PENDAHULUAN
BAB 1I
LAPORAN KASUS
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Status
Agama
Tanggal masuk
: Tn. Watim
: 58 tahun
: Kandangan Kaliwungu Kendal
: tidak bekerja
: Menikah
: Islam
: 9 Juni 2016
Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Mei 2016 di
Bangsa Dahlia 3
1. Keluhan Utama : BAB hitam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB hitam sejak 2 minggu yang lalu. BAB
yang keluar sebanyak 1 gelas belimbing. Pasien BAB 1-2 kali sehari
dengan BAB lembek dan berbau busuk. Pasien sudah meminum diapet
namun tidak ada perubahan. Sebelum pasien mengalami BAB hitam,
pasien merasa nyeri perut kiri atas terlebih dahulu. Pasien terus menerus
merasakan nyeri dan nyeri semakin lama semakin bertambah. Nyeri yang
dirasa seperti ditusuk-tusuk dan sampai menganggu aktifitas pasien. Nyeri
bertambah saat pasien melakukan aktifitas dan setelah makan atau saat
pasien merasa kenyang.
menggosokkan kayu putih di atas perut pasien. Pasien juga mengeluh mual
(+), muntah (+) berapa menit sampai beberapa jam setiap habis makan,
terasa penuh dan kembung. Nafsu makan pasien juga berkurang
belakangan ini. Demam (-), BAK (+) normal, warna kuning jernih, nyeri
(-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Sakit Serupa
- Riwayat penggunaan obat
: Disangkal
: Diakui
c. RR
d. Suhu
4. Status Gizi
a. Berat Badan
b. Tinggi Badan
c. IMT
5. Kepala
6. Mata
: 16 x/menit
: 36,8 C
:
: 56 Kg
: 163 cm
: 21,4 normo weight
: turgor kulit < 2 detik
: Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil
(-),
midclavicula sinistra
- Auskultasi : BJ I>II regular, bising (-), gallop (-)
Pulmo
PULMO
DEXTRA
SINISTRA
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Datar
Datar
Hemitoraks
Warna
Sama
sekitar
dengan
kulit Sama
sekitar
dengan
kulit
Tampak melebar
Tampak melebar
Nyeri tekan
(-)
(-)
Stem fremitus
Normal
Normal
ICS
Tidak Melebar
Tidak normal
ICS
2. Palpasi
3. Perkusi
sonor
sonor
Vesikuler
Vesikuler
Wheezing
Ronki kasar
Ronkhi
sekitar
sekitar
(-)
(-)
Normal
Normal
Tidak Melebar
Tidak Melebar
Hipersonor
hipersonor
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
basah halus
Stridor
Belakang
1.
Inspeksi
Warna
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem Fremitus
ICS
3.
Perkusi
Lapang paru
4.
Auskultasi
Suara dasar
Vesikuler melemah
Vesikuler melemah
Suara tambahan
Wheezing
Ronki kasar
Ronkhi
basah halus
Stridor
13. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
sinistra. Hepar
teraba.
14. Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral dingin
(-/-)
(-/-)
Edema
(-/-)
(-/-)
Sianosis
(-/-)
(-/-)
CRT
< 2dtk
<2dtk
IV.
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin tanggal 9 Juni 2016
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
H 16.90
10^3/ul
3,8 10,6
Eritrosit
L 2,15
10^3/ul
4,4 5,9
Hemoglobin
L 4,30
g/dl
13,2 17,3
Hematokrit
L 14,40
40 52
MCV
L 67,00
Fl
80 100
MCH
L 20,00
Pg
26 34
MCHC
L 29,90
g/dl
32 36
764
10^3/ul
150 440
H 17,30
11,5 14,5
Eosinofil absolute
0,05
10^3/ul
0.045-.044
Basofil absolute
0,07
10^3/ul
0-0.2
Netrofil absolute
H 13,86
10^3/ul
1,8-8
Limfosit absolute
1,69
10^3/ul
0.9-5.2
Monosit absolute
H 1,23
10^3/ul
0.16-1
Eosinofil
L 0,30
2-4
Basofil
0.40
0-1
Netrofil
H 82,00
50-70
Limfosit
L 10,00
25-40
Monosit
7,30
2-8
Hasil
Satuan
Nilai Normal
GDS
84
mg/dL
<125
SGOT
16
U/L
0-35
Trombosit
RDW
2. Kimia Klinik
Pemeriksaan
SGPT
11
U/L
0-25
Ureum
32,8
mg/L
10,0-50,0
Creatinin
1,04
mg/L
0,7-1,10
Albumin
3.9
g/L
3,2-5,2
masssa/kalsifikasi
Kelenjar para aorta
Limpa
: tak membesar
: ukuran normal, parenkim homogen, nodul
- 2nd part
: tidak diperiksa
d. Info tambahan
:
Sebagian besar lumne tertutup makanan
Kesan
: ULKUS GASTER
Saran
: konfirmasi hasil biopsi
V.
Data Abnormalitas
Anamnesis
1. BAB (+) warna
hitam, sebanyak
Pemeriksaan Fisik
Penunjang
9. Conjungtiva anemis 11. Leukosit H 16.90
12. Eritrosit L 21,15
(+/+)
13. Hb L 4,30
10. Nyeri tekan di regio
14. Ht L 14,40
hipokindria sinistra
15. MCV L 67,00
16. MCH L 20,00
17. MCHC L 29,90
18. Gastrocops : ulkus
besar gaster bagian
ditusuk-tusuk
4. Bertambah nyeri saat
corpus
setelah makan
5. Mual (+)
6. Muntah (+) beberapa
menit sampai jam
setelah makan dan
minum
7. Perut kembung
8. Riwayat penggunaan
obat racikan pegal
linu dari warungn
selama 2 tahun
VI.
Analisis Masalah
Ulkus Gaster
: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18
Anemia mikrositik hipokrom : 9, 13,15,16, 17
VII. Rencana Pemecahan Masalah
1. Ulkus Gaster
a. Assesment
Etiologi :
- Infeksi H. Pylori
- Penggunaan OAINS dalam jangka waktu yang lama dan
dosis tinggi
- Tumor
- Infeksi herpes simplek
- Gagal ginjal kronis
- Trauma
Faktor Risiko :
- Usia > 50 tahun
- Penggunaan OAINS dalam jangka waktu yang lama dan
dosis tinggi
- Perokok berat
- Penggunaan alkohol
- Stress psikologi
Komplikasi :
- Perdarahan
- Obstruksi outlet gaster
- Perforasi dan penetrasi menyebabkan peritonitis umum,
pankreatitis, bahkan hepatitis
- Meningkatkan risiko karsinoma gaster
b. Initial Plan
Diagnosis :
Biopsi melalui endoskopi Serologi, CLO (Campylobacter
Like Organism), UBT (Urease Breath Test) biakan, histologi,
sitologi brushing, untuk pemeriksaan kuman H.pylori.
:
- Infus NaCL 20 tpm
- Inj. Prosogan 2x30 mg
- Inj. Ranitidin 2x25 mg
- Ulsafat syr 3x2 cth
- Tetracyclin 2x500 mg
- Metronidazole 2x250 mg
Monitoring :
- Keadaan umum
- Tanda vital
- Observasi melena
Edukasi
:
Terapi
10
apabila sakit
Diet makanan lunak
Kurangi makanan yang bersifat iritatif seperti asam dan
pedas.
perdarahan
traktus
11
Edukasi :
-
Istirahat cukup
Banyak makan makanan yang mengandung zat besi
17 Juni 2016
Nyeri perut kiri atas (+), BAB hitam (+), Lemas (+), tidak nafsu
makan, mual (+), muntah (+) 2x.
Kesadaran : CM
TD 100/89 mmHg
HR : 79 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,2 oC
Kepala : turgor kulit < 2 dtk
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorak : Cor BJ I-II regular,
Pulmo SDV +/+, ronki (-/-)
Abdomen : BU (+)N, nyeri tekan regio hipokondria sinistra (+)
Laboratorium : Leukosit 9,61, eritrosit 4,28, Hb : 10.00, Ht
30.00, MCV 72.00, MCH 23.40, MCHC 32.50,
trombosit 546
A
P
12
Metronidazole 2x250 mg
Asam folat 1x1
Vitamin C 3x1
Tanggal
18 Juni 2016
Nyeri perut kiri atas (+) berkurang, BAB hitam (+), Lemas (+),
tidak nafsu makan, mual (+), muntah (+) 1x.
Kesadaran : CM
TD 105/76 mmHg
HR : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,5 oC
Kepala : turgor kulit < 2 detik
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorak : Cor BJ I-II regular,
Pulmo SDV +/+, ronki (-/-)
Abdomen : BU (+)N, nyeri tekan regio hipokondria sinistra (+)
HIV dengan diare dan TB paru lama atif
A
Inf. RL 20 tpm
P
A. Definisi
Ulkus gaster adalah lesi dalam yang menembus seluruh lapisan tipis
dari mukosa gastrointestinal dan mukosa muskularis. Ulkus gaster atau tukak
lambung merupakan daerah lokal erosi pada lapisan lambung, sehingga timbul
nyeri perut, perdarahan mungkin, dan gejala gastrointestinal lainnya.
13
Penggunaan
obat
ini
mengganggu
peresapan
mukosa,
14
untuk terjadi tukak gaster. Risiko perdarahan saluran cerna bagian atas
dapat terjadi dengan penggunaan diuretik spironolakton atau serotonin
reuptake inhibitor.
3. Genetik
Lebih dari 20% pasien mempunyai sejarah keluarga tukak gaster
4. Penyakit lain
Selain itu, salah satu daripada penyakit ini mungkin berkaitan
dengan tukak gaster yaitu sirosis hati, penyakit paru obstruktif kronik dan
penyakit autoimun. Lain-lain jangkitan, termasuk virus Epstein-Barr, HIV,
heilmannii Helicobacter, herpes simpleks,
15
Menurut Shay and Sun dalam Balance Theory 1974, ulkus atau tukak
terjadi bila terjadi gangguan keseimbangan antara faktor agresif/asam dan
pepsin dengan defensif yaitu mukus, bikarbonat, aliran darah dan bias faktor
agresif.
Tukak gaster terjadi akibat multifaktor yang menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif
tebagi menjadi faktor endogen (HCl, pepsinogen/pepsin) dan faktor agresif
eksogen (obatobatan, alkohol, infeksi). Faktor defensif meliputi mukus
bikarbonat dan prostaglandin. Keadaan dan lingkungan individu juga
memberikan kontribusi dalam terjadinya tukak yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan sekresi asam lambung atau melemahnya barier mukosa.
H. pylori hidup di lapisan dalam mukosa terutama mukosa antrum
menyebabkan kelemahan pada sistem pertahanan mukosa dengan mengurangi
ketebalan lapisan mukosa dengan melepaskan berbagai macam enzim seperti
urease, lipase, protease dan posfolipase dan mengeluarkan berbagai macam
sitotoksin (vacuolating cytotoxin/ Vac A gen) yang dapat menyebabkan
vakuolisasi sel-sel epitel. Urease dapat memecah urea dalam lambung menjadi
ammonia yang toksik terhadap sel-sel epitel, sedangkan protease dan
fosfolipase A2 menekan sekresi mukus yang menyebabkan daya tahan mukosa
menurun, lalu merusak lapisan kaya lipid pada apikal sel epitel dan melalui
kerusakan sel-sel ini asam lambung berdifusi balik menyebabkan nekrosis
yang lebih luas sehingga terjadi tukak gaster.
F. Diagnosis
Diagnosis ulkus gaster dapat ditegakkan melalui anamnesis mengenai
gambaran klinis ulkus peptikum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
Secara umum, pasien ulkus gaster biasanya mengeluh dispepsia.
Dispepsia merupakan sindrom klinis atau kumpulan keluhan beberapa
penyakit saluran cerna, seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati,
sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati, dan cepat merasa kenyang.
Rasa nyeri pada ulkus gaster timbul setelah makan. Rasa nyeri pada ulkus
16
gaster dirasakan di sebelah kiri. Rasa nyeri bermula dari bermula pada satu
titik (pointing sign) yang akhirnya difus, dan menjalar hingga ke
punggung. Hal ini kemungkinan disebabkan penyakit yang bertambah
berat atau komplikasi berupa penetrasi ke organ pankreas.
2. Pemeriksaan Fisik
Ulkus tanpa komplikasi biasanya jarang menimbulkan kelainan
fisik. Rasa nyeri ulu hati pada daerah kiri atau kanan dari garis tengah
perut dan penurunan berat badan merupakan tanda fisik yang dapat
dijumpai. Goncangan perut (succusion splashing) yang dijumpai 4-5 jam
setelah makan disertai muntah-muntah (isinya biasanya makanan yang
dimakan beberapa jam sebelumnya) merupakan tanda adanya retensi
cairan lambung karena komplikasi ulkus (gastric outlet obstruction atau
stenosis pilorus).
3. Pemeriksaan Penunjang
Ada dua cara untuk mendiagnosis ulkus. Pertama, disebut sebagai
upper GI series, dimana pasien diminta untuk menelan barium,
kemudian difoto dengan xray untuk melihat mukosa lambung. Kedua,
disebut sebagai EGD (EsophagoGastro Duodenoscopy), disebut juga
upper endoscopy, untuk melihat secara langsung mukosa lambung dan
duodenum. Disamping itu, untuk memastikan diagnosa keganasan ulkus
gaster harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, sitologi brushing
dengan biopsy melalui endoskopi. Biopsy diambil dari pinggiran dasar
ulkus, dengan ditemukannya bakteri H. pylori sebagai etiologi ulkus
peptikum maka dianjurkan pemeriksaan ter CLO, serologi, UBT dengan
biopsi melalui endoskopi.
Gambaran radiologi ulkus berupa crater atau kawah dengan batas
jelas disertai lipatan mukosa yang teratur keluar dari pinggiran ulkus dan
niche dan gambaran suatu proses keganasan lambung yang biasa dijumpai
adalah gambaran filling defect. Gambaran endoskopi untuk suatu ulkus
jinak berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin dan
normal disertai lipatan yang teratur keluar dari pinggiran ulkus. Karena
tingginya kejadian keganasan pada ulkus gaster (70%), maka dianjurkan
17
untuk dilakukan biopsy dan endoskopi ulang setelah 8-12 minggu terapi
eradikasi.
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk ulkus gaster adalah:
1. Dispepsia non ulkus
2. Dispepsia fungsional
3. Tumor lambung atau saluran cerna bagian atas
4. GERD
5. Penyakit vascular
6. Penyakit pankreatobilier
7. Penyakit gastroduodenal Crohns
H. Tatalaksana
Penatalaksanaan ulkus gaster terdiri dari terapi non medikamentosa,
medikamentosa, dan operatif. Pada umumnya manajemen atau pengobatan
ulkus gaster dilakukan secara medikamentosa, sedangkan cara pembedahan
dilakukan apabila terjadi komplikasi seperti perforasi, obstruksi dan
perdarahan yang tidak dapat diatasi . Tujuan terapi adalah:
1. Menghilangkan keluhan
2. Menyembuhkan atau memperbaiki kesembuhan ulkus
3. Mencegah kekambuhan atau rekurensi
4. Mencegah komplikasi.
Walaupun ulkus gaster dan ulkus duodenum sedikit berbeda dalam
patofisiologi tetapi respon terhadap terapi sama. Ulkus gaster biasanya lebih
besar, akibatnya memerlukan waktu terapi yang lebih lama. Untuk pengobatan
ulkus gaster sebaiknya dilakukan biopsy untuk menyingkirkan adanya suatu
keganasan.
1. Terapi Non Medikamentosa
a. Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
b. Diet
Pemberian diet yang mudah dicerna khususnya pada ulkus yang aktif
perlu dilakukan. Mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran
asam lambung atau pepsin, makanan yang merangsang timbulnya
nyeri dan zat-zat lain yang dapat menganggu pertahanan mukosa
gastroduodenal perlu diperhatikan.
18
Merokok
dapat
menghalangi
akibat
relaksasi
sfingter
pilorus,
sekaligus
19
COX-1
akan
NSAID
pada
pasien-pasien
dengan
kelainan
20
diberikan
300mg
sebelum
tidur
malam
atau
4)
Ulkus
di
daerah
esofago-gastrik
dilakukan
operasi
21
I. Komplikasi
Komplikasi ulkus gaster menurun setelah adanya obat ARH2, PPI dan
terapi eradikasi bakteri H. pylori. Komplikasi terdiri atas:
1. Perdarahan, insiden perdarahan 15-25%, meningkat pada usia lanjut (>60
tahun) akibat adanya penyakit degeneratif dan meningkatnya pemakaian
NSAID. Sebagian besar perdarahan spontan, sebagian memerlukan
tindakan endoskopi terapi, bila gagal dilanjutkan dengan terapi operasi
(5% pasien memerlukan transfusi darah). Pantozol/PPI 2amp/100ccNACL
0,9 drips selama 10 jam secara parenteral dan diteruskan selama beberapa
hari dapat menurunkan kejadian perdarahan ulang.
2. Perforasi, insidensi 6-7%, hanya 2-3% mengalami perforasi terbuka ke
peritoneum, 10% tanpa keluhan atau tanda perforasi dan 10% disertai
perdarahan ulkus dengan mortalitas yang meningkat. Insidensi perforasi
pada usia lanjut karena proses aterosklerosis dan meningkatnya
penggunaan NSAID. Perforasi ulkus gaster biasanya ke lobus kiri hati
dapat menimbulkan fistula gastro kolik. Penetrasi adalah suatu bentuk
perforasi yang tidak terbuka atau tanpa pengeluaran isi lambung karena
tertutup omentum atau organ perut sekitar. Terapi perforasi; dekompresi,
pemasangan nasogastric tube, aspirasi cairan lambung, pasien dipuasakan,
diberi nutrisi parenteral total dan pemberian antibiotika diikuti tindakan
operasi.
3. Stenosis pilorik atau gastric outlet obstruction, insidensi 1-2% dari pasien
ulkus. Keluhan pasien akibat obstruksi mekanik berupa cepat kenyang,
muntah berisi makanan tak tercerna, mual, sakit perut setelah makan, berat
badan menurun. Kejadian obstruksi bisa temporer akibat peradangan
daerah peripilorik timbul edema dan spasme. Ini akan membaik, jika
peradangan sembuh.
22
KESIMPULAN
1. Ulkus gaster atau tukak lambung merupakan daerah lokal erosi pada lapisan
lambung, sehingga timbul nyeri perut, perdarahan mungkin, dan gejala
gastrointestinal lainnya. Penyebab paling umum dari ulkus lambung adalah
infeksi perut yang berhubungan dengan bakteri Helicobacter pylori (H. pylori).
2. Faktor etiologi terjadinya ulkus gaster yaitu infeksi Helicobacter pylori,
penggunaan NSAID, merokok, dan kebiasaan makanan.
3. Penegakkan diagnosis ulkus gaster dapat ditegakkan melalui anamnesis
mengenai gambaran klinis ulkus peptikum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang berupa endoskopi.
4. Pentalaksanaan
ulkus
gaster
meliputi
terapi
nonmedikamentosa,
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Akil, H.A.M, Tukak duodenum, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
editor Aru W. Sudoyo, dkk., Edisi IV, FKUI, 2007.
2. Anand, B.S., Katz, J., 2011. Peptic Ulcer Disease, Medscape Reference,
Professor. Department of Internal Medicine, Division of Gastroenterology,
Baylor College of Medicine.
3. Harrisons., Principle of Internal Medicine, 16th edition, editors Kasper, D.L.,
et. al., McGarw-Hills Companies, New York, 2005.
4. Katz, J. 2011. Peptic Ulcer Disease, Clinical Professor of Medicine, Drexel
University College of Medicine. Department of Medicine, Section of
Gastroenterology and Hepatology, Hospital of the Medical College of
Pennsylvania.
5. McCoy, K. 2010. Gastric Ulcer. Baptist Health System. Available from:
http://www.mbhs.org/ (Accessed 28 January 2013)
6. Nasif, H. , Dahlan, R. , Lingga, L.I. 2008. Jurnal Profil Dan Optimalisasi
Penggunaan Kombinasi Anti Tukak Peptik Dengan Antasida Pada Pasien
Tukak Peptik Di Ruang Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSAM Bukit
Tinggi.
7. Sam, LK. 1994. Aetiological factors of peptic ulcer. Perspectives of
epidemiological observations his century. U.S National Library of Medicine.
Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ (Accessed 28 January 2013)
8. Schafer, T.W., Peptic Ulcer Disease, The American College of
Gastroenterology, Bethesda, Maryland., 2008, www.acg.gi.org, diakses 29
Januari 2013
9. Tarigan, P. 2001. Tukak Gaster. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV
Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Fakultas Kedokteran. Page: 338-344
10. Tarigan, P., Tukak Gaster, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, editor Aru
W. Sudoyo, dkk., Edisi IV, FKUI, 2007.
11. Wannmacher, L. 2011. Antacids and Other Antiulcer Medicines. 18th Expert
Committee on the Selection and Use of Essential Medicines.
24
25