Anda di halaman 1dari 29

KAJIAN TEKNOLOGI

PENANGANAN SEGAR CABAI


KERITING UNTUK
MEMPERPANJANG UMUR
SIMPAN
RENNY UTAMI SOMANTRI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA


SELATAN
Jl. Kol. H. Barlian No. 83 Km. 6 Palembang
telp: 0711-410155, fax: 0711-411845
email: bptp-sumsel@litbang.pertanian.go.id

PENDAHULUAN
Kabupaten Ogan Ilir (OI) Sumsel termasuk ke dalam salah satu
wilayah pendampingan kawasan hortikultura (SK Mentan No. 45
Tahun 2015).
Salah satu permasalahan yang dihadapi petani cabai di OI
terutama dalam mempertahankan kesegaran dan mutu cabai
segar sehingga tidak dapat menunda waktu penjualan.
Disamping
karena
penanganan
pascapanen
dan
proses
pengangkutan yang tidak hati-hati, buah cabai sangat cepat rusak
baik karena faktor fisiologis maupun kondisi lingkungan.
Diperlukan penanganan pascapanen untuk mempertahankan
kondisi baik cabai.
Beberapa teknologi telah diujikan diantaranya penggunaan 30
ppm asam giberelat dan pengemasan menggunakan karton yang
diberi bantalan guntingan kertas koran dapat menekan susut
bobot selama pengangkutan 750 km. Susut bobot sebesar 7,31%,
sedangkan susut bobot cara pedagang mencapai 38,71%.
Sugiharto (2007) di dalam Winarti dan Miskiyah (2010)
menyebutkan buah tomat awet disimpan selama 3 minggu yang
sebelumnya dicuci dengan larutan ozon 1-2 ppm. Pencucian
dengan larutan ozon juga menurunkan kadar residu pestisida dan

Penelitian Asgar et. al (2007) menunjukkan pencucian cabai


dengan ozon 1 ppm dikombinasikan dengan penyimpanan
pada suhu 10 oC, selama 14 hari merupakan perlakuan
terbaik dari segi susut bobot paling rendah; warna,
kesegaran dan penampakan yang paling disukai panelis.
BB Pascapanen telah mengaplikasikan formula pencegah
kebusukan dengan memanfaatkan hormon giberelin (Asam
giberelat/GA3) dan fungisida (benomil) serta ozonisasi yang
masing-masing mampu mempertahankan daya tahan cabai
merah sampai dengan 14 hari.
Giberelin yang diaplikasikan, dalam bentuk asam giberelat
(GA3) dan benomil PA yang ketersediaannya sulit diperoleh
di Sumatera Selatan dan sulit untuk dijangkau oleh petani
cabai. Oleh karena itu diperlukan kajian serupa dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang mudah diperoleh petani,
yaitu menggunakan Gibgro 10 SP (PT. Nufarm Indonesia) dan
Fungisida Benlox 50 WP (PT. Dharma Guna Wibawa).
Kegiatan ini juga akan mengenalkan teknologi ozonisasi di

TUJUAN
Menguji paket teknologi pascapanen cabai keriting
untuk menekan kerusakan hasil panen cabai keriting
serta memperpanjang umur simpan dan
mempertahankan kesegarannya.
Mendiseminasikan teknologi pascapanen cabai
keriting di lahan sub-optimal Sumatera Selatan.
KELUARAN
Satu paket teknologi pascapanen primer cabai
keriting untuk memperpanjang umur simpan
Terdiseminasinya teknologi pascapanen primer
cabai keriting di lahan sub-optimal Sumatera
Selatan
Karya tulis ilmiah (KTI) mengenai teknologi
pascapanen cabai keriting

METODOLOGI
RUANG LINGKUP KEGIATAN
a. Persiapan
b. CP/CL
c. Pelaksanaan kajian di lapangan
d. Pelatihan petani
e. Sosialisasi hasil
f. Pengumpulan dan analilsis data
g. Monitoring dan evaluasi
h. Pelaporan

TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Tempat : Kab. Ogan Ilir, Sumsel
Waktu : Maret Desember 2016
BAHAN DAN ALAT
BAHAN:
Cabai keriting
Asam
giberelat 10%
(GIBGRO
10SP)
Benomil 50%
(BENLOX
50WP)

ALAT:
Seperangkat alat

Timbangan
ozonisasi ozonic
mikrometer
(ozon generator,
Peralatan serta
diffuser, oksigen
bahan yang
konsentrator)
diperlukan untuk
analisis fisik dan
Knapsack sprayer
kimia cabai
Drum plastik

METODE PELAKSANAAN
1. KARAKTERISASI CABAI KERITING
Output: Data sifat fisik dan kimia cabai
keriting; data residu pestisida cabai keriting
di lokasi kajian

Karakterisasi cabai keriting sebanyak 3 ulangan,


masing-masing 100 buah.
Sifat fisik: mengukur panjang buah, lingkar buah,
kekerasan buah, berat buah utuh, berat tangkai, berat
100 buah, berat biji/buah, jumlah buah dalam 1 kg,
berat buah yang dapat dimakan dan kadar air (Lab.
BPTP Sumsel).
Sifat kimia: kadar capsaicin, kandungan vit. C, residu
pestisida (gol. organoklorin, organofosfat, karbamat dan
piretroid. (Lab. BB Paspa, Lab. Balingtan).

2. APLIKASI TEKNOLOGI PENANGANAN SEGAR


CABAI KERITING
Output: Paket teknologi penanganan segar cabai keriting
yang dapat mempertahankan umur simpan cabai segar
minimal selama 6 hari pada suhu ruang (28 4 oC).
. RAK dengan 6 perlakuan dan diulang pada 3 kelompok
(petani); luas panen masing-masing perlakuan 2500 m 2.
Perlakuan terdiri dari:
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Cara petani
Aplikasi 10 ppm giberelin
Aplikasi 10 ppm giberelin + 200 mg/l benomil
Aplikasi 10 ppm giberelin + 1 ppm ozon
Aplikasi 10 ppm giberelin + 200 mg/l benomil + 1 ppm ozon
Aplikasi 1 ppm ozon

. Cara petani (A) : penyemprotan pestisida 1 hari sebelum panen


(dosis dan jenis sesuai kebiasaan)
. Teknologi anjuran (B-F): penyemprotan pada hari yang sama
sebelum panen dan sesaat setelah panen (dosis dan jenis sesuai
perlakuan).
. Giberelin 10 ppm dibuat dengan cara melarutkan 15 bungkus

TAHAP

CARA PETANI

TEKNOLOGI INTRODUKSI

Pra panen penyemprotan pestisida 1 penyemprotan hari yang


hari sebelum panen (dosis sama sebelum panen (dosis
dan jenis sesuai
dan jenis sesuai perlakuan).
kebiasaan)
Saat
panen

Cabai dipetik menggunakan tangan, dengan cara dipuntir


tanpa menggunakan alat. Cabai yang busuk/terkena
penyakit dipisahkan dari cabai yang baik.

Sesaat
setelah
panen

Tidak ada perlakuan

Sortasi

pemisahan cabai yang rusak, busuk, patah, memar,


ranting, daun dan kotoran

Pengemas Karung plastik bekas,


an
kapasitas 40-50
Kg/karung tergantung
ukuran
Pengangk
utan

Penyemprotan ulang

Karung jaring plastik,


kapasitas 25-35 Kg/karung

Diangkut kendaraan roda 4 sejauh 105 Km

Persiapan Cabai dibongkar dari kendaraan, dihamparkan, dianginkarakteris anginkan di lantai dengan dialasi terpal, disimpan pada

Prosedur Pengumpulan Data


Contoh diambil secara acak dari jumlah karung
yang tersedia. Dari setiap kemasan diambil
contoh sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah
dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat
sampai diperoleh minimal 3 kg untuk dianalisa
(SNI 01-4480-1998).
W = Bobot cabai awal (kg)
(W Wa )
Susut bobot pengukuran:

x100%
Dilakukan
W

B C
Kadar air (bb)
x100%
B A

Wa = Bobot cabai setelah


disimpan (kg)
A = berat tetap cawan

B = berat contoh + cawan


C = berat contoh kering + cawan

( KA KAa)
Perubahan kadar air
x100%
KA

KA = Kadar air awal (%)


KAa = Kadar air setelah disimpan
(%)

Uji organoleptik terhadap warna, aroma dan


penampilan cabai keriting pada penyimpanan hari
ke-0(kontrol), 4, 6 dan 10 hari.
Kriteria skala hedonik yaitu:
5 =
sangat suka;
4 = suka;
3 = biasa;
2 = tidak suka;
1 = sangat tidak suka.
Pengujian dilakukan oleh minimal 15 panelis
semi terlatih.
Analisa laboratorium : kadar capsaicin, kadar
vit. C, residu pestisida (golongan organoklorin,
organofosfat, karbamat dan piretroid) pada hari ke6 penyimpanan.

Pengamatan kerusakan cabai akibat jamur Colletotrichum


sp. (penyakit antraknosa)
Pengamatan kerusakan buah akibat penyakit antraknosa
dilakukan pada hari ke-0 (kontrol), 4, 6 dan 10 setelah aplikasi.
Dari setiap perlakuan, diambil sebanyak 100 butir buah cabai
secara acak untuk dilakukan pengamatan serangan penyakit
antraknosa.
(n vdihitung
)

Penentuan keparahan
penyakit
I
100%menggunakan rumus
Z
Zadoks dan Schein (1979)N
sebagai
berikut:

Dimana I = intensitas serangan penyakit; n = jumlah buah yang


terserang; N = jumlah seluruh buah; v = nilai skor serangan
yang dihasilkan; Z = nilai skor tertinggi.
Skor serangan: 0 =tidak ada kerusakan; 1 =luas serangan 110%; 2 =luas serangan 11-30%; 3 =luas serangan 31-60%; 4
=luas serangan > 61% (Sinaga et al. 1992)
Data yang diperoleh dianalisis ANOVA,
bila ada perbedaan antar pelakuan
dilakukan uji lanjut BNT.

3. SURVEY AKHIR (ANALISIS EKONOMI dan


PERSEPSI PETANI)
Output: Data kelayakan ekonomi teknologi yang
dikaji (B/C rasio); Informasi persepsi teknologi
yang dikaji menurut petani di lokasi kajian.
Analisis Ekonomi
. Dilakukan sebelum dan setelah aplikasi teknologi
. Metode observasi, survey, wawancara menggunakan
kuesioner
. Jumlah
responden
min.teknologi
15 orangpenanganan
(termasuk kooperator).
Persepsi
petani
terhadap
segar cabai
. Dihitung
B/C rasio
keriting,
meliputi
:
Keunggulan relatif, apakah teknologi introduksi lebih baik
dari yang ada (manfaat ekonomis dan manfaat teknis),
Tingkat kesesuaian, dengan kondisi lingkungan, kebiasaan
dan kebutuhan
Tingkat kerumitan untuk dipahami dan digunakan dilihat
dari sarana prasarana dan penerapan
Dapat diujicoba pada skala kecil
Dapat diamati, dari sisi kualitas dan pendapatan

Analisis data tentang persepsi petani terhadap


teknologi yang diintroduksikan menggunakan Skala
Likert.
Indikator tertentu diukur menggunakan skor
berkisar 1-3 untuk jawaban tinggi dengan
skor 3; untuk jawaban sedang dengan skor 2
dan untuk jawabann rendah dengan skor 1.
Nilai total indikator dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) kategori yaitu baik, kurang
baik, dan tidak baik.

KUESIONER
TEKNOLOGI PENANGANAN SEGARA CABAI KERITING UNTUK
MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN
Nomor responden
: ...........................................................................
Waktu Survey
: tanggal .. bulan .. tahun
.
Enumerator
:

Desa
:
...
Kecamatan
:
...
I.

IDENTITAS RESPONDEN
Nama responden
: ..
Umur
: ..
Jenis kelamin
: L/P
Pendidikan terakhir
:
..
Status pekerjaan
: ..
Pengalaman bertani

: tahun

II.

KEPEMILIKAN LAHAN
Status

Milik sendiri
Sewa
Bagi hasil

Jenis Lahan
Sawah
Kebun
Lainnya
----------------- Ha -------------------------

Total

ANALISIS RISIKO
DAFTAR RISIKO
No
1
2

Risiko
Aplikasi paket
teknologi tidak
sesuai anjuran
Teknologi tidak
diterima oleh
petani

Penyebab
Keraguan petani terhadap
efektifitas paket teknologi,

Dampak
Data yang diperoleh tidak
akurat, potensi adopsi
paket teknologi terhambat.
Kinerja bahan (Gibgro dan
Tidak ada kegiatan
Benlox) tidak menunjukkan perbaikan kegiatan
hasil memuaskan,
pascapanen cabai keriting
Ketersediaan bahan
di tingkat petani.
terbatas, keuntungan
(ekonomis dan teknis) tidak
sebanding dibandingkan
biaya yang dikeluarkan.

DAFTAR PENANGANAN RISIKO


No
Risiko
1 Aplikasi
paket
teknologi
tidak sesuai
anjuran
2 Teknologi
tidak
diterima
oleh petani

Penyebab
Keraguan petani
terhadap efektifitas
paket teknologi

Penanganan Risiko
Membuat SOP aplikasi paket
teknologi yang tepat,
pengamatan langsung setiap
akan dilakukan aplikasi

Kinerja bahan (Gibgro


dan Benlox) tidak
menunjukkan hasil
memuaskan,
Ketersediaan bahan
terbatas, keuntungan
(ekonomis dan teknis)
tidak sebanding
dibandingkan biaya
yang dikeluarkan.

Menyediakan bahan sesuai


anjuran, mengupayakan
kompensasi tenaga kerja dan
kehilangan hasil, dan melakuan
sosialisasi

TENAGA DAN ORGANISASI


PELAKSANAAN
No

Nama /NIP

Jabatan dlm Keg.

Uraian
Tugas

Renny Utami Somantri/ Penanggung jawab Menyusun Proposal,


19800210 200501
keg.
Mengkoordinir kegiatan mulai
2002
perencanaan, pelaksanaan
sampai pelaporan akhir kegiatan
Drs. Dondy Anggono
Narasumber/Peneli Narasumber pelatihan dan
Setyabudi, M.Si
ti BB Paspa
sosialisasi, membantu
pelaksanaan kegiatan
Sukamdi, SP
Pelaksana/
Membantu pelaksanaan kegiatan
Penyuluh (Kepala di lapang, meliput data kegiatan
BPP Kec.
di lapangan
Inderalaya Utara
Kab. OI)
Sri Harnanik, S.TP.,
Pelaksana
Mengkoordinir uji kesukaan dan
M.Si/
survey awal, rekapitulasi data
197606222009122001
Syahri, SP /
Pelaksana
Mengkoordinir karakterisasi fisik
19860506 200912
cabai , penganmatan kerusakan
1004
antraknosa dan survey akhir,
narasumber pelatihan
pembuatan biopestisida
Erni Herawati/
Administrasi
Menyiapkan dan menyelesaikan
197205112007012022
administrasi keuangan.

Alokasi
Waktu
(Jam/
minggu)
6

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai