Laporan Kader PPP Lengkap
Laporan Kader PPP Lengkap
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dicanangkannya Indonesia Sehat oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/2000, dimana visi
tersebut diharapkan bahwa pada tahun 2015 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang
sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Harisman dan Dina Dwi Nuryani, 2012).
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad
kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
ditandai penduduknya dalam lingkungan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Indonesia (Depkes.
RI, 1999 dalam Betty Yuliana Wahyu Wijayanti, 2012).
Posyandu
Menurut Basyir, dkk (2008) bahwa faktor ekstrinsik merupakan faktor pendukung
dalam meningkatkan keaktifan kader posyandu. Faktor ekstrinsik dalamkegiatan posyandu
yang berupa fasilitas posyandu dan sarana pendukung dapat meningkatkan keaktifan kader
dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Pemberdayaan kader melalui pelatihan, penyegaran,
dan cerdas cermat, serta pengadaan alat masak dan kebutuhan operasional, supaya kader
posyandu dapat meningkatkan kinerja dan fungsi sehingga mampu mengemban tugasnya
untuk meningkatkan gizi keluarga. Insentif yang diberikan kepada kader, adanya kemudahan
bagi kader dalam pegobatan di puskesmas dan pengurusan KTP (Kartu Tanda Penduduk) juga
memberikan motivasi tersendiri bagi keaktifan kader posyandu.
Motivasi pada kader tersebut dibentuk oleh sikap kader terhadap kegiatan Posyandu.
Sikap kader dipengaruhi oleh tingkat karakteristik kader di antaranya adalah pendidikan, usia
kader, kondisi pekerjaan, status pernikahan dan pengalaman yang dimiliki kader (Azwar,
2002). Motivasi seseorang menurut Robin (2003), dipengaruhi oleh banyak hal di antaranya
adalah tingkat pendidikan dan usia seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin tinggi motivasinya untuk melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan usia
seseorang membawa dampak pada pengalaman yang dimilikinya, semakin banyak
pengalaman yang dimiliki maka semakin tinggi motivasi yang dimilikinya (Sudarsono,
2010).
Setiap kader Posyandu memiliki sikap dan motivasi yang berbeda dalam pelaksanaan
Posyandu. Kondisi ini berdampak pada kualitas pelayanan Posyandu. Menurut Widiastuti
(2006), motivasi kader dalam melaksanakan pelayanan Posyandu hanya pada keinginan
untuk mengisi waktu luang,sebagian lagi memiliki motivasi yang cukup idealis misalnya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam lingkungannya.Posyandu
diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan
pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi
penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan
ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balitabalita mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui
berat badannya setiap bulan (Depkes RI, 2006 Sudarsono, 2010).
Posyandu
dibentuk
oleh
masyarakat
desa/kelurahan
dengan
tujuan
untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada masyarakat setempat.
2
Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu, seperti lokasi
geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita lebih dari 100
orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI, 2006 dalam Betty Yuliana Wahyu
Wijayanti, 2012).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena di
setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu dicanangkan pada Tahun
1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, pada Tahun 2005 meningkat
menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006), dan pada Tahun 2008 menjadi 269.202
posyandu (Depkes RI, 2009). Ditinjau dari aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah,
antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI,
2006.
Menurut Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu merupakan
tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu meningkatkan pengelolaan
dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi posyandu tersebut yaitu meningkatkan
kemampuan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta dedikasi kader di posyandu,
memperluas sistem posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari
buka dan kunjungan rumah, menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan
sarana dan prasarana kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan
dala penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan
memperkuat dukungan
pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat, termasuk
unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Secara absolut jumlah Posyandu di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami
peningkatan, yaitu tahun 2008 berjumlah 2.701 unit, tahun 2009 berjumlah 2.822 tahun 2010
berjumlah 2.886, tahun 2011 sebanyak 2.902 dan tahun 2012 sebanyak 2.990.Sedangkan
untuk rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan tahun 2008 mencapai 1.33,tahun 2009
mencapai 2.822, tahun 2010 berjumlah 2.886 Posyandu, tahun 2011 berjumlah 2.902 dan
tahun 2012 mencapai 2.990 dengan ratio posyandu terhadap desa/kelurahan mencapai 1,38,
atau
terdapat
1-4
posyandu
setiap
desa/kelurahan.Peningkatan
jumlah
Posyandu
mengindikasikan tingginya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan. Berikut ini adalah
rasio posyandu terhadap jumlah desa/kelurahan menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2012 (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2012).
Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan
bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu
sebanyak 5orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu
dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pendaftaran; (2)
Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS); (4) Penyuluhan; dan (5)
Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI, 2006).
Dari hasil survei Depkes tahun 2005 mencatat beberapa hal masalah Posyandu yang
pertama adalah hanya sekitar 40% Posyandu yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik,
kedua masih terdapat Posyandu yang belum memiliki jumlah kader yang cukup dan hanya
30% kader yang terlatih, yang ketiga sebagian besar kader belum mampu mandiri karena
sangat tergantung pada petugas Puskesmas sebagai pembina, sementara itu penghargaan
terhadap kader masih rendah (Depkes, 2005 dalam Betty Yuliana Wahyu Wijayanti, 2012).
Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela
mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan
untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya
pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara
petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatanan posyandu (Harisman dan Dina Dwi
Nuryani, 2012).
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui Gambaran keaktifan kader posyandu
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran keaktifan kader posyandu.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui keaktifan kader posyandu
2) Untuk mengetahui pengetahuan kader Posyandu
3) Untuk mengetahui keterampilan kader posyandu
4) Mengetahui pelatihan kader Posyandu
5) Untuk mengetahui motivasi (dukungan keluarga, insentif ) menjadi kader
posyandu
BAB II
KERANGKA PIKIR DAN KONSEP
4
A. Landasan teoritis
1. Keaktifan kader posyandu
Keaktifan menurut kamus umum bahasa Indonesia, aktif adalah giat, rajin
dalam berusaha atau bekerja. Keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan seseorang.
Tingkat keaktifan yang dimaksud disini adalah tingkat kegiatan kader atau kesibukan
(Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1996), dengan demikian kader Posyandu yang aktif
adalah kader yang giat, rajin dalam berusaha atau bekerjaadapun keaktifan kader
Posyandu merupakan kegiatan atau kesibukan kader di kelompok Posyandu (Depkes
RI, 2002).
Keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu akan meningkatkan keterampilan
karesna dengan selalu hadir dalam kegiatan, kader akan mendapat tambahan
keterampilan dari pembinaan petugas maupun dengan belajar dari teman sekerjanya.
Kategori keaktifan kader Posyandu
a. Aktif, apabila kader hadir 8 kali dalam setahun.
b. Kurang Aktif, apabila kader hadir < 8 kali dalam setahun.
2. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, yang paling utama untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes, 2006 dalam Betty Yuliana Wahyu
Wijayanti, 2012)
1) Tujuan Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera)
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan
kebutuhan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu hamil dan pasangan
usia subur.
2) sasaran posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan,sehingga semua
anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
terutama:
a. Bayi (dibawah satu tahun)
b. Balita (dibawah lima tahun)
c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia Subur (PUS)
(Sudarsono, 2010).
3) kegiatan posyandu
Kegiatan pelayanan posyandu dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan
menggunakan system lima meja, yaitu :
a. Meja I (Pendaftaran)
Mendaftar bayi/balita yaitu ; menuliskan nama balita pada KMS dansecarik
diperlukan
untuk
dengan
pembagian tugas
diantara
kader Posyandu
baik
bukubantu kader.
Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu
bulanberikutnya.
Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu.
Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus memberikan tindak lanjut dan
Posyandu
dalam
skill).
Keterampilan
teknik
adalah
kemampuan
untuk
hasil
penimbangan,
memberikan
penyuluhan,
dimasukkan
ketali
pengaman.
Setelah
itu
baru
anak
diturunkan.
3. Pelatihan Kader
Menurut Gomes (1997)Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki
prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung
jawabnya. Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan
organisasi, yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan para
pekerja secara perorangan. Pelatihan seringdianggap sebagai
aktivitas yang
paling umum dan para pimpinan mendukung adanya pelatihan karena melalui
pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih terampil dan karenanya akan lebih
produktif sekalipun manfaat-manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu
yang tersita ketika pekerja sedang dilatih.
Pelatihan kader-kader dalam kegiatan Posyandu sangat diperlukan. Hal
tersebut dikarenakan kader merupakan komponen yang penting dalam kegiatan
Posyandu. Pelatihan merupakan suatu proses untuk meningkatkan pengetahun
dan ketrampilan sehingga akan menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan
individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Kader adalah tenaga pilihan
yang untuk usaha-usaha masyarakat karena berasal dari masyarakat (Sembiring,
2005).
Salah satu kegiatan revitalisasi Posyandu adalah pemberdayaan tokoh
masyarakat, pemberdayaan kader melalui pelatihan, penyegaran, jambore, dan
cerdas cermat, serta pengadaan alat masak dan kebutuhan operasional. Maksud
11
kegiatan ini ialah agar Posyandu meningkatkan kinerja dan fungsi sehingga
mampu mengemban tugas untuk meningkatkan gizi keluarga. Oleh sebab itu,
tujuan khusus program ini ialah agar tercapainya pemberdayaan tokoh-tokoh
masyarakat dan kader Posyandu sehingga kegiatan rutin Posyandu dapat
terselenggara dengan baik dan gizi anak serta kesehatan ibu dapat ditingkatkan.
Dalam pelatihan tidak semua peserta atau kader yang ada dalam satu desa
diikutsertakan dalam pelatihan, sehingga menyebabkan terjadi penurunan
partisipasi kader.
4. Motivasi ( dukungan keluarga, insentif )
Motivasi adalahd dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan
orang tersebut melakukan kegiata-kegiatan tertentu guna mencapai suatu
tujuan. Motivasi tidak dapat diamati, tetapi yang diamati adalah kegiatan
(Notoadmodjo, 2003).
Motivasi merupakan salah satu dari mekanisme terbentuknya perilaku
dan mengalami proses perubahan atau bagaimana ia dirubah. Motivasi sering
diartikan sebagai dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang (inner-drive)
yang secara sadar atau tidak sadar membuat orang berperilaku untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya.Jadi yang dimaksud dengan
dorongan tadi padahakekatnya adalah kebutuhan (needs) yang muncul dari
dalam diri orang itu juga sehingga motivasi sering diartikan juga sebagai
kebutuhan. (Hasan, 2010).
a. Insentif
Menurut Notoatmodjo (2005), memaparkan bahwa insentif
merupakan salah satu stimulus yang dapat menarik seseorang untuk
melakukan sesuatu karena dengan melakukan perilaku tersebut, maka ia
akan mendapat imbalan. Kebanyakan orang juga berpendapat bahwa gaji
atau insentif adalah alat yang paling ampuh untuk meningkatka nmotivasi
kerja dan selanjutnya dapat meningkatkan kinerja karyawan disuatu
organisas ikerja.Dengan kata lain seseorang aka nmelakukan sesuatu jika
ada penghargaan berupa insentif terhadapapa yang ia lakukan. Dalam hal
ini insentif merupakan tujuan yang ingin di capai dari suatu perilaku yang
dilakukan.Misalnya kader Posyandu mendapat insentif atas pekerjaannya
12
berupa
uang
memberikan
motivasi
tersendiri
bagi
keluarga
13
1. Pelayanan
kesehatan dasar
2. Pendidikan
3. Pelatihan
4. Umur
Keaktifan Kader
Posyandu
1. Motifasi
2. Pelatihan
3. Komunikasi
4. pengawasan
14
Kerangka Konsep
Pengetahuan
Keterampilan
Keaktifan Kader
Posyandu
Pelatihan
Motivasi
(insentif,dukungan
keluarga)
6. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Metode
pengumpulan
Indikator
Skala ukur
Keaktifan
Wawancara
Daftar hadir
interval
Pengetahuan
Pernyataan responden
tentang pengetahuan
posyandu meliputi
pengertian ,tujuan ,serta
manfaat kegiatan posyandu
Kuesioner
KMS
Imunisasi
Pemberian
vitamin A
Pemberia
tablet FE
ASI ekskulusif
MP-ASI
Diare
Tugas kader 5
meja
Interfal
15
Keterampilan
Kuesioner
Pelatihan
Motifasi
Insentif
Wawancara
menggunakan
kusesioner
Obserfasi
Interfal
Dorongan diri
Interfal
Insentif yang
perna di
berikan
Jenis insentif
Sumber
insentif
Frekuensi
pemberian
insentif
Alasan di
berikan
insentif
Interfal
Bentuk
dukungan
keluarga
Interfal
Wawancara
Interfal
Pelatihan
kader yang
perna di ikuti
dalam 1 tahun
terakhir
Jenis pelatihan
yang di ikuti
waktu
Wawancara
Ploting KMS
Keterampilan
dalam
melakukan
penimbangan
bebas
pengetahuan,keterampilan,pelatihan,
motifasi
(dukungan
keluarga,insentif)
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional
dengan menggunakan pendekatan crossssectional.
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah wonggeduku
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang bersedia
menjadi responden penelitian di desa wonggeduku kabupaten konawe.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua kader posyandu di desa wonggeduku
kabupaten konawe.
D. Jenis dan cara pengumpulan data
1. Data keaktifan kader posyandu dengan wawancara secara langsung dari responden
dengan menggunakan kuesioner yang berisi identitas kader, tingkat keaktifan kader
yaitu dilakukan telaah dokumen melalui pengisian dokumen atau absen kader
2. Data tingkat pengetahuan kader dilakukukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner, begitu pula dengan pelatihan kader.
3. Data keterampilan kader dikumpulkan dengan cara observasi dengan bantuan lembar
observasi, yaitu melakukan pengamatan kader dalam menggambar grafik pertumbuhan
18
anak dalam KMS sesuai kasus yang diberikan dan keterampilan kader dalam
melakukan penimbangan dengan dacin yang memenuh isyarat 9 langkah penimbangan
4. Data motivasi ( insentif dan dukungan ) Pengumpulan data dengan cara wawancara
secara mendalam.
5. Data pelatihan kader di lakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
E. Cara pengolahan dan analisa data
1. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dalam bentuk tekstular
kemudian di entry di komputer menggunakan program SPSS 20,0
a) Data pengetahuan kader diolah berdasarkan jawaban kuesioner yang benar
kemudian dinilai dengan sistem skor penilaian yang benar dibagi total skor ( 80 )
yang dikalikan 100 selanjutnya dikategorikan
Cukup : jika memiliki jumlah skor jawaban 60 % terhadap total skor.
Kurang : jika memiliki jumlah skor jawaban < 60 % terhadap total skor
b) Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam pencatatan KMS yaitu dengan
menjumlahkan skor yang dijawab dengan benar oleh kader pada soal kasus yang
diberikan. Apabila salah satu jawaban dari pertanyaan dalam kasus tersebut
salah maka kader dianggap tidak terampil dalam pencatatan KMS.
Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam penimbangan yaitu
dengan menjumlah kansemua nilai skor observasi 9 langkah penimbangan
dimana setiap langkah memiliki skor 1. Apabila salah satu langkah saja tidak
dilakukan maka kader dianggap tidak terampil dalam melakukan penimbangan
karena setiap langkah dianggap essensial.
Kemudian hasil interpretasi dari keterampilan kader dalam pengisian KMS
dan penimbangan tersebut dikategorikan sesuai dengan criteria objektif.
c) Data tentang pelatihan di kategorikan sesuai yang mendapatkan pelatihan dan
tidak mendapatkan pelatihan.
d) Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam pencatatan KMS yaitu dengan
menjumlahkan skor yang dijawab dengan benar oleh kader pada soal kasus yang
diberikan. Apabila salah satu jawaban dari pertanyaan dalam kasus tersebut
salah maka kader dianggap tidak terampil dalam pencatatan KMS.
Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam penimbangan yaitu
dengan menjumlah kansemua nilai skor observasi 9 langkah penimbangan
dimana setiap langkah memiliki skor 1. Apabila salah satu langkah saja tidak
dilakukan maka kader dianggap tidak terampil dalam melakukan penimbangan
karena setiap langkah dianggap essensial.
19
2. Analisa data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan sebaran data masing
masing variabel berdasarkan katagorinya antara lain variabel tingkat keaktifan,
tingkat pengetahuan, pelatihan kader, dan keterampilan kader dilakukan untuk
masing masing variabel yaitu dengan melihat persentase dari setiap tabel
distribusi frekuensi.
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang di lakukan untuk mengetahui
hubungan
antara
duah
variabel
yang
di
duga
berhubungan
atau
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi PKL
a. Letak Geografi
Secara geografis Kelurahan Besulutu merupakan salah satu
Kelurahan yang berada di Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara. Kelurahan Besulutu memiliki tiga dusun yaitu
dusun I, dusun II dan dusun III.
b. Mata pencaharian
20
Jumlah
1 unit
Balai kelurahan
1 unit
Masjid
1 unit
Sumber: Data Sekunder Kelurahan Besulutu 2016
2. Gambaran Umum Kader
a. Pendidikan kader
Tabel 3
Pendidikan Kader
Tingkat pendidikan
Pendidikan menengah
Pendidikan tinggi
Total
N
1
2
3
%
33,3
66,7
100
21
c. Pekerjaan
Tabel 5
Pekerjaan Utama
Pekerjaan utama
IRT
PNS
Total
N
2
1
3
%
66,7
33,3
100
Keterampilan kader
Kurang terampil
Total
N
3
3
%
100
100
n
3
3
n
%
100
100
%
Motifasi Alasan
Tabel 8
Motifasi Alasan
motifasi alasan
Mengapdi
Mengabdi dan diperintah
Total
N
2
1
3
%
66,7
33,3
100
N
3
%
100
n
3
3
%
100
100
23
i. Keaktifan Kader
Tabel 11
Keaktifan kader
Keaktifan kader
Aktif
n
3
%
100
Tabel 11 menunjukan bahwa sampel 100% (n=3) berada pada kategori aktif.
B. Pembahasan
Faktor faktor yang mempengaruhi keaktifan kader yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan akan mendasari seseorang kader Posyandu dalam melakukan
perubahan perilaku, sehingga perilaku yang dilakukan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat diartikan
tahu atau mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajar). Kader
yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan akan dapat memberikan
layanan yang baik dan bermutu pada saat Posyandu. Pengetahuan dapat diartikan
tahu atau mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajar)
pengetahuan kader dapat meningkat seiring dengan lama menjadi kader,
pengalaman di lapangan dalam menangani kasus dan pelatihan-pelatihan yang
telah diikuti. Dengan pengetahuan yang bertambah diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat (Depkes RI, 2000).
2. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu dari mekanisme terbentuknya perilaku dan
mengalami proses perubahan atau bagaimana ia dirubah. Motivasi sering diartikan
sebagai dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang (inner-drive) yang secara
sadar atau tidak sadar membuat orang berperilaku untuk mencapai tujuan yang
sesuai dengan kebutuhannya.Jadi yang dimaksud dengan dorongan tadi
padahakekatnya adalah kebutuhan (needs) yang muncul dari dalam diri orang itu
juga sehingga motivasi sering diartikan juga sebagai kebutuhan. (Hasan, 2010
3. Dukungan keluarga
Menurut sarwoo dalam chintia (2013 ), dikatakan dukungan adalah
upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk
memotiviasi orang tersebut
berbagai macam pihak seperti teman sejawat, maupun dukungn dari pemberian
kebijakan. Tetapi dukungan keluarga merupakan dukungan yang paling terdekat
dan diharpkan memberikan motivasi yang kuat bagi kerja seorang kader.
24
4. Insentf
Menurut Notoatmodjo (2005), merupakan bahwa insentif merupakan
salah satu stimulus yang dapat menarik seseorang untuk melakukan sesuatu
karena dengan melakukan perilaku tersebut , maka ia akan mendapat imbalan.
Kebanyakan juga orang berpendapat bawah gaji atau insentif adalah alat yang
paling ampuh untuk mengikatkan
dapat
25
BAB V
ANALISIS MASALAH
A. Identifikasi Masalah
Tabel 3.1
No
Sasaran
1
2
Target/Rujuka
n
100
100
Pencapaian
Kesenjangan
/ saat ini
100 %
0
100 %
0
Masalah utama pada kader di Kelurahan Besulutu (100%) kader tidak terampil ,
(100%) kader tidak terlatih.
B. Rumusan Masalah
Masih tingginya tingginya tingkat pengetahuan kader diDesa Wonua mbae yang
kurang (60%).
C. Penyebab Masalah
Tidak dilatih
Keaktifan
kader
pengetahu
an kader
Keterampilan
kader
26
Pengetahuan
kader
Keterampil
kader
Pelatihan
27
DAFTAR PUSTAKA
Harisman, dan Nuryani. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan
Kader Posyandu Di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012. Skripsi.
.......... Profil Kesehatan Profinsi Sulawesi Tenggara, 2012.
Sudarsona. 2010. Hubungan Sikap Dan Motivasi Dengan Kinerja Kader
Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. Tesis.
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010
Yulisma. 2011.
Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan Keaktifan
29