Laporan Urinalisis
Laporan Urinalisis
PENDAHULUAN
ini
membantu
mempertahankan
homeostasis
dengan
sebuah ureter,
yang
mengalirkan
air
kemih
dari pelvis
kandung
kemih. Dari
melalui uretra,
kandung
meninggalkan
kemih,
tubuh
air
kemih
mengalir
melaluipenis (pria)
makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang
basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah
yang
lebih
asam.
keseimbangan
Obat-obatan
asam-basa
jug
tertentu
adapt
dan
penyakit
mempengaruhi
gangguan
pH
urine.
B. Berat Jenis
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang
mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta
dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan
mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus
dianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi
adalah 1,015 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12
jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai 1,026.
Defek
fungsi
dini
yang
tampak
pada
kerusakan
tubulus
adalah
rendah.
Kurangi
0,004
untuk
setiap
1%
glukosa
untuk
hanya
sebagian
kecil
protein
plasma
disaring
di
juga
dapat
menyebabkan
jumlah
protein
tinggi.
darah
meningkat.
Bilirubinuria
dijumpai
pada
ikterus
yang
melebehi
batas
kemampuan
hepar
untuk
diare
yang
berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau
dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat
dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi
berbagai jenis penyakit lainnya, memantau perkembangan penyakit
dimulai
dengan
mengamati
penampakan
Oranye
Penyebab patologik : pigmen empedu.
Kuning
Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin,
urobilin.
Penyebab
nonpatologik
wotel,
fenasetin,
cascara,
nitrofurantoin.
Hijau
Penyebab
patologik
biliverdin,
bakteri
(terutama
Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif,
diuretik.
Biru
Tidak ada penyebab patologik.
Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
Coklat
Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen
empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
sesuai
jenis
parameter
yang
akan
diperiksa.
Urine
dipstik
selama
menyentuhkan
dua
strip
detik.
di
Hilangkan
tepi
wadah
kelebihan
spesimen
urine
dengan
atau
dengan
produksi urea misalnya pada stadium akhir penyakit hati yang fatal atau
pada asidosis karena sebagian dari nitrogen yang diubah menjadi urea
dibelokkan ke pembentukan amoniak (Soewolo, 2003).
Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (berkisar 4,7-8).
Bila masukan protein tinggi, urine menjadi asam sebab fosfat dan sulfat
berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada
asidosis dan demam. Urine menjadi alkali karena perubahan urea menjadi
ammonia dan kehilangan CO2 di udara. Urine menjadi alkali pada alkalosis
seperti setelah banyak muntah. Pigmen utama pada urine adalah
urokrom, sedikit urobilin dan hematofopirin (Soewolo, 2003).
Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urine sangat
penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui
sekresi urine. Selain urine juga terdapat mekanisme berkeringat dan juga
rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam mempertahankan
homeostasis ini. Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa
seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum
menganggap urine sebagai zat yang kotor. Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang
terinfeksi, sehingga urinenyapun akan mengandung bakteri. Namun jika
urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis
urine sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari
tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri
akan mengkontaminasi urine dan mengubah zat-zat di dalam urine dan
menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari
urea.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
setinggi
1cm,
perhatikan
pipet tetes.
Prosedur
:
Masukkan 5 ml reagen benedict ke dalam masing masing
tabung reaksi ( 1 tabung blanko, 1 tabung uji).
Tambahkan 5-8 tetes urin pada tabung uji.
Panaskan tabung dan isinya sampai mendidih sambil
digoyang-goyangkan.
Angkat, goyangkan, bandingkan dengan blanko, dan baca
hasilnya.
Penilaian :
c.
Tand
Keterangan
a
+
++
+++
+++
keruh
Kuning keruh
Jingga atau warna lumpur
Merah keruh
1. Metode piknometer
11
digital.
Prosedur
:
Timbang berat pikno kosong (W1).
Isi dengan aqua dest, timbang berat pikno+air (W2).
Keringkan pikno.
Isi dengan sampel urin, timbang berat pikno+urin (W3).
Masing-masing lakuka sebanyak 3x, cari berat rata-rata.
W 3W 1
Hitung BJ dengan rumus
W 2W 1
2. Metode Urinometer
Alat dan Bahan
: urin, gelas ukur 50mL, urinometer.
Prosedur
:
Tuang urin ke dalam gelas ukur hingga batas miniskus 50mL,
buang busa pada lapisan atas dengan sepotong kertas
saring.
Masukkan urinometer yang sesuai ke dalam gelas ukur, putar
urinometer supaya tidak menempel pada dinding gelas.
Baja BJ urin dengan memperhatikan skala yang tertera pada
urinometer.
d. Pemeriksaan Protein Urin
Alat dan Bahan : urin, 2 buah tabung reaksi, pereaksi Asam
sulfosalisilat 20%
Prosedur
:
Masukkan kurang lebih 2mL urin ke dalam masing-masing
tabung (1 blanko, 1 uji).
masukkan beberapa tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam
tabung uji, lalu kocok dan bandingkan.
Penilaian :
Tand
Keterangan
a
+
++
+++
+++
0,05%
Tampak butir-butir dan keruh, kadar protein 0,05-0,2%
Kekeruhan berkeping-keping, kadar protein 0,2-0,5%
Sangat keruh, berkeping-keping besar, bergumpal atau
12
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Nama Mahasiswa
Uji Warna
Kejerniha
Bau Urin
Ristia N
Kuning
n
Jernih
Mirip
Welly W
keemasan
Kuning
Jernih
Amoniak
Mirip
Adi S
Kuning
Jernih
Amoniak
Mirip
Fathia Garnisa
Kuning
Jernih
Amoniak
Mirip
Nurul Khotimah
Kuning
Jernih
Amoniak
Mirip
Amoniak
Nama
Uji
Uji Protein
Piknomete
Urinomete
Benedic
Glukos
Ristia N
r
1,0117
r
1,006
t
-
a
-
Welly W
1,0018
1,006
3
4
5
Adi S
Fathia G
Nurul K
B.
1,0120
1,006
1,0052
1,0142
1,018
1,012
+
-
(As.sulfosalisilat
Protein
pH
6,
20%)
-
5
6,
5
7,
0,15
-
5
6
7
Pembahasan
Urinalisis merupakan istilah untuk tes urin secara umum, tes ini
dilakukan
untuk
mengevaluasi
kesehatan
seseorang,
mendiagnosis
kondisi medis, dan untuk mengetahui ada atau tidak adanya kelainan
metabolisme dalam tubuh seseorang. Tes pada urinalisis terdiri dari dua,
yaitu tes makroskopis urin dimana dilakukan pengamatan urin secara
organoleptik (visual) meliputi uji warna, kejernihan, serta bau (aroma).
Yang kedua adalah tes kimia urin, meliputi uji pH, pemeriksaan reduksi
urin seperti uji terhadap glukosa dengan pereaksi benedict, tes carik
celup, berat jenis urin, serta pemeriksaan protein urin dengan pereaksi
asam sulfosalisilat 20%.
Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih,
berwarna kuning atau kuning gading, bila agak lama berbau seperti
amoniak. Bila tidak, maka ada maslah dalam tubuh seseorang. Kesehatan
yang bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma yang tidak
biasa, dan warna abnormal. Dari data tabel hasil praktikum makroskopis
urin, kelima sampel urin yang digunakan menunjukkan hasil pengamatan
makroskopis yang sesuai dengan teori, dimana semua urin berwarna
kuning, jernih, dan berbau seperti amoniak.
Tes pada urinalisis berikutnya adalah tes kimia urin. Selain
memenuhi kriteria pada hasil uji makroskopis, urin dikataka normal jika
memiliki pH berkisar antara 4,6 - 8,0 (rata-rata 6) dengan berat jenis
berkisar antara 1,0 01 1,0350.
14
Berat
jenis
berbanding
lurus
dengan
osmolalitas
urin,
yang
karena
pada
metode
urinometer
perhitungannya
protein
albumin,
strip
uji
mengandung
indikator
warna
globulin,
mendeteksi
adanya
prostein,
Bence-Jones,
dan
mukoprotein.
protein
Bence-Jones
diguakan
pereaksi
Untuk
asam
sulfosalisilat, dimana pereaksi ini akan bereaksi dengan protein, jika hasil
uji didapatkan kekeruhan maka dapat dikatakan
pereduksi,
seperti
glukosa.
Molekul
gula
memiliki
gugus
16
BAB V
KESIMPULAN
dimana semua urin berwarna kuning, jernih, dan berbau seperti amoniak.
Sedangkan pada uji kimia urin, didapat BJ normal, yaitu antara 1,0011,035. Begitupun dengan pH, semua sampel urin memiliki pH normal,
yaitu antara 4,6-8,0. Pada uji reduksi urin dengan pereaksi benedict
didapatkan
hasil
mengindikasikan
positif
adanya
pada
sampel
potensi
urin
diabetes
kelompok
mellitus
4,
pada
hal
ini
tubuh
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ivanhoesada.com/id/artikel/urinalisis
http://rudy-indranatan.blogspot.com/2011/12/laporan-urinalisis.html
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-1.html
18