Pengolahan Sampah Organik Dan Aspek Sanitasi
Pengolahan Sampah Organik Dan Aspek Sanitasi
Penulis adalah peneliti sampah dan limbah padat. Saat ini bekerja di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lingkungan BPPT
113
Penyakit
Asal
Brucellosis
Brucellosis
Brucellosis
Leptospirosis
Typhus
Salmonellosis
Listerosis
Togavirus
B virus
Ingestion
Berasal dari monyet
Berasal dari sapi
Toxoplasmosis
Fasciolasis
Taeniasis
Taeniasis
Ekskreta
Berasal dari sapi
Berasal dari babi
Ringworm
Bakteria
Brucella abortus
Brucella suis
Brucella melitensis
Leptospira icteroheremorrhagiae
Rikettsia typhi
Salmonella
Listeria monocytogenenes
Virus
Arbovirus
Herpes virus
Pox virus cowpox
Protozoa
Toxoplasma gondii
Helminth
Fasciola hepatica
Taenia saginata
Taenia solium
Fungi
Microsporium kanis
114
akhir
merupakan
mengelola sampah.
saat ini umumnya
landfill atau open
115
dibandingkan
dengan
pengkomposan
secara aerob.
Pengkomposan sampah organik
dapat dilakukan pada skala rumah tangga
(home composting), skala kawasan dan
skala besar (centralised composting).
Pengkomposan skala rumah tangga dapat
menggunakan komposter yang terbuat dari
tong atau kotak bekas, sistem timbun di
dalam
tanah
dan
vermicomposting
(pengkomposan dengan budidaya cacing).
Pengkomposan skala kawasan dapat
menggunakan sisten open windrow, bak
aerasi, atau sistem cetak. Sedangkan
pengkomposan skala besar biasanya
menggunakan sistem open windrow.
116
30
menit
untuk
membebaskannya dari bakteri patogen.
Penting dicatat bahwa hubungan
temperatur dan waktu pengeksposan itu
perlu diperhatikan. Temperatur yang relatif
rendah dengan waktu pengeksposan yang
relatif lama akan sama efektifnya dengan
temperatur yang tinggi dengan waktu
pengeksposan yang pendek.
Telah diketahui umum bahwa
proses pengkomposan secara aerobik dapat
menghasilkan suhu sampai 70oC dalam
waktu
yang
relatif
lama
sehingga
menimbulkan
efek
seperti
proses
pasteurisasi yang dapat mereduksi atau
membasmi patogen, parasit, dan bibit
gulma. Suhu tinggi yang dihasilkan tersebut
terjadi secara alamiah sebagai hasil dari
proses degradasi materi organik dalam
kondisi aerobik. Hal ini biasanya terjadi pada
minggu-minggu
awal
proses
pengkomposan.
Suhu
tumpukan
dapat
dipertahankan berada di atas 50oC selama
sekitar satu bulan. Suhu tertinggi yang dapat
dicapai sekitar 80oC.
Untuk menjaga agar suhu tinggi
dapat bertahan dalam waktu beberapa hari
atau minggu, kondisi pengkomposan harus
dikendalikan dengan baik. Pengendalian itu
mencakup sistem aerasi yang baik,
ketersediaan nutrien yang cukup, dan
kelembaban yang sesuai dengan sistem
pengkomposan.
Sistem aerasi yang baik dapat
didukung dengan memanfaatkan porositas
bahan,
terowongan
angin
dibawah
tumpukan, dan pembalikan tumpukan yang
reguler. Ketersediaan nutrien dapat dicukupi
dengan mengatur rasio karbon dan nitrogen
(C/N ratio) sampah yang dikomposkan.
Sedangkan kelembaban sampah dapat
diatur dengan banyaknya air yang disiramkan ke sampah yang sedang dikomposkan.
Faktor-faktor tersebut merupakan kunci
penentu pencapaian suhu tinggi dan selang
waktu pengeksposan yang cukup lama
sehingga patogen dapat direduksi atau
dibasmi.
Di Amerika Serikat terdapat regulasi
yang mensyaratkan adanya tingkat minimal
suhu yang harus dicapai selama proses
pengkomposan dan lamanya waktu pengeksposan terhadap suhu tersebut sehingga
patogen di dalam sampah dapat direduksi
atau dibasmi.
Regulasi sistem pengkomposan
yang aman dari patogen dituangkan dalam
regulasi yang dikenal dengan istilah
Processes to Further Reduce Pathogens
(PFRPs).
Untuk pengkomposan aerobik di
dalam reaktor tertutup atau sistem
tumpukan statik yang teraerasi, minimal
suhu yang harus dicapai adalah 55oC dan
dijaga keberlangsungannya selama tiga hari
berturut-turut. Sedangkan untuk sistem open
windrow, suhu minimal yang harus dicapai
adalah sama, hanya saja waktunya harus
lebih lama, yaitu 15 hari. Dalam periode
tersebut pembalikan dilakukan sedikitnya 5
kali. Sementara produk komposnya harus
117
Temperature (oC)
80
70
DAFTAR PUSTAKA
60
50
40
30
20
10
0
1
13
19
25
31
37
43
49
55
Waktu (hari)
40o
50
75o
Suhu udara
30oC
60o
1. Damanhuri,
E.
2001.
Minimisasi
Sampah Terangkut dan Optimasi TPA.
Dalam Workshop Sehari tentang
Pengelolaan Sampah di Kawasan
Metropolitan, Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah.
2. Epstein, E. 1997. The Science of
Composting
3. Foster, , F.C dan Wase, D.A.J. 1987.
Environmental
Biotechnology.
Ellis
Horwood Limited.
4. Obeng, L.A. dan Wright, F.W. 1987. The
co-composting of domestic solid and
human wastes. World Bank Technical
Paper. No: 57.
5. Pavoni, J.L., Heer, J,E., dan Hagerty,
D.J. 1975. Handbook of Solid Waste
Disposal. Van Nostrand Reinhold
Company.
RIWAYAT PENULIS
118