Anda di halaman 1dari 17

KEJAYAAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN INDONESIA YANG

TINGGAL SEJARAH AKIBAT TERKIKISNYA JIWA PANCASILA

oleh :
SHOFLI YAZID KHOIRUL ROZIQIN
15/379279/TP/11235

PROGRAM SARJANA TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL


PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pancasila merupakan sebuah konsep ideologi yang unik.

Dikatakan unik karena ideologi ini diangkat langsung dari nilai-nilai


dan norma-norma yang tumbuh dan mengakar pada jiwa bangsa
Indonesia. Maka dari itu tidak ada negara lain yang memiliki
ideologi yang sama persis dengan Pancasila selain Indonesia.
Sehingga selain menjadi dasar negara, Pancasila juga menjadi
identitas nasional yang merupakan ciri khas negara Indonesia.
(Savira, 2015).
Namun seiring perkembangan zaman yang mana batasan
antara jarak dan waktu sudah mulai semakin dekat dan cepat
menyebabkan kemungkinan untuk terjadinya tumbukan antar
budaya semakin besar, tak terkecuali dengan Ideologi Pancasila
(Agung, 2015). Dampak nyata dari perkembangan zaman yang
dapat dirasakan saat ini yaitu modernisasi di segala bidang tanpa
memperhatikan nilai-nilai yang telah tumbuh di masyarakat.
Pancasila yang awalnya berfungsi sebagai filter budaya asing yang

masuk malah ikut tergerus. Penyebab utamanya adalah tren


budaya kebarat-baratan yang terkesan keren di mata orang
Indonesia sehingga budaya sendiri, budaya ketimur-timuran yang
pada dasarnya eksotis dan sangat perlu dilestarikan malah
dianggap kolot atau kuno. (Marwan, 2013)
Di sini kemudian peran pendidikan

untuk

kembali

menanamkan Pancasila diperlukan. Tujuan pendidikan itu sendiri


adalah untuk membentuk pribadi yang cerdas dan bermartabat
dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang seharusnya (Republik Indonesia, 2003). Sedangkan
menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah proses untuk
memanusiakan manusia. Pendidikan Pancasila perlu diedukasikan
pada masyarakat dengan sasaran utama generasi muda yang
merupakan golongan yang rentan terpengaruh oleh budaya luar.
Selain itu generasi muda merupakan objek yang tepat untuk
disusupi tentang pendidikan nilai-nilai Pancasila karena merupakan
generasi penerus bangsa dengan idealisme yang tinggi (Wardani,
2015). Harapannya dengan Pendidikan Pancasila ini masyarakat
khususnya para pemuda tahu bagaimana mengambil sikap atas
informasi, budaya, dan hal yang masuk dari negara lain tidak
hanya budaya tapi dari aspek lain seperti, pemerintahan, teknologi,
kesehatan,

dan

lainnya

termasuk

bidang

pangan

dan

hasil

pertanian.
Indonesia dimata dunia dikenal sebagai negara dengan
sumber daya alam paling kaya dan beragam dikarenakan tanahnya

yang subur dan kondisi geografis negara yang sangat mendukung.


Bidang pangan dan hasil pertanian seharusnya menjadi komoditi
yang paling diunggulkan dan dapat menopang perekonomian
negara.

Namun

pada

kenyataannya

untuk

memenuhi

kebutuhannya sendiri kita harus mengimpor dari negara lain. Dari


situlah dikatakan bahwa pangan Indonesia belum berdaulat (Gusti,
2013). Padahal jika dilihat sumber daya alamnya seharusnya
Indonesia dapat swasembada bahkan ekspor. Hal itu disebabkan
oleh beberapa, hal salah satunya minimnya Pendidikan Pancasila
kepada masyarakat termasuk pemerintah sehingga kurang adanya
perjuangan dari setiap elemen untuk mewujudkan swasembada
untuk kedaulatan pangan Indonesia. Ditambah beberapa isu-isu
berkedok kemuliaan yang santer disampaikan negara barat yang
sebenarnya khawatir akan kekuatan Indonesia dari segi sumber
daya

alamnya,

sehingga

masyarakat

haruslah

dididik

untuk

memiliki mental baja yang berlandaskan Pancasila agar tidak


mudah termakan oleh isu-isu tersebut. Itulah salat satu fungsi
Pancasila sebagai filter dari segala hal yang masuk.
1.2

Tujuan
Tujuan dibuatnya paper ini adalah untuk (a) menganalisa
sejarah pangan dan hasil pertanian Indonesia (b) menganalisa
peranan dan hubungan antara Pancasila dengan pangan dan hasil
pertanian Indonesia.

1.3 Manfaat

Manfaat dari dibuatnya peper ini adalah (a) memberikan


informasi kepada pembaca tentang sejarah kejayaan pangan
Indonesia (b) memberikan informasi kepada pembaca tentang
peranan dan hubungan antara Pancasila dengan pangan dan hasil
pertanian Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pangan dan Hasil Pertanian Indonesia


Indonesia di mata dunia terkenal sebagai negara yang kaya
akan sumber daya alamya baik flora dan faunanya. Tanahnya yang
subur didukung dengan kondisi geografis yang sangat menunjang
menyebabkan sumber daya alam khusunya flora menjadi sangat
melimpah di Indonesia. Terletak di gugusan lingkaran gunung
berapi dunia yang dikenal sebagai ring of fire menyebabkan
Indonesia memiliki ratusan gunung api aktif yang merupakan
produsen material subur hasil erupsi yang mengandung unsurunsur anorganik yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh
(Anonim, ____). Indonesia yang terletak pada garis khatilustiwa
bumi menjadi salah satu faktor pendukung untuk menunjang
kehidupan tanaman karena menyebabkan tanaman mendapat
sinar matahari yang intens sepanjang tahun yang mana sinar
matahari merupakan sumber energi untuk melakukan proses
metabolisme dalam tubuh tanaman (Anonim, 2014). Selain itu
kondisi geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan yang luas
menyebabkan

kelembaban

atmosfer

menjadi

terjaga

dan

menyebabkan regulasi hidrosfer berjalan.


Kekayaan sumber daya alam Indonesia telah dikenal dunia
jauh sebelum Indonesia terbentuk. Diawali dengan populernya

rempah-rempah khas daratan Indonesia di daerah-daerah lain.


Pada 1700 SM masyarakat Mesopotamia diyakini telah mengenal
cengkih yang merupakan tanaman rempah endemik Maluku. Hal itu
didasari dengan penemuan arkeologis pada galian sebuah bekas
rumah yang diyakini seorang pedagang yang dilakukan oleh
arkeolog bernaman Giorgio Buccellati (Anonim, 2015). Sumber
yang sama juga mengatakan bahwa pada 500 tahun sebelum
masehi masyarakat Yunani telah mengenal kayu manis yang
mereka sebut sebagai cassia yang diyakini sampai pada Yunani
bersamaan dengan impor burung-burung merak yang merupakan
hewan peliharaan populer di Yunani pada saat itu (Anonim, 2015).
Dan kemudian perdagangan dengan wilayah-wilayah luar terus
berlangsung terutama dengan pedagang dari China dan Timur
Tengah melalui jalur darat atau dikenal sebagai jalur sutera
maupun melalui jalur laut (Anonim, 2015b).
Orang-orang Arab menjadi perantara perdagangan rempah
dari nusantara dengan orang-orang eropa hingga abad ke-15.
Orang-orang

eropa

menggunaan

rempah-rempah

sebagai

penyedap masakan, penghangat tubuh yang dicampur dalam


minuman,

atau

sebagai

obat-obatan

yang

diramu

maupun

dikonsumsi secara langsung (Soemanagara, 2015). Kerja keras


pedagang Arab yang menempuh bahaya selama perjalanan jauh
demi mendapatkan rempah ke Indonesia membuat harga rempah
pada masa itu sangatlah tinggi bahkan hampir menyamai harga
emas dan perak. Bahkan bebrapa diantaranya digunakan sebagai

alat

transaksi

pembayaran

dan

penanda

status

sosial.

(Soemanagara, 2015). Hingga pada kekhalifahan Ottoman di Turki


yang merupakan jalur masuk barang antara Eropa dengan Asia
mulai bertindak semena-mena dengan menaik turunkan harga
rempah, menyebabkan kelangkaan rempah di wilayah Eropa
(Soemanagara, 2015). Hingga pada sekitar akhir abad ke-15 dan
awal abad ke-16 Portugis dan Spanyol melakukan ekspedisi untuk
mencari di mana asal muasal dari rempah tersebut menuntun
mereka masuk ke nusantara diikuti oleh negara lain termasuk
Inggris, Prancis dan Belanda (Anonim, 2015b). Awalnya kedatangan
orang-orang eropa tidak lain hanyalah untuk berdagang rempah
agar mendapat harga yang jauh lebih murah daripada membeli
dari pedagang Arab. Namun, ambisi yang besar menyebabkan
orang-orang eropa tersebut mulai berinisiasi untuk menduduki
wilayah nusantara dan memegang kendali penuh atas produksi
rempah-rempah nusantara.
Belanda sendiri yang merupakan bagian besar dari sejarah
Indonesia yang menduduki nusantara selama kurang lebih 350
tahun mulai masuk ke Indonesia antara tahun 1595-1598 M di
daerah Banten (Anonim, 2012). Hingga akhirnya pada tahun 1602
tepatnya pada tanggal 20 Maret Verenigde Oostindische Company
atau lebih dikenal dengan VOC resmi dibentuk. VOC sendiri
merupakan serikat dagang buatan Belanda yang bertujuan untuk
mengatur alur perdagangan di Asia Tenggara terutama Indonesia
(Anonim, 2014b). Namun karena beberapa hak-hak eksklusif yang

dimilikinya dengan politik kotor yang digunakannya VOC dapat


memegang kendali penuh atas produksi rempah dan hasil bumi
nusantara.

Banyak

kebijakan-kebijakan

yang

diambil

oleh

pemerintah VOC pada masa itu yang sangat memberatkan rakyat


sehingga rakyat Indonesia serasa menjadi budak di rumah sendiri
mulai dari pajak, kerja paksa, tanam paksa, kebijakan lainnya yang
hanya menguntungkan satu pihak saja. Namun akibat guncangan
dari sisi internal yang berupa korupsi diantara para pejabat VOC
dan eksternal berupa perlawanan dari rakyat Indonesia pada masa
itu pada tahun 1799 VOC resmi dibubarkan (Erlangga, 2013).
Setelah itu masa penjajahan masih terus berlangsung bahkan
berganti dari sebelumnya Belanda beralih ke penjajahan Jepang.
Tidak jauh berbeda, selama masa pendudukan Jepang, rakyat tetap
tertindas oleh kebijakan-kebijakan dibidang pertanian yang diambil
oleh pemerintah Jepang pada waktu itu. Setelah berbagai macam
tindakan baik berupa cara verbal, negoisasi hingga fisik dilakukan
dalam upaya mengusir penjajahan dari tanah nusantara, akhirnya
pada tahun 1945 tepatnya pada tanggal 17 Agustus Indonesia
menyatakan dirinya merdeka.
Pasca

dikumandangkannya

proklamsi

perkembangan

pertanian Indonesia mulai membaik. Buktinya Indonesia pernah


menjadi produsen nomor satu minyak kelapa pada tahun 1930-an
dan terulang kembali pada 1960-an, pernah menjadi penghasil gula
terbesar ke dua setelah Kuba, pernah swasembada garam pada
pertengahan tahun 1990-an, pernah swasembada beras pada

tahun 70-an dan 80-an, dan memiliki produk kesehatan herbal


yang dikenal sebagai jamu (Harlan, dkk, 2012).
Namun semua kejayaan itu hilang ditelan sejarah pada masa
ini. Semua bahan pangan dan hasil pertanian Indonesia di dominasi
oleh barang impor. Jika dilihat dari segi sumber daya alam dan
sumber daya manusia Indonesia seharusnya dapat menyuplai
secara mandiri semua hasil pertanian mereka namun karena
beberapa faktor yang mungkin tidak disadari oleh rakyat Indonesia
swasembada hasil pertanian Indonesia tidak pernah terwujud.
Salah satu faktornya adalah gaung isu konspirasi dari luar negeri
yang berkedok kemuliaan telah banyak dilakukan. Hampir semua
produk-produk hasil pertanian Indonesia bangkrut karena dikatakan
tidak

memenuhi

standar

Internasional,

produknya

kurang

berkualitas, bahkan dikatakan mengandung bahan yang dapat


menyebabkan penyakit jika dikonsumsi jangka panjang (Harlan,
dkk, 2012).
Minyak kelapa yang pernah jaya pada tahun 30-an dan 60-an
sekarang telah mati ketika pada tahun 1980-an America Soy
Association melancarkan kampanye tantang bahaya kolesterol
yang terkandung pada minyak kelapa tidak lain adalah untuk
melindungi produk mereka yaitu minyak kedelai yang mereka klaim
jauh lebih sehat daripada minyak kelapa. Kampanye ini tidak hanya
meracuni pikiran masyarakat umum tetapi juga dokter dan ilmuan.
Padahal minyak kelapa telah dikonsumsi banyak masyarakat tropis

selam ribuan tahun tanpa adanya efek berbahaya pada mereka


(Harlan, dkk, 2012).
Garam yang seharusnya kita dapat meproduksi sendiri
dengan sumber daya alam berupa laut dan pantai yang ada saat
ini didominasi oleh impor. Hal itu dimulai ketika Azko Nobel
memprakarsai

kampanye

besar-besaran

garam beryodium di

Indonesia. Garam beryodium dikatakan penting untuk dikonsumsi


oleh ibu hamil dan anak usia dini karena merupakan unsur dalam
pembentukan sel otak. Ditambah dengan peraturan pemerintah
yaitu SK Menteri Perindustrian Nomor 77/M/SK/5/1995 tentang
produksi garam beryodium. Sayangnya, keseriusan pemerintah
untuk

mendukung

kampanye

garam

beryodium

tidak

ditindaklanjuti dengan keseriusan dalam merawat infant industry


nasional, melalui subsidi, teknologi, riset, dan pengembangan serta
proteksi harga dan pengawasan impor yang ketat (Harlan, dkk,
2012).
Jamu juga salah satu produk dalam negeri yang terhimpir
oleh hegemoni Barat. Dalam dokumen Kebijakan Obat Tradisional
(Kontranas) tahun 2006 sebanyak 7500 dari 30.000 jenis tanaman
yang ada di Indonesia tergolong tanaman obat dan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2001, tercatat 57,7%
penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri dan 31,7%
diantaranya

menggunakan

obat

tradisional.

Namun,

otoritas

kesehatan negeri ini masih memandang jamu secara sebelah mata,


dan lebih menganak emaskan farmasi modern. Terlihat dari

rendahnya dukungan pemerintah produk pengembangan industri


jamu (Harlan, dkk, 2012).

2.2

Hubungan dan Peranan Pancasila dengan Pangan dan


Hasil Pertanian Indonesia
Dari sejarah di atas disamping angin kampanye konspirasi
yang

dihembuskan

sendirilah

yang

dari

luar

memegang

negeri,

peranan

masyarakat

Indonesia

dalam berjalannya

dan

jayanya produk dalam negeri ini. Masyarakat Indonesia telah tersetting untuk lebih percaya dengan produk racikan luar dalam
bidang pangan dan hasil pertanian Indonesia. Jiwa nasionalisme
yang ada dalam diri masyarakat Indonesia yang diturunkan oleh
generasi sebelumnya telah terkikis oleh modernisasi ala barat.
Pancasila

yang

pedoman

segala

merupakan
macam

dasar

negara

sekaligus

regulasi

hukum

dan

menjadi

pemerintahan

Indonesia saat ini hanya dianggap sebagai rangkaian kalimat yang


dilantunkan saat upacara bendera dan hanya tepajang sebagai
sesosok burung garuda yang tepaku di dinding kelas.
Maka dari itu Pendidikan Pancasila seharusnya diedukasikan
kepada seluruh golongan masyarakat tidak hanya tertuju pada
pelajar yang memang merupakan sosok penerus bangsa penentu
nasib Indonesia pada masa yang akan datang. Tetapi kepada
semua unsur yang ada di masyarakat seperti dokter, ilmuwan,
pengusaha, ibu rumah tangga, bahkan tukang becak sekalipun

agar masyarakat tahu bagaimana cara mangambil sikap ketika


dihadapi persoalan dalam negeri bahkan permasalahan kompleks
seperti kampanye dan konspirasi yang lancarkan oleh pihak asing
untuk menjatuhkan bangsa Indonesia. Sehingga Indonesia menjadi
negara yang sepenuhnya berdaulat dan dapat mencapai puncak
kejayaannya dalam hal ini pada bidang pangan dan hasil pertanian.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya ada beberapa poin yang
dapat disimpulkan antara lain:
a. Indonesia yang merupakan negara agraris yang sangat subur
yang memiliki sumber daya alam berupa bahan pangan dan
hasil pertanian yang sangat melimpah dan beragam. Namun
semua yang ada dan dimiliki oleh Indonesia berbanding terbalik
dengan kenyataan yang ada saat ini yang mana Indonesia
masih di dominasi oleh barang impor dalam memenuhi
kebutuhannya. Sebenarnya beberapa bahan pangan dan hasil
pertanian di Indonesia pernah mengalami masa jayanya namun
saat ini semuanya tinggal sejarah ketika masyarakat Indonesia
mulai kehilangan jiwa Pancasilanya sehingga goyah saat
diterpa angin konspirasi dari luar.
b. Pendidikan Pancasila sangat penting untuk disampaikan kepada
seluruh golongan masyarakat yang mana Pancasila berperan
sebagai filter segala hal yang masuk dan menjadi acuan segala
regulasi yang berjalan dalam negeri sehingga masyarakat kita
lebih kuat dengan apa yang akan dihadapi oleh mereka di masa
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Subhan. 2015. Pengaruh Budaya Asing di Indonesia. Diakses


dari

http://subhanagun.blogspot.co.id/2015/11/upaya-

melsestarikan-budaya-indonesia-di.html pada tanggal 29 Mei


2016 pukul 07.34 WIB.
Anonim.
____.
Jenis-jenis

Tanah.

https://kriasa.wordpress.com/materi-2/

Diakses

pada

tanggal

2016 pukul 18.50 WIB.


Anonim. 2012. Sejarah Awal Mula Belanda Menjajah
disebabkan

sebuah

Buku.

dari
31

Mei

Indonesia

Diakses

dari

http://era90.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-awal-mula-belandamenjajah.html pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 06.35 WIB.


Anonim. 2014. Cahaya Matahari sebagai Sumber Energi. Diakses dari
https://rahmidesire.wordpress.com/2014/05/26/cahaya-mataharisebagai-sumber-energi/ pada tanggal 31 Mei 2016 pukul 19.08
WIB.
Anonim. 2014b. Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia dari Awal
hingga

Berakhirnya.

Diakses

dari

http://www.portalsejarah.com/sejarah-penjajahan-belanda-diindonesia-dari-awal-hingga-berakhirnya.html pada tanggal 1 Juni


2016 pukul 06.56 WIB.
Anonim. 2015. Rempah-Rempah : Petaka dan Anugerah. Diakses dari
http://www.wacananusantara.org/rempah-rempah-petaka-dananugerah/ pada tanggal 31 Mei 2015 pukul 19.57 WIB.
Anonim.
2015b.
Timeline
Sejarah
Rempah.
Diakses
http://museumetnobotaniindonesia.com/sejarah-rempah/
tanggal 1 Juni 2016 pukul 05.42 WIB.

dari
pada

Erlangga, Paulus. 2013. Sejarah Kedatangan Bangsa Belanda ke


Indonesia.

Diakses

dari

http://pauluserlangga.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-datangnyabelanda-ke-indonesia.html pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 07.54


WIB.
Gusti. 2013. Ketersediaan Pangan Nasional Didominasi Pangan Impor.
Diakses

dari

http://ugm.ac.id/id/berita/7975-

ketersediaan.pangan.nasional.didominasi.pangan.impor

pada

tanggal 31 Mei 2016 pukul 14.57 WIB.


Harlan, Miranda, dkk. 2012. Membunuh Indonesia Konspirasi Global
Penghancur Kretek. Jakarta: Kata-kata.
Marwan, Faiz. 2013. Lunturnya Nilai-Nilai Pancasila dalam Masyarakat.
Diakses

dari

http://faiz-

marwan.blogspot.co.id/2013/09/lunturnya-nilai-nilai-pancasiladalam.html pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 07.46 WIB.


Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Savira, Firda. 2015. Pancasila sebagai Identitas Nasional. Diakses dari
http://kelaspkn307.blogspot.co.id/2015/10/pancasila-sebagaiidentitas-nasional.html pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 07.10
WIB.
Soemanagara, Dewi Fadhilah. 2015. Pedagangan Rempah. Diakses dari
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1929/perdaganganrempah pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 05.51 WIB.
Wardani, Anggun Kusuma. 2015. Pentingnya Pancasila bagi Pelajar.
Diakses dari http://lomba.web.unej.ac.id/2015/06/09/pentingnya-

pancasila-bagi-pelajar/ pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 14.16


WIB.

Anda mungkin juga menyukai