut.
3.3.1 Tahap Persiapan
Meliputi studi pendahuluan/ pustaka mengenai metode penelitian yang
digunakan, studi geologi regional daerah penelitian, pengenalan perangkat lunak
yang akan digunakan, serta kompilasi data-data yang diperlukan.

3.3.2

Tahap Penelitian Laboratorium dan Pengolahan Data


Analisis Data Batuan Inti (Core)

Analisis core merupakan acuan untuk mengidentifikasikan litologi melalui


deskripsi atau pemerian batuan reservoir untuk mengoptimalkan kontribusi data
batuan. Analisis selanjutnya berupa deskripsi core seperti; jenis litologi, warna,
tekstur, struktur sedimen, porositas dan permeabilitas, kekerasan, kehadiran
minyak, karbonatan, jejak fosil, kandungan mineral, dan karakteristik lainnya
yang dapat diobservasi.

Analisis Data Log Sumur (Well Log)

Pada analisis data log sumur ini, penulis melakukan korelasi log antar sumur pada interval reservoir
batupasir sebanyak 15 sumur, menentukan dan mengidentifikasi reservoir batupasir yang menjadi objek
penelitian serta menggabungkan data log dengan data checkshot hingga didapat synthetic seismogram.

Analisis Elektrofasies

Analisis Elektrofasies dilakukan dengan melihat pola dari log Gamma Ray
atau pun Log SP serta mengkorelasikan setiap sumur terhadap pola-pola tersebut.
Pola-pola yang biasa digunakan merupakan pola-pola dasar. Bentuk-bentuk dasar
tersebut dapat berupa cylindrical, irregular, bell, funnel, symmetrical, dan
asymmetrical.
a) Cylindrical
Bentuk ini cenderung diminati oleh para ahli geologi karena dianggap sebagai
bentuk

dasar

yang

merepresentasikan

homogenitas.

Bentuk

cylindrical

diasosiasikan dengan endapan sedimen braided channel, estuarine, atau submarine channel fill, anastomosed channel, eolian dune, dan tidal sands.
Irregular
Meskipun bentuk irregular merupakan bentuk yang kurang disukai, namun di
lain pihak, bentuk ini cenderung terlalu mudah untuk dianggap sebagai
interpretasi awal yang menyesatkan (misleading). Bentuk irregular diasosiasikan
dengan endapan sedimen alluvial plain, flood plain, tidal sands, shelf, atau back
barriers. Umumnya mengindikasikan lapisan tipis silang siur (thin interbedded).
Unsur endapan tipis mungkin berupa crevasse splay, over bank deposits dalam
laguna, turbidit dalam lingkungan air dalam, atau lapisan-lapisan yang teracak.
Dengan diintegrasikannya analisis berskala mikro dan pemahaman mengenai
kualitas reservoir, terbukti bahwa lapisan-lapisan yang semula dianggap tidak
prospek dan tidak produktif berubah statusnya menjadi lapisan yang prospek dan
produktif.
c) Bell shaped

Bentuk bell ini selalu diasosiasikan sebagai fining upward. Pengamatan


membuktikan bahwa range besar butir pada setiap level cenderung sama, namun
jumlahnya memperlihatkan gradasi (fraksi butir halus dalam artian lempung yang
bersifat radioaktif makin banyak ke arah atas, dan bukan menghalus ke atas).
Interpretasi

fining-upward

merepresentasikan

keheterogenitasan

batuan

reservoir. Bentuk bell merupakan rekaman dari endapan point bars, tidal deposits,
transgressive shelf sand (tide and storm dominated), submarine channel dan
endapan turbidit.
d) Funnel shaped
Bentuk funnel merupakan kebalikan dari bentuk
ketidaksesuaian

batas

geologi

dan

tata

bell dengan dampak

waktu/runtunannya,

dan

selalu

diasosiasikan sebagai coarsening-upward. Pengamatan juga membuktikan bahwa


range besar butir pada setiap level cenderung sama, namun jumlahnya
memperlihatkan gradasi (fraksi butir kasar makin banyak ke arah atas dan bukan
mengkasar ke atas). Bentuk funnel merupakan hasil dari delta front (distributary
mouth bar), crevasse splay, beach and barrier beach (barrier island), strandplain,
shoreface, prograding (shallow marine) shelf sands, submarine fan lobes.
e) Symmetrical shaped
Bentuk symmetrical merupakan keserasian kombinasi bentuk bell-funnel.
Kombinasi coarsening-fining upward ini dapat dihasilkan oleh proses bioturbasi,
selain setting secara geologi yang merupakan ciri dari shelf sand bodies,
submarine fans dan sandy offshore bars. Bentuk asymmetrical merupakan
ketidakselarasan secara proporsional dari kombinasi bell-funnel pada lingkungan
pengendapan yang sama

Gambar 3.1 jenis jenis umum Karakteristik respon log (walker and james, 1992)

Korelasi
Menurut Tearpock dan Bischke (1991), korelasi dapat diartikan sebagai

suatu metode untuk membedakan unit stratigrafi yang ekivalen dalam segi
waktu, umur dan posisi stratigrafi. Korelasi yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan konsep stratigrafi sikuen yang bertujuan untuk menghubungkan
interval stratigrafi yang memiliki kesamaan waktu atau posisi stratigrafi. Data
yang digunakan untuk korelasi adalah data log sumur berupa log Gamma Ray
Normalization (GRN), Resistivity (DRES), dan Density (RHOB). Menurut Serra
(1989), suatu interval pola log tertentu mencerminkan suatu siklus pengendapan
tertentu di suatu lingkungan pengendapan. Contohnya log Gamma Ray dan SP
yang mencerminkan variasi dalam suatu suksesi ukuran besar butir (Selley, 1978
dalam Walker, 1992).

Interpretasi Data Seismik


Tujuan yang paling penting dalam interpretasi seismik adalah mengolah

data seismik menjadi informasi geologi sebanyak mungkin dalam bentuk-bentuk


struktur bawah permukaan serta horizon yang menjadi target dalam penelitian ini

Tahap

interpretasi

data

seismik

pada

penelitian

menggunakan perangkat lunak yaitu Seisworks

ini

dilakukan

dengan

dari Landmark. Interpretasi

seismik pada penelitian kali ini dilakukan pada inline dan crossline.
a. Interpretasi seismik.
-

Menentukan dan mengidentifikasi struktur geologi.

Menganalisa statigrafi dan refleksi data seismik .

b. Integrasi data log dan data seismik.


Menggabungkan data seismik dengan data synthetic seismogram.

Menentukan dan mengidentifikasi batas atas dan bawah formasi dan


pemetaan horizon dengan melakukan picking top dan bottom formasi.

Pembuatan peta struktur waktu (Time Countur Map) atas formasi kemudian
mengkonversi peta struktur waktu menjadi struktur kedalaman (Depth
Countur Map) dan membuat peta struktur kedalaman atas formasi.

Pembuatan peta ketebalan batupasir (Gross Sand Map) dan peta ketebalan
batupasir bersih (Net sand Map).

Perhitungan Parameter Petrofisik


Tahap ini dilakukan untuk menghitung nilai-nilai petrofisis reservoir

batupasir interval penelitian. Nilai-nilai petrofisis yang dihitung adalah nilai


volume of shale (Vsh) dan porositas (). Nilai-nilai ini kemudian diambil rataratanya dan dikorelasikan. Kemudian dibuat peta volume of shale (Vsh) rata-rata
dan porositas () rata-rata yang mencerminkan karakteristik reservoirnya.
3.3.3 Tahap Pembahasan dan Penyusunan Laporan
Tahap

ini

merupakan

tahap

akhir

dari

seluruh

proses

penelitian.

Pembahasan yang telah dilakukan akan dituliskan dalam bentuk laporan. Dari
data-data yang telah diolah, akan dapat diketahui model serta karakteristik dari
reservoir daerah penelitian.

Anda mungkin juga menyukai