Anda di halaman 1dari 19

Etika Komunikasi Dalam Islam

Ta'lim Sakinah
Allah Taala berfirman: Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu,.
(Ali Imran ayat 159)
Ayat ini sangat luas dan dalam maknanya, karena itu ketika menyelesaikan studi di
fakultas ilmu komunikasi, ayat inilah yang mengilhami skripsi saya. Dari firman Allah ini,
betapa besar dampaknya komunikasi dalam tatanan hidup manusia sebagai mahluk sosial.
Menurut pakar komunikasi 70% dalam 24 jam, waktu manusia diisi dengan komunikasi. Begitu
banyaknya

waktu

yang

kita

habiskan

dalam

komunikasi.

Salah

komunikasi

atau

misscommunicationakan mengakibatkan salah persepsi, atau dalam bahasa gaulnya nggak


nyambung.
Faktor yang paling penting dalam berdakwah ialah komunikasi. maka sebagai muslim
kita harus tahu etika berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Menurut saya, rasullullah
SAW adalah komunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan pasti berkesan dihati
para sahabat, bahkan dihati kaum kafir yang memusuhinya.
Tiada agama yang paling sempurna kecuali Islam, siapapun apakah ia muslim atau kafir
bila saja mau menggunakan akal untuk berpikir, pasti akan sampai pada kesimpulan yang sama.
Bayangkan, Islam tidak hanya mengatur kehidupan akhirat, duniawi, teknologi, bahkan sampai
hal-hal kecil pun seperti tata cara mandi, berpakaian, tidur diatur Islam, melalui sunnah
rasullulah saw, uswatunhasanah bagi kita. Islam juga banyak mengatur tata cara berkomunikasi.
Sungguh beruntung kita ditakdirkan sebagai seorang muslim, karena hidup kita mempunyai
tuntunan yang lengkap dan menyeluruh. Lengkap karena kita memiliki Al Quran dan hadits
sebagai sumber hukum yang paling otentik dan terpercaya.
Rasululah SAW mengatakan ,Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang dapat
bermanfaat bagi orang lain, atau ,Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang sangat baik
dengan tetangganya, dan banyak lagi hadits-haditsyang menyuruh kita untuk mencintai saudara
kita sesama muslim seperti kita mencintai diri kita sendiri. Semua ini membuktikan betapa kita
harus bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang islami, hingga lisan kita tidak sampai
menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata yang diucapkan dapat menyejukkan hati.

Allah berfirman, Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling takwa diantara kamu sekalian. (Al Hujarat, : 13)
Dari ayat ini, Allah menyuruh kita untuk saling mengenal, mestipun berbeda suku, berbeda
bangsa, berbeda budaya, berbeda warna kulit,sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi
yang baik. SelanjutnyaAllah juga menegaskan yang paling mulia di sisi Allah bukanlah yang
paling kaya, paling cantik, paling pintar, paling popular dsbnya, namun yang paling mulia adalah
manusia yang paling bertakwa kepada Allah SWT.
Setiap manusia mempunyai karakter, sifat dan kepribadian yang berbeda. Meski anak
yang lahir kembar identik pun pasti memiliki sifat dan karakter yang tidak sama. Untuk itu Islam
mengatur tata cara bergaul yang benar, agar seseorang dapat bersinergi dengan orang lain meski
mempunyai kepribadian , sikap dan watak yang berbeda. Allah berfirman, Dan hamba-hamba
Tuhan yang maha penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah
hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.
(Al Furqon: 63)
Rendah hati (tawadhu) dan mengucapkan kata-kata yang baik (Qaulan Salaamah).
Rendah hati adalah sifat yang sangat mulia, orang yang tawadhu akan tercermin dari sifat dan
tingkah lakunya. Dalam pergaulan orang yang tawadhu pasti disenangi, bila berkata sewajarnya,
kepada yang lebih tua menghormati, namun kepada yang lebih muda menyayangi. Orang seperti
ini bila ditakdirkan jadi pemimpin, ia akan tampil sebagai pemimpin yang amanah.
Bila kita baca riwayat hidup rasullah, manusia yang dijamin masuk surga itu, sungguh
rendah hati terhadap keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda, Sesungguhnya Allah
telah memberi wahyu kepadaku, yaitu kamu sekalian hendaklah bersikap tawadhu sehingga tidak
ada seseorang bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang
lain, (Hr Muslim). Dan dalam riwayat lain Anas RA berkata, Bila ada budak di Madinah
memegang tangan nabi SAW, maka beliau pergi mengikuti kemana budak itu menghendaki. (Hr
Bukhari) Sungguh, sikap tawadhu benar-benar dicontohkan langsung oleh rasul, yang tidak
membedakan status sosial kendati beliau adalah manusia yang paling mulia di dunia dan akhirat
namun tetap menghargai seorang budak.

Sebagai Muslim yang baik harus selalu menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Karena setiap lafaz yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan diakhirat nanti. Dalam
pergaulan Qaulan Salaamah terdiri dari beberapa aspek antara lain:
Pertama : Qaulan Kariiman ( mulia) sebagai muslim kita harus berkatadengan kata-kata yang
mulia, hindarilah kata-kata yang hina, seperti mengejek, mengolok-ngolok hingga menyakiti
perasaan orang lain. Pepatah mengatakan,Memang lidah tidak bertulang, tak terbatas kata-kata
kendati lidah tak bertulang, namun lidah bisa lebih tajam dari sembilu. Banyak orang bisa
sembuh bila dilukai dengan pedang, namun bila dilukai dengan lidah, sakitnya akan terbawa
sampai mati. Hati-hati dengan perkataan, bila ingin bergurau tetap jaga lisan dari kata-kata yang
menyakiti, bergurau dan bergaul harus tetap dengan kata-kata yang mulia.
Kedua : Qaulan marufan ( baik) Berkatalah yang baik atau diam itu pesan rasullulah kepada
ummatnya. Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun
yang diucapkannya harus selalu mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang
mendengarnya. Jangan biarkan lisan ini mencari-cari kejelekan orang lain. Hindari kata-kata
yang hanya bisa mengkritik atau mencari kesalahan orang lain, memfitnah, menghasut. Sungguh,
perbuatan yang sangat hina, hingga Allah berfirman dalam surah Al Hujarat ayat 12, seumpama
orang yang memakan bangkai temannya sendiri. Sungguh sangat menjijikkan.
Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan benar). Seorang muslim berkata harus benar, jujur jangan
berdusta. Karena sekali kita berkata dusta, selanjutnya kita akan berdusta untuk menutupi dusta
kita yang pertama, begitu seterusnya, sehingga bibir kita pun selalu berbohong tanpa merasa
berdosa. Siapapun tak ingin dibohongi, seorang istri akan sangat sakit hatinya bila ketahuan
suaminya berbohong, begitu juga sebaliknya. Rakyat pun akan murka bila dibohongi
pemimpinnya. Juga tidak kalah penting dalam menyampaikan kebenaran, adalah keberanian
untuk bicara tegas, jangan ragu dan takut, apalagi jelas dasar hukumnya Al Quran dan hadits.
Katakanlah kebenaran itu, meskipun sangat menyakitkan, pesan Rasullulah ini, sejatinya
mrnguatkan kita dalam menghadapi resiko yang apa pun yang akan kita hadapi dalam
berdakwah.
Keempat : Qaulan Balighan (tepat) sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat
stuasi dan kondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila bicara
dengan anak-anak kita harus berkata sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja kita harus

mengerti dunia mereka. Jangan kita berdakwah tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang
berusia lanjut tentu sangat tidak tepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung..
Kelima : Qaulan Layyinan ( lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti
membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang
kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau
ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Seperti ayat pembuka diatas Allah
melarang bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan
dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah
memerintahkan agar kita memohon dengan lemahlembut, Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas, (Al Araaf ayat 55)
Demikian Allah mengajarkan kepada kita, dalam menjalin komunikasi, khususnya dengan
saudara kita sesama muslim. Yakinlah bila tuntunan ini kita praktekkan dalam kehidupan baik di
dalam rumahtangga, maupun di masyarakat. Dimana pun kita berada insyaAllah, semuanya akan
terasa indah. Karena muslim yang beriman keberadaannya akan selalu disenangi, kata-katanya
menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya. Mampukah kita? Yuk, mulai sekarang, saya,
anda atau siapapun mari kita belajar untuk menjadi komunikator yang handal dengan cara
berkata yang mulia, baik, benar, tepat dan lemah lembut. Semoga dengan ini Allah mengangkat
derajat kita menjadi yang menegakan kemuliaan Islam, melalui lisan kita.Wallahualam
bishshawab. (Lva) Dari tulisan Khalifatur dan materi Kajian Tafsir Quran Pengajian Sakinah.

KOMUNIKASI PERSPEKTIF ISLAM.

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan
komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu
komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika.[28] Komunikasi yang berakhlak alkarimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan Hadits (Sunah
Nabi). Serta komunikasi yang menimbulkan kebaikan baik untuk sendiri maupun
untuk orang lain, sebagaimana ungkapan mengatakan:

Keselamatan seseorang terletak dalam menjaga lisan.[29]
Dalam Al Quran dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit
bagaimana Allah SWT selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu.
Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut,
Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah SAW untuk meredaksi wahyuNya melalui matan Hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fiiliyah
(perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya
para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak bukubuku tafsir.
Komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik manusia
sebagai hamba, anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu
kesatuan yang universal. Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari
komunikasi. Dan komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
berhubungan dengan
sesama. Komunikasi Islam adalah proses penyampaian
pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam
Islam.
Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur
pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam,dan cara (how),dalam hal ini
tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika).
Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh
ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Soal cara
(kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar
komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai
kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan
agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya
sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah,
prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim

dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal


dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam
aktivitas lain. Adapun secara Eksplisit istilah-istilah komunikasi dalam Al-Quran dan
Hadits adalah sebagai berikut:
a)

Al-Quran

Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan


setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan
sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yaitu:
1) Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur);
|u9ur %!$# qs9 (#q.ts? `B Og=yz Zph $y (#q
%s{ Ngn=t (#q)Gu=s !$# (#q9q)u9ur Zwqs% #y
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.[30]

2) Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif, to the point, mudah dimengerti);


y7s9'r& 9$# Nn=t !$# $tB Oh/q=% r's Nk]t
Ngur @%ur Nl; _ NhRr& Kwqs% $Z=t/
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.[31]

3)

Qaulan Marufa (perkataan yang baik)

u!$|Yt c<Z9$# s9 7tnr'2 z`iB !$|iY9$# 4 b) s)?$#


xs z`rB Aqs)9$$/ yyJus %!$# m7=s% t tB z`=
%ur Zwqs% $]rB
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[32] dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[33] dan ucapkanlah
Perkataan yang baik,[34]

4) Qaulan Karima (perkataan yang mulia);


4|s%ur y7/u wr& (#r7s? Hw) n$) t$!uq9$$/ur $Z|m) 4
$B) `t=7t x8yY uy969$# !$yJdtnr& rr& $yJdx. xs @)s? !
$yJl; 7e$& wur $yJdpk]s? @%ur $yJg9 Zwqs% $VJ2
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah"[35] dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia.[36]

Dari ayat tersebut jelas bahwa kita diperintahkan untuk mengucapkan perkataan
yang baik atau mulia karena perkataan yang baik dan benar adalah suatu
komunikasi yang menyeru kepada kebaikan dan merupakan bentuk komunikasi
yang menyenangkan.
5) Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut);
!$t6yd$# 4n<) tbqt mR) 4xs wq)s ms9 Zwqs%
$YYh9 &#y9 .xtFt rr& 4ys
Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas;
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
Mudah-mudahan ia ingat atau takut".[37]

Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti
pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh
keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara,
seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan
orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut,
hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang
mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah
kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
[38]
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara
lemah-lembut, tidak kasar, kepada Firaun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan
(orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak
untuk menerima pesan komunikasi kita.

Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari katakata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang
bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan
dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah
memerintahkan agar kita memohon dengan lemah lembut, Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas, (Al Araaf ayat 55)
6) Qaulan Maysura (perkataan yang ringan);
$B)ur `|? Nk]t u!$tG/$# 7puHqu `iB y7i/ $ydq_s?
@)s Nl; Zwqs% #YqB
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.[39]

Itulah beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan secara umum mengenai


komunikasi uang harus di jalankan oleh maniusia pada khususnya.
b)

Al-Hadist.

Di dalam hadits Nabi SAW juga ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi,


bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Berikut haditshadits tersebut:,
Pertama,


:

[]
.

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam,
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati
tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah dia memuliakan tamunya
(Riwayat Bukhori dan Muslim.[40]
Kedua, qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar
walaupun pahit rasanya),
Ketiga,
terlebih dahulu).

(laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir

Keempat, Nabi SAW menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana


yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya,

Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam
pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu
sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak
hadir.
Kelima, selanjutnya Nabi SAW berpesan,
Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orangyaitu mereka yang memutar
balikan fakta dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah
rumput dengan lidahnya.

Pesan Nabi SAW tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah
sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami.
Prinsip-prinsip tersebut, sesungguhnya dapat dijadikan landasan etika bagi setiap
muslim, ketika melakukan proses komunikasi, baik dalam pergaulan sehari-hari,
berdakwah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya. ungkapan arab mengatakan;

Keselamatan seseorang terletak dalam menjaga lisan.[41]

Wallahu alam bisshawab.


syamsudin (087859565533)

Dari beberapa pernyataan diatas tentang fungsi public relations kita juga dapat membuat suatu
kesimpulan akan fungsi tersebut dalam perspektif Islam yang berdasarkan Al- Quran yaitu:
1. Pemberi Peringatan
Surat Al- Fath ayat 8: Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagi saksi, pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan.[12]
2. Menyebarkan dan imformasi
Surat Al- Maidah ayat 67: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya.[13]
3. membangun kerja sama dan memelihara saling pengertian antara organisasi dan public.
Surat Al- Maidah ayat 2: Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajukan dan
takwa dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran[14]
4. memberi peringatan atau menasihati pimpinan demi kepentingan umum.
Surat Adz- Zariaat ayat 55: Dan tetaplah memberi peringatan kerena sesungguhnya peringatan
itu bebmanfaat bagi orang-orang yang beriman.[15]
Public relations dalam arti State of Beinng adalah merupakan perwujudan kegiatan
berkomunikasi sehingga melembaga atau keadaan wujud yang merupakan wahana kegiatan
hubungan masyarakat.[16]
Ciri-ciri dan aspek-aspek yang ditawarkan Onong seperti diatas dapat dilaksanakan oleh seorang
pimpinan apabila organisasi atau lembaga atau perusahaan dan lain-lain itu dalam suatu bentuk
kecil. Tetapi apabila organisasi atau lembaga tersebut menjadi besar dalam arti kata jelas dapat
dilihat wujudnya yakni ruang kantornya lengkap dengan segala peralatannya dan pula pegawaipegawainya, maka ciri-ciri dan aspek-aspek tersebut hendaknya dilakukan oleh bagian atau seksi
yang didalamnya terdapat seorang pejabat untuk melaksanakan fungsi public relations tersebut,
dan inilah yang dinamakan Public relations dalam arti state of being.

Dalam melakukan kegiatan komunikasi dalam public relations agar terwujudnya komunikasi
yang efektif maka perlu adanya kunci sukses dalam berkomunikasi. Kunci sukses tersebut
tentunya tergantung pada prinsip-prinsip komunikasi perspektif Islam, Jalaluddin Rahmat
menawarkan enam prinsip,[17] dan ditambah dengan beberapa prinsip menurut penulis
diantaranya:
1. Qawlan Syahid
Surat An-Nisa ayat 9: hendaklah mereka mengucapan perkataan yang benar.[18]
2. Qaulan Maysurah
Surat Al-Isra ayat 28: Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhan yang kamu harapkan , maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.[19]
3. Qaulan Baligha
Surat An-Nisa ayat 63: Karena itu berpalinglah dari mereka dan berilah mereka perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka.[20]
4. Qaulan Karimah
Al- Isra ayat 23: Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur,
maka janganlah kamu mengatakan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.[21]
5. Qaulan layyinah
Surat Thahah ayat 43-44: Pergilah kamu berdua kepada Firsun, sesungguhnya ia telah
melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut[22]

6. Qaulan Maruf
Surat An- Nisa ayat 5: Berilah mereka belanja dan pakaian dan ucapkanlah kepada mereka
kata-kata yang baik.[23]
7. Mengucapkan salam yang berbunyi Assalamualaikum
Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizi
Nabi Saw bersabda: Ucapkanlah salamsebelum kamu berkata
8. Konsisten atau mengatakan sesuatu sesuai dengan perbuatan

Surat Ash Shaff ayat 2-3: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tiada kamu kerjakan.[24]
9. Memberi pelajaran yang baik.
Surat An-Nahl ayat 125: serulah manusia kepada jalan Tuhamnu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.[25]
10. Diskusi/berdebat dengan cara yang baik.
Surat Al- Ankabut ayat 46: Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainka dengan
cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim diantara mereka[26]
Etika Publik Relation
Para sarjana public relations mendefenisikan etika menurut filsafat Barat, seperti Hazel Barnes,
Ewing, Fletcher, Banner dan Mabbott mendefenisikan publik relations sebagai suatu cabang ilmu
filsafat yang membantu menentukan apakah tingkah laku yang baik dan patut.[27]
Sedangkan istilah etika dalam Encyclopedia of Islam adalah akhlak.[28] Mufassir Quraish
Shihab dalam karangannya wawasan Islam menjelaskan beberapa persamaan arti dan amkna
akhlak yang terambil dari bahasa Arab yang bisa dikonotasikan dengan berbagai perkataan yang
berkaitan dengan budi pekeri,[29] Sebagaimana tertera dalamAl-Quran (QS, 68:4).[30] Dan
menurut Sadr Al-Din Al Aihrwani mengatakan akhlak merupakan sifat-sifat kebaikan dan caracara mencapainya, juga sifat keburukan dan cara-cara menjaga diri agar tidak melakukan yang
buruk itu.[31]
Public Relations dalam Islam memerlukan suatu kode etik yang berdasarkan Al- Quran dan AlHadis dan bukan berdasarkan kode etik Barat.
Karena Al-Quran merupakan firman Allah SWT dan Al- Hadis merupakan penuturan,
perbuatan, tindakan atau pengakuan Rasulallah SAW yang mempunyai pribadi yang mulia
adalah sumber Islam.
Untuk menambah pengetahuan wawasan bagi pembaca, penulis akan menuliskan etika public
relations Barat dan etika public relations Islam yang ditawarkan oleh Imam Al-Ghazali sebagai
berikut:
Pertama, kode etik public relation Barat, yakni:
1. Seorang anggota harus bersikap jujur terhadap klien ataupun penyewa jasanya baik
dimasa lampau maupun dimasa yang sedang dialami. Demikian teerhadap sesama
praktisi dan masyarakat umum.

2. Seorang anggota bertingkah laku dalam kehidupan profesionalnya sesuai dengan


kepentingan umum.
3. Seorang angggota harus tunduk kepada kebenaran dan ketepatan dan kepada standar
citarasa yang diterima umum.
4. Seorang anggota dilarang mewakili kepentingan-kepentingan yang saling berlawanan
ataupun bersaingan tanpa persetujuan yang dinyatakan oleh pihak-pihak yang terlibat
setelah mereka tahu semua fakta-fakta yanng ada. Ataupun menempatkan dirinya dalam
suatu posisi yang ternyata bertentangan dengan kewajibannya terhadap kliennya ataupun
orang lain tanpa menyatakan secara terus terang mengenai kepentingan-kepentingannya
yanng terbaik.
5. Seorang anggota harus menjaga kepercayaan dari klien/ penyewa jasanya baik yang
sekarang maupun yang telah lalu dan dilarang menerima upah ataupun yang lainnya yang
dapat menyebabkan terbukanya ataupun yang dimanfaatkannya kepercayaan
tersebutuntuk kerugian ataupun tersangka yang merugikan terhadap klien/ penyewa jasa.
6. Seorang anggota dilarang terlibat dalam praktek apapun yang cenderung merusakkan
integritas jalur-jalur komunikasi ataupun pelaksanaan pemerintah.
7. Seorang anggota dilarang terlibat menyampaikan informasi palsu ataupun menyesatkan
dan wajib berhati-hati untuk mencegah pemberian informasi yang palsu ataupun yang
menyesatkan.
8. Seorang anggota harus siap sedia menyebutkan identitas dari klien ataupun penyewa jasa
dari komunikasi masyarakat yang dibuat.
9. Seorang anggota dilarang memanfaatkan nama seseorang ataupun suatu hal yang tidak
jelas, ataupun seolah-olah babas ataupun tanpa bias akan tetapi sebenarnya dipergunakan
untuk melayani suatu kepentingan tersembunyi dari seorang anggota/klien penyewa jasa.
10. Seorang anggota dilarang dengan sengaja merugikan nama baik, ataupun praktek
professional dari praktisi lain. Namun demikian apabila seorang anggota mempunyai
bukti bahwa anggota lain telah melakukan kesalahan secara tidak etis melawan hukum
atau praktek-praktek yang curang termaasuk pelanggaran dari pada kode ini, maka
anggota tersebut hendaknya menyampaikan informasi tersebut segera kepada pejabat
organisasi yang berwenang untuk diambil tindakan sesuai dengan prosedur yang diatur
dalam pasal 13 dari Bylaws.
11. Seorang anggota yang dipanggil sebagai saksi dalam suatu sidang untuk menegakkan
kode etik ini harus hadir kecuali apabila terdapat alasan yang dianggap cukup oleh oleh
dewan pengadilan.
12. Seorang anggota dalam melaksanakan pelayanan bagi seorang klien/ penywa jasa
dilarang menerima upah komisi ataupun barang-barang berharga lainnya dari orang selain

dari si klien/ penyewa jasa dalam hubungannya dengan pelayan-pelayanannya tanpa


persetujuan lebih dulu daripada klien/penyewanya setelah mereka diberitahukan secara
lengkap mengenai fakta-faktanya.
13. Seorang anggota dilarang memberikaan jaminan atas berhasilnya suatu tujuan tertentu
yang berada diluar penguasaan langsung anggota tersebut.
14. Seoran anggota hendaknya segera mungkin memutuskan hubungan dengan organisasi
ataupun perseorangan apabila hubungan tersebut menyebabkan anggota harus berbuat
hal-hal yang bertentangan dengan pasal-pasal dari pada kode ini.[32]
Kedua, kode etik yang bisa digunakan para praktisi public relatios dalam organisasi Islam yanng
besumber dari Al- Quran dan Al- Hadis sebagaimana yang diberikan oleh Imam Al-Ghazali
dalam kitab besarnya Al-Ihya sebagai berikut:
1. Amanah
Amanah berarti setia dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipertanggungjawabkan
bersama baik berupa tugas maupun materi. Amanah berlawanan dengan sifat khianat. Sifat ini
terdapat dalam Al-Quran:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak (QS.
4:58)
2. Menepati janji
Menepati janji berarti wajib bagi muslim untuk memenuhi setiap janji yang yang dibuat bersama,
baik itu kepada muslim maupun non muslim. Hai orang-orang yang beriman twepatilah janjijanjimu itu (QS. 5:1)
Mengingkari janji merupakan perbuatan yang tidak sesuai denngan kepribadian seorang muslim,
dalam Islam ini dinamakan munafik. Rasulallah saw. Bersabda: Tamda orang minafik itu ada
tiga ; apabila ia berbicara ia berdusta, apabila ia berjanji ia ingkar dan apabila ia diberi amanah
berkhianat. (Bukhari Muslim)
3. Benar
Seorang muslim seharusnya berlakku benar dalam perkataan dan perbuatan. Benar dalam
perkataan berarti menyatakan perkara yang benar dan tidak menyembunyikan rahasia kecuali
untuk menjaga nama baik sesorang. Benar dalam perbuatan adalah mengerjakan sesuatu yang
laras dengan tuntunan agamanya.
Allah menyruh orang-orang beriman supaya berlaku benar dan menyertai golongan-golongan
yang benar dengan firmannya, hai sekalian orang-orang yang beriman berbaktilah kepada Allah
dan jaddilah kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang benar 9QS. 9: 119)

4. Ikhlas
Ikhlas berarti melakukan sesuatu pekerjaan semata karena Allah Swt. Dan tidak karena
mengharap balasan, pujian atu kemashuran. Dalam Al- quran Allah Swt meminta pada setiap
muslim supaya ikhlas dalam beribadah, dan mereka hanya diperintahkan menyembah Allah
dengan tulus ikhlas. (QS. 98:5)
Ikhlas ini bukan hanya dalam ibadah tetapi juga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
sehari-hari.
5. Adil
Adil berarti memberikan hak kepada orang yang berhak tanpa menguranginya. Berlaku adil
kepada sesama manusia,baik muslim maupun non muslim adalah perintah Allah sebagaimana
firman-Nya berbunyi,
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan dan memberi kamu
kerabat dan Allah melaranng dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan (QS. 4:58)
6. Sabar
Sabar berarti tabah manghadapi ujian, cobaan dan kesulitan Allah swt. Sangat suka pada orangorang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah,mereka mengucapkan: Innaa
lallaahi wa innaa ilaihi raajiun. (QS. 2: 155-156)
Mereka tidak lesu dan tidak pula menyeerah. Allah menyukai orang-orang yang bersabar.
(QS. 3: 146)
7. Kasih Sayang
Kasih sayang kepada sesama manusia terutama kepada sesama manusia yang seagama
dipandang tinggi dan digalakkan oleh Islam. Firman Allah swt. Dalam al-Quran: Mereka saling
berpesan dengan kesabaran, mereka saling berpesan dengan kasih sayang (QS. 90:17) dan rasul
juga bersabda: siapa yang tidak bersifat kasih kepada yang ada dibumi, diapun tidak dikasihi
oleh yang dilangit. (Thabrani)
8. Pemaaf
Memaafkan kesalahan dan kekhilafan orang sangatlah dianjurkan oleh Islam. Allah swt.
Berfirman: dan hendaklah mereka memaafkan dan merelakan. Tidaklah kamu suka bahwa
Allah mengampunidosamu? Allah maha penyayang lagi pengasih (QS, 24:22)

9. Berani

Berani berarti mampu menguasai nafsu dan jiwa pada waktu marah dan dalam keadaan dicoba.
Berani juga merupakan suatu sikap kepatutan bukan bersifat membabi buta. Sebagimana
Rasulallah bersabda: Bukanlah dinamakan berani orang yang kuat bergaul. Sesungguhnya orang
yang berani itu ialah orang yang sanggup menguasai dirinya pada waktu marah (Muttafaqun
Alaihi)
Selain mampu mengendalikan perasaan marah seorang muslim juga harus berani meyatakan
yang benar, berarti mengakui kesalahan, membuat keputusan. Mencoba sesuatu yang inovatif
dan mempertahankan keyakinan atau pendirian.
10. Kuat
Kekuatan yang diperlukan bukan hanya kekuatan jasmani, melainkan juga dasri segi rohani dan
pikiran. Kekuatan rohani ini berfungsi untuk melawan cobaan, godaan dan gangguan. Dalam
membina kekutan ini Allah berfirman: Dan janganlah kamu bersifat lemah(QS. 3: 139)
11. Malu
Menurut Islam malu merupakan salah satu bagian dari pada iman. Seseorang yang tidak mersa
malu adalah seseorang yang tipis imannya. Seorang muslim harus merasa malu terhadap Allah
jika melanggar peraturan yang ditetapkan Allah dan juga merasa malu kepada dirinya sendiri dan
anggota masyarakat. Rasul menilai malu merupakan sifat yang baik sebagaimana sabdanya:
Malu itu tidak membuahkan yang lain kecuali kebaikan (Muttafaqun Alaihi)
12. Memelihara kesucian
Memelihara kesucian berarti menjaga diri dari segala keburukan supaya terpelihara kehirmatan
diri. Seorang muslim harus senantiasa berusaha memelihara kesucian dirinya ia harus berusaha
menjaga hawa nafsunya, lidah dan juga hatinya dai perbutan-perbuatan yang dilarang oleh Allah
swt. Sebagaimana dalam Al-Quran : Berbahagialah orang yang membersihkan jiwanya dan
rugilah orang mengotorinya (QS. 91: 9-10)
Sementara Yusuf Husain menawarkan rancangan kode etik publik relations untuk
organisasi Islam sebagai berikut:
1. Seorang praktisi PR hendaknya merasakan dirinya senantiasa dalam perhatian Allah SWT
ketika menjalankan tugas-tugas hariannya.
2. Dalam melaksanakan tugas-tugas hariannya seorang praktisi PR hendaknya
menhharapkan ridha Allah dan bukan semata-mata mengharapkan pujian majikan atau
pelanggannya,
3. Seorang praktisi PR dalam organisasi Islam hendaknya berlaku adil terhadap majikan,
rekan sekerja dan para anggota ,asyarakat.

4. Seorang praktisi PR dalam organisasi Islam hendaknya senantiasa benar dalam tindakan
dan tuturkatanya, khususnya dalam penyampaian keterangan.
5. Seorang praktisi PR dalam organisasi Islam hendaknya memelihara amanah yang
diberikan kepadanya oleh majikan atau pelanggannya.
6. Seorang praktisi PR dalam organisasi Islam hendaknya memepati janji yang dibuat
kepada majikan, pelanggan atau rekan-rekan sekerjanya.
7. Seorang praktisi PR dalam organisasi Islam hendaknya senantiasa sabar apabila
menghadapi berbagai masalah atau rintangan ketika menjalankan tugasnya.
8. Memupuk perasaan saling memahami, kerjasama kasih sayang dan keharmonosan antara
rekan-rekan sekerja dan majikan.
9. Memaafkan kesalahan dan ketalanjuran yang dilakukan oleh majikan, rekan-rekan
sekerja dan pelanggannya.
10. Berani menolak tugas-tugas yang bertentangan dengan ajaran-ajaran agama Islam yang
suci, berani menegur dan menasehati rekan-rekan sekerja yang melakukan
penyelewengan dan juga berani melaporkan kepada pihak yang berwajib tentang berbagai
penyelewengan yang dilakukan.
11. Mempunyai hubungan kekuatan dan kesanggupan untuk menjalankan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya sehingga berhasil.
12. memelihara kesucian diri ketika menjalankan tugas-tugas hariannya.
13. Memilki perasaan malu kepada Allah swt. Pimpinan, rekan-rekan sekerja, dan
pelanggannya jika ia melanggar etika PR untuk organisasi-organisasi Islam.
Penutup
Public Relations merupakan suatu kegiatan komunikasi berciri timbal balik (Two Way
Communications) yang bertujuan untuk membangun opini, persepsi dan citra baik bagi
perusahaan atau lembaga.
Public Relations mempunyai peranan ganda yakni sabagai; komunikator, sekaligus mediator,
Organisator serta konsultan dan ia mempunyai tugas tanggungjawab sosial dan dalam
menjalankan peranannya harus brlandaskan etika dan moral tinggi sebagai penyandang
propesional Public relations. Karena fungsi etika adalah untuk memberikan kepada para praktisi
public relations beberapa ukuran yang baku untuk menentukan bagaimana tingkah laku yang
baik atau bertanggungjawab dan apa yang buruk atau tidak bertanggung jawab.

[1] F. Rahmadi, Public Relations Teori dan Praktek, Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan
Lembaga Pemerintah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 18-19.
[2] Sam Black dan Melvin L. Sharpe, Ilmu Hubungan Masyarakat Praktis, terj. Ardaneshwari
(Jakarta, 1988) h. 4-5.
[3]Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997), h. 3.
[4] Narimah dan Saodah, Public Relations From The Islamic Perspective (makalah tidak
diterbitkan), h.3
[5] F. Rahmadi, Public Relations Teori dan Praktek, Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan
Lembaga Pemerintah (Jakarta: Gramedia), h. 13
[6] Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Jakarta: Raja Grafindo
Persada 1997), h. 3
[7] Ruslan, Praktek dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995) h. 20
[8] Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda Karya, 2001) h. 62
[9] Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations (Bandung: Mandar Maju,
1993)
[10] Ibid, h. 95-96
[11] Rusady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997), h. 9

[12] Departemen Agama RI, Al- Quran dan terjemahan (Jakarta: Toha Putra Semarang, 1989), h
20
[13] Ibid, h. 6
[14] Ibid, h. 157
[15] Ibid, h. 862
[16] Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek ( Bandung: Remaja Karya
1988) h. 171

[17] Jalaluddin rahmat, Prinsip-Prinsip komunikasi menurut Al- Quran. Dalam Audienta Jurnal
Komunikasi. Vol I, h. 35.
[18] Departemen Agama RI, Al- Quran dan terjemahan (Jakarta: Toha Putra Semarang, 1989),
h 116.
[19] Ibid, h. 425
[20] Ibid, h.
[21] Ibid, h.
[22] Ibid, h.
[23] Ibid,h.
[24] Ibid, h.
[25] Ibid, h. 421
[26] Ibid, h. 635
[27] Mohd. Yusuf Hussain, Etika Hubungan Masyarakat dalam Perspektif Islam dalam Audienta
Jurnal Komunikasi, Vol. I, h. 57
[28] Gibb, HAR. Et al (eds). The Encyclopedia of Islam. Vol I (Leide: El Brill 1997) hal 321
[29]

Anda mungkin juga menyukai