Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

lAPORAN PENDAHULUAN
1.1.

DEFINISI
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas

system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang ditandai dengan
kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal (Suriadi Skep : 2006).
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,terjadi pada
waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal denga
gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan,disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal dan
sebelum juga kelainan mental (Ngastiyah : 2000)
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai kelainan
postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan
bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang
(Behrman:1999).
Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang
kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan
menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia, basal, cereblum dan kelainan mental.
1.2.

ETIOLOGI

Penyebab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:


1) Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh
lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya
gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan
keracunan kehamilan dapat menimbulkan cerebral palsy.

2) Perinatal
(1) Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury. Kelainan
inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan persentase bayi abnormal,
disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan
bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio caesar.
(2) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya,
misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernafasan dan
peredaran darah, sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan
menyebabkan penyumbatan CSS, sehingga mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural
dapat menekan korteks serebri, sehingga timbul kelumpuhan spastis.
(3) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak
dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan
lain-lain masih belum sempurna.
(4) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat
masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.
(5) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan
mengakibatkan gejala sisa berupa cerebral palsy.
3) Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis ensefalitis dan luka
parut
1.3.

GEJALA KLINIS
Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukan motorik yang

menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy.

1) Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan refleks
Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun
penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan
otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecendrungan terjadi kontraktur. Golongan
spastitis ini meliputi 2/3 penderita, cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung
kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
(1) Monoplegia/monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang
lainnya
(2) Hemiplegia/diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama
(3) Diplegia/diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan
(4) Tetraplegia/tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan
dengan tungkai
2) Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring seperti kodok
terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron.
3) Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi sendirinya
(involuntary movement).
4) Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
5) Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5 10% anak dengan cerebral palsy. Gangguan berupa kelainan neurogen
terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan
koreo- atetosis.
6) Gangguan bicara

Dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut, sehingga
anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
7) Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi. Pada
keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% penderita cerebral palsy
menderita kelainan mata.
1.4.
PEMERIKSAAN KHUSUS
1) Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis cerebral palsy
ditegakkan
2) Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu
proses degeneratif. Pada cerebral palsy, CSS normal.
3) Pemeriksaan EGG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik
yang disertai kejang maupun yang tidak.
4) Foto rontgen kepala
5) Penilaian psikologis perlu kerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.
6) Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental.
1.5.

PENGOBATAN
Pengobatan khusus tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerjasama yang

baik dan merupakan suatu team antara dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter
THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi, occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah
luar biasa dan orang tua penderita.
Selain itu dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti di bawah ini:
1) Fisioterapi
2) Pendidikan
3) Obat-obatan
1.6.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terdiri dari:

1) Non pembedahan: Pemberian acetazolamide, isosorbide atau furosemid mengurangi produksi


cairan setebrospinal.
2) Pembedahan: Pengangkatan penyebab obstruksi misalnya: Neoplasma, kista, atau hematom,
pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan serebrospinal yang berlebihan

dari ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya kerongga peritonium, atrium kanan, dan
rongga pleural
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRAL PALSY
2.1. PENGKAJIAN
1) Identifikasi anak yang mempunyai resiko
2) Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat, perkembangan
pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi persisten, ataxic, kurangnya
4)
5)
6)
(1)
(2)

tonus otot.
Monitor respon untuk bermain
Kaji fungsi intelektual
Pemeriksaan Fisik
Muskuluskeletal : spastisitas, Ataksia
Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, Gangguan bicara, Anak berliur, Bibir dan

(3)
(4)
7)
(1)
(2)
(3)
(4)

lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, Strabismus konvergen dan kelainan refraksi
Eliminasi : konstipasi
Nutrisi : intake yang kurang
Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang
Pemeriksaan pendengaran ( untuk menentukan status pendengaran )
Pemeriksaan penglihatan ( untuk menentukan status fungsi penglihatan )
Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaan :

dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak vertikal.


(5) EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum ( ensefalins ) /
volsetasenya meningkat ( abses )
(6) Analisa kromosom
(7) Biopsi otot
(8) Penilaian psikologik
2.2.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan otot.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam pertemuan mobilisasi anak
membaik, mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan
mengkompensasi bagian tubuh.
KRITERIA HASIL:
(1) Mobilitas klien dapat meningkat atau bertahan
(2) Klien merasa nyaman dengan posisi ditempat tidur

(3) Kekuatan/fungsi bagian tubuh yang sakit dapat meningkat


INTERVENSI:
(1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi
pasien terhadap imobilisasi
R: Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual,
memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan
(2) Bantu pasien dalam pemenuhan KDM seperti makan, minum, potong kuku, dll)
R: Untuk memenuhi KDM pasien.
(3) Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstermitas yang sakit
dan yang tak sakit.
R: Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan resorpsi kalsium karena tidak
digunakan.
(4) Dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit
R: Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu
mempertahankan kekuatan dan masaa otot.
(5) Ubah posisi secara periodic dan dorong untuk latihan batuk/nafas dalam
R: Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernafasan
(6) Monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri
R: Cara untuk mengalihkan nyeri
(7) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi
R: Agar pasien leluasa dalam bergerak
2) Gangguan sensori persepsi visual b.d strabismus
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 6x24 jam

diharapkan ketajaman

penglihatan dalam batas situasi individu meningkat, mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap perubahan, mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan.
KRITERIA HASIL :
(1) Penigkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
(2) Klien memahami dengan gangguan sensori yang dialami dan dapat beradaptasi
(3) Bahaya disekitar klien terminimalisir

INTERVENSI:
(1) Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau kedua mata telibat
R: Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi
lambat dan progresif.
(2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan staf, orang lain diareanya
R: Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi
pascaoperasi.
(3) Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi, pertahankan pagar tempat tidur sempai benarbenar pulih
R: Mengurangi resiko bingung/jatuh karena gangguan perspsi.
(4) Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkuan pada sisi yang tak
dioperasi.
3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan sistem nervous.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
klien seimbang/adekuat.
KRITERIA HASIL :
(1) Pemasukan vitamin, karbohidrat, kalsium, protein dan kalori adekuat
INTERVENSI:
(1) Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperukan
R:

Untuk mengetahui apakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak

(2) Pilih suplemen yang tepat


R: Untuk menambah nafsu makan
(3) Anjurkan makan yg tinggi kalsium
R: Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang
(4) Kaji nutrisi makanan yg lengkap
R: Untuk mengetahui status gizi anak
(5) Anjurkan pasien duduk setelah makan
R: Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di muntahkan
(6) Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potasium secara tepat
R: Untuk melengkapi gizi seimbang

(7) Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy
R: Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak
(8) Pastikan diet mengandung yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
R: Untuk mencegah konstipasi
(9) Atur pola makan
R: Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak terpenuhi.
(10) Sediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi dengan ahli nutrisi
dan minuman yang siap dikonsumsi
R: Kolaborasi terapi gizi
(11) Oral hygiene
R: Menjaga kebersihan mulut
(12) Monitor hasil lab.
R: Untuk mengetahui adanya gangguan
4) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan kep. Selama 6x24 jam pertemuan orangtua pasien mengerti
tentang pemberian stimulasi kepada anak.
KRITERIA HASIL :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Menstimulasikan pertumbuhan spiritual dan emosional


Menstimulasikan perkembangan kognitif
Berinteraksi baik dengan anak
Memilih suplemen tambahan yang tepat
Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat
Bina hubungan kasih sayang
Menyediakan kebutuhan fisik anak
Menggunakan bahasa yang positif saat berbicara dengan anak
Berempati dengan anak

INTERVENSI:
(1) Menyanyi dan bicara pada anak
R: Untuk melatih kerja otak anak
(2) pasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
R: Agar anak memiliki teman dan tidak bosan
(3) bangun interaksi satu sama lain

R: Agar tercipta hubungan saling percaya


(4) sediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dgn teman sebayanya
R: Aktifitas merupakan cara untuk menghilangkan stress
(5) berikan perhatian saat dibutuhkan
R: Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa kesepian
(6) ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain
R:bila anak perlu bantuan, anak tahu cara untuk meminta tolong.
(7) pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya
R: Untuk menghilangkan stress dan meraakan udara segar
(8) identifikasi kebutuhan spesial anak.
R: Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain

2.3.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana tindakan yang

digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan
menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005).
2.4.

EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan seberapa jauh

tujuan perawatan telah terpenuhi ((Patricia A. Potter, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi. Available
from: http://www.cerminduniakedokteran.com. (Diunduh pada tanggal 18 Desember 2014)
Anggra. 2009. Cerebral palsi. Available from: http://sugengrawuh.blogspot.com. (Diunduh
pada tanggal 5 Desember 2010)
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 9.
Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Eaton, Marilyn, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatn Pediatrik, Volume 2. Jakarta: EGC.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/12784-cerebral-palsy/. (Diunduh pada tanggal

18

Desember 2014)
Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson,M,Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1Pengkajian
2.1.1 Anamnesa (pengkajian tanggal 2 januari 2015)
1) Identitas Pasien
Nama pasien yaitu An. M, tempat tanggal lahir bali 15 januari 2012, jenis kelamin
perempuan, agama khatolik, suku plores, alamat jalan Kapuas F1 No. 22 Wisma Tropodo,
diagnose medis Cerebral Palsy.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama yaitu Nn. Y, tempat tanggal lahir bali 25 juli 1989, jenis kelamin perempuan, agama
khatolik, suku Jawa, alamat jalan Kapuas F1 No. 22 Wisma Tropodo, hubungan keluarga
yaitu ibu asuh di wisma.
3) Keluhan Utama
Kelemahan/kekakuan pada kedua kaki serta tidak bisa duduk
4) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian An. M di diagnosa mengalami cerebral palsy. An.M mengalami
kelemahan/kekakuan pada kedua kaki dan tidak dapat duduk. An. M tidak mampu
berbicara, hanya mengerang dan tertawa. Seluruh Activity Daily Living (ADL) An. M
dibantu oleh penjaga/ pengasuh.
(2) Riwayat Kesehatan lalu
An. M masuk Panti Asuhan Bakti Luhur pada usia 9 bulan dan di antar oleh
keluarganya. Menurut pengasuh panti An. M sudah mengalami kelainan fisik sejak
dibawa ke panti, seluruh Activity Daily Living (ADL) dibantu oleh penjaga/pengasuh,
An. M hanya terbaring dan tidak mampu melakukan apa-apa. An. M tidak mampu
berbicara. Hasil diagnosa medis anak mengalami cerebral palsy.
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan data untuk riwayat kesehatan keluarga An. M
(4) Susunan Genogram
Tidak ditemukan data yang lengkap tentang susunan genogram keluarga An. M, yang
diketahui bahwa An. M anak pertama.
3.1.1. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, An. M tampak berbaring diruangan tengah asrama dengan
posisi kepala mendongak ke atas kadang nampak gerakan menoleh kesamping dengan
air liur sering menetes. An. M tidak mampu berbicara, hanya mengerang dan tertawa
ketika diajak berjanda.

2) Tanda-tanda Vital
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 37 0C
Respirasi : 22 x/menit
3) Kepala dan Wajah
Rambut berwarna hitam, keadaan baik tidak rontok, tidak ada benjolan pada kulit
kepala tampak ada bekas operasi dikepala. Keadaan hidung bersih tidak ada sekret.
Penglihatan dan pendengaran cukup baik, An. M kadang tampak menoleh dan
tersenyum ketika dipanggil namanya serta tertawa ketika diajak bercanda.
4) Leher dan Tenggorokan
Tidak ada peningkatan vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa. Reflek
menelan lambat.
5) Dada
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak napas
6) Abdomen
Tidak ada benjolan di abdomen.
7) Ektrimitas
Pergerakan/tonus otot kaku, lemah/terbatas. tidak ada oedema dan sianosis. Keadaan
kulit/turgot elastis.
8) Genetalia
Tidak ada kelainan bentuk genitalia.
3.1.2. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Gizi
Selera makan An. M baik, dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang diberikan
dengan reflex menelan lambat.
2) Kemandirian dalam bergaul
An. M tidak mampu beraktifitas/ bermain karena mengalami kelemahan/kekakuan
kakinya.
3) Motorik halus
An. M mampu menggenggam ketika diberikan suatu benda kedekat tangannya.
4) Motorik Kasar
An. M tidak mampu melakukan aktifitas seperti, menulis, melempar, berdiri dan
berjalan.
5) Kognitif dan bahasa
An. M tidak mampu berbicara hanya mengerang dan tertawa saja.
6) Psikososial
An. M mampu berinteraksi dengan orang lain, dengan tertawa dan tersenyum.

3.1.3. Pola Aktivitas Sehari-hari


No

Pola Kebiasaan
Nutrisi
a. Frekuensi
b. Nafsu Makan/selera
c. Jenis Makanan
Eliminasi
a. BAB
b. BAK
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam
b. Malam/jam
Personal Hyigene
a. Mandi
b. Oral Hyegene

Keterangan
3

kali sehari
Baik
Nasi, sayur, lauk
1 kali sehari, lembek
5 kali/hari (memakai popok), kuning bening
2 jam
8 jam
2kali/hari
2kali/hari

3.1.4. Data Penunjang


An. M diberikan terapi Snozelen dan Fisioterapi pada hari Senin dan rabu.
Surabaya,
Januari 2015
Mahasiswa,

ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA
OBYEKTIF
DS:
Suster/penjaga
An.

wisma

mengatakan

mengalami

kelemahan/

kekakuan pada kakinya.


Semua ADL An. M dibantu oleh
suster/penjaga
DO:
Kesadaran compos mentis
An. M tampak berbaring diruangan
tengah asrama dengan posisi kepala
mendongak ke atas kadang nampak

KEMUNGKINAN
PENYEBAB
Gangguan Neuromuskular
dengan kelemahan otot

Rita
MASALAH
Hambatan mobilitas fisik

gerakan

menoleh

kesamping

dan

membalik badannya dengan air liur


sering menetes.
An. M tampak kesulitan menggerakan
kakinya.
Tampak seluruh ADL An. M dibantu
oleh suster/penjaga.
An. M tidak mampu berbicara, hanya
mengerang dan tertawa.
DS:
Suster/penjaga

wisma

Proses penyakit
mengatakan

An. M sekarang berusia 2,11 bulan.


An.

mengalami

kelemahan/

kekakuan pada pinggang dan kakinya.


Semua ADL An. M dibantu oleh
suster/penjaga
DO:
Kesadaran compos mentis
BB:12 kg, TB: 85 cm
An. M tampak berbaring diruangan
tengah asrama dengan posisi kepala
mendongak ke atas kadang nampak
gerakan

menoleh

kesamping

dan

membalik badannya dengan air liur


sering menetes.
An. M tampak kesulitan menggerakan
pinggang dan kakinya.
Tampak seluruh ADL An. M dibantu
oleh suster/penjaga.
An. M tidak mampu berbicara, hanya
mengerang dan tertawa.

Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan

PRIORITAS MASALAH
Hambatan mobilitas fisik
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien: An. M
Ruang Rawat: Wisma Liliane
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (Kriteria Hasil)
Hambatan mobilitas fisik
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
b.d Gangguan
selama
10x6
jam
Neuromuskular dengan
pertemuan
mobilisasi
kelemahan otot
anak
membaik,
mempertahankan posisi
fungsional,
meningkatkan
kekuatan/fungsi
yang
sakit
dan
mengkompensasi bagian
tubuh.
KRITERIA HASIL:
(1) Mobilitas klien dapat
meningkat
atau
bertahan
(2) Klien merasa nyaman
dengan
posisi
ditempat tidur
(3) Kekuatan/fungsi
bagian tubuh yang
sakit dapat meningkat

Intervensi
(1) Kaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cedera/pengobatan
dan perhatikan persepsi pasien
terhadap imobilisasi
(2) Bantu pasien dalam pemenuhan
KDM seperti makan, minum,
potong kuku, dll
(3) Instruksikan pasien untuk/bantu
dalam rentang gerak pasien/aktif
pada ekstermitas yang sakit dan
yang tak sakit.

(4) Dorong penggunaan latihan


isometric mulai dengan tungkai
yang tak sakit
(5) Ubah posisi secara periodic dan
dorong untuk latihan batuk/nafas
dalam
(6) Monitor lokasi dan kegelisahan
atau aktivitas untuk pengalihan
nyeri

Rasional
(1) Pasien mungkin dibatasi oleh
pandangan diri/persepsi diri
tentang keterbatasan fisik aktual,
memerlukan informasi/intervensi
untuk meningkatkan kemajuan
kesehatan
(2) Untuk memenuhi KDM pasien.
(3) Meningkatkan aliran darah ke
otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi,
mencegah kontraktur/atrofi dan
resorpsi kalsium karena tidak
digunakan.
(4) Kontraksi otot isometric tanpa
menekuk sendi atau
menggerakkan tungkai dan
membantu mempertahankan
kekuatan dan masaa otot.
(5) Mencegah/menurunkan insiden
komplikasi kulit/pernafasan
(6) Cara untuk mengalihkan nyeri

(7) Beri pakaian pasien yang tidak


membatasi
Diagnosa Keperawatan
Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan b.d
proses penyakit.

Tujuan (Kriteria Hasil)


Setelah dilakukan
tindakan kep. Selama
10X5 jam pertemuan
pengasuh
pasien
mengerti
tentang
pemberian
stimulasi
kepada anak.
KRITERIA HASIL :
(1) Menstimulasikan
pertumbuhan
spiritual
dan
emosional
(2) Menstimulasikan
perkembangan
kognitif
(3) Berinteraksi
baik
dengan anak
(4) Menyediakan
pengawasan
untuk
anak dengan tepat
(5) Bina hubungan kasih
sayang
(6) Menyediakan
kebutuhan fisik anak

(7) Agar pasien leluasa dalam


bergerak

Intervensi
Rasional
(1) Menyanyi dan bicara pada anak
(1) Untuk melatih kerja otak anak
(2) Pasilitasi anak untuk berhubungan (2) Agar anak memiliki teman dan
dengan teman sebaya
tidak bosan
(3) Bangun interaksi satu sama lain
(3) Agar tercipta hubungan saling
percaya
(4) Sediakan
aktivitas
yang (4) Aktifitas merupakan cara untuk
dianjurkan untuk berinteraksi dgn
menghilangkan stress
teman sebayanya
(5) Berikan perhatian saat dibutuhkan (5) Perhatian merupakan kebutuhan
yang sangat dibutuhkan agar
anak tidak merasa kesepian
(6) Ajarkan anak untuk mencari (6) bila anak perlu bantuan, anak
pertolongan dari orang lain
tahu cara untuk meminta tolong.
(7) Pasilitasi perhatian atau kontak (7) Untuk menghilangkan stress dan
dengan teman kelompoknya
meraakan udara segar
(9) Identifikasi kebutuhan spesial (8) Untuk melatih anak agar tidak
anak.
tergantung pada orang lain

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/Tanggal
Jam

Implementasi
(1) Mengkaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cedera/pengobatan
dan perhatikan persepsi pasien
terhadap imobilisasi
(2) Membantu pasien dalam pemenuhan
KDM seperti makan, minum,
potong kuku, dll
(3) Membantu pasien dalam rentang
gerak pasien/pasif pada ekstermitas
yang sakit dan yang tak sakit.
(4) Mengubah posisi pasien secara
periodik
(5) Memonitor lokasi dan kegelisahan
atau aktivitas untuk pengalihan
nyeri
(6) Memberi pakaian pasien yang tidak
membatasi
(1) Menyanyi dan bicara pada anak
(2) Memfasilitasi
anak
untuk
berhubungan dengan teman sebaya
(3) Memberikan
perhatian
saat
dibutuhkan
(4) Memfasilitasi perhatian atau kontak
dengan teman kelompoknya

Evaluasi (SOAP)
S: Suster/penjaga wisma mengatakan An. M
mengalami kelemahan/ kekakuan pada
pinggang dan kakinya.
O: - Kesadaran compos mentis
- An. M tampak kesulitan menggerakan
pinggang dan kakinya.
- Tampak seluruh ADL An. M dibantu
oleh suster/penjaga.
- An. M tidak mampu berbicara, hanya
Mengerang dan tertawa.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

S: Suster/penjaga mengatakan An.M


mengalami kelemahan/ kekakuan pada
pinggang dan kakinya.
Semua ADL An. M dibantu oleh
suster/penjaga
O: An. M tampak kesulitan menggerakan
pinggang dan kakinya.
Tampak seluruh ADL An. M dibantu oleh
suster/penjaga.
An. M tidak mampu berbicara, hanya

Tanda tangan dan


Nama Perawat

Mengerang dan tertawa


A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai